B. Sampel padat
a) Metode DRS 8000; Sampel padat yang akan dianalisa dicampur dengan
serbuk KBr (5 10 % sampel dalam serbuk KBr), kemudian tempatkan pada
sampel pan dan siap untuk dianalisis.
b) Metode Pelet KBr; Campuran sampel padat dengan serbuk KBr (5 10 %
sampel serbuk KBr). Campuran yang sudah homogen kemudian dibuat pellet
KBr(pil KBr) dengan alat MINI HAND PRESS. Setelah terbentuk pil KBr
siap untuk dianalisis
Spektrofotometri Inframerah
Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa dapat memberikan gambaran
dan struktur molekul senyawa tersebut. Spektra IR dapat dihasilkan dengan mengukur
absorbsi radiasi, refleksi atau emisi di daerah IR.
Daerah inframerah pada spektrum gelombang elektromagnetik mencakup bilangan
gelombang 14.000 cm-1 hingga 10 cm-1. Daerah inframerah sedang ( 4000-400 cm-1)
berkaitan dengan transisi energi vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai
gugus-gugus fungsi dalam molekul tersebut. Daerah inframerah jauh (400-10cm-1)
bermanfaat untuk menganalisis molekul yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa
anorganik, namun membutuhkan
teknik khusus yang lebih baik. Daerah inframerah dekat (12.500-4000cm-1) yang peka
terhadap vibrasi overtone (Schechter,1997)
Pada alat spektrofotometri inframerah, satuan bilangan gelombang merupakan satuan yang
umum digunakan. Nilai bilangan gelombang berbanding terbalik terhadap frekuensi atau
energinya. Bilangan gelombang dan panjang gelombang dapat dikonversi satu sama lain
menggunakan persamaan dibawah :
V(cm-1) = 1/ (m) x 104
Informasi absorpsi inframerah pada umumnya diberikan dalam bentuk spektrum dengan
panjang gelombang (m) atau bilangan gelombang (cm-1) sebagai absis x dan intensitas
absorpsi atau persen transmitan sebagai ordinat y. Intensitas
pita dapat dinyatakan dengan transmitan (T) atau absorban (A). Transmitan adalah
perbandingan antara fraksi sinar yang diteruskan oleh sampel (I) dan jumlah sinar yang
diterima oleh sampel tersebut (Io).
Absorban adalah log dari transmitan
A= log(1/T) = -logT = -log I/Io
Spektrum yang dihasilkan biasanya relatif kompleks karena adanya Overtone kombinasi dan
perbedaan serapan yang lemah. Overtone dihasilkan akibat adanya eksitasi dari tingkat energi
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yang
merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental (v). Bila dua frekuensi vibrasi (v1 dan v2)
dalam molekul bergabung menghasilkan vibrasi frekuensi baru dalam molekul, dan bila
frekuensi tersebut aktif inframerah, maka hal tersebut disebut serapan kombinasi
(Harjono,1992). Apabila vibrasi fundamental bergabung dengan serapan overtone atau
serapan kombinasi lainnya, maka vibrasi gabungan ini disebut resonansi Fermi yang sering
teramati dalam senyawa karbonil.
Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur merupakan suatu
gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom akan bertambah atau
berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena perubahan
sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah atom (silverstein et al, 1986).
Ikatan
Tunggal
ke
Hidrogen
Rangkap
Dua
Ikatan
Tunggal
(bukan
hydrogen)
Rangkap
Tiga
Jenis Ikatan
Ikatan tunggal ke hydrogen
Ikatan rangkap tiga
Ikatan rangkap dua
Ikatan tunggal selain ke hydrogen
Jenis ikatan
Keterangan
C-H
=C-H
3000-2850
3100-3000
O=C-H
2800-2700
O-H
O-H bebas
N-H
3400-3000
3600
3450-3100
Alkana jenuh
Alkana tak jenuh
atau
aromatik
Aldehid,dua
puncak
Lemah
Alkohol,air,fenol.
