Anda di halaman 1dari 28

Laporan Sementara

Laboratorium Dasar

METODE ANALISA BAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN FTIR

Disusun oleh:
Kelompok: A-2

Fathul Bashair 2004103010026


Aradiah Thinisah 2004103010002
Dara Hafifah Zahriliani 2004103010080

ASISTEN:
Reza Rizki 1704103010058

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hesti Meilina, ST., M.Si 197605052003122001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DASAR TEORI

Spektofotmetri merupakan suatu alat yang dapat mendeteksi dan


membedakan tingkat penyerapan untuk suatu larutan atau campuran suatu bahan
kimia. Saat ini, alat pendeteksi penyerapan bahan kimia yang banyak digunakan
adalah Fourier Transform Infrared. Alat ini mampu menghasilkan jejak sesuai
dengan desain optiknya yang selanjutnya kita sebut interferogram. Interferogram
merupakan suatu sinyal kompleks tetapi di dalamnya informasi frekuensi yang
dapat dideteksi oleh spektrum inframerah. Setiap molekul dari struktur kimia
berbeda akan menghasilkan jejak absorbsi inframerah atau spektrum inframerah
yang berbeda dengan yang lainnya.Oleh karena itu spektrum inframerah dapat
digunakan untuk mengidentifikasi molekul-molekul seperti halnya sidik jari pada
manusia (Rahmat dan Suwarno, 2020).
Spektrofotometri inframerah adalah suatu metode yang dapat mengukur
secara cepat dengan contoh tanpa merusak dan mampu menganalisis beberapa
komponen secara serentak.Fourier Transform Infra-Red (FTIR) merupakan salah
satu alat yang dapat menganalisis gugus fungsi suatu senyawa. Dengan fungsi
tersebut diperkiran fourier transform infra-red (FTIR) dapat menentukan secara
kuantitatif gugus isotaktik pada polipropilena dengan waktu yang cukup singkat.
Dengan demikian pengukuran taksisitas polipropilena dapat dilakukan dengan
metode fourier transform infra-red (FTIR) dengan waktu yang cepat dan tidak
membutuhkan bahan baku yang banyak (Arlofa dan Harutomo, 2017).
Spektroskopi fourier transform infra-red (FTIR) adalah teknik pengukuran
untuk mengumpulkan spektra infra-red. Energi yang diserap sampel pada berbagai
frekuensi sinar infra-red yang direkam, kemudian diteruskan ke interferometer.
Sinar pengukuran sampel diubah menjadi interferogram.Perhitungan selanjutnya
dilakukan secara matematika sehingga menghasilkan spektra yang identik. Pada
spektroskopi fourier transform infra-red, jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi
infra-red dilewatkan pada sampel suatu senyawa organik maka akan terjadi
penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Serapan yang terjadi pada
spektroskopi Fourier Transform Infra-Red (FTIR) menghasilkan spektra berupa
grafik yang menunjukkan transmitansi yang bervariasi pada setiap frekuensi
radiasi infra-red (Damayanti dkk., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Arlofa, N., dan Herutomo, H., 2017, ‘Perbandingan Analisis Gugus Ataktik pada
Polimer Polipropilena Dengan Metode Gravimetri dan Fourier Transform
Infra Red (FTIR)’,Seminar Nasional Riset Terapan,vol. 1, no. 1, hh.139-
146.
Rahmat, S., dan Suwarno, 2020, ‘Analisa Spektroskopi Inframerah Transformasi
Fourier dan Gas Terlarut Terhadap Perubahan Gugus Fungsi Komposisi
Minyak Ester’, Jurnal Infotekmesin, vol. 11, no. 1,hh. 14-23.
Damayanti A. A., Ni L. P. T., Hery S, 2020, ‘Identifikasi Bilangan Gelombang
Daun Sirih (Piper sp.) Menggunakan Metode Spektroskopi Fourier
Transform Infrared (FTIR) dan Principal Component Analysis (PCA)’,
Buletin Fisika,vol. 22, no. 2, hh.60-66.
Laporan Sementara
Laboratorium Dasar

