Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FENOMENA KUANTUM

Disusun oleh

Ghyzar Naufal Rabbani

Krisna Thohirul Iqqbal

Sujono

Ahmad Ramli

Alief Darul Ikhsan

Anas Mahmudi

Edwin Eka Haprinata

Fahmi Idris

SMAN 1 SUMENEP

Tahun Pelajaran 2015/2016


Kata Pengantar

Puji dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Fisika ini sesuai dengan
batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula, penulis kirimkan salam dan salawat kepada
junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Makalah Fisika yang kami susun ini berjudul Fenomena Kuantum. Makalah ini hadir untuk
memenuhi tugas fisika yang diberikan oleh guru di sekolah. Selain itu, sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti ujian semester. Banyak pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini. Olehnya itu, kami ucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari,
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca sekalian.

Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang
berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Sumenep, November 2015

Penulis
Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dasar dimulaianya periode mekanika kuantum adalah ketika mekanika klasik tidak
bisa menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan
kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang yang
berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut.
Teori atom mengalami perkembangan mulai dari teori atom John Dalton, Joseph John
Thomson, Ernest Rutherford, dan Niels Henrik David Bohr. Perkembangan teori atom
menunjukkan adanya perubahan konsep susunan atom dan reaksi kimia antaratom.
Kelemahan model atom yang dikemukakan Rutherford disempurnakan olehNiels
Henrik David Bohr. Bohr mengemukakan gagasannya tentang penggunaan tingkat energi
elektron pada struktur atom. Model ini kemudian dikenal dengan model atom Rutherford-
Bohr. Tingkat energy elektron digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum atom yang
dihasilkan oleh atom yang mengeluarkan energi berupa radiasi cahaya.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Sejarah awal teori mekanika kuantum
2. Bagaiman perkembangan teori mekanika kuantum
3. Bagaimana eksperimen-eksperimen yang mendasari perkembangan mekanika kuantum
4. Seperti Apa tokoh-tokoh mekanika kuantum
5. Bagaimana bukti dari mekanika kuantum

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sejarah awal teori mekanika kuantum
2. Mengetahui perkembangan teori mekanika kuantum
3. Mengetahui eksperimen-eksperimen yang mendasari perkembangan mekanika kuantum
4. Mengetahui tokoh-tokoh mekanika kuantum
5. Mengetahui bukti dari mekanika kuantum

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memberikan informasi tentang
mekanika kuantum.
Bab 2

Pembahasan

A. Radiasi Benda Hitam

Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat
suhunya. Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, kalian dapat
melihat sebuah benda, karena benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan
karena benda itu memancarkan radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas
jika suhunya melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah seperti kumparan
pemanas sebuah kompor listrik. Pada suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning atau
keputih-putihan, seperti pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus
ditingkatkan, intensitas relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini
menyebabkan pergeseran warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk
menentukan suhu suatu benda.
Secara umum bentuk terperinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh
suatu benda panas bergantung pada komposisi benda itu. Walaupun demikian, hasil
eksperimen menunjukkan bahwa ada satu kelas benda panas yang memancarkan spektra
panas dengan karakter universal. Benda ini adalah benda hitam atau black body.
Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang menyerap semua radiasi yang
datang padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda
hitam. Jadi, benda hitam mempunyai harga absorptansi dan emisivitas yang besarnya sama
dengan satu.
Seperti yang telah kalian ketahui, bahwa emisivitas (daya pancar) merupakan
karakteristik suatu materi, yang menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan per
satuan luas oleh suatu permukaan terhadap daya yang dipancarkan benda hitam pada
temperatur yang sama. Sementara itu, absorptansi (daya serap) merupakan perbandingan
fluks pancaran atau fluks cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks yang tiba pada
benda itu.
Benda hitam ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang kecil. Sekali
suatu cahaya memasuki rongga itu melalui lubang tersebut, berkas itu akan dipantulkan
berkali-kali di dalam rongga tanpa sempat keluar lagi dari lubang tadi. Setiap kali
dipantulkan, sinar akan diserap dinding-dinding berwarna hitam. Benda hitam akan menyerap
cahaya sekitarnya jika suhunya lebih rendah daripada suhu sekitarnya dan akan memancarkan
cahaya ke sekitarnya jika suhunya lebih tinggi daripada suhu sekitarnya. Hal ini ditunjukkan
pada Gambar 1. Benda hitam yang dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi akan tampak
membara.
Benda hitam sempurna adalah pemancar kalor paling baik (e = 1). Contoh yang
mendekati benda hitam sempurna adalah kotak tertutup rapat yang dilubangi dengan lubang
udara (ventilasi) rumah.

