Anda di halaman 1dari 33

Perbaikan I, 02 April 2021

Perbaikan 2, 09 April 2021

Laporan Sementara
Laboratorium Dasar

METODE ANALISA BAHAN DENGAN MENGGUNAKAN


FTIR

Disusun oleh:
Kelompok: F-3

Putri Andi Marcella 2004103010070


Intan Mulia 2004103010085
Muhammad Hafist 2004103010096

ASISTEN:
Muhammad Haris Hidayat 1804103010057

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Ir. Farid Maulana, MT. 1965080419920311002

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2021
BAB I
DASAR TEORI

Spektroskopi FTIR (fourier transform infrared) diartikan sebagai salah satu


teknik analitik yang baik digunakan pada proses identifikasi struktur molekul suatu
senyawa. Komponen utama pada spektroskopi FTIR adalah interferometer Michelson
yang berfungsi untuk menguraikan (mendispersi) radiasi inframerah menjadi
komponen-komponen frekuensi (Mochamad, 2019)
Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR) adalah metode analisis
yang didasarkan pada vibrasi atom-atom dalam suatu molekul. Suatu molekul akan
mengabsorpsi gelombang radiasi inframerah jika memiliki momen dipole listrik yang
akan berubah selama vibrasi. Semakin bear momen dipolnya maka pita absorpsi akan
semakin tajam. Spektra inframerah fosfolipida dapat dibagi menjadi daerah spektra
yang berasal dari vibrasi ikatan dari rantai hidrokarbon, daerah antarmuka, dan gugus
hidrofil (Hudiyanti, 2018).
FTIR menggunakan radiasi IR dari sumber cahaya benda hitam yang meliputi
seluruh spektrum IR. Sumber radiasi dimodulasikan dengan interferometer Michelson
dan seluruh frekuensi optikal direkam secara simultan dalam interferogram yang
terukur. Salah satu keunggulan dari FTIR adalah teknologi pencitraan yang cepat dan
tanpa memerlukan pelabelan, seperti bahan pewarna. Spesifikasi kimia dari FTIR
berasal dari interaksi absorpsi dari sinar IR dengan mode vibrasi dari molekul yang
diinterogasi. Informasi yang lengkap dari spektra IR memungkinkan pendeteksian
banyak spesies kimia dalam satu kali pengukuran. FTIR bisa digunakan dalam tiga
konfigurasi : (1) Transmisi, (2) Pantulan, dan (3) Total pantulan lemah
(Wibisono, 2017).
Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) telah muncul sebagai teknik
analisis penting dalam ilmu farmasi. Parameter validasi FTIR adalah pengulangan
dari system (presisi), akurasi, rentang linear, batas deteksi (LOD) dan batas
kuantifikasi (LOQ). FTIR adalah teknik analitis untuk molekul organic, dengan
rentang IR (4000 cm-1 – 400 cm-1) yang menginformasikan tentang struktur dan gugus
fungsi dalam analit. FTIR dapat digunakan secara kuantitatif, sebagai energy yang
diserap pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan jumlah obligasi terkait
energy, sehingga dengan konsentrasi yang lebih besar dari analit lebih banyak energi
akan diserap (Musfiroh dkk., 2019).
Penggunaan Spektrofotometer Fourier Transformed Infrared (FTIR) yang
dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat untuk analisis suatu komponen telah
banyak dikembangkan. Spektrofotometer FTIR yang dikombinasikan dengan
kalibrasi multivariat dapat mengukur sampel secara cepat tanpa merusak dan mampu
menganalisis beberapa komponen secara serentak. Penggunaan spektrofotometer
FTIR dalam analisis tumbuhan masih terbatas karena matriks dan spektrum yang
dihasilkan cukup kompleks. Kombinasi dengan kemometrik dapat memperluas
potensi spektroskopi FTIR sebagai metode alternatif untuk menganalisis komponen
dalam tumbuhan. Metode analisis ini dikembangkan dengan memanfaatkan informasi
pola sidik jari yang bersifat khas (Rumoroy dkk., 2019)

-Muhammad Hafist
Fourier Transformed Infrared (FTIR) merupakan salah satu alat atau
instrument yang dapat digunakan untuk mendeteksi gugus fungsi, Mengidentifikasi
senyawa dan menganalisis tanpa merusak sampel. Daerah inframerah pada spektrum
gelombang elektromagnetik dimulai dari bilangan gelombang 14000 cm -1 hingga 10
cm-1 (Sari dkk., 2018)
FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan metode yang menggunakan
spektroskopi inframerah. Pada spektroskopi infra merah, radiasi infra merah
dilewatkan pada sampel. Sebagian radiasi inframerah diserap oleh sampel dan
sebagian lagi dilewatkan atau ditransmisikan. Analisis gugus fungsi dengan FTIR
bertujuan untuk mengetahui proses yang terjadi pada pencampuran apakah secara
fisik ataupun kimia. Sampel ditempatkan kedalam sel holder, kemudian dicari
spektrum yang sesuai. Hasilnya akan didapatkan difaktogram hubungan antara
bilangan gelombang dengan itensitas (Sastriawa, 2017). Spektroskopi FTIR adalah
metode yang cepat dan hemat biaya untuk mengidentifikasi zat pengotor, nilai
degradasi dan deformasi penukar ion dan untuk menentukan gugus fungsional yang
bertanggungjawab dalam penyerapan ion spesifik (Wiercik dkk., 2020).
Prinsip instrument FTIR yang menentukan spektrum serapan suatu senyawa
disebut spektrofotometer. Spektrofotometer transformasi fourier memberikan
spektrum IR jauh lebih cepat dibandingkan dengan spektrofotometer tradisional.
Instrumen menghasilkan berkas iradiasi IR, yang dipancarkan dari sumber benda
hitam yang berpendar. Selanjutnya, berkas melewati ke interferometer dimana
pengkodean spektral berlangsung. Rekombinasi balok dengan panjang jalur yang
berbeda di interferogram. Berkas tersebut sekarang memasuki kompartemen sampel
dan sampel tersebut menyerap frekuensi energi tersebut, yang merupakan karateristik
unik sampel dari interferogram kemudian detektor mengukur sinyal interferogram
khusus dalam energi versus waktu untuk semua frekuensi secara bersamaan.
Sementara itu, balok dilapiskan untuk memberikan referensi (latar belakang) untuk
pengoperasian instrument (Mohammed dkk., 2017).
Fourier Transform Infrared (FTIR) merupakan salah satu alat yang dapat
menganalisis gugus fungsi suatu senyawa dengan fungsi tersebut diperkirakan FTIR
dapat menentukan secara kuantitatif gugus isotaktik pada polipropilena dengan waktu
yang cukup singkat. Dengan demikian pengukuran taktisitas polipropilena dapat
dilakukan dengan metode FTIR dengan waktu yang cepat dan tidak membutuhkan
bahan baku yang banyak (Arlofa dan Herutomo, 2017).

-Putri Andi Marcella


FTIR adalah teknik analitis untuk molekul organik, dengan rentang IR
(4000-400 cm-¹) yang menginformasikan tentang struktur dan gugus fungsi dalam
analit. FTIR dapat digunakan secara kuantitatif, sebagai energi yang diserap pada
panjang gelombang tertentu. Metode FTIR memiliki tingkat spesifisitas yang baik
dibanding metode spektroskopi lain, karena dapat mendeteksi fingerprint suatu
struktur senyawa (Musfiroh dkk., 2019).
Fourier Transform Infrared ( FTIR ) adalah suatu teknik analitik penting
untuk seorang peneliti. Jenis analisis ini dapat digunakan untuk mengkarakterisasi
sampel dalam bentuk cairan, larutan, pasta, bubuk, serat dan gas. Analisis ini
memungkinkan untuk kita menganalisis bahan pada permukaan substrat.
Dibandingkan dengan jenis analisa karakterisasi yang lain, FTIR termasuk analisa
yang cukup populer. Analisanya cukup cepat, bagus dalam akurasi dan relatif sensitif.
Dalam proses analisis FTIR, sampel mengalami kontak dengan inframerah (IR)
radiasi. Radiasi IR kemudian memiliki dampak pada getaran atom molekul dalam
sampel, menghasilkan spesifik penyerapan atau transmisi energi. Hal ini membuat
FTIR berguna untuk menentukan getaran molekul spesifik yang terkandung dalam
sampel (Nandiyanto dkk., 2019).
Metode spektroskopi Fourier Transfrom Infrared (FTIR) merupakan salah
satu metode instrumentasi yang prosedurnya lebih sederhana, teknik analisis cepat,
tepat dan ramah lingkungan yang memiliki potensi untuk membedakan spektrum
antara dua sampel. Keuntungan teknik spektroskopi FTIR adalah sebagai metode
analisis yang cepat karena dapat dilakukan secara langsung pada sampel tanpa adanya
tahapan pemisahan terlebih dahulu (Chadijah dkk., 2019).
Salah satu instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui spektrum
vibrasi molekul yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa kimia
salah satunya ialah spektrometer FTIR. Attenuated Total Reflectance (ATR), Difuse
Reflectance Infrared Fourier Transform (DRIFT), dan Photo Acoustic Spectroscopy
(PAS) adalah tiga teknik pengukuran sampel yang umum digunakan. Setiap teknik
memiliki karakteristik spektrum vibrasi molekul tertentu (Sulistyani, 2018).
Sampel akan terkena inframerah (IR) dalam prosedur analisis FTIR. Radiasi
IR kemudian memiliki berdempet pada getaran atom molekul dalam sampel dan
menghasilkan penyerapan atau transmisi energi spesifik. Ini membuat FTIR berguna
untuk menentukan getaran molekul spesifik yang terkandung di dalam sampel
(Nandiyanto dkk., 2019).
Spektrum FTIR dapat menunjukkan serapan dari setiap ikatan dalam
suatu molekul sehingga setiap molekul antar senyawa memiliki pola spektrum yang
berbeda-beda. Spektrum FTIR dapat menunjukkan perbedaan serapan pada daerah
sidik jari pada spektrum FTIR suatu senyawa. Analisis pita serapan infra merah
dilakukan dengan spektrofotometri FTIR pada sampel dengan rentang bilangan
gelombang 4000-500 cm-1 (Firmansyah dkk., 2018).
-Intan Mulia
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan Jumlah
1. Gunting 1 buah
2. Instrumen Shimadzu 8400 FTIR 1 unit
3. Pinset kecil 1 buah

