ETRI
Oleh
Kelompok 3
Nur Asni H. Asapa : 9173121906201.008
Wahyu Ilyas M. : 917312906201.012
Gusti Ayu Kadek : 917312906201.013
TINJAUAN UMUM
Fluorosensi
Kepekaan analisis pada
1.
spektrofluorimetri dapat dipertinggi
dengan menaikkan intensitas sumber
cahaya
2. Analisis spektrofluorimetri lebih
selektif dan lebih sensitif
keuntungan analisis fluorometri dan
fosforimetri dibandingkan dengan
spektrofotometri absorbsi, yaitu :
fluorometri lebih peka, fluorometri lebih
selektif, dan pada fluorometri gangguan
spektral dapat dikurangi dengan cara
merubah panjang gelombang eksitasi atau
emisi
KEUNTUNGAN DARI ANALISIS
FLUORESENSI
Kepekaan yang baik karena :
1. Intensitas dapat diperbesar dengan
menggunakan sumber eksitasi yang tepat
2. Detektor yang digunakan seperti tabung
pergandaan foto sangat peka
3. Pengukuran energi emisi lebih tepat
daripada energi terabsorbsi
4. Dapat mengukur sampai kadar 104 109 M
Gugus-gugus yg memberikan elektron ( elektron donating group ),
contohnya : gugus hidroksil, amino, metoksi yg terikat secara
langsung pada sistem ikatan Π dapat memfasilitasi terjadinya
proses fluoresensi.
Gugus penarik elektro ( electron withdrawing group ), contoh :
nitro, bromo, iodo, siano, karboksil cenderung mengurangi
intensitas fluoresensi.
Penambahan banyaknya ikatan rangkap terkonjugasi dalam sistem
meyebabkan peningkatan fluoresensi utamanya jika dalam struktur
aromatis heterosiklik, yakni suatu struktur aromatis yang mengandung
gugus N,S dan O.
Intensitas senyawa heterosiklik yang mengandung gugus –NH
seringkali meningkat pd pH asam yang mana gugus nitrogen
mengalami protonisasi.
SENYAWA YG BERFLUORESENSI
DIBEDAKAN MENJADI DUA :
1. Radiasi dg UV
2. Hidrolisis
Sinar eksitasi selanjutnya melewati tempat
sampel. Beberapa pelarut juga ada yang
berfluoresensi sehingga harus dilakukan
pemilihan secara cermat. Wadah sampel yang
berasal dari gelas sudah cukup untuk analisis.
Wadah sampel dari kuarsa harus digunakan pada
panjang gelombang di bawah 320 nm.
LANJUTAN.,……………
2.Sediaan cair : dapat dilakukan
pengukuran secara langsung, atau
diencerkan atau dipekatkan terlebih
dahulu dengan pelarut organik
3.Sediaan steril (injeksi) : dapat
dilakukan pengukuran secara
langsung
LANJUTAN……………
4. Sediaan semi padat Isolasi obat dalam salep
harus ditunjukkan pada dasar salepnya :
a. Salep lemak bulu domba alkohol, biasanya
dilarutkan dalamkloroform atau eter
b. Salep hidrofil, dilarutkan dalam kloroform
atau eter
c. Salep lanolin, dilarutkan dalam kloroform
atau eter
d. Salep Polietilen glikol, dilarutkan dalam
etanol atau air
FAKTORFAKTOR YANG
BERPENGARUH PADA
FLUORESENSI
Bifenil
Fluoren
EF = 0,20
A. Alatalat
Timbangan analitik, Spektrofluorometer, Alat
sonikator, Alat sentrifuge, Glassware
B. Bahan
Ibuprofen standar
Sampel ibuprofen sirup
NH3 0,2 M
Aquadest
CARA KERJA
UJI KESERAGAMAN BOBOT:
1. Menimbang 3 botol sampel satu persatu.
2. Tandai batas volume isi pada botol.
3. Keluarkan sirup, tuangkan ke dalam gelas beker 250
ml.
4. Masukkan aquadest ke dalam botol sirup sampai
tanda.
5. Tuangkan aquadest ke dalam gelas ukur 100 ml, catat
volume.
6. Lakukan sesuai prosedur di atas sampai tiga botol
sampel.
7. Hitung volume ratarata, nilai standar deviasi, dan CV
LANJUTAN……………
PEMBUATAN LARUTAN NH4OH 0,2 M
Ambil ammonia pekat (25% b/b atau 13,4 M)
sebanyak 3,70 ml. Masukkan ke dalam labu takar
250,0 ml, tambahkan aquadest hingga tanda
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EKSITASI &
PANJANG GELOMBANG EMISI
penentuan panjang gelombang menggunakan
konsentrasi tengah pada kurva baku
LANJUTAN…………………
PEMBUATAN KURVA BAKU IBUPROFEN
1. Menimbang serbuk ibuprofen standar sebanyak
20 mg.