1. Hukum Stefan-Boltzman
Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah
benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang. Distribusi energi
pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu nilai maksimum pada
panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan
bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur.
Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen
untuk mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya
total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas
(intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga
dapat dirumuskan:

I total = σ . T4 ....................................................... (1)

dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua
frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman, yang bernilai
5,67 × 10-8 Wm-2K-4.
Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang
sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga:

I total = e.σ.T4 ............................................................ (2)

Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (2) dapat ditulis sebagai:

P/A = = e. σ. T4 ...................................................... (3)

dengan:

P = daya radiasi (W)


A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)

Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya,


Ludwig Boltzmann (1844 - 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh
Joseph Stefan (1853 - 1893) dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan
Maxwell. Oleh karena itu, persamaan (2) dikenal juga sebagai Hukum Stefan- Boltzmann,
yang berbunyi:

“Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam
satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya”.

2. Hukum Pergeseran Wien


Untuk sebuah benda hitam, berlaku suatu hubungan antara panjang gelombang
dengan suhu mutlak yang dinyatakan :

λm .T = C............................................................ (1)

dengan λm merupakan panjang gelombang yang sesuai dengan radiasi energi


maksimum, T adalah temperatur termodinamik benda, dan C adalah tetapan pergeseran Wien
(2,898 × 10-3 mK). Hubungan tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan
oleh Wilhelm Wien (1864 - 1928).

Gambar 1. Grafik hubungan pergeseran Wien.

Gambar 1. memperlihatkan grafik hubungan antara intensitas radiasi dan panjang gelombang
radiasi benda hitam ideal pada tiga temperatur yang berbeda. Grafik ini dikenal sebagai grafik distribusi
spektrum. Intensitas merupakan daya yang dipancarkan per satuan panjang gelombang. Ini merupakan
fungsi panjang gelombang I maupun temperatur T, dan disebut distribusi spektrum.

Dari grafik terlihat bahwa puncak kurva penyebaran energi spektrum bergeser ke arah ujung
spektrum panjang gelombang pendek dengan semakin tingginya temperatur.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,T) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung,
dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh- Jeans yang dinyatakan:

P (λ,T) = 8 π k T λ-4

dengan k merupakan konstanta Boltzmann.


Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh secara percobaan untuk panjang gelombang yang
panjang, tetapi tidak sama pada panjang gelombang pendek. Begitu λ mendekati nol, fungsi P (λ, T ) yang
ditentukan secara percobaan juga mendekati nol, tetapi fungsi yang dihitung mendekati tak terhingga
karena sebanding dengan λ-4. Dengan demikian, yang tak terhingga yang terkonsentrasi dalam panjang
gelombang yang sangat pendek. Hasil ini dikenal sebagai katastrof ultraviolet.

3. Teori Klasik Radiasi Benda Hitam

Teori fisika kuantum bermula ketika ilmu fisika klasik tak lagi mampu menjelaskan
sebuah fenomena radiasi benda hitam dan hal itu dirilis oleh seorang ahli fisika yang bernama
Max Planck. Jadi, pada mulanya pada tahun 1879 Josef Stefan mengusulkan bahwa besar
intensitas radiasi yang dipancarkan oleh suatu benda memenuhi persamaan:

Dimana : e = tetapan emistivitas, 0 ≤ e ≤ 1

σ = tetapan Stefan-Boltzman = 5.67 x 10-8 w/(m2K4)

T = suhu mutlak (K)

Namun ketika yang dipertanyakan adalah radiasi dari sebuah benda hitam maka para
ilmuwan menemukan suatu hal yang tak lazim. Hal itu dikarenakan ketika suatu benda hitam
dipanaskan pada tiap-tiap suhu tertentu maka ia akan meradiasikan gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Gelombang elektromagnetik ini memiliki panjang
gelombang yang nilainya berbanding terbalik dengan suhu yang digunakan yangkemudian oleh
Wien dibentuklah suatu persamaan:

Dimana : b = tetapan Wien = 2.898 x 10-3 mK

Para fisikawan mencoba menjelaskan fenomena radiasi benda hitam ini secara teoritis.
Rayleigh-Jean mencoba menyusun suatu model sederhan untuk menjelaskan fakta ini. Mereka
menganggap bahwa molekul/muatan pada bola berongga (sebelumnya benda hitam diilustrasikan
sebagai sebuah rongga dimana tak ada cahaya yang dapat masuk di dalamnya sebab tak memang
amat sulit menemukan benda yang bersifat hitam sempurna)di dinding benda berongga
dihubungkan oleh pegas.
Gambar 2. Model Rayleigh-Jean

