Kelompok 3
Disusun Oleh:
1. M. Dandy Faiqdzaki Irawan (062040422382)
2. Raina Khoirunisa Zain (062040422386)
3. Tiara Reska (062040422389)
1KID
Dosen Pembimbing:
Dr. Rusdianasari, M. Si
1.2 Tujuan
seperti senyawa anorganik, namun membutuhkan teknik khusus yang lebih baik.
Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur
merupakan suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak
antar atom akan bertambah atau berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena
perubahan sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah atom (silverstein
et al, 1986).
Ikatan yang lebih kuat dan atom yang lebih ringan menghasilkan
frekuensi yang lebih tinggi. Semakin kuat suatu ikatan, makin besar energi
yang dibutuhkan untuk meregangkan ikatan tersebut. Frekuensi vibrasi
berbanding terbalik dengan massa atom sehingga vibrasi atom yang lebih berat
terjadi pada frekuensi yang lebih rendah (Bruice, 2001).
mikro. Sebagian besar kegunaannya terbatas di daerah antara 4000 cm-1 dan 666
cm-1 (2,5-15,0 µm). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada daerah infra merah
dekat, 14.290-4000 cm-1 (0,7-2,5 µm) dan daerah infra merah jauh, 700-200
Gambar 1. Skema IR
2.3 Spektrum IR
Cahaya yang bisa kita lihat itu terdiri dari gelombang elektromagnetik
dengan frekuensi yang berbeda-beda, setiap frekuensi tersebut bisa dilihat sebagai
warna yang berbeda. Radiasi Infra-merah juga merupakan gelombang dengan
frekuensi yang berkesinambungan, hanya saja mata kita tidak bisa melihat
mereka. Jika anda menyinari sebuah senyawa organik dengan sinar infra-merah
yang mempunyai frekuensi tertentu, anda akan mendapatkan bahwa beberapa
frekuensi tersebut diserap oleh senyawa tersebut.
Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain senyawa tersebut akan
menunjukkan bahwa beberapa frekuensi melewati senyawa tesebut tanpa diserap
sama sekali, tapi frekwensi lainnya banyak diserap. Berapa banyak frekuensi
tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai 'persentasi transmitasi'
(percentage transmittance).
1. Sumber Radiasi
2. Monokromator
Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar,
alat pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin
untuk memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk
prisma adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium
fluorida. Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk
monokromator infra merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-
16 µm, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0 µm.
3. Detektor
4. Daerah Cuplikan
Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan
yang berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata dari
bentuk padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya
menunjukkan pengaruh dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran frekuensi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk dicatat pada spektrum cara pengolahan
cuplikan ynag dilakukan.
5. Sistem Kerja
Sinar dari sumber dibagi dalam 2 berkas yang sama, satu berkas
melalui cuplikan dan satu berkas lainnya sebagai baku. Fungsi model berkas
ganda adalah mengukur perbedaan intensitas antara 2 berkas pada setiap
panjang gelombang. Kedua berkas itu dipantulkan pada ”chopper” yang
berupa cermin berputar. Hal ini menyebabkan berkas cuplikan dan berkas
baku dipantulkan secara bergantian ke kisi difraksi. Kisi difraksi berputar
lambat, setiap frekuensi dikirim ke detektor yang mengubah energi panas
menjadi energi listrik.
Jika pada suatu frekuensi cuplikan menyerap sinar maka detektor akan
menerima intensitas berkas baku yang besar dan berkas cuplikan yang lemah
secara bergantian. Hal ini menimbulkan arus listrik bolak-balik dalam detektor
dan akan diperkuat oleh amplifier. Jika cuplikan tidak menyerap sinar, berarti
intensitas berkas cuplikan sama dengan intensitas berkas baku dan hal ini tidak
menimbulkan arus bolak-balik, tetapi arus searah. Amplifier dibuat hanya
untuk arus bolak=balik.
1. Alkana
2. Alkena
-1
Bentuk stretching C=C alkena terjadi sidaerah 1645-1670 cm .
pita ini sangat jelas bila hanya satu gugus alkil menempel pada ikatan
rangkap dua. Semakin banyak gugus alkil yang menempel, intensitas
absorpsi berkurang karena vibrasi terjadi dengan perubahan momen dipol
yang lebih kecil. Untuk alkena-alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C sering
mempunyai intensitas yang rendah atau tidak teramati.
4. Alkil halida
Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching
C-X. posisi untuk pita-pita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C-F, 750-850
cm-1 untuk C-Cl, 500-680 cm-1 untuk C-Br, dan 200-500 cm-1 untuk C-I.
Absorpsi-absorpsi ini tidak berguna untuk diagnosisi.
Ciri absorpsi infra merah aldehid dan keton adalah vibrasi stretching
C=O. oleh karena gugus karbonil polar sekali, strerching ikatan ini
menghasilkan perubahan momen dipol yang cukup besar. Akibatnya
stretching karbonil merupakan spektra yang intensitasnya tinggi. Oleh karena
terjadi di daerah spektrum yang umumnya tidak ada absorpsi lain, maka
stretching karbonil merupakan metode yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis adanya gugus fungsional di dalam suatu senyawa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran