Anda di halaman 1dari 16

YOZA FITRIADI

A1F007010


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2010

1. FOURIER-TRANSFORM INFRARED SPECTROSCOPY (FTIR)
A. Definisi FTIR
Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) atau spektoskopi infra merah merupakan suatu
metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah
rambatan.
B. Karakteristik sampel yang Dapat Diidentifikasi
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang (Tabel 1), sinar inframerah dibagi atas tiga
daerah yaitu:
1. Daerah infra merah dekat
2. Daerah infra merah pertengahan
3. Daerah infra merah jauh
Tabel 1. Daerah panjang gelombang
Jenis Panjang gelombang Interaksi Bilangan gelombang
Sinar gamma < 10 nm Emisi Inti
sinar-X 0,01 - 100 A Ionisasi Atomik
Ultra ungu (UV) jauh 10-200 nm Transisi Elektronik
Ultra ungu (UV) dekat 200-400 nm Transisi Elektronik
sinar tampak
(spektrum optik) 400-750 nm Transisi Elektronik 25.000 13.000 cm-1
Inframerah dekat 0,75 - 2,5 m Interaksi Ikatan 13.000 - 4.000 cm-1
Inframerah pertengahan 2,5 - 50 m Interaksi Ikatan 4.000 - 200 cm-1
Inframerah jauh 50 - 1.000 m Interaksi Ikatan 200 - 10 cm-1
Gelombang mikro 0,1 - 100 cm serapan inti 10 - 0,01 cm-1
Gelombang radio 1 - 1.000 meter Serapan Inti
Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut di atas, daerah panjang gelombang
yang digunakan pada alat spektroskopi inframerah adalah pada daerah inframerah pertengahan,
yaitu pada panjang gelombang 2,5 50 m atau pada bilangan gelombang 4.000 200 cm-1 .
Daerah tersebut adalah cocok untuk perubahan energi vibrasi dalam molekul. Daerah inframerah
yang jauh (400-10cm-1, berguna untuk molekul yang mengandung atom berat, seperti senyawa
anorganik tetapi lebih memerlukan teknik khusus percobaan.
Metode Spektroskopi inframerah ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa
yang belum diketahui,karena spektrum yang dihasilkan spesifik untuk senyawa tersebut. Metode
ini banyak digunakan karena:
Cepat dan relatif murah
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul (Tabel 2)
Spektrum inframerah yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu dapat
menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut.
Tabel 2. Serapan Khas Beberapa Gugus Fungsi
Gugus Jenis senyawa Daerah serapan (cm-1)
C-H Alkana 2850-2960, 1350-1470
C-H Alkena 3020-3080, 675-870
C-H Aromatik 3000-3100, 675-870
C-H Alkuna 3300
C=C Alkena 1640-1680
C=C Aromatik (cincin) 1500-1600
C-O Alkohol, eter, asam karboksilat, ester 1080-1300
C=O Aldehida, keton, asam karboksilat, ester 1690-1760
O-H Alkohol, fenol(monomer) 3610-3640
O-H Alkohol, fenol (ikatan h) 2000-3600 (lebar)
O-H Asam karboksilat 3000-3600 (lebar)
N-H Amina 3310-3500
C-N Amina 1180-1360

C. Penggunaan Spektrometer FTIR
1. Prinsip Kerja Spektometer FTIR
Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR adalah dari persamaan gelombang yang
dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari
Perancis. Fourier mengemukakan deret persamaan gelombang elektronik sebagai :

dimana :
a dan b merupakan suatu tetapan
t adalah waktu
adalah frekwensi sudut (radian per detik)
( = 2 f dan f adalah frekwensi dalam Hertz)
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau
daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah
waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform).






Spektrofotometer FTIR
Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen FTIR dipakai dasar daerah waktu yang non
dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi elektromagnetik yang
berdasarkan daerah waktu adalah interferometer yang dikemukakan oleh Albert Abraham
Michelson (Jerman, 1831).



2. Daerah Identifikasi
Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi tekuk, khususnya vibrasi rocking
(goyangan), yaitu yang berada di daerah bilangan gelombang 2000 400 cm-1. Karena di daerah
antara 4000 2000 cm-1 merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk identifkasi gugus
fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan
daerah antara 2000 400 cm-1 seringkali sangat rumit. Dalam daerah 2000 400 cm-1 tiap
senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut
sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada daerah 4000 2000 cm-1
menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000 400 cm-1 juga harus menunjukkan pola
yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama.
3. Cara Kerja spektrofotometer FTIR
Sistim optik Spektrofotometer FTIR seperti pada gambar dibawah ini dilengkapi dengan cermin
yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra merah akan
menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M ) dan jarak
cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya
disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor
terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan sistim optik dari Spektrofotometer
IR yang didasarkan atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistim optik Fourier
Transform Infra Red.