Dengan model ini Rayleigh-Jean dapat menentukan intensitas radiasinya dengan


menganggap bahwa ketika suhu benda dinaikkan maka muatan akan mendapat energi kinetik
untuk bergetar. Getaran itu akan menimbulkan percepatan sehingga menghasilkan radiasi. Model
ini masih menggunakan paradigma fisika klasik yang menyatakan bahwa energi bersifat kontinu.
Sehingga intensitas benda hitam tersebut adalah:

Dimana : c = kecepatan cahaya = 2.99792 x 108m/s

K = konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23j/K

Namun ternyata teori ini hanya mampu untuk menerangkan intensitas radiasi dengan
panjang gelombang yang relatif besar dan tidak cocok untuk panjang gelombang kecil. Dan jika
saja teori ini benar maka seharusnya sinar UV yang memiliki panjang gelombang kecil akan
memiliki intensitas yang sangat besar dan bila hal ini benar-benar terjadi maka alam semesta ini
seharusnya mengalami bencana sinar UV sebab alam semesta ini dibanjiri oleh UV tapi nyatanya
hal ini tidak terjadi.

Karena kegagalan ini maka Wien kembali mengusulkan seuatu teori lagi, sehinga
intensitas yang dihasilkan oleh radiasi benda hitam adalah:

Dimana : A dan C merupakan konstanta.


Namun tetap saja teori Wien ini belum berlaku untuk seluruh panjang gelombang. Hal
ini karena Wien masih menerapkan prinsip kekontinuan sehingga hanya dapat digunakan untuk
gelombang dengan panjang gelombang yang relatif pendek saja.

Kegagalan-kegagalan ini membuat Max Planck mengajukan asumsi-asumsi baru yang


awalnya asumsi tersebut dianggap sebuah asumsi yang “gila” oleh para ilmuwan lainnya karena
melawan hukum fisika pada zaman itu. Asumsi-asumsi tersebut adalah:

1. Energi yang dimiliki oleh molekul yang berosilasi bersifat diskrit (tidak
kontinu). Dan besar energi tersebut adalah:

E=nhν

Dimana : n = bilangan bulat = 1,2,3,…

h = konstanta Planck = 6.626 x 10-34 Js

v = frekuensi getaran molekul

2. Setiap molekul memancarkan atau menyerap energi dalam paket energi diskrit
yang dinamakan Kuanta (yang kemudian disebut dengan foton).

Energi tiap foton adalah:

Dimana : c = kecepatan cahaya

Dari kedua asumsi yang fenomenal ini maka Planck dapat menyusun sebuah
perumusan yang menyatakan intensitas yang dipancarkan oleh benda hitam yang meradiasi
adalah:

Dimana : I (v, T) = jumlah enrgi per unit area per satuan waktu per unit solid
angle (intensitas) pada range frekuensiv+dv di benda hitam dengan suhu T

h = konstanta Planck = 6.626 x 10-34 Js


k = konstanta Boltzman = 1.38 x 10-23 j/K
c = kecepatan cahaya = 2.99792 x 108 m/s

ν = frekuensi getaran molekul

T = temperatur

4. Teori Plank tentang Radiasi Benda Hitam

Max Karl Ernst Ludwig Planck, adalah seorang


fisikawan Jerman yang banyak dilihat sebagai penemu teori
kuantum, yang membuatnya memenangkan Penghargaan
Nobel dalam Fisika pada tahun 1918.

Planck membuat banyak kontribusi untuk teori fisika,


tetapi terkenal pada perannya sebagai pencetus teori kuantum.
Teori ini merevolusi pemahaman manusia dari proses atom
dan subatom, seperti teori relativitas Albert Einstein
merevolusi pemahaman ruang dan waktu. Mereka merupakan
ilmuwan teori-teori dasar fisika abad ke-20.
Gambar 3. Max Plank

Pada tahun 1900 Max Planck mengemukakan teori kuantum. Planck menyimpulkan bahwa
atom-atom dan molekul dapat memancarkan atau menyerap energi hanya dalam jumlah tertentu.
Jumlah atau paket energi terkecil yang dapat
dipancarkan atau diserap oleh atom atau
molekul dalam bentuk radiasi elektromagnetik
disebut kuantum. Planck menemukan bahwa
energi foton (kuantum) berbanding lurus
dengan frekuensi cahaya.

Salah satu fakta yang mendukung kebenaran


dari teori kuantum Max Planck adalah efek
fotolistrik, yang dikemukakan oleh Albert
Gambar 4. Percobaan efek fotolistik Einsteinpada tahun 1905. Efek fotolistrik
adalah keadaan di mana cahaya mampu mengeluarkan elektron dari permukaan beberapa logam
(yang paling terlihat adalah logam alkali) (James E. Brady, 1990).