C=O
Anhidrida
C=O
C=O
C=O
C=O
C=C
C=N
N=O
1750-1715
1740-1680
1725-1665
1690-1630
1675-1600
1690-1630
1650-1510 dan 1370-1330
Ester
Aldehid
Asam karboksilat
Amida
C-C
Tak tetap
C-O, C-N
1400-1000
C rangkap tiga
CN rangkap
tiga
2260-2120
2260-2220
Amina
Senyawa nitro
Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) adalah sama dengan
Spektrofotometer Infra Reddispersi, yang membedakannya adalah pengembangan pada sistim
optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati contoh. Dasar pemikiran dari
Spektrofotometer Fourier Transform InfraRed adalah dari persamaan gelombang yang
dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli matematika dari
Perancis. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu
atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari
daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier
Transform). Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen Fourier Transform Infra Red
dipakai dasar daerah waktu yang non dispersif. Sebagai contoh aplikasi pemakaian
gelombang radiasi elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah interferometer
yang dikemukakan oleh Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831). Pada sistim optik Fourier
Transform Infra Red digunakan radiasi LASER (Light Amplification byStimulated
Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang di interferensikan dengan
radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh
dan lebih baik.
memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, lebih
cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima
dari radiasi inframerah.
5.
Computer: sinyal diukur secara digital dan dikirim kekomputer untuk diolaholeh Fourier
Transformation berada. Spektrum disajikan untuk interpretasi lebihlanjut
Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi. Misalkan
dalam suatu percobaan berupa molekul senyawa kompleks yang ditembak dengan energi dari
sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami vibrasi. Sumber sinar
yang digunakan adalah keramik, yang apabila dialiri arus listrik maka keramik ini dapat
memancarkan infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang berasal dari sinar infrared
tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi elektron pada
molekul senyawa yang ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul
berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga
dihasilkan frekuaensi yang berbeda pula. FTIR interferogramnya menggunakan mecrosem
dan letak cerminnya (fixed mirror dan moving mirror) paralel. Spektroskopi inframerah
berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400 4000 cm-1 di mana cm-1
disebut sebagai wavenumber (1/wavelength) yakni suatu ukuran unit untuk frekuensi.
Daerah panjang gelombang yang digunakan pada percobaan ini adalah daerah inframerah
pertengahan (4.000 200 cm-1 ).
Interaksi antara materi berupa molekul senyawa kompleks dengan energi berupa sinar
infrared mengakibatkan molekul-molekul bervibrasi dimana besarnya energi vibrasi tiap
komponen molekul berbeda-beda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya sehingga akan dihasilkan frekuensi yang berbeda.
Analisis menggunakan FTIR dapat digunakan untuk mengetahui sifat termal bahan dari suatu
lapisan tipis misalnya. Dari hasil analisis spektrum FTIR didapatkan analisa tentang disosiasi
ligan suatu bahan penumbuhan lapisan tipis secara sempurna. Misalkan disosiasi ligan
berawal pada temperatur 300o C sampai 400o C. Hasil ini menyarankan nilai besaran
temperatur substrat saat penumbuhan dimana lapisan akan tumbuh diawali pada temperatur
300o C sampai temperatur 400o C. FTIR digunakan untuk melakukan analisa kualitatif yaitu
untuk mengetahui ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spektra vibrasi yang dihasilkan
oleh suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu. Selain itu digunakan juga untuk analisa
kuantitatif yaitu melakukan perhitungan tertentu dengan menggunakan intensitas.
Karakterisasi menggunakan FTIR dapat dilakukan dengan menganalisis spektra yang
dihasilkan sesuai dengan puncak-puncak yang dibentuk oleh suatu gugus fungsi, karena
senyawa tersebut dapat menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah inframerah dengan
panjang gelombang antara 0.78 1000 m.
Sebagai contoh jika akan mengetahui gugus fungsional kristal kalsium silikat yang
disintering pada suhu 1000oC dengan bahan dasar oksida (CaO) dan silika (SiO 2) dengan
reaksi teknik padatan. Hasil karakterisasi gugus fungsional sampel keramik kalsium silikat
menggunakan FTIR tipe Varian/Scimitar 2000 pada rentang bilangan gelombang 1800-400
cm-1. Hasil FTIR ditunjukkan pada gambar berikut:
Dasar Teori
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75 - 1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1.
Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah berfokus pada
radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1, di mana cm-1 yang dikenal
sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR
dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal
yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari% ditransmisikan
bersekongkol melawan wavenumber.
Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa
organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak
struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok
fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah
gugus karbonil, C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670-1780 cm-1, yang
menyebabkan ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002).
Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi (bergetar). Ikatan kimia
yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua bola yang dihubungkan oleh
suatu pegas. Bila radiasi inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan maka molekulmolekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi di antara tingkat
vibrasi dasar dan tingkat tereksitasi. Contoh suatu ikatan C-H yang bervibrasi 90 triliun kali
dalam satu detik harus menyerap radiasi inframerah pada frekuensi tersebut untuk pindah
ketingkat vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian energi pada frekuensi dapat dideteksi
oleh spektrofotometer infra merah yang memplot jumlah radiasi infra merah yang akan
memberikan informasi enting tentang tentang gugus fungsional suatu molekul (Blanchard, A
Arthur, 1986).
Inframerah merupakan radiasi elektomagnetik dari suatu panjang gelombang yang
lebih panjang dari gelombang tampak tetapi lebih panjang dari gelombang mikro.
Spestroskopi inframerah merupakan salah satu teknik spektroskopi yang didasarkan pada
penyerapan inframerah oleh senyawa. Karena spectrum IR memiliki panjang gelombang
yang lebih panjang dari panjang gelombang yang lain maka energi yang dihasilkan oleh
spectrum ini lebih kecil dan hanya mampu menyebabkan vibrasi atom-atom pda senyawa
yang menyerapnya. Daerah radisai sinar inframerah terbagi menjadi 3 antara lain:
1.
Daerah IR dekat (13000-4000 cm-1)
2.
Daerah IR tengah (4000-200 cm-1)
3.
Daerah IR jauh (200-10 cm-1)
Kebanyakan analisis kimia berada pada daerah IR tengah. IR jauh digunakan untuk
menganalisis mzat organik,anorganik dan organologam yang memiliki atom berat (massa
atom diatas 19). Sedangkan IR dekat menganalisis kuantitatif denagn kecepatan tinggi.
Karena panjang gelombang IR lebih pendek dari apnjang gelombang sinar tampak ataupun
sinar UV maka energi IR tidak mampu mentransisikan elektron ,melainkan hanya
menyebabkan molekul hanya bergetar.
Setiap molekul memiliki harga energi tertentu. Bila suatu senyawa menyerap energi dari sinar
IR maka tingkatrn energi didalam molekul itu akan tereksitasi ketingkatan energi yang lebih
tinggi. Sesuai dengan energi yang diserap maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah
perubahan energi vibrasi yang diikuti dengan perubahan energi rotasi. Interksi ini terjadi
dengan syarat adnya perubahan momen dipol sebagai akibat dari vibrasi. Radiasi medan
listrik berubah ubah akan berinteraksi dengan molekul dan akan menyebabkan perubahan
amplitudo salah satu gerakan molekul. Selain itu energi yang dihasilkan oleh sianr IR harus
sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom untuk bervibrasi. Senyawa seperti O2dan N2
tidak memiliki perubahn mimen dipole dalam vibrasinya sehingga tidak dapt mengadsropsi
sinar IR (Earnshaw A, 1997).
Berikut adalah komponen alat spektrofotometri IR (Tim Kimia Analitik Instrumen,2009):
1.
Sumber Energi : Sumbernya dapat berupa Nernest atau lampu Glower, yang dibuatt dari
oksida-oksida zirconium dan yttrium, berupa batang berongga dengan diameter 2mm dan
panjang 30mm. batang ini dipanaskan sampai 1500-20000C dan akan memberikan radiasi di
atas 7000 cm-1. Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst Glower, Globar, dan
Kawat Nikhrom. Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkon (Zr), dan yitrium
(Y) yaitu ZrO2 dan Y2O3, atau campuran oksida thorium (Th) dan serium (Ce). Nernst Glower
ini berupa silinder dengan diameter 1 sampai 2 mm dan panjang 20 mm. pada ujung silinder
dilapisi platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi maksimum
pada panjang gelombang 1,4 m atau bilangan gelombang 7100 cm-1. Globar merupakan
sebatang silicon karbida (SiC) biasanya dengan diameter 5 mm dan panjang 50 mm. radiasi
maksimum Globar terjadi pada panjang gelombang 1,8-2,0 m atau bilangan 7100 cm -1.