sistim optik Fourier Transform Infra Red.
Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated
Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi
infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih
baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra Glycerine Sulphate)
atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih banyak digunakan karena
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih
baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh
temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah.
4. Penafsiran Spektrum Inframerah
Penafsiran spektrum inframerah tidak ada aturan kaku, namun syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi untuk menafsirkan suatu spektrum adalah:
Spektrum harus terselesaikan dan intensitas cukup memadai
Spektrum diperoleh dari senyawa murni
Spektrofotometer harus dikalibrasi sehingga pita yang teramati sesuai dengan frekuensi atau
panjang gelombangnya. Kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan standar yang dapat
diandalkan, seperti polistirena film.
Metode persiapan sampel harus ditentukan. Jika dalam bentuk larutan, maka konsentrasi
larutan dan ketebalan sel harus ditunjukkan
D. Keunggulan Spektrofotometer FTIR
Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer FTIR memiliki dua kelebihan
utama dibandingkan metoda konvensional lainnya, yaitu :
1. Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis
dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning.
2. Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab
radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (slitless).
2. ULTRAVIOLET AND VISIBLE ABSORPTION SPECTROSCOPY (UV VIS)
A. Definisi
Ultraviolet and visible absorption spectroscopy atau UV-Vis merupakan suatu cara pengukuran
untuk penipisan atau pelemasan sinar dari suatu cahaya baik setelah sampel itu terlewatkan
ataupun setelah refleksi dari permukaan sampel. Spektroskopi UV-Vis ini pada umumnya
berguna untuk analisis kuantitatif langsung (kromofor, nitrat, nitrit, kromat) dan tak langsung
(ion logam transisi).
B. Macam-macam UV VIS Spektrofotometer
Berdasarkan konfigurasi optiknya terdapat 3 jenis spektrofotometer:
a. Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang dilewatkan melalui cuvet.
Blanko, larutan standar dan contoh diperiksa secara bergantian.




b. Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh cermin yang berputar
(chopper).
- Berkas pertama melalui cuvet berisi blanko
- Berkas kedua melalui cuvet berisi standar atau contoh
Blanko dan contoh diperiksa secara bersamaan seperti terlihat pada gambar. Blanko berguna
untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau Io dari sumber cahaya. Dengan
adanya blanko dalam alat kita tidak lagi mengontrol titik nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal
ini berbeda jika pada single beam.

c. Multi Channel
Terdapat beberapa ciri dari spektroskopi ini, diantaranya:
Tanpa monokromator
Mendispersikan cahaya dengan panjang gelombang yang sama
Mahal
Resolusi terbatas
C. Penggunaan Spektrofotometer UV-Vis
Pada spektroskopi UV-Vis, energi cahayanya yang terserap digunakan untuk transisi elektron
dan senyawa dengan gugus tertentu bisa menyerap sinar dalam panjang gelombang cahaya
tertentu. Hal ini yang selanjutnya digunakan dalam uji analisa, baik kualitatif maupun kuantitatif.
1. perhitungan kuantitatif bisa diketahui dari harga absorbansinya
2. mungkin yang dimaksud adalah titik isobestik, yaitu panjang gelombang di mana dua zat atau
lebih memiliki absorbtivitas molar yang sama
Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif, tetapi dapat juga untuk
analisa kualitatif. Untuk analisis kualitatif yang diperhatikan adalah :
Membandingkan maksimum.
Membandingkan serapan (A), daya serap (a)
Membandingkan spektrum serapannya.

D. Penyerapan Sinar UV & Visibel Oleh Molekul
Penyerapan (absorbsi) sinar UV dan Visibel pada umumnya dihasilkan oleh eksitasi elektron-
elektron ikatan. Jenis penyerapan energi UV dan Visibel :
a. Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan
Perpindahan/lompatan elektron yang mungkin terjadi akibat adanya sinar adalah:

Pada tiap kemungkinan, suatu elektron tereksitasi dari orbital yang terisi penuh ke orbital anti-
ikatan yang kosong. Tiap lompatan elektron memerlukan energi dari sinar, dan lompatan yang
besar pasti membutuhkan energi yang lebih besar dari pada lompatan yang kecil.
Suatu spektrometer serapan bekerja pada daerah panjang gelombang sekitar 200 nm (pada ultra-
violet dekat) sampai sekitar 800 nm (pada infra-merah sangat dekat). Lompatan elektron yang
mungkin menyerap sinar pada daerah itu jumlahnya terbatas.
Lompatan yang penting ditunjukan dengan panah hitam, dan yang tidak mungkin dengan warna
abu-abu. Panah dengan titik-titik abu-abu menunjukan lompatan yang menyerap sinar di luar
daerah spektrum yang kita amati.

Ingat bahwa lompatan yang lebih besar membutuhkan energi yang lebih besar dan menyerap
sinar dengan panjang gelombang yang lebih pendek. Lompatan yang ditunjukan dengan tanda
panah abu-abu menyerap sinar UV dengan panjang gelombang yang lebih rendah dari 200 nm.
Lompatan yang penting diantaranya:
Dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-ikatan;
Dari orbital non-ikatan ke orbital pi anti-ikatan;
Dari orbital non-ikatan ke orbital sigma anti-ikatan.
Artinya untuk menyerap sinar pada daerah antara 200 800 nm (pada daerah dimana spektra
diukur), molekul harus mengandung ikatan pi atau terdapat atom dengan orbital non-ikatan. Ingat
bahwa orbital non-ikatan adalah pasangan elektron bebas, misalnya pada oksigen, nitrogen, atau
halogen. Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut sebagai gugus kromofor.
Absorbsi Anion Anorganik
Sejumlah anion anorganik memperlihatkan puncak absorbsi ultraviolet sebagai akibat transisi
electron np*. Contoh meliputi yaitu anion np* nitrate (313 nm), karbonat (217 nm), nitrit (360
dan 280 nm), azido (239 nm) dan tritiokarbonat (500 nm).
Diagram berikut menunjukkan spektrum serapan sederhana carbonate. Absorbansi (pada sumbu
tegak) adalah ukuran banyaknya sinar yang diserap. Nilai yang lebih tinggi, berarti lebih banyak
panjang gelombang khas yang diserap.

