Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS DAN INSTRUMENTASI

ANALISIS GUGUS FUNGSIONAL SAMPEL ALKOHOL DAN 1,5


DIPHENYLCARBAZID DENGAN FOURIER TRANSFORM
INFRARED TRANSMISSION DAN ATR (ATTENUATUD
TOTAL REFRECTANCE)

DISUSUN OLEH :
NAMA : AMAR SAPUTRA
NIM : 012200008
KELOMPOK : B
PRODI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

REKAN KERJA :
Amanta Kofa (012200007)
B. Ixsanudin (012200010)

Dosen Pembimbing : Erlin Purwitasari, M. Sc


Pelaksanaan : 29 November 2023
Pengumpulan : 19 Desember 2023

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA


BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
YOGYAKARTA
2023
I. TUJUAN
A. Dapat memahami prinsip kerja dari Spektrometer Fourier Transform Infrared (FTIR)
B. Dapat mengoperasikan Spektometer Fourier Transform Infrared (FTIR)
C. Dapat melakukan analisi data sampel yang diamati dengan menggunakan Spektrometer
Fourier Transform Infrared (FTIR)

II. DASAR TEORI


A. FTIR (Fourier Transform Infrared)

Gambar 2.1. Instrumen FTIR Bruker Alpha II


Spektroskopi FTIR adalah eknik yang paling banyak digunakan untuk
mengidentifikasi gugus fungsi dalam bahan (gas, cair, dan padat) dengan menggunakan
pancaran radiasi inframerah. Spektroskopi inframerah juga sering digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa, baik yang bersifat alami maupun buatan. Ketika sinar
inframerah melewati sampel senyawa organik, sejumlah frekuensi akan mengalami
serapan, sementara frekuensi lainnya akan diteruskan atau ditransmisikan tanpa serapan.
Pembuatan gambaran antara persentase absorbansi atau transmitansi terhadap frekuensi
menghasilkan suatu spektrum inframerah. Transisi yang terjadi selama serapan
inframerah berkaitan dengan perubahan vibrasi dalam molekul (Sastrohamidjojo, 2001).
Spektroskopi inframerah mengukur penyerapan radiasi IR yang dibuat oleh
setiap ikatan dalam molekul dan sebagai hasilnya memberika spektrum yang biasanya
ditunjuk sebagai % transmitansi terhadap wavenumber (cm−1). Beragam bahan pada
range infrared tertentu yang mengandung ikatan kovalen menyerap radiasi
elektromagnetik.
Sehingga kemudian Metode spektroskopi pada FTIR didasarkan atas perbedaan
penyerapan radiasi infra merah oleh molekul pada suatu materi. Absorbsi inframerah
oleh suatu materi dapat terjadi jika terdapat kesesuaian antara frekuensi vibrasional
molekul sampel dengan frekuensi radiasi infra merah dan perubahan momen dipol
selama bervibrasi (Sari, 2023). Pada analisis dengan FTIR, pita serapan IR akan muncul
atau tampak pada setiap derajat kebebasan bila terpenuhi beberapa syarat, diantaranya
(Julianti,2019).
a. Terjadi perubahan momen pada kutub selama terjadi vibrasi.
b. Frekuensi pita tidak berimpit dengan getaran lainnya
c. Adsorpsi terjadi di daerah inframerah dan intensitas adsorpsinya cukup kuat untuk
dideteksi.
Dalam hal ini FTIR selaku spektroskopi yang memancarkan atau menembakan
gelombang radiasi atau frekuensi infrared dengan gelombang tertentu yang akan diserap
oleh ikan terntentu pada molekul, karena pada setiap ikatan memiliki vibrasi alami
tertentu yang berbeda, sehingga walaupuhn dua molekul memiliki dua struktur yang
berbeda tidak akan memiliki spektrum yang sama saat di pancarkan infrared.
FTIR sendiri selaku spektroskopi memiliki beberapa metode untuk melakukan
analisis suatu sampel dengan menggunakan infrared sebagai pengukuran. Dalam FTIR
sendiri tercatat memiliki beberapa modul yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui suatu sampel. Modul tersebut adalah modul ATR dan Transmission.