Kawat Nikhrom merupakan campuran nikel (Ni) dan Krom (Cr), mempunyai radiasi lebih
rendah dari Nernst Glower dan Globar.
2. Monokromator: digunakan untuk menghilangkan sinar yang tidak diinginan, sehingga
diperoleh sinar yang monokromatis, terdiri dari sistem celah (masuk-keluar) tempat sinar dari
sumber radiasi masuk ke dalam sistem monokromator; alat pendispersi berupa prisma/kisi
difraksi akan menguraikan sinar menjadi komponen panjang gelombang. Monokromator
yang digunaan untuk alat infra merah umumnya terbuat dari berbagai macam bahan,
missal:prisma (umumnya dalam littrow mounting) dan celah yang terbuat dari gelas, lelehan
silika, LiF, CaF2, BaF2, Nacl, AgCl, KBr, CsI. Tetapi pada umumnya prisma NaCl digunaan
untuk daerah 4000-6000 cm-1 dan prisma KBR untuk 400 cm-1.
1 set
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
6.
Spatula
B. BAHAN
1. KBr
2. CuSO4(NH3)2SO4.6H2O
3. [Cu(NH3)4]SO4
1 buah
200 mgr
1 mgr
1 mgr
Cara Kerja
1. Menyiapkan sampel yang akan diuji berupa garam rangkap dan komplek serta memastikan
sampel dalam keadaan kering.
2. Menimbang 200 mgr KBr.
3. Mengambil 1mg sampel garam rangkap CuSO4(NH3)2SO4.6H2O dan menghaluskannya
bersama KBr dengan mortar hingga halus.
4.
Membuat pellet dari campuran bahan tersebut menggunakan alat press dan di pre-vakum
selama 2-3 menit.
5.
Mengepress pellet dengan pompa hidrolik dan mengatur tekanannya menjadi 80 KN selama
5 menit.
6.
Menghentikan proses vakum dan pengepresan lalu mengambil sampel pellet dengan cara
mendorongnya dengan pompa hidrolik hingga terdengar punya klek yang berarti sampel
sudah lepas.
7.
Meletakkan pellet yang sudah jadi pada sampel holder dan menempatkannya pada lintasan
sinar alat FTIR.
8.
Melakukan pengukuran dengan alat FTIR dan mengamati grafik yang terbentuk
9. Menyimpan data yang dihasilkan dan melakukan pembahasan terhadap puncak-puncak
yang terbentuk
10. Mengulangi langkah tersebut di atas sekali lagi dengan mengganti sampel garam rangkap
menjadi garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 .
Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan interaksi ligan dan atom pusat molekul
senyawa kompleks dengan FTIR. FTIR digunakan untuk melakukan analisa kualitatif yaitu
untuk mengetahui ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spektra vibrasi yang dihasilkan
oleh suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu. Selain itu digunakan juga untuk
analisa kuantitatif yaitu melakukan perhitungan tertentu dengan menggunakan intensitas.
Prinsip kerja spektroskopi FTIR adalah adanya interaksi energi dengan materi. Dalam
percobaan ini materi berupa molekul senyawa kompleks yakni garam rangkap
CuSO4(NH3)2SO4.6H2O dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 yang ditembak dengan energi
dari sumber sinar yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami vibrasi. Sumber sinar
yang digunakan adalah keramik, yang apabika dialiri arus listrik maka keramik ini dapat
memancarkan infrared. Vibrasi dapat terjadi karena energi yang berasal dari sinar infrared
tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun eksitasi elektron pada
molekul senyawa yang ditembak dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul
berbeda tergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga
dihasilkan frekuaensi yang berbeda pula.
Perbedaan mendasar antara IR dan FTIR adalah pada FTIR interferogramnya
menggunakan mecrosem dan letak cerminnya (fixed mirror dan moving mirror) paralel.
Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400
4000 cm-1 di mana cm-1 disebut sebagai wavenumber (1/wavelength) yakni suatu ukuran unit
untuk frekuensi. Daerah panjang gelombang yang digunakan pada percobaan ini adalah
daerah inframerah pertengahan (4.000 200 cm-1).