Terlihat puncak serapan pada 217 nm. Ini berada pada daerah ultra-violet dan tidak ada tanda
yang menunjukan penyerapan pada daerah sinar tampak berarti carbonate tidak berwarna. Pada
carbonate, ada elektron non-ikatan (pasangan electron bebas) dan electron pi sebagai bagian dari
ikatan rangkap dua. Artinya bahwa dimungkinkan terjadi dua penyerapan yang penting dari
diagram energi terakhir.
Akan didapatkan satu elektron tereksitasi dari orbital pi ikatan ke orbital pi anti-ikatan, atau
eksitasi elektron pasangan bebas pada oksigen (orbital non-ikatan) ke orbital pi anti-ikatan.

Orbital non-ikatan memiliki energi yang lebih tinggi daripada orbital pi ikatan. Artinya,
lompatan elektron dari pasangan bebas pada atom oksigen ke orbital pi anti-ikatan memerlukan
energi yang lebih rendah. Dapat diartikan juga elektron dari pasangan bebas pada atom oksigen
menyerap sinar dengan frekuensi yang lebih rendah dan karena itu panjang gelombangnya lebih
tinggi.
Karena itu carbonate menyerap sinar dari dua panjang gelombang yang berbeda:
pi ikatan ke pi anti-ikatan puncak serapannya pada 180 nm;
non-ikatan ke pi anti-ikatan puncak serapannya pada kisaran 200-800 nm.
Kedua serapan ini berada pada daerah ultra-violet, tetapi sebagian besar spektrometer tidak dapat
membaca serapan pada 180 nm karena spektrometer tersebut bekerja pada kisaran 200-800 nm.



b. Penyerapan oleh transisi elektron d dan f dari molekul kompleks
Ion logam transisi (golongan B) menyerap pada daerah UV-Vis, proses absorpsi berasal dari
transisi elektronik pada orbital 3d dan 4d.
Ion-ion dan komplek-komplek dari 18 unsur transisi deret pertama dan kedua cenderung
mengabsorbsi sinar tampak. Berbeda dengan unsur-unsur aktinida dan laktinida, unsur-unsur
transisi ini sering mempunyai pita absobsi yang melebar dan sangat dipengaruhi oleh factor
lingkungan. Contoh pengaruh lingkungan ditemukan di dalam ion aquo-tembaga(11)yang
berwarna biru muda dan biru tua untuk komplek tembaga dengan ammonia.
Seri lanthanide dan actinide : proses absorpsi terjadi sebagai hasil dari transisi elektronik pada
orbital 4f dan 5f. Berbeda dengan sifat kebanyakan pengabsorbsi anorganik dan pengabsorbsi
organic, spectra ino-ino lantanida dan aktinida meruncing, jelas dan has, yang sedikit
dipengaruhi oleh jenis ligan yang bergabung dengan ion logam tersebut. Hal ini dapat
disebabkan karena orbital-orbital dalam dihalangi boleh pengaruh luar electron-elektron yang
menempati bilangan kuantum utama yang lebih tinggi.
c. Penyerapan oleh perpindahan muatan
Untuk maksud analitik, zat-zat yang menunjukkan absorbsi perpindahan muatan sangat
penting,karena absorbsibvitas molarnya sangat besar(mak >10.000). Hal ini meningkatkan
kesensitipan pendekatan dan penentuan zat-zat pengabsorbsi. Beberapa kompleks anorganik
memperlihatkan absorbsi perpindahan muatan dan karenanya disebut komplek perpindahan
muatan (Change-transfer complexes). Contoh yang umum dari komplek tersebut adalah
komplek-komplek besi(III) tiosinat dan fenolat. Besi (II) o-penantrolina komplek molekul
yodium yodida dan komplek fero-feri sianida yang berwarna biru prussia.
Suatu komplek memperlihatkan spectrum perpindahan muatan, kalau salah satu komponennya
mempunyai sifat penunjang electron(electron donor), maka komponen lain yang bersifat
penerima electron (elektron acceptor).
Absorbsi radiasi menyebabkan perpindahan electron dari donor ke akseptor. Akibatnya, bentuk
tereksitasi merupakan hasil proses oksidasi-reduksi internal. Sifat ini berbeda dengan sifat
kromofor organic, dimana electron dalam keadaan tereksitasi berada dalam orbital molekul yang
di bentuk oleh dua ataom atau lebih.
Contoh absorbsi perpindahan electron yang terkenal ditemukan di dalam komplek besi(III)
tiosianat. Pengabsorbsian foton menghasilkan perpindahan suatu elektrondari ion tiosianat ke
orbital ion besi (III). Hasilnya adalah bentuk tereksitasi yang terdiri dari besi (II) dan radikal
netral tiosianat SCN. Seperti jenis eksitasi electron lainnya, electron tersebut kembali ke keadaan
semulanya setelah waktu tertentu. Kadang-kadang, disosiasi komplek tereksitasi dapat terjadi
menghasilkan produk oksidasi-reduksi fotokimia. Semakin besar kecenderungan perpindahan
electron, semakin kecil energi diperlukan pada proses perpindahan electron dan menyebabkan
komplek mengabsorbsi radiasi pada panjang gelombang yang lebih besar. Contoh, ion tiosianat
adalah donor electron yang lebih baik daripada ion klorida. Jadi absorbsi komplek besi (III)
klorida terjadi di daerah ultra violet.
Umumnya, di dalam Change-transfer komplek yang melibatkan ion logam-logam bertindak
sebagai aseptor electron. Kecuali di dalam kompleks besi (II)o-fenantrolina atau tembaga(I)o-
fenantrolina, ligan merupakan akseptor elektrondari ion logam sebagai donor electron.
Senyawa-senyawa organic dapat membentuk charge transfer komplek. Contoh, quinhidron
(Quinhydrone), komplek quinine dan hydroquinone dengan perbandingan1:1, memperlihatkan
absorbsi yang kuat pada daerah sinar tampak. Contoh lain meliputi komplek-komplek yodium
dengan amina, aromatic dan sulfide