B. Infrared
Infrared adalah salah satu dari beberapa jenis spektrum elektromagnetik atau
salah satu dari gelombang magnetik posisi infrared dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1. Panjang Gelombang setiap Gelombang elektromagnetik


Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa gelomabang infrared berada pada
panjang gelombang 10-1 cm. Atau dalam kata lain range dari suatu gelombang infrared
berada di antara ujung spektrum tampak dan gelombang mikro. Pada dasarnya suatu
infrared dibagi menjadi 3 wilayah atau range gelombang yaitu: IR dekat (14000-4000
cm−1), IR menengah (4000-400 cm−1), dan IR jauh (400-40 cm−1). sehingga gelombang
infrared ini sering digunakan sebagai metode analisi yang canggih salah satunya adalah
FTIR ini.
Gelombang infrared pada penggunaan analisi sampel akan diserap molekul dan
oleh alat atau detektor yang berada dalam FTIR akan menangkap spektrum serapan
tersebut sehingga pengukuran infrared ini kan meliputi penyerapan pengukuran jumlah
radaiasi yang diserap suatu molekul beserta intensitasnya. Sehingga Penyerapan radiasi
IR menyebabkan berbagai gerakan molekul dalam molekul, yang menciptakan momen
dipol bersih. Oleh karena itu, suatu molekul dikatakan aktif secara IR jika molekul
tersebut memiliki momen dipol netto (misalnya, CH4 , C H26 , NO2 , TiO2 ), jika tidak,
maka molekul tersebut tidak aktif secara IR (misalnya, H2 , O2 , dan lain-lain). Salah
satu keuntungan utama dari spektroskopi FTIR adalah kemampuannya untuk
mengidentifikasi gugus fungsi seperti C=O, C-H, atau N-H. Spektroskopi FTIR
memungkinkan untuk mengukur semua jenis sampel: padatan, cairan, dan gas.

C. Prinsip Kerja FTIR (Fourier Transform Infrared)


Secara umum prinsip kerja dari FTIR adalah dimula dengan memancarkan atau
memberikan gelombang infrared ke sampel secara multiply, sehingga sampel menyerap
atau mengadsorpsi cahaya infrared dan menciptakan getaran pada molekul yang
kemudian getaran akibat serapan ini akan di baca oleh detektor. Penyerapan ini
berkaitan dengan sifat ikatan dalam molekul. Rentang gelombang infrared yang
diberikan oleh FTIR biasanya berkisar pada gelombang 4000 - 600 cm-1. Sepektrum
yang didapat oleh detektor yang FTIR akan diubah menjadi nomor gelombang atau
panjang gelombang karena akan langsung berhubungan dengan frekuensi dan energi.
Secara umum getaran yang terjadi pada molekul akibat menyerap infrared dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 2.2. Vibran (getaran) dalam ikatan molekul saat berinteraksi dengan IR
Degan menggunakan metode automasi dari alat. FTIR akan otomatis mengukur
latar belakang sebelum melakukan analisi untuk menghindari puncak kontaminasi dan
uap air. Proporsi latar belakang dan spektrum sampel pada FTIR akan secara langsung
berkaitan dengan spektrum serapan sampel. Spektrum serapan menunjukan berbagai
getaran ikatan. Jadi dengan cara ini akan dengan mudah menganalisi gugus fungsi
dalam molekul
Sedangkan urutan kerja yang terjadi pada FTIR saat menguji sampel dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Alat FTIR dalam analisis Sampel.


