Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Atom-atom didalam suatu molekul itu tidak diam melainkan bervibrasi(bergetar).


Ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua bola yang
dihubungkan oleh suatu pegas. Bila radiasi inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan
maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi di
antara tingkat vibrasi dasar dan tingkat tereksitasi. Spektroskopi adalah ilmu yang
mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan,
diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah,
spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-
teori struktur materi serta analisa kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi
spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk
memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi
elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio,
elektron, fonon, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah sebuah teknik yang digunakan untuk
mendapatkan spektrum inframerah dari absorbansi, emisi, fotokonduktivitas atau Raman
Scattering dari sampel padat, cair dan gas. FTIR dapat digunakan untuk menganalisa senyawa
organik dan anorganik. Selain itu, FTIR juga dapat digunakan untuk analisa kualitatif
meliputi analisa gugus fungsi (adanya ‘peak’ dari gugus fungsi spesifik) beserta polanya dan
analisa kuantitatif dengan melihat kekuatan absorbsi senyawa pada panjang gelombang
tertentu.

Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah
rambatan. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell,
yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah
rambatan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :

1. Apa saja konsep fisika yang berhubungan dengan FTIR ?


2. Apa itu FTIR dan apa fungsinya?
3. Apa saja bagian bagian dari FTIR?
4. Bagaimana prinsip kerja FTIR?
5. Bagaimana cara menggunakan FTIR?
6. Bagaimana membuat persiapan sampel dan bentuk sampel yang di karakterisasi
dengan menggunakan FTIR?
7. Bagaimana bentuk data yang diperoleh dari FTIR?
8. Bagaimana cara menginterpretasikan datanya ?
9. Dimana ketersediaan alat FTIR?

3. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebai berikut :

1. Untuk mengetahui konsep dasar fisika yang berhubungan dengan FTIR


2. Untuk mengetahui apa itu FTIR dan fungsinya.
3. Untuk mengetahui bagian-bagian FTIR dan fungsinya.
4. Untuk mengetahui bagaimana prinsip dari FTIR.
5. Untuk mengetahui cara menggunakan FTIR.
6. Untuk mengetahui cara membuat persiapan sampel dan bentuk sampel yang dapat
dikarakterisasi.
7. Untuk mengetahui bentuk data yang diperoleh dari FTIR.
8. Untuk mengetahui cara menginterpretasikan data dari hasil pengujian.
9. Untuk mengetahui dimana terdapat FTIR.
BAB II

1. KONSEP DASAR FISIKA YANG BERHUBUNGAN DENGAN FTIR

Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk identifikasi


senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

a. Analisis kualitatif
Analisis kualitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk
identifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa yang
dianalisis.
b. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk
menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Analisis kuantitatif dengan FTIR
digunakan hukum Lambert Beer’s. Hukum Lambert Beer’s dinyatakan sebagai
berikut: A= ε b c. Dimana A adalah absorbansi, ε adalah absorptivitas, b adalah
ketebalan tempat sampel dan c adalah konsentrasi sampel.

2. Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) Dan Kegunaannya

Spektroskopi FTIR merupakan teknik yang umum digunakan untuk analis material.
teknik ini merupakan teknik absorpsi yang didasarkan pada vibrasi molekul ketika molekul-
molekul tersebut menyerap radiasi infra red. Hanya frekuensi (energy) yang spesifik infra red
yang diabsorb oleh molekul untuk meningkatkan amplitudo gerak vibrasi antara ikatan-ikatan
atom dalam sebuah molekul. Setiap molekul terdiri dari atom-atom yang berbeda sehingga
tidak ada dua senyawa yang memiliki spektra IR yang sama. Oleh karena itu, spektra IR
menunjukkan fingerprint (ciri khas) dari sebuah sampel.

Spektra infra red dihasilkan melalui pengumpulan interferogram dari sinyal sampel
dengan interferometer yang terdiri dari pemecah sinar (beam splitter), fixed mirror dan
moving mirror. Ketika cahaya mengenai beam splitter, beam splitter mentransmisikan dan
merefleksikan radiasi ke kaca tetap dan kaca bergerak dalam jumlah yang sama (50%:50%).
Setelah mengenai kedua kaca tersebut, sinar direfleksikan kembali ke beam splitter dan
selanjutnya bergabung menjadi sinar baru yang kemudian dilewatkan ke sampel. Sampel
akan mengabsorbsi panjang gelombang cahaya yang tergabung. Selanjutnya detector
merekam energy total pada setiap panjang gelombang atau frekuensi yang telah diabsorb oleh
sampel untuk menghasilkan spektra FTIR.

Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang


frekuensi 400-4000 cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength),
yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Spektra FTIR merupakan plot intensitas
(absorbansi atau % transmitansi) sebagai fungsi dari bilangan gelombang atau frekuensi.
Sebelum memperoleh spektra akhir, interferogram harus diukur tanpa sampel yang akan
memberikan spektra background. Setelah itu, interferometer diukur dengan sampel untuk
menghasilkan spektra sampel.

FTIR digunakan secara langsung untuk identifikasi gugus fungsi khususnya untuk
senyawa-senyawa organik. Dalam padatan anorganik, gugus fungsi yang terikat secara
kovalen seperti OH, air yang terperangkap dan oxianion – karbonat, nitrat, sulfat, dll –
memberikan signal tajam di IR spektra dimana gerak vibrasi dari gugus-gugus tersebut
berada pada frekuensi tinggi, di atas 300 cm-1. Pada frekuensi yang lebih rendah dalam
wilayah IR jauh, vibrasi kisi juga mempertajam spektra IR; sebagai contoh alkali halide
memberikan pita absorpsi kisi lebar pada wilayah 100 – 300 cm-1. Posisi puncak berbanding
terbalik dengan massa anion dan kation sebagaimana ditunjukkan pada urutan berikut : LiF
(307 cm-1), NaF (246 cm-1), KF (190 cm-1), RbF (156 cm-1), CsF (127 cm-1); dan LiCl
(191 cm-1), NaCl (164 cm-1), KCl (141 cm-1), RbCl (118 cm-1), CsCl (99 cm-1). Karena
padatan anorganik menunjukkan spektra vibrasi yang spesifik, hal ini dimanfaatkan untuk
tujuan pengidentifikasian.

3. Bagian-Bagian FTIR Dan Fungsinya

FTIR terdiri dari 5 bagian utama, yaitu :

1. Sumber sinar, terbuat dari filament nernst atau globar yang dipanaskan menggunakan
listrik hingga temperatur 1000-1800°C. Pemijar globar merupakan batangan silikon
karbida yang dipanasi hingga 1200oC dan merupakan sumber radiasi yang sangat
stabil . Pijar Nernst merupakan bidang cekung dari sirkonium dan yutrium oksida
yang dipanasi hingga sekitar 1500oC dengan arus listrik serta kurang stabil
dibandingkan dengan pemijar globar dan memerlukan pendingin air.
2. Pencerminan, sistem utama FTIR adalah interferometer yang berfungsi sebagai
kombinasi peralatan atau pengatur seluruh frekuensi inframerah yang dihasilkan oleh
sumber cahaya. Interferometer terdiri dari 3 komponen yaitu lensa statik, lensa
dinamis, dan beamsplitter.
3. Daerah cuplikan, dimana berkas acuan dan cuplikan masuk ke dalam daerah cuplikan
dan masing-masing menembus sel acuan dan cuplikan secara bersesuaian.Detektor,
berfungsi untuk mendeteksi sinar infra merah atau energi pancaran yang lewat akibat
panas yang dihasilkan.
4. Detektor yang sering digunakan adalah termokopel, sel golay dan balometer. Ketiga
detektor bekerja berdasarkan efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar IR.
5. Elektronik, detektor inframerah menghasilkan tegangan yang merespon interferogram
yang masuk melalui sampel, tegangan ini akan membentuk analog sebelum
spektrofotometer dapat mengirim interferogram ke sistem data, maka sinyal harus
dikonversikan dari bentuk analog ke bentuk digital.

4. Prinsip FTIR

Prinsip kerja FTIR adalah interaksi antara energi dan materi. Infrared yang melewati
celah ke sampel, dimana celah tersebut berfungsi mengontrol jumlah energi ysng
disampaikan kepada sampel. Kemudian beberapa infrared diserap oleh sampel dan yang
lainnya di transmisikan melalui permukaan sampel sehingga sinar infrared lolos ke detektor
dan sinyal yang terukur kemudian dikirim ke komputer dan direkam dalam bentuk puncak-
puncak.

Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk identifikasi


senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode
fourier transform infrared (FTIR) yang merupakan metode bebas reagen, tanpa penggunaan
radioaktif dan dapat mengukur kadar hormon secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis gugus
fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang terbentuk pada
spektrum infra merah menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui).

Skema alat FTIR


5. Cara Menggunakan FTIR

Anda mungkin juga menyukai