3. GAS CHROMATOGRAPHY (GC)
A. Definisi
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan zat kimia yang bergantung pada perbedaan
perilaku partisi antara fase gerak mengalir dan fase diam untuk memisahkan komponen-
komponen dalam campuran.
Kromatografi Gas (GC jenis u) ini merupakan jenis umum dari kromatografi yang digunakan
dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa yang dapat menguap tanpa
dekomposisi. Khas menggunakan GC termasuk pengujian kemurnian suatu zat tertentu, atau
memisahkan berbagai komponen campuran (jumlah relatif dari komponen tersebut juga dapat
ditentukan). Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam mengidentifikasi senyawa.
Dalam kromatografi preparatif, GC dapat digunakan untuk mempersiapkan senyawa murni dari
campuran.
B. Aspek-aspek Penting dalam Kromatografi Gas
Terdapat beberapa aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam penggunaan kromatografi
gas ini, diantaranya adalah:
Gas pembawa
Gas pembawa berfungsi sebagai fasa bergerak. Kebiasaannya helium dan nitrogen digunakan
sebagai gas pembawa. Tekanan gas yang berada dalam tangki gas dengan sendirinya membantu
menggerakkan gas tersebut melalui komponen-komponen GC.
Sistem penyuntikan sampel
Tujuan penyuntik sampel dalam kromatografi gas untuk memasukkan sampel ke dalam turus.
Secara umum, sistem penyuntikan sampel terdiri daripada septa, pemanas dan liner. Sampel
disuntik menggunakan picagari ke dalam sistem penyuntikan sampel. Sampel disuntik melalui
septum yang segera tertutup semula setelah picagari tersebut dicabut. Sampel yang disuntik akan
masuk ke dalam liner dan dipanaskan serta merta hingga meruap. Sampel yang telah meruap
kemudiannya akan digerak masuk ke dalam turus.

Ketuhar
Ketuhar yang digunakan dalam GC menggerakkan udara panas di sekeliling turus supaya suhu
turus dalam keadaan sekata. Suhu turus GC memainkan peranan dalam mempengaruhi masa
penahanan dan pemisahan analit.
Turus
Turus digunakan untuk memisahkan sampel kepada komponen-komponennya. Turus yang
digunakan untuk gc biasanya turus kapilari dengan kebiasaannya panjang melebihi 10 meter
malah ada yang mencecah 30 dan 50 meter, bergantung kepada keperluan analisis. Turus GC
boleh dibezakan mengikut jenis padatannya. Ada yang dari jenis polar, non polar dan
intermediate. Komponen-komponen yang telah terpisah di dalam turus kapilari tersebut, akan
bergerak masuk ke dalam pengesan.
Pengesan
Pengesan mengukur kepekatan sesuatu komponen yang telah keluar dari turus. Pengesan
kemudiannya akan menghantar isyarat kepada sistem pengendalian data. Terdapat pelbagai jenis
pengesan untuk GC contohnya, TCD dan FID.
Sistem pengendalian data
Sistem pengendalian data berfungsi untuk menterjemahkan isyarat yang diterima dari pengesan,
kepada bentuk lakaran atau data. Lakaran biasanya berbentuk puncak. Data yang diperolehi pula
biasanya berkenaan keluasan atau ketinggian puncak. Dari lakaran dan data tersebut maklumat-
maklumat seperti kepekatan sampel dan profail sampel yang dianalisis boleh diketahui. Alat
perakam (chromatopac) dan komputer yang dilengkapi perisian menganalisis data adalah dua
contoh sistem pengendalian data.