Bila dijabarkan Spektrometer FTIR pada umumnya terdiri dari sumber cahaya
IR, interferometer, kompartemen sampel, detektor, penguat, dan komputer. Sumber
cahaya menghasilkan radiasi yang mengenai sampel yang melewati interferometer dan
mencapai detektor. Kemudian, sinyal diperkuat dan diubah menjadi sinyal digital
(interferogram) oleh amplifier dan konverter analog-ke-digital. Pada akhirnya,
interferogram diterjemahkan ke spektrum melalui algoritma transformasi Fourier cepat.
Interferometer Michelson adalah inti utama spektrometer FTIR dan ditunjukkan pada
Gambar diatas. Interferometer terdiri dari pembagi berkas, cermin tetap, dan cermin
bergerak yang dapat bergerak maju dan mundur dengan sangat tepat. Pembagi berkas
terbuat dari bahan khusus yang mentransmisikan setengah dari radiasi yang
mengenainya dan memantulkan setengah radiasi lainnya. Alat ini bekerja berdasarkan
prinsip bahwa cahaya dari sumber dikumpulkan oleh cermin kolimasi dan membuat
sinarnya sejajar, yang menabrak pembagi sinar dan akibatnya terbagi menjadi dua sinar.
Satu sinar ditransmisikan melalui pembagi sinar ke cermin tetap, dan sinar kedua
dipantulkan dari pembagi sinar ke cermin bergerak. Cermin tetap dan cermin bergerak
memantulkan radiasi kembali ke pembagi sinar. Dengan demikian, kedua radiasi yang
dipantulkan ini digabungkan kembali pada pembagi berkas, sehingga menghasilkan satu
berkas yang meninggalkan interferometer dan berinteraksi dengan sampel serta
menumbuk detektor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar diatas.
Pada dasarnya, FTIR (Fourier transform infrared) adalah metode untuk
mendapatkan spektrum inframerah, yang awalnya mencakup pengumpulan
interferogram sinyal sampel menggunakan interferometer dan kemudian melakukan
transformasi Fourier (FT) pada interferogram untuk mendapatkan spektrum.
Spektrometer FTIR mengumpulkan dan mendigitalkan interferogram, menjalankan
fungsi FT, dan menampilkan spektrum atau grafik adsorpsi (%) terhadap panjang
gelombang (λ).
D. Karakterisasi Material oleh FTIR
a. Material Organik
Karakterisasi Material Oleh FTIR untuk senyawa Organik dapat dilihat pada
tabel berikut.

Tabel 2.2. Kelompok fungsional berdasarkan Panjang gelombang IR

Tabel 2.3. Gugus Fungsi dengan daerah serapan IR


Untuk molekul organik, spektrum inframerah biasanya dapat dibagi menjadi
empat bagian :
1. 4000-2500 cm−1: Penyerapan ikatan tunggal hidrogen dengan unsur lain,
misalnya O-H, N-H, dan C-H.
2. 2000-2500 cm−1: Serapan ikatan rangkap tiga, C ≡ C dan C ≡ N.
3. 1500-2000 cm−1: Penyerapan ikatan rangkap, misalnya C=C dan C=O.
4. 400-1500 cm−1: Daerah 1000-1500 cm−1 biasanya digunakan untuk vibrasi C-O
dan C-C dan vibrasi tekuk lainnya. Daerah 700-400 cm−1 biasanya disebut
daerah sidik jari yang unik untuk berbagai senyawa dan jarang digunakan untuk
identifikasi gugus fungsi.

b. Nanomaterial
Spektrum FTIR dari berbagai oksida logam dan oksida logam yang didoping
dibahas di bawah ini :
1. Spektrum FTIR Zinc Oxide - Untuk ZnO, puncak serapan pada 1050 cm−1
menunjukkan adanya ikatan Zn-O, sedangkan puncak pada 1406 dan 1575
cm−1 menunjukkan adanya anion karbonat. Selain itu, puncak serapan pada
3408 cm−1 menunjukkan adanya vibrasi peregangan O-H. Ketika ZnO
dicampur dengan graphene oxide (GO), beberapa puncak karakteristik muncul
untuk GO bersama dengan ZnO pada 1050, 1621, 1735, dan 3436 cm−1 karena
ikatan C-O, gugus karboksil, struktur aromatik, dan gugus O-H,Spektrum FTIR
umum untuk material nano digambarkan dalam inset Gambar dibawah.
2. FTIR spectrum of cobalt oxide - Co O34 menunjukkan pita serapan untuk M-O
pada 567 cm−1, M-O-M, yang membentang pada 655 cm−1, sedangkan puncak
serapan pada 1374 cm−1 menunjukkan adanya anion karbonat (CO3−2). Jika kita
melihat struktur inti-cangkang Co O /SiO342 , maka akan terlihat berbagai pita
serapan pada 1605 cm−1 untuk ikatan O-H dan serapan dari 1086-1320 cm−1
karena adanya SiO2 [22] seperti yang digambarkan pada Gambar dibawah.