Susunan alat yang dapat menunjukkan efek fotolistrik ada pada gambar 1.1. Elektrode negatif
(katode) yang ditempatkan dalam tabung vakum terbuat dari suatu logam murni, misalnya sesium.
Cahaya dengan energi yang cukup dapat menyebabkan elektron terlempar dari permukaan logam.

Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif (anode) dan menyebabkan aliran listrik melalui
rangkaian tersebut.
Percobaan Efek Fotolistrik Memperlihatkan susunan alat yang menunjukkan efek fotolistrik,
Seberkas cahaya yang ditembakkan pada permukaan pelat logam akan menyebabkan logam
tersebut melepaskan elektronnya. Elektron tersebut akan tertarik ke kutub positif dan
menyebabkan aliran listrik melalui rangkaian tersebut. Sumber: General Chemistry, Principles &
Structure, James E. Brady, 5th ed, 1990.

Einstein menerangkan bahwa cahaya terdiri dari partikel-partikel foton yang energinya sebanding
dengan frekuensi cahaya. Jika frekuensinya rendah, setiap foton mempunyai jumlah energi yang
sangat sedikit dan tidak mampu memukul elektron agar dapat keluar dari permukaan logam. Jika
frekuensi (dan energi) bertambah, maka foton memperoleh energi yang cukup untuk melepaskan
elektron (James E. Brady, 1990). Hal ini menyebabkan kuat arus juga akan meningkat. Energi
foton bergantung pada frekuensinya.

dengan:
h = tetapan Planck (6,626 × 10–34 J dt)
c = kecepatan cahaya dalam vakum (3 × 108 m det–1)
λ = panjang gelombang (m)

B. Dualisme Cahaya

Sifat dualisme cahaya dalam kaitannya dengan persamaan hukum pembiasan cahaya.
Persamaan hukum pembiasan cahaya telah diturunkan dalam fisika klasik dengan
menganggap cahaya sebagai gelombang. Berdasarkan teori dualisme cahaya, penurunan
hukum pembiasan yang diperoleh dari fisika klasik dapat pula diperoleh dari fisika kuantum
yang menganggap cahaya sebagai partikel. Semakin besar intensitas cahaya maka semakin
banyak pula elektron yang di emisikan. Kecepatan elektron yang di emisikan bergantung
pada frekuensi, semakin besar f maka semakin besar pula kecepatan elektron yang di
emisikan.
Cahaya memiliki sifat kembar (DUALISME), pada kondisi tertentu cahaya dapat
memiliki sifat partikel dan pada kondisi tertentu juga cahaya dapat memiliki sifat gelombang.
Sebuah cahaya hanya dapat memiliki satu sifat, artinya walaupun cahaya bersifat dualisme
tidak berarti cahaya bisa memiliki sifat keduanya secara bersamaan. Jika dalam suatu kondisi
tertentu cahaya berupa partikel maka cahaya tersebut tidak akan memiliki sifat dualisme nya
sebagai gelombang, cahaya memang memiliki kedua sifat tersebut tetapi kedua sifat tersebut
tidak akan bisa muncul secara bersamaan.
1. Efek Fotolistrik

Gejala terlepasnya electron electron dari permukaan plat logam ketika disinari dengan
frekuensi tertentu disebut efek fotolistrik. Electron yang terlepas dari permukaan plat logam
tersebut disebut electron foto. Peristiwa ini pertama kali ditemukan oleh Hertz.

a. Percobaan Efek Fotolistrik

Perangkat percobaan untuk mengamati efek fotolistrik terdiri atas tabung kaca hampa
udara dan plat logam yang disebut sebagai katoda. Ketika katoda disinari dengan ulatraviolet,
electron akan terlepas dari katoda dan bergerak menuju anoda sehingga arus mengalir pada
rangkaian. Banyaknya electron yang terlepas dapat dilihat dari indicator kuat arus yang
ditunjukkan oleh ampermeter. Energi kinetic yang dimiliki elektron dapat ditentukan dengan
cara memperbesar beda potensial antara katoda dan anoda sehingga beda potensial bersifat
menahan laju electron. Bersamaan dengan kenaikan beda potensial, penunjukan jarum
ampermeter akan mengecil, . Jika pada suatu ketika jarum ampermeter menunjuk angka nol,
besarnya energy potensial sama dengan besar energy kinetikyang dimiliki electron. Nilai
beda potensial saat itu disebut potensial henti.
Energi potensial yang diberikan dapat diprediksikan sebagai sebuah bukit yang harus dilewati
electron seperti gambar :