C. Prinsip-prinsip Kerja dalam Kromatografi Gas
Kromatografi gas lebih serius daripada pembatasan kelarutan pada kromatografi cair, secara
keseluruhan memang demikian. Akan tetapi, jika kita ingat bahwa suhu sampai 4000C dapat
dipakai pada kromatografi gas dan bahwa kromatografi dilakukan secara cepat untuk
meminimumkan penguraian, pembatasan itu menjadi tidak begitu perlu. Disamping itu, pada
GC, senyawa yang tak atsiri sering dapat dibah menjadi turunan yang lebih atsiri dan lebih stabil
sebelum kromatografi.
Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap.
Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan
dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangn. Ada
beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat menggunakan kolom lebih panjang
untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gs dan uap mempunyai viskositas yang
rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga
analisis relative cepat dan sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair
tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah tehnik ini
terbatas unruk zat yang mudah menguap.
Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang
sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa detik utnuk campuran
sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen.
Komponen campuran dapat diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi)
yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama
suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat pada kromatogram
dan serupa dengan volume tambat dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya
(kuantitas) komponen campuran dapat pula diukur secara teliti. Kekurangan utama CG adalah
bahwa ia tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan
pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g mungkin dilakukan;
tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika tidak ada metode lain.
Pada CG, kolom dapat dipakai kembali dan jika dirawat dengan baik dapat tahan lama.
Perawatan harus dilakukan karena kolom dapat sangat mahal.
Fase diam pada CG biasanya berupa cairan yang disaputkan pada bahan penyangga padat yang
lembab, bukan senyawa padat yang berfungsi sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi
gas-padat). Sistem gas-padat telah dipakai secara luas dalam pemurnian gas dan penghilangan
asap, tetapi kurang kegunaannya dalam kromatografi.
Satu-satunya pembatas pada pemilihan cairan yang demikian ialah bahwa zat cair itu harus stabil
dan tidak atsiri pada kondisi kromatografi. Akan tetapi, keadaan ini berubah akibat
pengembangan fase terikat dan pemakaian kolo kapiler atau kolom tabung terbuka yang sangat
efisien. Pada fase terikat, cairan sebenarnya terikat pada penyangga padat atau pada dinding
koplom kapiler, tidak hanya disaputkan begitu saja. Pemakaian detector untuk menganalisis
efluen kromatograf secara sinambung telah memungkinkan adanya CG. Pada CG, tersedianya
berbagai detector, pemakaiannya yang umum untuk banyak jenis senyawa, dan tingkat
kepekaannya yang tinggi telah memungkinkan penentuan secara teliti berbagai jenis komponen
dalam kisaran yang besar, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat kecil. Tersedianya detector
selektif, misalnya detector yang hanya mendeteksi senyawa yang mengandung P, N, atau S
merupakan hal yang sangat penting pula.
D. Metode Penggunaan Kromtografi Gas
Metode ini adalah kumpulan kondisi di mana GC beroperasi untuk analisis tertentu. Metode
pembangunan adalah proses penentuan kondisi apakah memadai dan atau ideal untuk analisis
diperlukan.
Kondisi yang dapat bervariasi untuk mengakomodasi analisis diperlukan adalah suhu inlet,
temperatur detektor, kolom suhu dan program suhu, gas pembawa dan tingkat gas pembawa
aliran, fase diam kolom itu, diameter dan panjang, jenis inlet dan laju aliran, ukuran sampel dan
injeksi teknik. Tergantung pada detektor (s) (lihat di bawah) diinstal pada GC, mungkin ada
sejumlah kondisi detektor yang juga dapat bervariasi. Beberapa GCS juga termasuk katup yang
dapat mengubah rute sampel dan arus carrier. Waktu pembukaan dan penutupan katup-katup ini
bisa menjadi penting untuk pengembangan metode.