METODE ANALISA BAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN FTIR

Disusun oleh:
Kelompok: A-2

Aradiah Thinisah 2004103010002


Fathul Bashair 2004103010026
Dara Hafifah Zahriliani 2004103010080

ASISTEN:
Reza Rizki 1704103010058

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hesti Meilina, ST., M.Si 197605052003122001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DASAR TEORI

Fourier Transform InfraRed (FTIR) merupakan metode yang menggunakan


spektroskopi inframerah.Pada spektroskopi infra merah, radiasi inframerah
dilewatkan pada sampel.Sebagian radiasi inframerah diserap oleh sampel dan
sebagian lagi dilewatkan atau ditransmisikan. Analisis gugus fungsi dengan FTIR
bertujuan untuk mengetahui proses yang terjadi pada pencampuran apakah secara
fisik atau kimia. Sampel ditempatkan ke dalam set holder, kemudian dicari
spektrum yang sesuai. Hasilnya akan didapatkan difraktogram hubungan antara
bilangan gelombang dengan intensitas (Illing dan Santriawan, 2017).
Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) merupakan salah satu
instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui spektrum vibrasi molekul
yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa kimia yang belum
diketahui karena spektrum FTIR yang dihasilkan adalah spesifik untuk gugus
fungsi senyawa organik. Analisis pada spektrofotometer FTIR bergantung pada
getaran molekul sehingga dapat digunakan untuk identifikasi mineral yang
memiliki karakteristik Spektrum penyerapan dalam mid range pada inframerah
(Sulistyani, 2018).
Metode spektroskopi yang digunakan adalah metode spektroskopi absorbsi
yang didasarkan atas perbedaan penyerapan radiasi inframerah oleh molekul suatu
materi.Absorbsi inframerah oleh suatu materi dapat terjadi jika dipenuhi dua
syarat yaitu kesesuaian antar frekuensi radiasi inframerah dengan frekuensi
vibrasional molekul sampel dan perubahan momen dipol selama
bervibrasi.Metode pembacaan spektrum vibrasi molekul pada FTIR ada 2 macam
yakni metode reflektansi dan metode tranmisi.Metode reflektansi (ATR) sampel
tidak dikenai sinar laser secara langsung, karena sinar dibelokkan atau
dipantulkan, menyebabkan tidak semua gugus fungsi yang terdapat pada sampel
mengalami vibrasi dan memunculkan puncak.Nilai absorbansi yang dihasilkan
juga kecil karena intensitas sinar refleksi tidak sebesar intensitas sinar pada
transmisi.Metode reflektansi jauh lebih mudah karena tidak melibatkan preparasi
sampel yang rumit sebelum analisa seperti membuat disk pada metode
transmisi.Spektrum yang dihasilkan pada metode analisa reflektansi memiliki
baseline yang lebih bagus tapi range pembacaan metode ini lebih sempit karena
pada bilangan gelombang kurang dari 600 cm-1 muncul noise akibat dari
penggunaan zink selenium. Metode transmisi sampel dikenai sinar laser secara