Apabila bukit potensila dipertinggi , suatu saat ampermeter


yang dipasang dibalik bukit menunjukkan angka nol. Ini
berarti energy electron tidak cukup lagi untuk melewati
bukit potensial sehingga besarnya potensial henti
V0 bersesuaian dengan energy kinetiknya electron
Ek = e. V0
½m v2 = e. V0
Gambar 5. Grafik hubungan antara arus
fotolistrik dengan beda potensial

Hasil-hasil percobaan yang seksama menunjukkan bahwa :

1. Makin besar intensitas cahaya, semakin banyak elektron-elektron yang diemisikan.


2. Kecepatan elektron-elektron yang diemisikan hanya bergantung kepada frekwensi cahaya,
makin besar frekwensi cahaya makin besar pula kecepatan elektron yang diemisikan.
3. Pada frekwensi cahaya yang tertentu (frekwensi batas) emisi elektron dari logam tertentu
sama.

Pada tahun 1901, Planck mengetengahkan hipotesa bahwa cahaya (gelombang


elektromagnetik) harus dianggap sebagai paket-paket energi yang disebut foton. Besar paket
energi tiap foton dirumuskan sebagai :
E=h.f
E = Energi tiap foton dalam Joule.
f = Frekwensi cahaya.
h = Tetapan Planck yang besarnya h = 6,625 .10 –34 J.det

Cahaya yang intensitasnya besar memiliki foton dalam jumlah yang sangat banyak. Tiap-tiap
foton hanya melepaskan satu elektron. Kiranya mudah dipahami bahwa semakin besar
intensitas cahaya semakin banyak pula elektron-elektron yang diemisikan.
Tiap foton yang datang pada logam, sebagian energinya digunakan untuk melepaskan
elektron dan sebagian menjadi energi kinetik elektron. Jika energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron sebesar W0 dan energi yang menjadi energi kinetik sebesar Ek maka
dapat ditulis persamaan :
E = W0 + Ek

h . f = W0 + mv2
Dari persamaan nampak jelas, makin besar frekwensi cahaya, makin besar kecepatan yang
diperoleh elektron. Bila frekuensi cahaya sedemikian sehingga h.f = W0, maka foton itu
hanya mampu melepaskan elektron tanpa memberi energi kinetik pada elektron. Penyinaran
dengan cahaya yang frekwensi lebih kecil tidak akan menunjukkan gejala foto listrik.

b. Penjelasan Efek Fotolistrik oleh Einsten

Efek fotolistrik tidak sesuai dengan teori fisika klasik yang menganggap bahwa
radiasi elektromagnetik bersifat kontinu. Menurut teori ini, fotolistrik akan tetap terjadi
dengan radiasi dengan frekuensi berapa saja, tetapi bergantung pada waktu dan intensitas
penyinaran. Elektron akan mengumpulkan energi sehingga cukup untuk melepaskan diri dari
permukaan logam. Jika digunakan radiasi dengan frekuensi rendah maka diperlukan waktu
yang lebih lama. Jika intensitas radiasi ditingkatkan, maka kuat arus akan meningkat. Namun,
hal tersebut tidak terjadi.
Penjelasan teoritis efek fotolistrik diberikan oleh Einstein pada tahun 1905. Einstein
menggunakan teori kuantum Max Planck yang menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik
bersifat diskontinu. Menurut Einstein, radiasi elektromagnetik mempunyai sifat sebagai
partikel. Partikel radiasi itu disebutnya sebagai foton. Setiap foton mempunyai energi tertentu
bergantung pada frekuensinya, yaitu sama dengan kuanta yang dikemukakan oleh Max
Planck. Berikut penjelasan Einstein tentang fotolistrik:
1. Fotolistrik terjadi ketika foton dengan energi yang cukup menabrak elektron di
permukaan logam.
2. Setiap foton akan mentransfer energinya kepada satu elektron ketika terjadi
tumbukan.
3. Jika intensitas radiasi meningkat, berarti jumlah foton bertambah, sehingga
jumlah elektron yang terlempar pun akan meningkat.
4. Jika digunakan radiasi dengan frekuensi yang lebih besar dari frekuensi ambang,
maka kelebihan energi akan muncul sebagai energi kinetik elektron. Semakin
besar kelebihan energi, semakin besar pula energi kinetik foto elektron, sehingga
semakin banyak elektron yang dapat mencapai anode. Akibatnya kuat arus
fotolistrik akan meningkat.
Setiap foton mempunyai energi yang sangat besar, bergantung pada frekuensi.
Dalam fisika, energi dari foton dituliskan sebagai:
Keterangan:
E=fxh f = frekuensi
h = konstanta Planck.

c. Aplikasi Efek Fotolistrik

Salah satu penerapan efek fotolistrik dalam kehidupan adalah dalam dunia hiburan.
Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu, suara dubbing film direkam dalam bentuk
sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca
kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan
amplifier tabung sehingga menghasilkan film bersuara.