Sebelum menganalisa dengan FTIR, terlebih dahulu sampel yang akan dianalisa harus
dijadikan pellet. Pellet yang dibuat harus bening agar dapat menerima interaksi dengan sinar
infrared yang ditembakkan melalui pellet. Pembuatan pellet sampel menggunakan KBr
dengan perbandingan yang cukup besar, yaitu dengan mencampurkan 1 mg sampel garam
rangkap CuSO4(NH3)2.6H2O dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 dengan 200 mg KBr
sehingga pellet yang dihasilkan tidak terlalu gelap / tebal dan sulit ditembus infrared. Oleh
karena sampel yang digunakan berupa senyawa kompleks yang memiliki warna tertentu
maka penggunaannya sangat sedikit. Penggunaan sampel yang sedikit ini agar dihasilkan
spektra yang dapat terbaca dengan jelas dan tidak bertumpuk. Digunakan KBr karena KBr
tidak menghasilkan serapan pada IR sehingga yang teramati secara langsung adalah serapan
dari sampel. Pada pembuatan pellet ini divakum karena didalamnya terdapat udara, vakum
akan menyedot udara sehingga sampel menjadi padat. Pellet yang dihasilkan dianalisis
dengan spektroskopi FTIR.
Sebelum melakukan pengujian, dilakukan pengaturan pada alat FTIR terlebih dahulu.
Setelah siap, maka dilakukan pemblankoan dengan mengukur spektra KBr. Pengkalibrasian
alat FTIR menggunakan polistirena. Setelah itu, barulah pellet dapat dianalisa.
Dari hasil pengujian sampel pada FTIR didapatkan hasil berupa spektra masingmasing sampel. Pada garam rangkap didapat spektra dengan analisa sebagai berikut :
Daerah frekuensi
3600-3000
3600-3300
2400-2000
1700-1500
1300-1000
1000-700
700-500
<500
Jenis ikatan
O-H
N-H
Fenol, ikatan H
C=C stretching
C-O
C-C Vibrasi
C-H bending
Dianggap finger print
Jenis ikatan
3600-3300
2400-2000
1700-1500
1500-1250
1300-1200
1000-700
700-500
<500
N-H
Fenol, ikatan H
C=C stretching
C-H
C-N
C-C Vibrasi
C-H bending
Dianggap finger print
Dari data tersebut dapat dilihat perbedaan antara sepktra dari garam rangkap dan juga
garam kompleks. Salah satunya adalah gugus O-H yang terdapat pada garam rangkap tetapi
tidak terdapat pada garam kompleks. Selain itu ditemukan serapan C-O pada 1300 1000 cm1
. Sedangkan pada garam kompleks, serapan 3600-3000 cm-1 bentuknya tidak lebar
melainkan meruncing yang diperkirakan adalah N-H. Garam kompleks memiliki harga
serapan 1402,25 sedangkan pada garam rangkap 1400,32 pada serapan 1500-1250 cm-1.
Adanya beberapa perbedaan serapan antara garam rangkap dan juga garam kompleks dapat
disebabkan oleh adanya perbedaan interaksi yang terjadi antara atom pusat molekul ligan.
Berdasarkan spectra yang diperoleh ada serapan yang kurang sesuai yaitu gugus C-H,
karena dalam senyawa sampel yang digunakan tidak terdapat ikatan C-H. Hal ini mungkin
dapat terjadi yang disebabkan adanya ganguan dari luar ataupun saat pembuatan sampel yang
kurang sempurna, sehingga sampel yang terbentuk telah terkontaminasi yang mengakibatkan
adanya pergeseran spektra.
Hasil analisa FTIR hanya dapat digunakan untuk mengetahui ikatan yang terdapat
dalam suatu senyawa sampel. Hasil ini tidak dapat digunakan untuk menentukan bentuk
struktur dari sampel tersebut. Jadi untuk analisa suatu senyawa perlu didukung dengan
analisa lain seperti H-NMR, C-NMR, dan MS.
Kesimpulan
1.
Prinsip kerja dari alat FTIR adalah interaksi antara materi berupa molekul senyawa
kompleks dengan energi berupa sinar infrared mengakibatkan molekul-molekul bervibrasi
dimana besarnya energi vibrasi tiap komponen molekul berbeda-beda tergantung pada atomatom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga akan dihasilkan frekuensi yang
berbeda.
2.