langsung hal ini menyebabkan seluruh gugus fungsi yang terdapat pada sampel
mengalami vibrasi sehingga memunculkan puncak. Nilai absorbansi yang
dihasilkan cukup besar. Kelemahan metode ini yaitu preparasi sampel yang rumit
dan memakan waktu serta baseline yang dihasilkan kurang bagus karena puncak
yang dihasilkan melebar ditandai dengan puncak-puncak yang besar (Sulistyani
dan Huda, 2018).
Prinsip kerja fourier transform infrared adalah fotometri. Sinar dari sumber
sinar inframerah merupakan kombinasi dari panjang gelombang yang berbeda-
beda. Sinar yang ditransmisikan oleh sampel difokuskan kedetektor. Perubahan
intensitas sinar menghasilkan suatu gelombang interferens. Gelombang ini diubah
menjadi sinyal oleh detektor, diperkuat oleh penguat, lalu diubah menjadi sinyal
digital. Pada sistem optik FTIR, radiasi laser diinterferensikan dengan radiasi
inframerah diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Saputra dkk., 2019).
Analisis Fourier Transform Infared (FTIR) tidak memerlukan penambahan
warna ataupun label untuk visualisasi dari komponen kimia yang berbeda dalam
sampel. Fourier Transform Infrared (FTIR) mengukur semua panjang gelombang
secara bersamaan sehingga terbentuk spektrum transmitasi atau absorbansi (Azhar
dkk., 2019).
Spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR) dalam satu spesies yang
digunakan memberikan pola yang sangat identik satu sama lainnya.Terkecuali
nilai transmitan setiap spektrum yang menandakan bahwa senyawa kimia yang
dikandung hampir sama hanya saja berbeda pada intensitasnya. Pola spektrum
yang identik ini menyebabkan sulit untuk membedakan suatu bahan dalam satu
spesies dengan hanya menggunakan spectrum FTIR.Oleh karena itu,diperlukan
bantuan analisis statistika untuk dapat membedakannya. Jika spektrum FTIR pada
bilangan gelombang tertentu memiliki korelasi tinggi dengan suatu komponen
utama di antara komponen lainnya, maka spektrum pada gelombang bilangan
itulah yang dapat menerangkan komponen.Spektroskopi FTIR dapat mengukur
suatu bahan dengan cepat dan mampu menganalisis beberapa komponen dari
bahan tersebut secara bersamaan. Penggunaan FTIR dalam analisis terbatas
karena matriks dan spektrum yang dihasilkan cukup kompleks. Spektrum sidik
jari FTIR yang dihasilkan merupakan informasi data yang sangat kompleks
sehingga dapat menggambarkan secara menyeluruh sifat kimia suatu bahan.
Perubahan yang terjadi pada posisi pita dan intensitasnya dalam spektrum FTIR
akan berhubungan dengan perubahan komposisi kimia dalam suatu bahan
(Mahmuda dkk., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, R., Aprilian, S. A., Jannah, R., Kusumaningrum, S., dan Firdayani., 2019,
‘Pengembangan dan Validasi Analisis Kuantitatif Natrium Seftriakson
Menggunakan Metode FTIR-ATR’, Jurnal Prosiding, vol. 1, no. 1, hh. 83-
90.