Aplikasi lain adalah pada tabung fotopengganda (photomultiplier tube). Dengan


menggunakan tabung ini, hampir semua spektrum radiasi elektromagnetik dapat diamati.
Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton
tunggal sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di
Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada
tahun 2002. Di samping itu, efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan
spektroskopi melalui peralatan yang bernama photoelectron spectroscopy (PES).

Contoh lain adalah penerapannya dalam fotodiode atau fototransistor yang bermanfaat
sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi
sebesar 40 Gigabite perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10 11
detik) masih dapat dibaca oleh sebuah fotodiode. Fototransistor yang sangat kita kenal
manfaatnya dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik
internal. Sebuah semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan
elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi
lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan
arus listrik.

Selain itu, efek fotolistrik juga digunakan dalam produkproduk elektronik yang
dilengkapi dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel,
kamera digital dengan resolusi hingga 12 megapiksel, atau pemindai kodebatang (barcode)
yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal
dalam mengubah citra yang dikehendaki menjadi datadata elektronik yang selanjutnya dapat
diproses oleh komputer.

2. Produksi Sinar-X

Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm C. Rontgen pada tahun 1895 dari
universitas Worzburg jerman. Penemuan ini berawal dari pemberian beda potensial antara
katoda dan anoda hingga beberapa kilovolt pada tabung sinar-X. Perbedaan potensial yang
besar ini mampu menimbulkan arus elektron sehingga elektron-elektron yang dipancarkan
akibat pemanasan filamen akan dipercepat menuju target dalam sebuah tabung hampa udara.
Gambar 6. Komponen tabung sinar-X

Prinsip kerja dari pembangkit sinar-X dapat dijelaskan sebagai berikut, beda potensial
yang diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber yang bertegangan tinggi.
Produksi sinar-X dihasilkan dalam suatu tabung berisi suatu perlengkapan yang diperlukan
untuk menghasilkan sinar-X yaitu bahan penghenti atau sasaran dan ruang hampa.
Elektron bebas terjadi karena emisi dari filamen yang dipanaskan. Dengan sistem
fokus, elektron bebas yang dipancarkan terpusat menuju anoda. Gerakan elektron ini akan
dipercepat dari katoda menuju anoda bila antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang
cukup besar. Gerakan elektron yang berkecepatan tinggi dihentikan oleh suatu bahan yang
ditempatkan pada anoda. Tumbukan antara elektron dengan anoda ini menghasilkan sinar-X,
pada tumbukan antara elektron dengan sasaran akan ada energi yang hilang. Energi ini akan
diserap oleh sasaran dan berubah menjadi panas sehingga bahan sasaran akan mudah
memuai. Untuk menghindarinya bahan sasaran dipilih yang berbentuk padat. Bahan yang
biasa digunakan sebagai anoda adalah platina, wolfram, atau tungsten.
Untuk menghasilkan energi sinar-X yang lebih besar, tegangan yang diberikan
ditingkatkan sehingga menghasilkan elektron dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dengan
demikian energi kinetik yang dapat diubah menjadi sinar-X juga lebih besar.

a. Frekuensi Cutoff

Sinar-sinar-X yang dihasilkan dengan cara ini tidak semuanya memiliki frekuensi
yang; ada suatu spectrum kontinu dari frekuensi-frekuensi sampai ke suatu harga maksimum,
yang disebut frekuensi cutoff. Secara khas sebuah electron memancarkan banyak foton
sementara electron diperlambat, masing-masing foton mengambil bagian dari energi kinetic
electron. Frekuensi maksimum terjadi ketika semua energy kinetic electron dibawa
menjauholeh sebuah foton tunggal.

Hfmaks=EK
b. Sinar-X Karakteristik

Electron dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat mengenai
electron dari atom target (anoda) sehingga menyebabkan electron tereksitasi dari atom,
kemudian electron lain yang berada pada sub kulit yang lebih tinggi akan
mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh electron tadi, dengan memancarkan sinar-x yang
memiliki energy sebanding dengan level energy electron. Karena sinar-X karakteristik
memiliki Panjang gelombang tertentu yang dapat difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan
untuk XRD (X-RAy Diffraction) dalam menentukan struktur material

Gambar 7.Spektrum Sinar-X

3. Momentum Foton dan Efek Compton


a. Momentum Foton

Einstein menyatakan kesetaraan antara massa dan energy dengan persamaan E=mc2. Dalam
efek fotolistrik kita melihat bahwa cahaya yang dijatuhkan pada keeping logam diperlukan

sebagai paket-paket energy yang disebut foton dengan energy tiap foton sebesar E=𝑓.