Gambar di atas menunjukkan interior sebuah GeoStrata Technologies Eclipse Kromatografi Gas
yang berjalan terus menerus dalam tiga siklus menit. Dua katup digunakan untuk beralih gas uji
ke dalam loop sampel. Setelah mengisi loop uji sampel dengan gas, katup-katup akan diaktifkan
kembali memberi tekanan gas pembawa ke loop sampel dan memaksa sampel melalui kolom
untuk pemisahan.
1. Seleksi Gas Pembawa dan Tingkat Aliran
Gas pembawa yang khas termasuk helium, nitrogen, argon, hidrogen dan udara. Yang
menggunakan gas biasanya ditentukan oleh detektor yang digunakan, misalnya, DID
membutuhkan helium sebagai gas pembawa. Ketika menganalisis sampel gas, namun, pembawa
ini kadang-kadang dipilih berdasarkan matriks sampel, misalnya, ketika menganalisis campuran
di argon, sebuah kapal argon lebih disukai, karena argon dalam sampel tidak muncul pada KL.
Keselamatan dan ketersediaan juga dapat mempengaruhi pemilihan operator, misalnya, hidrogen
yang mudah terbakar, dan tinggi kemurnian helium bisa sulit diperoleh di beberapa wilayah di
dunia. (Lihat: Helium - kejadian dan produksi.)
Kemurnian gas pembawa juga sering ditentukan oleh detektor, meskipun tingkat sensitivitas
yang diperlukan juga dapat memainkan peran penting. Biasanya, kemurnian 99,995% atau lebih
tinggi digunakan. Perdagangan nama untuk kemurnian khas termasuk "Zero Grade," "Ultra-High
Purity (UHP) Grade," "4,5 Grade" dan "5,0 Grade."
Gas pembawa mempengaruhi laju alir analisis dengan cara yang sama bahwa suhu (lihat di atas).
Semakin tinggi laju alir analisis lebih cepat, tetapi semakin rendah pemisahan antara analit.
Memilih laju aliran sehingga kompromi sama antara tingkat pemisahan dan analisis sebagai
panjang memilih temperatur kolom.
Dengan GCS dibuat sebelum tahun 1990-an, laju alir pembawa dikontrol secara tidak langsung
dengan mengontrol tekanan carrier inlet, atau "tekanan kepala kolom." Tingkat aliran aktual
diukur di outlet kolom atau detektor dengan flow meter elektronik, atau gelembung flow meter,
dan dapat menjadi terlibat, memakan waktu, dan proses frustrasi. Pengaturan tekanan tidak dapat
bervariasi selama menjalankan, dan dengan demikian aliran pada dasarnya konstan selama
analisis. Hubungan antara laju aliran dan tekanan inlet dihitung dengan persamaan Poiseuille
untuk cairan kompresif.
GCS modern Namun, banyak elektronik mengukur laju alir, dan elektronik mengontrol tekanan
gas pembawa untuk mengatur laju aliran. Akibatnya, pembawa tekanan dan laju aliran dapat
disesuaikan selama menjalankan, tekanan membuat program aliran / mirip dengan program suhu.
2. Seleksi Kolom Senyawa
Polaritas [[)) dari zat terlarut sangat penting untuk pilihan senyawa stasioner, yang dalam kasus
yang optimal akan memiliki polaritas yang sama daripada zat terlarut. fase stasioner umum
dalam kolom tabung terbuka dimetil Polisiloksan cyanopropylphenyl, polietilen carbowax,
Polisiloksan cyanopropylphenyl biscyanopropyl dan Polisiloksan dimetil difenil. Untuk kolom
dikemas ada lebih banyak pilihan yang tersedia
3. Jenis dan Tingkat Aliran Inlet
Pemilihan jenis inlet tergantung pada teknik dan injeksi sampel apakah dalam bentuk cair, gas,
terserap, atau bentuk padat, dan apakah matriks pelarut hadir yang harus menguap. sampel
terlarut dapat diperkenalkan langsung ke kolom melalui injektor COC, jika kondisi sangat
terkenal, jika sebuah matriks pelarut harus menguap dan sebagian dihapus, S / SL injector
digunakan (teknik injeksi yang paling umum); sampel gas ( misalnya, silinder udara) biasanya
disuntikkan dengan menggunakan sistem katup gas switching; teradsorpsi sampel (misalnya,
pada tabung adsorben) diperkenalkan baik menggunakan eksternal (on-line atau off-line)
desorpsi aparat seperti sistem pembersihan-dan-perangkap , atau desorbed di S / SL injektor
(SPME aplikasi).
4. Ukuran Sampel Dan Teknik Injeksi
Analisis kromatografi nyata dimulai dengan pengenalan sampel ke kolom. Pengembangan
kromatografi gas kapiler mengakibatkan masalah praktis dengan teknik injeksi. Teknik injeksi
on-kolom, sering digunakan dengan kolom dikemas, biasanya tidak mungkin dengan kolom
kapiler. Sistem injeksi, dalam kromatografi gas kapiler, harus memenuhi dua persyaratan berikut:
1. Jumlah yang disuntikkan tidak harus membebani kolom.
2. Lebar dari plug disuntikkan harus kecil dibandingkan dengan penyebaran karena proses
kromatografi. Kegagalan untuk mematuhi persyaratan ini yang akan mengurangi kemampuan
pemisahan kolom. Sebagai aturan umum, volume injeksi, Vinj, dan volume sel detektor, Vdet,
harus sekitar 1 / 10 dari volume yang ditempati oleh sebagian sampel mengandung molekul
bunga (analit) ketika mereka keluar kolom.
Beberapa persyaratan umum, teknik injeksi yang baik harus memenuhi, adalah:
1. Injeksi ini untuk mendapatkan efisiensi yang optimal pemisahan kolom itu.
2. Injeksi ini harus memungkinkan suntikan akurat dan direproduksi dalam jumlah kecil sampel
yang representatif.
3. Injeksi ini harus mendorong tidak ada perubahan dalam komposisi sampel. Seharusnya tidak
menunjukkan diskriminasi berdasarkan perbedaan titik didih, polaritas, konsentrasi atau termal /
stabilitas katalis.
4. Harus berlaku untuk melacak analisis serta untuk sampel murni.