Gambar 2.4. Spektrum Nanomaterial dengan daerah serapan IR


III. METODE
A. Alat Dan Bahan
a. Alkohol h. Modul ATR Bruker Alpha II
b. 1,5 Diphenylcarbazid i. Holder
c. kBr j. Pastel/Mortar
d. Tissue k. Spatula
e. Sillica Gel l. Alat Press
f. Instrumentasi FTIR Bruker Alpha II m. Software Analisis Data O
g. Modul Transimission Bruker Alpha II

B. Langkah Kerja
a. Analisis dengan Modul ATR
1. Dihidupkan sumber listrik.
2. Dihidupkan alat FTIR ALPHA II.
3. Dihidupkan PC dan dibuka software OPUS dan pastikan terhubung dengan
software.
4. Dilakukan pengecekan kalibrasi alat pada software OPUS
5. Dilakukan scan background.
6. Diletakkan sampel di atas kristal ATR dilanjutkan dengan analisa.
7. Dibersihkan kristal ATR.
8. Menganalisis data yang diambil
9. Ditutup software OPUS.
10. Dimatikan PC dan alat FTIR ALPHA II.
11. Dimatikan Sumber Listrik
b. Analisis dengan modul Transmisi
1. Preparasi sampel untuk dianalisis.
a) Disiapkan alat dan bahan.
b) Diletakkan sampel dan KBr ke dalam pestle/mortar dengan perbandingan
sampel:KBr 1:10 bagian lalu sampel dan KBr digerus.
c) Diletakkan campuran sampel dan KBr ke dalam sampel holder.
d) Dilakukan pengepresan dengan alat pellet press.
e) Diambil sample holder dari alat press dan sampel dianalisis.
2. Analisis Sampel
a) Dihidupkan alat FTIR ALPHA II pasang modul Transmisi.
b) Dihidupkan PC, lalu dibuka software OPUS dan dipastikan alat terhubung
dengan software.
c) Dilakukan scans background
d) Dimasukkan sampel ke dalam modul transmisi lalu dilakukan analisa.
e) Dikeluarkan sampel dari alat dan Analisis Data.
IV. DATA PENGAMATAN SPEKTROSKOPI
A. DATA MODUL ATR
Bahan : Alkohol

Gambar 4.1. Grafik Spektrum Alkohol dengan FTIR Bruker Alpha II modul ATR
B. DATA MODUL TRANSMISI
Bahan : 1,5 Diphenylcarbazid

Gambar 4.2. Grafik Spektrum 1,5 Diphenylcarbazid pada FTIR Bruker Alpha II dengan
Modul Transmission
V. PEMBAHASAN
Pada tanggal 29 November 2023 telah dilaksanakan praktikum analisis material
dengan spektroskopi FTIR (Fourier Transfrom Infrared). Dalam tujuannya praktikum ini
bertujuan untuk dapat memahami prinsip kerja dari Spektrometer Fourier Transform
Infrared (FTIR) dan mengoperasikan Spektometer Fourier Transform Infrared (FTIR) serta
melakukan analisi data sampel yang diamati dengan menggunakan Spektrometer Fourier
Transform Infrared (FTIR). FTIR atau Fourier Transform Infrared Sendiri adalah teknik
analisis yang menggunakan seluruh gelombang inframerah dalam seluruh bilangan
gelombang untuk mendapatkan hasil secara bersamaan. Dalam praktikum ini digunakan 2
modul saat melakukan analisis sampel dengan FTIR yaitu modul ATR dan modul transmisi.
Sedangkan FTIR yang kami gunakan berasal dari brand BRUKER dengan model Alpha II.

Analisis sampel yang dilakukan pada modul ATR adalah sampel alkohol sedangkan
analisis sampel yang dilakukan dengan modul transmisi adalah sampel 1,5 diphenylcarbazid.

A. Analisis Sampel Alkohol.

Analisis sampel ini dilakukan dengan modul ATR pada FTIR Bruker alpha II.
Modul ATR atau modul Attenuatud Total Refrectance adalah salah satu modul dalam
FTIR yang menggunakan metode refractance atau refraksi gelombang infrared dengan
menggunakan kristal atau germanium yang kemudian akibat refraksi ini akan ada
multiplier gelombang infrared sehingga menyebabkan vibran atau getaran dalam ikatan
molekul. Berikut adalah mekanisme lengkap sistematika metode ATR.

Gambar 5.1. Mekanisme kerja modul ATR.

Dengan modul ATR ini sampel dapat berupa cairan atau liquid dan kristal atau
padatan. Dengan begitu dalam melakukan analisis alkohol kali ini dapat menggunakan
modul ATR sebagai modul pembacaan analisis dengan FTIR.
Untuk menganalisis sampel yang akan di analisis di letakan atau di teteskan
diatas kristal untuk melakukan analisis. Untuk selanjutnya modul ATR akan
memancarkan sumber infrared kemudian masuk ke inferometer untuk membelokkan
gelombang inframereah kemudian mengenai sampel dan masuk data vibran ikatan
molekul sampel ke detektor Sehingga akan didapatkan data grafik nomor gelombang
(wavenumber (cm-1)) terhadap adsorban atau transmistance (%). Data inilah yang
nantinya akan digunakan untuk membandingkan dengan database sampel dan molekuk
yang dimiliki oleh alat. Berikut adalah hasil analisis pada modul ATR dalam
spektroskopi FTIR bruker alpha II.