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan : Jumlah
1. Tissue secukupnya
2. Selotip secukupnya
3. Sampel plastik name tag 1 lembar 2 x 3 cm
4. Sampel plastik bungkus 1 lembar 2 x 3 cm
5. Sampel plastik coco crunch 1 lembar 2 x 3 cm
6. Sampel plastik dirigen 1 lembar 2 x 3 cm
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Preparasi Sampel


1. Disediakan 4 jenis lembaran plastik yaitu plastik undangan dan plastik
kemasan obat nyamuk.
2. Digunting sampel lembaran plastik dengan ukuran 2 x 3 cm dan
dibersihkan dengan tissue sebelum diletakkan pada tempat sampel (sample
holder) dengan selotip.

3.2 Penggunaan Alat FTIR


3.1.1 Menyalakan instrumen dan inisialisasi
1. Dinyakan alat FTIR Prestige 21 / Shimadzu 8400
2. Dinyalakan komputer > klik 2× ikon IR Solution
3. Dipilih measure tab > measurement menu > inialize
4. Ditunggu sampai muncul tulisan init success pada layar logfile status
5. Ditampilkan warna hijau pada layar instrument status
6. Dicek terlebih dahulu alat FTIR masih berfungsi dengan baik atau tidak.

3.1.2 Pengukuran
1. Diatur instrument parameter > data dengan setting % transmittan >
Happgenzel > 45,40 > 400 – 4000
2. Disiapkan background > klik BKG
3. Dipasang tempat pengukuran sampel lembaran dengan menggunakan
lembaran udara
4. Disiapkan sampel plastik, diisi comment dan data file > klik sampel
5. Direkatkan lembaran plastik pada sampel holder, lalu dilakukan
pengukuran
3.1.3 Mematikan Instrumen
1. Ditutup file yang terbuka > file > close all
2. Ditutup software IR Solution > file > exit
3. Dimatikan komputer dan FTIR Shimadzu 8400

3.3 Pengolahan Data


Adapun prosedur dari pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Didapatkan data dari sampel yang telah diukur berupa format teks.

2. Data dengan format .txt di copy ke kolom excel dengan cara Ctrl + A dan
kemudian ditekan Ctrl + V di kolom A excel.
3. Disalin data tersebut dan ditampilkan ke format kerja excel lalu dibok kolom
A
4. Di klik Data > Text to column

5. Di centang Tab, Comma, dan Space. Pada Text qualifier, diubah dari tanda
petik dua (“) menjadi tanda petik satu (‘).

6. Kemudian diklik Next > Advanced.


7. Diubah decimal separator jadi titik (.) dan thousand seperator menjadi koma
(,).
8. Diklik finish.
9. Di klik Insert > Scatter > Scatter with smooth line > Select Data > Add >
masukkan data untuk value x dan value y.