Adanya perbedaan tingkat energi vibrasi komponen molekul, analisis spektroskopi
inframerah dapat mengidentifikasi keberadaan komponen atau gugus fungsi dalam molekul.
3.
Massa tereduksi pada tiap-tiap atom menyebabkan adanya perbedaan serapan antara
komponen yang satu dengan komponen yang lain, sehingga dihasilkan spektra yang memiliki
puncak (peak) berbeda-beda.
4.
Adanya interaksi ligan dengan atom pusat dapat diketahui dari pergeseran puncak-puncak
yang terdapat dalam spektra pada berbagai variasi ligan dan atom pusat.
5.
Interaksi ligan dengan atom pusatnya berbeda pada garam rangkap dan garam kompleks,
hal ini disebabkan walaupun kedua garam memiliki kombinasi garam dengan atom pusat
yang sama tetapi memiliki sisa ion yang berbeda.
Spektra IR
Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa organik atau
anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang () 0,5 1000 m). Dalam kimia organik, fungsi utama dari spektrometri
inframerah adalah mengenal (elusidasi) struktur moelkul, khususnya gugus fungsional
seperti OH, C = O, C = C. daerah yang paling berguna untuk mengenal struktur suatu
senyawa adalah pada daerah 1-25m atau 10.000 400 cm-1. Dalam praktek satuan yang
lebih umum dipakai adalah satuan frekuensi (cm-1) dan bukan satuan panjang gelombang.
Serapan setiap tipe ikatan (N-H, C-H , O-H, C-X, C = O, C-O, CC, C = C, C = N, dan seba
gainya) hanya diperoleh dalam bagian-bagian kecil tertentu dari daerah vibrasi infra merah.
Kisaran serapan yang kecil dapat digunakan untuk menentukan setiap tipe ikatan.
Dalam rangka memperoleh informasi struktur senyawa organik yang dianalisis, kita harus
terbiasa dengan frekuensi atau panjang gelombang dimana berbagai gugus fungsional
menyerap. Sebagai contoh, setiap serapan dalam kisaran 3000 + 150 cm hampir selalu
disebabkan adanya ikatan C=O (gugus karbonil).
Daerah serapan infra merah
Alkana
Pita utama yang nampak dalam spektra IR alkana disebabkan oleh stretching C-H di daerah
2850-3000 cm-1, scissoring CH2 dan CH3 di daerah 1450-1470 cm-1, rocking CH3 pada
kurang lebih 1370-1380cm-1. Dan pita rocking, pada 720-7725cm-1. Pita-pita ini tidak dapat
dijadikan patokan karena kebanyakan alkana mengandung gugus-gugus ini
Alkena
Vibrasi stretching C-H alkena terjadi pada panjang gelombang yang lebih pendek daripada CH alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen alkena mempunyai sifat lebih kuat daripada
ikatan karbonhidrogen alkana. Makin kuat ikatan, makin sukar bervibrasi dan memerlukan energi yang
lebih tinggi. Jadi alkena yang mempunyai paling sedikit satu hidrogen menempel pada ikatan
rangkap dua
biasanya mengabsorpsi di daerah 3050-3150 cm-1. Bentuk stretching C=C alkena terjadi
sidaerah 1645-1670 cm-1. Pita ini sangat jelas bila hanya satu gugus alkil menempel pada
ikatan rangkap dua. Semakin banyak gugus alkil yang menempel, intensitas absorpsi
berkurang karena vibrasi terjadi dengan perubahan momen dipol yang lebih kecil. Untuk
alkena-alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C sering mempunyai intensitas yang rendah atau
tidak teramati.
Alkuna dan Nitril
Alkuna ujung memperlihatkan pita stretching C-H yang tajam pada 3300-3320 cm-1 dan
bentuk bending C-H yang jelas pada 600-700 cm-1. Stretching C=N pada alkuna ujung
nampak pada 2100-2140 cm-1 dengan intensitas sedang untuk stretching C=C alkuna dalam
berupa pita lemah yang terjadi pada 2200-2260 cm-1.
Alkil halida
Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching C-X. Posisi untuk pitapita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C-F, 750-850 cm-1 untuk C-Cl, 500-680 cm-1 untuk CBr, dan 200-500 cm-1 untuk C-I. Absorpsi-absorpsi ini tidak berguna untuk
diagnosis.