mc2= hf

ℎ𝑓
= 𝑚𝑐
𝑐
Dari persamaan tersebut diperoleh persamaan momentum relativistic sebuah foton berikut.
ℎ𝑓
p = mc = 𝑐

Nilai λ = 𝑐 atau 1 𝑓 sehingga persamaan di atas dapat kita tulis sebagai berikut.
=
𝑓 λ 𝑐

𝑓 ℎ
p = λ atau λ = 𝑝

dengan

p = momentum sebuah foton (kg m/s)


c = cepat rambat cahaya (3 x 108 m/s)

h = tetapan Planck (6,63 x 10-34J s)

f = frekuensi cahaya (Hz)

λ = panjang gelombang cahaya (m)

b. Efek Compton

Gejala Compton merupakan gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi
dengan sinar-X. Efek ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. Jika
sejumlah elektron yang dipancarkan ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini akan
terhambur. Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada frekuensi
semula.

Menurut teori klasik, energi dan momentum gelombang elektromagnetik dihubungkan


oleh:

E = p.c
E2 = p2.c2 + (m.c2)2

Jika massa foton (m) dianggap nol. Gambar 8. menunjukkan geometri tumbukan
antara foton dengan panjang gelombang λ, dan elektron yang mula-mula berada dalam
keadaan diam.

Gambar 8. Gejala Compton sinar-x oleh


elektron
Compton menghubungkan sudut hamburan θ terhadap yang datang dan panjang
gelombang hamburan λ1 dan λ2. p1 merupakan momentum foton yang datang
dan p2 merupakan momentum foton yang dihamburkan, serta p.c merupakan momentum
elektron yang terpantul.
Kekekalan momentum dirumuskan:

p1 = p2 + pe atau pe = p1 – p2

Dengan mengambil perkalian titik setiap sisi diperoleh:

pe2 = p12 + p22 – 2p1p2cos θ .................................. (4)

Kekekalan energi memberikan:

Hasil Compton adalah:

4. Dualisme Cahaya

Isaac Newton meyakini bahwa cahaya dibawa oleh partikel-partikel kecil dan
mempublikasikan teori itu dalam bukunya berjudul Optiks pada 1704. Ironis memang karena
kita tahu, bahwa Newton sendirilah juga yang menemukan cincin Newton. Cincin Newton
adalah suatu fenomena yang disebabkan interferensi cahaya, fenomena yang menunjukkan
cahaya sebagai gelombang. Selanjutnya semakin banyak peneliti yang mempunyai rasa ingin
tahu akan cahaya, dan semakin banyak eksperimen yang terlaksana membuktikan bahwa
cahaya punya sifat partikel, dan juga sifat gelombang.

Dualisme Sifat Cahaya : Cahaya Sebagai Gelombang

Melalui percobaan dua celah tipis, Thomas Young menjelaskan interferensi cahaya sekaligus
menyatakan bahwa cahaya adalah gelombang. James Clerk Maxwell (1831-1879) juga
mendukung teori itu dengan menjabarkannya dalam matematika. Maxwell dengan apik
menggabungkan dan menjelaskan hubungan unik antara 4 hukum listrik dan kemagnetan
yang sebelumnya diusulkan oleh Karl Gauss (1777-1855), Andre Ampere (1775-1836), dan
Miichael Faraday (1791-1867). Dengan kejeniusannya dalam listrik statis, listrik dinamis,
dan kemagnetan, Maxwell menyatukan keempat hukum itu dalam empat buah persamaan
differensial.

1. Hukum Coulomb, yang menyatakan gaya tarik-menarik antar muatan listrik. Hukum ini juga
bisa diturunkan secara matematika dari Teori Gauss.
2. Teori Gauss tentang kemagnetan, yang menyatakan magnet bersifat dipol (dua kutub), tidak
terpisah seperti muatan listrik (muatan listrik adalah monopol, ada muatan negatif dan
muatan positif).
3. Penemuan Ampere yang menyatakan muatan listrik yang bergerak menghasilkan medan
magnet.
4. Percobaan Faraday yang menunjukkan: mengubah medan magnet menghasilkan medan
listrik, sebaliknya juga mengubah medan listrik turut mengubah medan magnet.
Persamaan yang diajukan Maxwell selalu berjalan simultan atau bersamaan. Saat
menyelesaikan persamaan itu, diperlukan suatu kondisi agar keempat persamaan itu tetap
terus simultan. Muatan yang bergetar akan menjadi gelombang elektromagnetik dan bergerak
dengan kecepatan yang tetap. Maxwell kemudian menghitung kecepatan gelombang itu, dan
nilainya secara praktis sama dengan kecepatan cahaya. Suatu kebetulan yang luar biasa! Dan
dengan itu, tidak bisa disangkal bahwa cahaya pasti bersifat gelombang.