2. Masukkan ke dalam labu takar 50,0 ml.
Tambahkan NH4OH 0,2 M hingga tanda.
3. Buat lima larutan seri kadar kurva baku
dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100
mikrogram/ml.
4. Intensitas dibaca dengan alat
spektrofluorometer pada panjang gelombang
eksitasi dan emisi yang telah ditetapkan.
LANJUTAN…………….
Penetapan Kadar Sampel (Damiani, et.al, 2000)
Tiga botol sirup isinya dicampur hingga
homogen.
Ambil 1,0 ml sirup ad 50,0 ml NH4OH 0,2 M.
Lakukan sonifikasi selama 10 menit, lanjutkan
dengan sentrifuge, lalu saring larutan.
Ambil 1,0 ml larutan ad 10 ml NH4OH 0,2 M.
Larutan dibaca pada panjang gelombang eksitasi
dan emisi.
Lakukan pengenceran hingga intensitas berada
pada range 2080.
Lakukan replikasi sebanyak tiga kali
Konsentrasi Larutan Standar Ibuprofen
C = 20 mg/ 50 ml = 0,4 mg/ml = 400 mikrogram/ml
Pembuatan Larutan Seri Kadar Kurva Baku
M1. V1 = M2. V2
V1 = (M2. V2) / M1
Rumus Perhitungan Kadar Ibuprofen
HASIL
Penentuan Panjang Gelombang Eksitasi
dan Emisi
Pembuatan Kurva Baku
Uji Keseragaman Bobot dan
Penetapan Kadar Sampel
Pada percobaan tersebut dilakukan uji kuantitatif
terhadap ibuprofen dalam sediaan sirup dengan
menggunakan metode spektrofluorometri. Metode
ini dipilih karena lebih peka dan spesifik. Ibuprofen
dapat diuji dengan spektrofluorometri karena
memiliki gugus kromofor.
Pelarut yang digunakan dalam analisis ibuprofen ini
adalah ammonium hidroksida 0,2 M. NH4OH dapat
melarutkan ibuprofen, serta mempengaruhi pH
larutan menjadi basa
Tiga botol sampel diuji keseragaman bobotnya
dengan hasil volume ratarata sirup 60,667 ml. Nilai
CV sebesar 0,951% atau lebih kecil daripada nilai
batas 5,0% yang artinya bobot ketiga botol sirup
seragam
Analisis kuantitatif didahului dengan
pengukuran panjang gelombang eksitasi yang
hasilnya 263 nm, sedangkan panjang
gelombang emisi 294 nm. Hasil ini tidak jauh
berbeda dengan panjang gelombang secara
teoritis.
Pengukuran kurva baku terhadap lima seri
kadar memperoleh nilai R sebesar 0,9812 dan
persamaan regresi linear y = 39,3765 x +
12,4805. Nilai R praktikum ini lebih besar dari
R tabel (0,8783); artinya secara statistik metode
spektrofluorometri ini valid untuk digunakan
menguji ibuprofen
Perlakuan sampel menggunakan sonikasi dengan
tujuan melarutkan partikelpartikel sirup secara
sempurna. Proses sentrifugasi dilakukan untuk
mengendapkan partikel tidak larut dari zat eksipien
dalam sirup ibuprofen, dilanjutkan dengan
penyaringan agar tidak ada residu partikel yang
dapat mengganggu dalam pembacaan larutan pada
spektrofluorometer
Berdasarkan perhitungan, kadar sampel replikasi ke
II harus ditolak karena tidak masuk rentang kadar
penerimaan yaitu (1066,282 < x < 2177,886) mg. Batas
kesalahan sangat besar yaitu 555,802 mg dengan
taraf kepercayaan 95%. Faktor pengenceran sebesar
25.000 kali. Sehingga kadar ratarata ibuprofen dalam
sampel adalah 1622,084 mg/botol atau sebanyak 135,0
mg/5 ml
Rohman, A., dan Gandjar, I.G. 2007. Kimia
Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Edisi
KeEmpat. Jakarta : Kemenkes RI.
Damiani, P.C., Bearzotti, M., Cabezon, M.A.
2000. Spectrofluorometric determination of
Ibuprofen in Pharmaceutical formulations. J.
Pharm. Biomed.Anal 25 : 679683.
THANK YOU