Gambar 5.2. hasil analisis alkohol dengan modul ATR bruker alpha II

Untuk mendapatkan grafik tersebut diperlukan software analisis FTIR dari brand
Bruker yaitu OPUS. Dengan menggunakan Sofrware OPUS juga dapat dilakukan
analisis yang lebih lanjut bukan hanya mengetahui nomor gelombang terhadap
transmintace %. yang dimana jika dilihat dari grafik diatas memiliki serapan yang tinggi
pada nomor gelombang 3340.50 cm-1, 2973.61cm-1, 2927.01 cm-1, 2886,92 cm-1,
1451.21 cm-1, 1419.47 cm-1, 1086.69 cm-1, 1044.85 cm-1. Berdasarkan gambar 2.3 dan
5.2, diketahui bahwa sampel memiliki gugus O-H (Alkohol, fenol), C-H (Alkana), C-O
(alkohol, ester, asam karboksilat), -NO2, dan beberapa gugus lainnya. Dikarenakan
adanya gugusgugus tersebut, maka software menginterpretasikan bahwa sampel tersebut
merupakan/mirip dengan etanol.

Selain dengan menyamakan nomor gelombang dengan data di internet, dengan


menggunakan software OPUS juga memiliki fitur untuk mencocokan dengan database
yang dimiliki software OPUS ini dan menunjukan bahwa seperti pada gambar 5.3.
sampel alkohol yang kami amati sangat amat mirip dengan database ethanol pada
database software.

Gambar 5.3. database sampel di software OPUS. (warna biru : grafik database
senyawa di OPUS (Ethanol CAS : 64-17-5)) (warna orange : grafik
sampel alkohol yang diamati)

Catatan dalam menganalisis suatu sampel FTIR btuker alpha II dengan modul
ATR ini memiliki waktu pengambilan data yang cukup cepat. Tidak memerlukan waktu
lama dalam menganalisis suatu sampel.

B. Analisis Sampel 1,5 diphenylcarbazid

Dalam menganalisis sampel 1,5 diphenylcarbazid dilakukan dengan


menggunakan spektroskopi FTIR bruker alpha II dan modul FTIR yang digunakan
adalah FTIR modul Transmisi. Pada modul transmisi alat atau modul tidak memerlukan
lapisan kristal untuk membuat refraksi cahaya untuk memancarkan ke sampel namun
secara umum mekanisme kerja suatu modul transmisi dapat dilihat pada gambar 2.3.

Namun, dalam menggunakan modul transmisi ini diperlukan Senyawa KBr


sebagai tambahan, fungsi KBr ini digunakan untuk padatan kristal atau cairan karena
jika tanpa KBr sampel tidak akan terbaca dengan akurat atau analisis yang terjadi tidak
dapat dibenarkan hasilnya. Atau dalam arti lain KBr memiliki fungsi sebagai bahan
pengisi atau pembentuk matriks. KBr dipilih karena KBr tidak mengganggu pengukuran
dan menunjang pengukuran. KBr tidak menghasilkan serapan pada daerah IR sehingga
yang teramati hanya serapan dari sampel (Huda&Martin, 2017).

Sehingga dalam menganalisis 1,5 diphenylcarbazid kami membuat preparasi


sampel terlebih dahulu sebelum melakukan analisis FTIR dengan modul transmisi.
Preparasi dilakukan dengan menambagkan KBr ke dalam sampel dengan perbandingan
KBr adalah 1 : 10 bagian.Setelah sampel dicampur dengan KBr, sampel digerus hingga
halus. Campuran sampel yang telah halus, lalu dipress dengan alat press agar sampel
menjadi berbentuk pellet. Ketika sampel telah berwujud pellet, maka sampel telah
selesai dan siap untuk dianalisis.

Setelah preparasi selesai selanjutnya adalah menganalisis sampel dengan modul


transmisi yang dimana hasil yang akan didapat adalah grafik nomor gelombang terhadap
transmitrance %. berikut adalah hasil analisis 1,5 diphenylcarbazid.