Dualisme Sifat Cahaya : Cahaya Sebagai Partikel

Pada 1900, Max Planck (1858-1947) mengusulkan teori yang sama sekali bertentangan
dengan teori cahaya sebagai gelombang. Dalam menjelaskan spektrum radiasi
elektromagnetik oleh benda hitam pada suhu tinggi, Planck menemukan teori baru, teori
kuantum. Dia menjelaskan bahwa muatan listrik yang bergetar hanya mengeluarkan emisi
cahaya dalam tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini dihitung dalam unit
kuanta hf, h adalah konstanta universal Planck, dan f adalah frekuensi getaran muatan listrik
tersebut.
Tahun 1905, Albert Einstein mengembangkan ide mengenai cahaya. Cahaya sendiri
memancarkan energi dalam satuan kuanta. Tiap foton membawa satu kuanta energi hf, dan
artinya cahaya memiliki sifat partikel.
Bab 3
Penutup
A. Kesimpulan
Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya.
Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, kalian dapat melihat sebuah
benda, karena benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan karena benda itu
memancarkan radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya
melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah seperti kumparan pemanas
sebuah kompor listrik. Pada suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan,
seperti pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan, intensitas
relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini menyebabkan pergeseran
warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menentukan suhu suatu
benda.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet :
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-radiasi-benda-hitam-radiasi-
panas-rumus-contoh-soal-jawaban-intensitas-fisika-praktikum.html

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/hukum-pergeseran-wien-hukum-radiasi-
planck-bunyi-contoh-soal-jawaban-radiasi-benda-hitam-intensitas-frekuensi-teori-fisika.html

https://blogpenemu.blogspot.co.id/2014/04/max-planck-pencetus-teori-kuantum.html

http://yuanttiandho.blogspot.co.id/2010/11/radiasi-benda-hitam-kegagalan-fisika.html

http://tawarikhloyntha.blogspot.co.id/2014/03/dualisme-gelombang-cahaya.html

http://tawarikhloyntha.blogspot.co.id/2014/03/dualisme-gelombang-cahaya.html

http://nurulsolikha.blogspot.co.id/2011/03/efek-fotolistrik.html

http://ramliyana-fisika.blogspot.co.id/2013/05/efek-fotolistrik-dan-penerapannya-dalam.html

http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-efek-fotolistrik-efek-compton-
rumus-contoh-soal-praktikum-jawaban-penerapan-aplikasi-radiasi-benda-hitam-gejala-
fisika.html

Sumber Buku :
Kanginan, Marthen. 2015. Fisika untuk SMA/MA Kelas XII. Penerbit Erlangga. Cimahi
Lampiran

Soal dan pembahasan

Soal

1. Pada suatu percobaan efek fotolistrik, diketahui fungsi kerja logam yang digunakan
adalah 3 eV. Cahaya yang digunakan sebagai penyinar logam memiliki panjang
gelombang λ dan frekuensi f. Tentukan energi cahaya minimal yang dibutuhkan agar
elektron bisa terpancar!
2. Frekuensi ambang suatu logam sebesar 8,0 × 1014 Hz dan logam tersebut disinari
dengan cahaya yang memiliki frekuensi 1015 Hz. Jika tetapan Planck 6,6 × 1014 Js,
tentukan energi kinetik elekton yang terlepas dari permukaan logam tersebut!
3. Sebuah foton dengan panjang gelombang 0,4 nm menabrak sebuah elektron yang
diam dan memantul kembali dengan sudut 150o ke arah asalnya. Tentukan kecepatan
dan panjang gelombang dari foton setelah tumbukan!
Pembahasan

1. Diketahui:
c = 3 x 108 m/s
h = 6,6 x 10-34 Js
1 eV = 1,6 x 10-19 J
Ditanyakan: W0 ?
Jawab:
W0 = 3 eV = 3 x 1,6 x 10-19 Joule = 4,8 x 10-19 Joule
Jadi, energi minimum yang dibutuhkan untuk elektron berhenti adalah 4,8 x 10-
19 J.

2. Diketahui:
f0 = 8,0 × 1014 Hz
f = 1015 Hz
h = 6,6 × 10-34 Js

Ditanya: Ek = ...?

Pembahasan :

Ek = h.f – h.f0
Ek = 6,6 × 10-34 (1014 – (8,0 × 1014))
Ek = 1,32 × 10-19 J
3.

Anda mungkin juga menyukai