5. Seleksi Kolom
Temperatur suhu Kolom dan program Sebuah kromatografi gas oven, terbuka untuk
menunjukkan kolom kapiler. Kolom (s) dalam GC yang terkandung dalam oven, suhu yang
justru dikontrol secara elektronik. (Ketika membicarakan suhu "dari kolom," seorang analis
secara teknis mengacu pada suhu oven kolom. Tingkat di mana sampel melewati kolom
berbanding lurus dengan suhu kolom. Semakin tinggi suhu kolom, sampel bergerak lebih cepat
melalui kolom. Namun, sampel bergerak lebih cepat melalui kolom, semakin sedikit berinteraksi
dengan fase diam, dan kurang analit dipisahkan.
Secara umum, suhu kolom dipilih untuk kompromi antara panjang analisis dan tingkat
pemisahan. Sebuah metode yang memegang kolom pada temperatur yang sama untuk seluruh
analisis disebut "isotermal." Sebagian besar metode, peningkatan suhu kolom selama analisis,
temperatur awal, tingkat kenaikan suhu (suhu "ramp") dan suhu akhir disebut program "suhu."
Sebuah program suhu memungkinkan analit yang elute awal analisis untuk memisahkan secara
memadai, sementara memperpendek waktu yang diperlukan untuk analit akhir-eluting melewati
kolom.
6. Analisis dan Reduksi data
a. Analisis kualitatif:
Secara umum data kromatografi disajikan sebagai grafik respons detektor (y-axis) terhadap
waktu retensi (x-axis), yang disebut suatu kromatogram. Spektrum ini memberikan puncak untuk
sampel yang mewakili hadir analit dalam suatu sampel eluting dari kolom pada waktu yang
berbeda. Retensi waktu dapat digunakan untuk mengidentifikasi kondisi analit jika metode yang
konstan. Selain itu, pola puncak akan konstan untuk sampel dalam kondisi konstan dan dapat
mengidentifikasi campuran analit kompleks. Dalam aplikasi paling modern namun GC
terhubung ke detektor spektrometer massa atau serupa yang mampu mengidentifikasi analit
diwakili oleh puncak.
b. Analisis kuantitatif
Luas di bawah puncak adalah sebanding dengan jumlah yang hadir analit dalam kromatogram
itu. Dengan memperhitungkan daerah puncak menggunakan fungsi matematika integrasi,
konsentrasi dari analit dalam sampel asli dapat ditentukan. Konsentrasi dapat dihitung
menggunakan kurva kalibrasi dibuat dengan menemukan jawaban untuk serangkaian konsentrasi
analit, atau dengan menentukan faktor respons relatif dari suatu analit. Faktor respons relatif
adalah rasio diharapkan dari suatu analit ke standar internal (atau standar eksternal) dan dihitung
dengan mencari respon diketahui jumlah analit dan jumlah konstan standar internal (bahan kimia
yang ditambahkan ke sampel di sebuah konstanta konsentrasi, dengan waktu retensi yang
berbeda untuk analit tersebut).

4. X-RAY DIFFRACTION (XRD)
A. Definisi
X-ray difraction/XRD atau spektroskopi difraksi sinar-X merupakan salah satu metoda
karakterisasi material yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material
dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel.
Difraksi sinar-X ini terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah
kisi periodik. Hamburan monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan interferensi
yang konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi kristal adalah
berdasarkan persamaan Bragg :
n. = 2.d.sin ; n = 1,2,...
Dengan adalah panjang gelombang sinar-X yang digunakan, d adalah jarak antara dua bidang
kisi, adalah sudut antara sinar datang dengan bidang normal, dan n adalah bilangan bulat yang
disebut sebagai orde pembiasan.
Keuntungan utama penggunaan sinar-X dalam karakterisasi material adalah kemampuan
penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat tinggi akibat panjang gelombangnya yang
pendek. Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,5-2,0 mikron.
Sinar ini dihasilkan dari penembakan logam dengan elektron berenergi tinggi. Elektron itu
mengalami perlambatan saat masuk ke dalam logam dan menyebabkan elektron pada kulit atom
logam tersebut terpental membentuk kekosongan. Elektron dengan energi yang lebih tinggi
masuk ke tempat kosong dengan memancarkan kelebihan energinya sebagai foton sinar-X.
B. Sumber dan Sifat Sinar X
Sinar X merupakan radiasi elektromagnetik yang memiliki energi tinggi sekitar 200 eV sampai 1
MeV. Sinar X dihasilkan oleh interaksi antara berkas elektron eksternal dengan elektron pada
kulit atom. Spektrum Sinar X memilki panjang gelombang 10-5 10 nm, berfrekuensi 1017 -
1020 Hz dan memiliki energi 103 -106 eV. Panjang gelombang sinar X memiliki orde yang sama
dengan jarak antar atom sehingga dapat digunakan sebagai sumber difraksi kristal.
Difraksi Sinar X merupakan teknik yang digunakan dalam karakteristik material untuk
mendapatkan informasi tentang ukuran atom dari material kristal maupun nonkristal. Difraksi
tergantung pada struktur kristal dan panjang gelombangnya. Jika panjang gelombang jauh lebih
dari pada ukuran atom atau konstanta kisi kristal maka tidak akan terjadi peristiwa difraksi
karena sinar akan dipantulkan sedangkan jika panjang gelombangnya mendekati atau lebih kecil
dari ukuran atom atau kristal maka akan terjadi peristiwa difraksi.
Skema Tabung Sinar X
Sinar X dihasilkan dari tumbukan antara elektron kecepatan tinggi dengan logam target. Dari
prinsip dasar ini, maka alat untuk menghasilkan sinar X harus terdiri dari beberapa komponen
utama, yaitu :
a. Sumber elektron (katoda)
b. Tegangan tinggi untuk mempercepat elektron
c. Logam target (anoda)
Ketiga komponen tersebut merupakan komponen utama suatu tabung sinar X. Skema tabung
sinar X dapat dilihat pada Gambar