Gambar 5.4. hasil analisis 1,5 diphenylcarbazid dengan modul transmisi

Dalam grafik diatas yang diolah dengan menggunakan software OPUS dapat
diketahui bahwa sampel memiliki serapan IR dalam berbagai nomor gelombang.
Sehingga dapat di identifikasikan bahwa sampel memiliki gugus O-H, C-C, C -C, N-H
dan beberapa gugus lainnya sehingga melalui banyaknya gugus ini menginterpretasikan
sampel adalah 1,5 diphenylcarbazid.

Namun, karena keterbatasan database dalam software OPUS untuk database 1,5
diphenylcarbazid tidak ada. Dan sulit untuk memastikan apakah benar sampel adalah
1,5 diphenylcarbazid.

VI. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan ini dengan menggunakan alat FTIR modul
ATR dan Transmisi dapat disimpulkan bahwa :

A. FTIR adalah alat yang bekerja berdasarkan prinsip adsorpsi sinar infrared oleh sampel.
Hal ini terjadi akibat interaksi infrared terhadap ikatan molekul sehingga menimbulkan
vibran akibat terserapnya IR. Vibran ini bersifat unik pada setiap ikatan sehingga mudah
untuk dikenali.

B. Sampel yang menggunakan Modul ATR dapat digunakan langsung tanpa harus di
tambahkan KBr untuk membaguskan hasil analisis.

C. Sampel padatan kristal yang menggunakan modul Transmisi perlu dilakukan preparasi
sampel dengan menggunakan KBr 1 : 10 bagian sampel dan di press.

D. Dalam menganalisis suatu sampel dengan FTIR memiliki mekanisme kerja yang sama
yaitu suber inframerah kemudian di proses di inferometer dan selanjutnya bila
menggunakan modul ATR akan terkena kristal Ge untuk di refraksikan ke sampel
kemudian masuk detektor. Namun, jika transmisi setelah dari inferometer akan langsung
menembus sampel dan masuk detektor.

E. Pengolahaan data dan analisis data dilakukan dengan menggunakan software OPUS
yang dimana prinsipnya adalah menentukan serapan IR pada nomor gelombang ternentu
yang kemudian sampel akan di lakukan kesesuain dengan database software dan dapat
diketahui bahwa sampel 1 adalah alkohol dan sampel 2 adalah 1,5 diphenylcarbazid.
DAFTAR PUSTAKA

Khan, S. A., Khan, S. B., Khan, L. U., Farooq, A., Akhtar, K., & Asiri, A. M. (2018).
Fourier transform infrared spectroscopy: Fundamentals and application in functional
groups and nanomaterials characterization. Handbook of Materials Characterization,
317–344. https://doi.org/10.1007/978-3-319-92955-2_9
Shrivastava, N., Khan, L., Vargas, J., Ospina, C., Coaquira, J., Zoppellaro, G., Brito, H.,
Javed,Y., Shukla, D., & Felinto, M. (2017). Efficient multicolor tunability of ultrasmall
ternary-dopedLaF 3 nanoparticles: Energy conversion and magnetic behavior.
Physical Chemistry ChemicalPhysics, 19, 18660–18670.
Kauppinen, J. (1979). Working resolution of 0.010 cm−1 between 20 cm−1 and 1200 cm−1
by a Fourier spectrometer. Applied Optics, 18, 1788–1796
Smith, A. L. (1979). Applied infrared spectroscopy: Fundamentals, techniques, and
analytical problem-solving. New York: Wiley.
Sari, Erlin Purwita.(2023). Petunjuk Praktikum Kimia Analisis dan Instrumentasi.
Yogyakarta: Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia.
Nandiyanto, Asep & Oktiani, Rosi & Ragadhita, Risti. (2019). How to Read and Interpret
FTIR Spectroscope of Organic Material. Indonesian Journal of Science and
Technology. 4. 97-118. 10.17509/ijost.v4i1.15806.
Hendrajaya, Kusuma & Jamailah, Nur & Azminah, Azminah. (2021). Identifikasi Alkohol
dalam Hand Sanitizer secara Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Kemometrik.
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana). 3. 208-216. 10.24123/mpi.v3i4.4627.

Sleman, 27 Oktober 2023


Mengetahui,
Pembimbing Praktikan

Erlin Purwitasari, M. Sc Amar Saputra

Anda mungkin juga menyukai