Disusun, oleh :
Astrini Briliana Alif
Dwi Nanda Cakra Wiguna
Fahmi Yusuf Afrilian
Laras Okta Pratami
Kelas :
XII-2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
Latar Belakang
Tujuan
Rumusan Masalah
Sistematika
BAB II
PEMBAHASAN
A. Postulat Einstein
Pada tahun 1905, Einstein mengajukan dua postulatnya yang terkenal
dengan sebutan postulat relativitas khusus, yang berbunyi sebagai berikut.
Postulat ke-1 relativitas khusus : Hukum-hukum fisika memiliki bentuk
yang sama pada semua kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap
( kerangka acuan inersial ) .
Postulat ini merupakan perluasan prinsip relativitas Newton untuk mencakup
semua jenis pengukuran fisis (tidak hanya pengukuran mekanis).
Postulat ke-2 relativitas khusus : Cahaya merambat melalui ruang hampa
dengan cepat rambat c = 3,0 x 10 8 m/s, dan kelajuan cahaya tak bergantung
pada kelajuan sumber cahaya maupun kelajuan pengamatnya .
Postulat pertama dikemukakan karena tidak adanya acuan universal sebagai
acuan mutlak. Sementara itu, postulat kedua memiliki implikasi yang sangat
luas dengan kecepatan, panjang, waktu, dan massa benda yang semuanya
bersifat relatif.
Postulat kedua menguraikan sifat sekutu semua gelombang. Misalnya,
kecepatan bunyi tidak tergantung pada gerak sumber bunyi. Apabila mobil
yang datang mendekat membunyikan klaksonnya, frekuensi yang terdengar
akan meningkat sesuai dengan efek Doppler yang telah kita bahas pada materi
sebelumnya, tetapi kecepatan gelombang yang merambat melalui udara tidak
tergantung pada kecepatan mobilnya. Kecepatan gelombang hanya tergantung
pada sifat udara, misalnya temperatur.
Massa suatu objek meningkat pesat ketika melaju mendekati kecepatan
cahaya. Persamaan-persamaan Einstein meramal bahwa massa suatu objek
akan membesar tak terhingga ketika melaju secepat cahaya. Pesawat yang
melaju lebih cepat daripada cahaya mungkin hanya ada di dalam cerita fiksi.
Tentu saja hal ini tidak dirasakan oleh si astronot. Menurut si astronot,
jam tangannya tidak berubah kecepatannya, yang berubah justru kecepatan
jam tangan pengamat di bumi yang tampak bergerak lebih cepat.
Selang waktu antara astronot dan pengamat di bumi ( x 2 = x1 ) dalam
kerangka acuan s ( pengamat diam di bumi ), diukur adalah tp , tentu saja
tp = t2 t1. Tetapi, hasil pengukuran selang waktu menurut kerangka
acuan s ( astronot yang bergerak ) adalah t , tentu saja t = t2 t1 .
Hubungan antara t dan tp dapat diketahui dengan menggunakan
transformasi lorentz untuk waktu sebagai berikut.
vx2 '
vx 1 '
t 2 = t 2 ' +
t 1 = t 1 ' +
c2
t 2 t 1= ( t '2t '1 ) +
c2
)
)
v '
( x 2x 1 ' )
c2
Dimana, x2 = x1 maka x2 x1 = 0
t 2 t 1= ( t '2t '1 ) +0
Dimana, t = t2 t1 dan tp = t2 t1
t= t p dimana, =
v2
1 2
c
t=
tp
v
1 2
c
= t p
.......................( 1.1 )
Keterangan :
tp= selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam sekon ( s )
t = selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak sekon ( s )
v = kecepatan relatif pengamat yang bergerak meter per sekon ( m/s )
c = cepat rambat cahaya = 3,0 x 108 m/s
= konstanta lorentz atau tetapan transformasi
Paradoks Kembar
Suatu kejadian yang menarik dari masalah pemuluran waktu
adalah gejala yang terkenal dengan sebutan paradoks kembar.