C. Komponen dalam XRD
Komponen XRD ada 2 macam yaitu:
1. Slit dan film
2. Monokromator
Sinar-X dihasilkan di suatu tabung sinar katode dengan pemanasan kawat pijar untuk
menghasilkan elektron-elektron, kemudian electron-elektron tersebut dipercepat terhadap suatu
target dengan memberikan suatu voltase, dan menembak target dengan elektron. Ketika elektron-
elektron mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron-elektron dalam target,
karakteristik spektrum sinar-X dihasilkan.
Spektrum ini terdiri atas beberapa komponen-komponen, yang paling umum adalah K dan K.
Ka berisi, pada sebagian, dari K1 dan K2. K1 mempunyai panjang gelombang sedikit lebih
pendek dan dua kali lebih intensitas dari K2. Panjang gelombang yang spesifik merupakan
karakteristik dari bahan target (Cu, Fe, Mo, Cr). Disaring, oleh kertas perak atau kristal
monochrometers, yang akan menghasilkan sinar-X monokromatik yang diperlukan untuk
difraksi. Tembaga adalah bahan sasaran yang paling umum untuk diffraction kristal tunggal,
dengan radiasi Cu K =05418. Sinar-X ini bersifat collimated dan mengarahkan ke sampel.
Saat sampel dan detektor diputar, intensitas Sinar X pantul itu direkam. Detektor akan merekam
dan memproses isyarat penyinaran ini dan mengkonversi isyarat itu menjadi suatu arus yang
akan dikeluarkan pada printer atau layar komputer.
D. Cara Kerja Difraksi Sinar X
Percobaan dengan menggunakan difraksi sinar X kebanyakan terbatas pada zat padat saja. Hasil
yang paling baik akan diperoleh apabila digunakan satu kristal tunggal. Tetapi, percobaan
difraksi sinar ini dapat pula dilakukan dengan menggunakan padatan dalam bentuk serbuk yang
sebenarnya terdiri dari kristal-kristal yang sangat kecil. Atau dapat juga menggunakan padatan
dalam bentuk kumparan yang biasa digunakan untuk menentukan struktur molekul yang
mempunyai ukuran yang sangat besar, seperti DNA, protein, dan sebagainya.









Alat yang digunakan untuk mengukur dan mempelajari difraksi sinar X dinamakan Goniometer.
Pada metoda kristal tunggal, sebuah kristal yang berkualitas baik diletakkan sedemikian rupa
sehingga dapat berotasi pada salah satu sumbu kristalnya. Ketika kristal itu diputar pada salah
satu sumbu putar, seberkas sinar X monokromatik dipancarkan ke arah kristal. Ketika kristal
berputar, perangkat-perangkat bidang yang ada dalam kristal berurutan akan memantulkan
berkas sinar X. berkas sinar X yang dipantulkan ini kemudian direkam pada sebuah piringan
fotografik. Jika yang digunakan piringan datar, akan diperoleh suatu pola seperti terlihan pada
gambar dibawah ini. tetapi apabila yang digunakan adalah film fotografik yang lengkung
berbentuk silinder dengan kristal yang diuji terletak ditengah silinder, maka akan diperoleh suatu
deretan spot yang berbentuk garis lurus sehingga pengukuran akan menjadi semakin mudah.
Masalah utama dalam metoda difraksi sinar X ini adalah bagaimana menghubungkan pola spot
yang diperoleh dengan posisi ion atau atom dalam unit sel. Memang dari jarak antar spot, kita
dapat mengetahui dimensi unit sel, tetapi letak atom atau ion dalan unit sel sangat sulit
ditentukan . Salah satu cara untuk mengatasi hal diatas adalah dengan jalan mula-mula kita
menduga struktur molekul dan kemudian memperkirakan difraksi sinar X yang mungkin
diperoleh. Difraksi sinar X yang kita perkirakan kemudian kita bandingkan dengan hasil
percobaan. Adanya perbedaan antara pola difraksi hasil perkiraan dan hasil percobaan
menunjukkan struktur molekul yang kita perkirakan masih salah dengan membandingkan kedua
pola difraksi, kita dapat membuat perbaikan-perbaikan sehingga hasilnya diperoleh struktur
molekul yang tepat, tetapi dalam beberapa kasus, misalnya apabila jumlah atom dalam unit sel
sangat banyak, metode diatas menjadi tidak parktis lagi. Dalam kasus seperti ini biasanya posisi
atom atau ion ditentukan berdasarkan intensitas relatif dari spot yang diasilkan.
Ketika sinar X menumbuk kristal, sebenarnya elektron yang terdapat di sekeliling atom atau
ionlah yang menyebabkan terjadinya pemantulan. Makin banyak jumlah elektron yang terdapat
disekeliling atom pada suatu bidang, makin besar intensitas pemantuklan yang disebabkan oleh
bidang tersebut dan akan mengakibatkan makin jelasnya spot yang terekam dalam film. Dengan
menggunakan metode sintesis fourier, kita dapat menghubungkan intensitas spot dengan
kepekatan distribusi elektron dalam unit sel. Dengan mengamati kepekatan dalam unit sel, kita
dapat menduga letak atom dalam unit sel tersebut. Atom akan terletak pada daerah-daerah yang
mempunyai kepekatan distribusi elektron maksimum.
Dengan menggunakan metode difraksi sinar X, struktur molekul yang sangat kompleks dapat
ditentukan. Misalnya struktur DNA yang sangat kompleks dapat ditentukan dengan metode sinar
X seperti yang telah dilakukan oleh Crick, Wilkins dan Watson
E. Kegunaan dan Aplikasi
Kegunaan dan aplikasi XRD antara lain adalah:
Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf.
Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal.
Karakterisasi material kristal
Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat
Penentuan dimensi-dimensi sel satuan
Dengan teknik-teknik yang khusus, XRD dapat digunakan pula untuk:
Menentukan struktur kristal dengan menggunakan Rietveld refinement
Analisis kuantitatif dari mineral
Karakteristik sampel film

Anda mungkin juga menyukai