Illing, I., dan Satriawan MB., 2017, ‘Uji FTIR Bioplastik Dari Limbah Ampas
Sagu Dengan Penambahan Variasi Konsentrasi Gelatin’, Jurnal Dinamika,
vol. 8, no. 20, hh. 4-5.

Mahmuda, S., Afendi, F. M., dan Rafi, M., 2020, ‘Kajian Statiska Data Spektrum
FTIR Meniran (Phyllanthus niruri) Asal Pulau Jawa’, Jurnal Statistika
Teori dan Aplikasi: Biomedics, Industry & Business And Social Statistics,
vol. 14, no. 1, hh. 17-24.

Nandiyanto, A. B. D., Oktiani, R., Ragaghita, R., 2019, ‘How to Read and
Interpret FTIR Spectroscope of Organic Material’, Indonesian Journal of
Science & Technology, vol. 4, no. 1, hh. 97-118.

Saputra, I. S., Suhartati, S., Yulizar, Y., dan Sudirman., 2019, ‘Green Synthesis
Nanopartikel ZnO Menggunakan Media Ekstrak Daun Tin (Ficus
carica Linn)’, Jurnal Kimia dan Kemasan, vol. 42, no. 1, hh. 1-6.

Sulistyani, M., 2018, ‘Spektokopis Fourier Transform Infra Red Dengan Metode
Reflektansi (ATR-FTIR) Pada Optimasi Pengukuran Spektrum Vibrasi
Vitamin C’, Jurnal ISSN, vol. 1, no. 2, hh. 39 – 40.

Sulistyani, M., dan Huda, N., 2018, ‘Perbandingan Metode Transmisi dan
Reflektansi pada Pengukuran Polistirena Menggunakan Instrumentasi
Spektroskopi Fourier Infrared’, Indonesian Journal of Chemical
Science, vol. 6, no. 2, hh. 196-197.

Setyowati, V. A., dan Widodo, E. W. R., 2017, ‘Studi Sifat Fisis, Kimia, dan
Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE (Low
Density Polyethylene)’. Jurnal Biologi, vol. 6, no. 3, hh. 55-62.
Laporan Sementara
Laboratorium Dasar

METODE ANALISA BAHAN DENGAN


MENGGUNAKAN FTIR

Disusun oleh:
Kelompok: A-2

Dara Hafifah Zahriliani 2004103010080


Aradiah Thinisah 2004103010002
Fathul Bashair 2004103010026

ASISTEN:
Reza Rizki 1704103010058

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Hesti Meilina, ST., M.Si 197605052003122001

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DASAR TEORI

Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR) merupakan salah satu


instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui spektrum vibrasi molekul
yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa kimia yang belum
diketahui karena spektrum FTIR yang dihasilkan adalah spesifik untuk gugus
fungsi senyawa organik. Analisis pada Spektrofotometer FTIR bergantung pada
getaran molekul sehingga dapat digunakan untuk identifikasi mineral yang
memiliki karakteristik spektrum penyerapan dalam mid range pada inframerah
(Sulistyani dan Nuril., 2017).
Spektrum FTIR merupakan hasil interaksi antara senyawa-senyawa kimia
dalam matriks sampel yang kompleks. Spektrum FTIR sangat kaya dengan
informasi struktur molekular dengan serangkaian pita serapan yang spesifikuntuk
masing-masing molekul sehingga dapat digunakan untuk membedakan suatu
bahan baku yang memiliki kemiripan. Keuntungan teknik spektroskopi FTIR ialah
berpotensi sebagai metode analisis yang cepat karena dapat dilakukan secara
langsung pada sampel tanpa adanya tahapan pemisahan terlebih dahulu.
Kekurangan yang dapat ditimbulkan dengan menggunakan spektroskopi FTIR
ialah dalam hal interpretasi secara visual dan langsung menjadi sulit akibat adanya
tumpang tindih spektrum serapan dari molekul-molekul dalam sampel, sehingga
untuk memudahkannya diperlukan bantuan teknik kemometrika (Rafi dkk., 2016)

FTIR dan UV-Vis didasarkan atas prinsip penyerapan tingkat energi


tertentu. Frekuensi yang dihasilkan akan berbeda karena atom-atom yang berada
pada senyawa tersebut berbeda dan memiliki kekuatan ikatan yang beragam antar
atom atau antar molekulnya. Sehingga, spektrum yang dihasilkan oleh FTIR dapat
di analisis dengan cara kualitatif maupun kuantitatif untuk sampel-sampel biologis
(Alminda dan Zelinda, 2018).

FTIR menggunakan prinsip spektro inframerahyang jika senyawa organic


dikenai sinar inframerah dengan frekuensi tertentu (400-4000 cm-1) maka
beberapa frekuensi diserap oleh senyawa tersebut.Banyaknya frekuensi yang
melewati senyawa tersebut diukur sebagai persentasi transmisi (percentage
transmittance).Setiap frekuensi sinar (termasuk inframerah) memiliki  tertentu
yang dapat menunjukkan pembentukkan ikatan antar atom tertentu.Spektroskopi
FTIR memiliki kemampuan yang cepat dalam menganalisis, bersifat tidak
merusak, dan hanya dibutuhkan preparasi sampel yang sederhana (Frestika dkk,
2017).
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyani, M dan Nuril, H., 2018,‘Perbandingan Metode Transmisi dan


Reflektansi pada Pengukuran Polistirena Menggunakan Instrumentasi
Spektroskopi Fourier Infrared’Indonesian Journal of Chemical Science,
vol. 6, no. 2, hh. 196-197.