Misalnya ada 2 orang kembar, Yona dan Pasca. Yona pergi
berpetualang saat berumur 25 tahun menuju ke sebuah planet X yang
berjarak 30 tahun cahaya dari bumi. Pesawat antariksanya dapat
dipercepat sampai mencapai kelajuan cahaya. Setelah tiba di planet X,
Yona menjadi sangat rindu dengan rumahnya dan segera kembali ke
Bumi dengan kelajuan sangat tinggi yang sama. Ketika tiba di Bumi,
Yona sangat terkejut karena melihat kota yang ditinggalkannya telah
berbah menjadi kota supermodern dan saudara kembarnya, Pasca,
telah berusia 75 tahun dan menderita sakit tua. Yona sendiri hanya
bertambah usia 10 tahun menjadi 35 tahun. Ini terjadi karena proses
biologi dalam tubuhnya mengalami perlambatan selama perjalanannya
mengarungi antariksa.
daripada panjang yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap benda.
Pemendekan panjang atau jarak ini dikenal dengan sebutan kontraksi
panjang.
Misalnya, si astronot agak lelah, lalu mulai berbaring di tempat tidur
yang sudah disediakan di pesawat luar angkasanya. Dengan teropong yang
sama, pengamat bisa mengintip si astronot yang tidur berbaring itu. Aneh,
sewaktu berbaring si astronot tampak lebih pendek, sedangkan sewaktu ia
masih di bumi dan pesawatnya belum berangkat, ia tampak tinggi. Lebih
aneh lagi, sewaktu ia sudah terbangun lagi dari tidurnya dan kembali
berdiri, tiba-tiba ia kelihatan tinggi seperti biasa. Tetapi ia juga kelihatan
lebih kurus saat berdiri. Itu terjadi karena ia sedang berada dalam pesawat
yang meluncur cepat, saat ia tidur kita melihat panjang tubuhnya menciut
(terjadi kontraksi panjang). Saat ia berdiri, kita melihat lebar tubuhnya
menciut (juga merupakan kontraksi panjang). Tetapi ia sendiri tidak
merasakan perubahan apa-apa di dalam pesawat.
Bintang
BUMI
Lp
(a)
(b)
L
jarak
= p
kelajuan v
..
. ( 1.2 )
Tentu saja jarak Bumi dan bintang yang diukur oleh penumpang, L, adalah
Jarak = kelajuan x waktu
L=v t p=v
Masukkan t=
Lp
dari persamaan ( 2 ) kita peroleh
v
L
(
v ) 1
L=
= L
p
1
v2
L= L p= 1 2 L p
c
.( 1.3 )
Keterangan :
Lp = Panjang sejati ( proper length ) yaitu panjang ( atau jarak ) yang diukur oleh
pengamat yang
diam meter ( m )
L = Panjang relativistik yaitu panjang ( atau jarak ) yang diukur oleh pengamat yang
bergerak
meter ( m )
Kontraksi panjang atau penyusutan panjang ini hanya terjadi pada komponen
panjang benda yang sejajar dengan arah gerak. Semua komponen panjang lainnya
yang tegak lurus terhadap arah gerak ( arah kecepatan v ) tidak mengalami
penyusutan panjang.
Peristiwa kontraksi panjang pertama kali diprakirakan oleh Hendrik Anton
Lorentz, seorang fisikawan Belanda, untuk menerangkan hasil nol percobaan
Michelson-Morley. Oleh karena itu, peristiwa kontraksi panjang ini disebut juga
kontraksi Lorentz.
Albert Einstein pada tahun 1905 menyatakan bahwa ada kesetaraan antara
massa dan energi pada benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Pada
penyinaran zat radioaktif, selalu disertai energi yang sangat besar. Energi ini diserap
dan berubah menjadi panas. Jika benda diam menerima energi kinetik, massa relatif
benda akan bertambah. Tetapi, jika kehilangan energi, massa benda relatif akan
berkurang. Einstein merumuskan bahwa energi sebanding dengan massa dan kuadrat
kecepatan cahaya, yang dinyatakan:
E = m.c2 ........................................................ (1)
Dalam fisika klasik kita mengenal dua prinsip kekekalan, yaitu kekekalan massa
(klasik) dan kekekalan energi. Dalam relativitas, kedua prinsip kekekalan tersebut
bergabung menjadi prinsip kekekalan massa-energi, dan memegang peranan penting
dalam reaksi inti.