Rafi, M., Widia, C, A., dan Tun, T, I., 2016, ‘Potensi Spektroskopi FT-IR-ATR
Dan Kemometrik Untuk Membedakan Rambut Babi, Kambing Dan Sapi’,
Indonesian Journal of Chemical Science, vol. 5, no. 3,

Frestika, M, Y., Rina, D, M., Masmui., Agustanhakri., R, I, P., Yuliasari., Ahmad,


N, M., Muhammad, D., Agus, S. B., dan Ratno, N., 2017, ‘Investigasi
Pembentukan Ikatan Zn-O Rods di Atas Permukaan Mikrokantilever dengan
Uji Karakterisasi FTIR’, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, vol. 2, no. 2, hh.
91-98.

Alminda, F, D., dan Zelika, M, R., 2018, ‘Teknik Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Karotenoid’Jurnal Farmaka,vol. 16, no. 2, hh. 264.
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan, yaitu: Jumlah:
 Pipet tetes 1 buah
 Interferometer FTIR shimadzu 8400 1 set
 Botol kecil 5 buah

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan, yaitu: Jumlah:
 Minyak sunco Secukupnya
 Tissue halus Secukupnya
 Tissue lensa Secukupnya
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Preparasi sampel


1. Disiapkan minyak makan sunco dengan pemansan 0; 5; 10; 15; dan 20
menit.

3.2 Penggunaan alat FTIR


3.2.1 Menyalakan instrumen dan inisialisasi
1. Dinyakan alat FTIR Prestige 21 / Shimadzu 8400.
2. Dinyalakan komputer > klik 2× ikon IR Solution.
3. Dipilih measure tab > measurement menu > inialize.
4. Ditunggu sampai muncul tulisan Init success pada layar logfile
status.
5. Ditampilkan warna hijau pada layar instrument status.
6. Dicek terlebih dahulu alat FTIR masih berfungsi dengan baik atau
tidak.

3.2.2 Pengukuran
1. Diatur instrument parameter > data dengan setting % transmittan >
Happgenzel > 45,40> 400 – 4000.
2. Disiapkan background > klik BKG.

3.2.3 Mematikan instrumen


1. Ditutup file terbuka > file > close all.
2. Ditutup software IR Solution > file > exit.
3. Dimatikan komputer dan alat FTIR Shimadzu 8400.
3.3 Pengolahan Data
1. Didapatkan data dari sampel yang telah diukur berupa format leus.

2. Diolah data tersebut kedalam excel agar dapat dibuat grafik untuk data
sampel yang telah diukur.
3. Disalin data tersebut dan ditempelkan ke format kerja excel.

4. Diblok kolom A kemudian diklik “use text import wizard” sampai muncul
tab seperti ini, lalu klik next.
5. Dicentang “tab,comma,dan space”, lalu klik next.
6. Di klik “advance” lalu diubah titik menjadi koma, dan koma menjadi titik
lalu klik “finish”.
7. Diblok kolom A, klik “insert” dan ‘seatter with smooth linier” dihapus
garis belakang grafik. Kemudian diklik pada kurva biru, lalu di klik
“select data”, lalu dimasukan data untuk valuex dan valey.
8. Diklik “design’ add chart element axis title, kemudian diklik format axis
pada grafik , diubah minimum menjadi 400, maksimum 4000, major
menjadi 400, minor 80, dan dicentang pada “maximum axis value” dan
“value in reverse order”.
3.4 Analisis Sampel
1. Dihasilkan spektrum yang berbeda dari tiap sampel yang diuji.
2. Dijelaskan secara detail kandungan gugus pada sampel.
BAB IV
DATA PENGAMATAN

200
180
160
140
120
Axis Title

100
80
60
40
20
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Axis Title

300

250

200
Axis Title

150

100

50

0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400

Axis Title
250

200

150
Axis Title

100

50

0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Axis Title

400
350
300
250
Axis Title

200
150
100
50
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400

Axis Title

350

300

250

200
Axis Title

150

100

50

0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400

Axis Title

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini digunakan satu sampel yaitu minyak sunco yang
dibedakan berdasarkan waktu penggorengan yaitu 20 menit, 15 menit, 10 menit,
dan 5 menit. Sampel ini akan diidentifikasi ikatan atau gugus fungsinya
menggunakan FTIR. FTIR merupakan salah satu instrument yang menggunakan
metode spektroskopi. Spektroskopi infrared dilengkapi dengan transformasi
fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Spektroskopi berguna untuk
identifikasi senyawa organik karena spektrumnya yang sangat kompleks yang
terdiri dari banyak puncak-puncak
Data yang diperoleh ditampilkan daalam grafik spektrum inframerah yang
memiliki dua sumbu, yaitu sumbu x dan sumbu y. Di mana sumbu x merupakan
bilangan gelombang dalam satuan cm-1.Sedangkan sumbu y merupakan angka
persen transmitan (%T). FTIR digunakan untuk mengidentifikasi senyawa
organik. Karena spektrumnya yang terdiri dari puncak-puncak yang dapat
menunjukkan garis fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Pada gugus
spektrum terdapat puncak-puncak intensitas yang sangat kuat, kuat, sedang, dan
lemah. Minyak ini akan menunjukkan ikatan dan gugus fungsi yang terdapat
dalam sampel dengan gugus fungsi sebenarnya.
5.1 Persamaan Gugus Fungsi Pada Spektrum Sampel Minyak Sunco dengan
Variasi Waktu Penggorengan

400
350
300
Transmitan (%)

250
0 menit
200
5 menit
150 10 menit
100 15 menit
50 20 menit

0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400

Panjang gelombang (cm-1)

Gambar 5.1 Spektrum Sampel Minyak Sunco dengan Variasi Waktu


Penggorengan
Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa terdapat persamaan dari
semua sampel. Di mana persamaan terjadi di bilangan gelombang 2935 cm-1, 1735
cm-1, 1560 cm-1, dan 715 cm-1 dimana secara berturut-turut mempunyai range
serapan panjang gelombang yaitu 2850-2970 cm-1, 1690-1760 cm-1, 1500-1570
cm-1, dan 675-995 cm-1. Dapat dilihat bahwa tidak adanya perbedaan terhadap
spektrum minyak sunco pada waktu penggorengan yang berbeda-beda. Dari
puncak-puncak serapan yang muncul dapat diketahui gugus fungsional yang
dimiliki senyawa tersebut. Adapun persamaan gugus fungsi semua sampel dapat
dilihat pada Table 5.1
Table 5.1 Gugus Fungsi Pada Sampel Miinyak Sunco dengan Variasi Waktu
Pemanasan

No Spektrum Panjang
Gugus Fungsi Tipe Senyawa
. Sampel (cm-1) Gelombang (cm-1)
1. 2935 2850-2970 C-H Alkana
2. 1735 1690-1760 C=O Aldehid
3. 1560 1500-1570 NO2 Senyawa nitro
5. 715 675-995 C-H Alkena
Gambar 5.1 Panjang gelombang Minyak sunco dengan variasi waktu pemanasan