Pada sebuah atom hidrogen mempunyai massa diam 1,00797 u setara dengan 938,8
MeV. Jika tenaga yang mencukupi (13,58 eV) ditambahkan untuk mengionisasi
hidrogen tersebut, yaitu untuk memecahkan hidrogen menjadi bagian-bagian
pembentuknya (proton dan elektron), maka perubahan pecahan massa diam sistem
tersebut adalah:
13,58 eV / 938,8 x 106 eV = 1,45 10-8.
Nilai itu setara dengan 1,45 10-6 persen, yang terlalu kecil untuk diukur. Tetapi,
untuk sebuah inti seperti deuteron dengan massa diam 2,01360 u yang setara dengan
1876,4 MeV, maka diperlukan tambahan tenaga sebesar 2,22 MeV untuk
memecahkan deuteron tersebut menjadi bagian pembentuknya. Perubahan pecahan
massa diam sistem tersebut adalah:
2,22 MeV / 1876,4 MeV = 1,18 10-3
atau sekitar 0,12 persen, sehingga dengan mudah dapat diukur. Hal ini merupakan ciri
perubahan massa diam pecahan dalam reaksi nuklir, sehingga hukum kekekalan
energi-massa harus digunakan dalam suatu eksperimen reaksi nuklir, agar diperoleh
kesesuaian dengan teorinya.
Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti berat menjadi dua buah inti atau lebih yang
lebih ringan, disertai pancaran energi yang sangat besar. Sementara itu, reaksi fusi
merupakan reaksi penggabungan beberapa inti ringan, disertai pengeluaran energi
yang sangat besar. Proses ini merupakan kebalikan dari fisi, tetapi hasil terakhir sama
yaitu energi yang dahsyat.
Contoh Soal :
Sebuah elektron dipercepat dari keadaan diam melalui beda potensial 1,5 MV
sehingga memperoleh energi 1,5 MeV. Tentukan laju akhirnya!
Penyelesaian:
Dengan menggunakan persamaan:
Diketahui bahwa Ek = Ep, maka Ek = (1,5 106 eV)(1,6 10-19 J/eV) = 2,4 10-13 J
Dimisalkan :
:L = ..?
Jawab :
v2
Lp
c2
0,8 c 2
. 100m
c2
L= 1
L= 1
L= 10,8 2 . 100 m
L= 10,64 .100 m
L= 0,36 . 100 m
L=0,6 . 100 m
L=60 m
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari materi-materi yang telah dibahas dalam makalah ini dapat kita simpulkan
bahwa :
pada gerak pengamat relatif terhadap kejadian yang diamatinya, dan semua jam
akan berjalan lebih lambat menurut seorang pengamat yang berada dalam
keadaan gerak (relatif).
Pengukuran panjang seperti halnya pengukuran selang waktu juga
dipengaruhi oleh gerak relative. Panjang L benda yang bergerak terhadap
pengamat kelihatannya lebih pendek dari panjang Lo bila diukur dalam keadaan
diam terhadap pengamat. Gelaja ini dikenal sebagai pengerutan Lorentz. Panajng
Lo suatu benda dalam kerangka diamnya disebut sebagai panjang proper.
Kesetaraan antara massa dan energi pada benda yang bergerak mendekati
kecepatan cahaya. Pada penyinaran zat radioaktif, selalu disertai energi yang
sangat besar. Energi ini diserap dan berubah menjadi panas. Jika benda diam
menerima energi kinetik, massa relatif benda akan bertambah. Tetapi, jika
kehilangan energi, massa benda relatif akan berkurang.
3.2. Saran
Kepada
para
pembaca
penulis
mengucapkan
selamat
belajar
dan
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan,Marthen.2006.Fisika 3 untuk SMA Kelas XII.Erlangga
www.yohanessurya.com