Setelah dilakukan percobaan dengan dipanaskan minyak dengan variasi


waktu didapatkan hasil panjang gelombang dan jenis gugus fungsi yang kurang
lebih sama. Jenis Gugus fungsi yang dimiliki oleh sampel antara lain C-H
(Alkana), C=O (Aldehid), NO2 (Senyawa Nitro), dan C-H (Alkena). Persamaan
panjang gelombang dan gugus fungsi pada sampel minyak ini dikarenakan tidak
adanya perbedaan komponen utama atau asam lemak pada sampel yaitu
triagliserol yang mana memiliki struktur molekul yaitu C=O (Aldehid/Asam
karboksilat) (Nurwahidah dkk., 2016) dan waktu pemanasan yang dilakukan pada
sampel juga tidak mempengaruhi gugus fungsi atau panjang gelompang yang
muncul. Dapat diamati dari hasil praktikum ini bahwa gugus fungsi pada sampel
yang didapat sudah sebanding dengan gugus fungsi pada komponen utama asam
lemak seharusnya.

5.2 Perbedaan Panjang Gelombang Pada Pengurangan Antar Sampel


350
300
250
Transmitan (%)

200
150 5-0 MENIT
100 10-0 MENIT
50 15-0 MENIT
20-0 MENIT
0
-504000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400

-100

Panjang gelombang

Gambar 5.2 Panjang Gelombang minyak sunco setelah dilakukan pengurangan

Ketika dilakukan pengurangan pada sampel setelah dipanaskan dan


sebelum dipanaskan didapatkan bahwa pemanasan tidak mempengaruhi panjang
gelombangnya, hasil yang didapat tidak terlihat perbedaan yang jelas hampir sama
seperti sebelumnya. Namun, dapat dilihat seperti pada grafik diatas yang
mengalami perubahan adalah persentase transmitan.Semakin lama pemanasan
yang dilakukan maka semakin kecil pula persen transmitan yang diperoleh.

BAB VI
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini, yaitu:


1. Sampel minyak sunco dengan perbedaan waktu pemanasan memiliki gugus
fungsi yaitu Alkana (C-H), Aldehid (C=O), Senyawa nitro (NO2), dan Alkena
(C-H)
2. Sampel minyak sunco dengan perbedaa waktu pemanasan memiliki peak
dibilangan gelombang yaitu 2850-2970 cm-1, 1690-1760 cm-1, 1500-1570 cm-
1
, dan 675-995 cm-1
3. Perbedaan waktu pemanasan tidak mempengaruhi perbedaan peak pada
sampel.
4. Pemanasan yang dilakukan terhadap sampel mempengaruhi persentase
transmitan, semakin lama waktu pemanasan maka semakin kecil persentase
transmitan yang diperoleh pada sampel.
LAMPIRAN A
TABEL GUGUS FUNGSI
Tabel A.1 Infrared Correlation Table

Daerah Frekuensi
Ikatan Tipe Senyawa Intensitas
(cm-1)

2850-2970 Kuat
C-H Alkana
1340-1470 Kuat
3010-3095 Sedang
C=H Alkena
675-995 Kuat
C-H Alkena-C=C- 3300 Kuat
3010-3100 Sedang
C-H Cincin Aromatik
690-900 Kuat

Fenol, Monomer Alkohol 3590-3650 Berubah-ubah

Alkohol, Ikatan Hidrogen, Berubah-ubah terkadang


3200-3600
Fenol melebar
O-H
Monomer Asam
3500-3650 Sedang
Karboksilat
Ikatan Hidrogen Asam
2500-2700 Melebar
Karboksilat
N-H Amida-Amida 3300-3500 Sedang
C=O Alkuna 1610-1680 Berubah-ubah
C=C Amina-Amida 1500-1680 Berubah-ubah
C=C Nitril 2100-2260 Berubah-ubah
C-N Amina-Amida 1180-1360 Kuat
C≡N Alkena 2210-2280 Kuat
Alkohol, Ester, Asam
C-O 1050-1300 Kuat
Karboksilat

Aldehid, Karbon, Asam


C=O 1690-1760 Kuat
Karboksilat, Ester

C=O Senyawa Nitro 1500-1570 Kuat

NO2 1300-1370 Kuat

Anda mungkin juga menyukai