10. Di klik kanan di sumbu X > Format Axis.


11. Diatur dengan ketentuan
Minimum : 400
Maximum 4000
Major Unit : 400
Minor Unit : 80
12. Dicentang Values in reverse order dan maximum axis value.

3.4 Analisis Sampel


1. Dihasilkan spektrum yang berbeda dari tiap sampe yang diuji
2. Dilakukan perbandingan hasil spektrum sampel dengan spektrum
standarnya.
3. Dijelaskan secara detail kandungan gugus pada sampel.

BAB IV
DATA PENGAMATAN

Plastik Bungkus
90
80
70
Transmitan %

60
50
40
30
20
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-
Gambar B.1 Spektrum sampel kantong Bungkus.
80
70
60
Transmitan %

50
40
30
20
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-

Gambar B.2 Spektrum Sampel Plastik Dirijgen

90 Nametag
80
70
60
Transmitan %

50
40
30
20
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-

Gambar B.3 Spektrum Sampel Plastik Name Tag


Plastik Cococrunch
90
80
70
60
Transmitan %

50
40
30
20
10
0
3900 3400 2900 2400 1900 1400 900 400
Bilangan Gelombang cm-

Gambar B.4 Spektrum Sampel Plastik Cococrunch

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini digunakan metode FTIR untuk menganalisa kandungan


kompleks suatu bahan. Pada percobaan ini digunakan sampel berupa lembaran
plastik. Sampel plastik yang digunakan adalah sampel plastik name tag, plastic
STNK, kantong kresek, dan plastik tisu. Plastik-plastik tersebut diidentifikasi untuk
mendapatkan ikatan antara bilangan gelombang gugus fungsi dengan sampel yang
digunakan. Setelah dilakukan analisa pada sampel dengan menggunakan FTIR
didapatkan spektrum inframerah untuk masing-masing sampel serta dapat ditentukan
jenis plastiknya dengan membandingkan spektrum sampel terhadap spektrum
standardnya.
Data yang diperoleh ditampilkan melalui grafik spektrum inframerah yang
memiliki dua sumbu, yaitu sumbu x dan sumbu y. Sumbu x merupakan bilangan
gelombang dalam satuan cm-1. Sedangkan sumbu y merupakan persen transmittan
pada gugus spektrum yang terdapat puncak-puncak intensitas sangat kuat, kuat,
sedang, dan lemah. Plastik ini akan menunjukkan ikatan dan gugus fungsi yang
terdapat dalam sampel dengan gugus fungsi sebenarnya.
Sebelum dilakukan analisa, alat dinyalakan terlebih dahulu dengan menekan
tombol “On” pada instrument FTIR, kemudian dibuka aplikasi “IR Solution” agar
instrument FTIR dengan komputer terkoneksi, setelah aplikasinya muncul, diklik
“measure” dan dipilih “inialize” pada menu measure. Ditunggu sampai muncul “Unit
Success”. Lalu dilakukan pengukuran pada sampel plastik yang telah dipotong 2x3
cm. Pada sampel lembaran digunakan background udara kemudian klik “BKG” pada
layer untuk menguji hasil pembacaan FTIR untuk mengetahui kelayakan alat. Setelah
itu, sampel diuji.
C=O
N=C=S C=O

O-H
C-H
C=O
C≡C
N-H C-H C=C C-Br

Gambar 5.1 Spektrum standar PVC

90 Nametag
80
70 N=C=S
60 C=O
Transmitan %

C=O C=O C-Br


50 O-H
40C-H
30
20
C-H C=C
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-

Gambar 5.2 Spektrum sampel plastik name tag


Berdasarkan Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 dapat diamati terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan antara spektrum standar PVC dengan spektrum sampel
name tag yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1.1 Persamaan bilangan gelombang antara sampel plastik name tag
dengan standar PVC

N Spektrum sampel Spektrum Bilangan Gugus Tipe


O (cm-1) standar gelombang fungsi senyawa
(cm-1) (cm-1)
1 3520 3650 3500-3700 C-H Alkana
2 3500 3550 1700-2000 C=O Ester
3 3400 3500 3300-3500 N-H Amina
4 2850 3000 2810-3000 C-H Alkana
5 2500 3300 2500-3300 O-H Asam
Karboksilat
6. 2100 2140 2100-2500 C≡C Alkina
7. 2020 2140 1990-2140 N=C=S Isotiosianat
8. 1850 1910 1780-1910 C=O Ester
9. 1600 1710 1600-1710 C=O Keton
10. 850 895 850-900 C=C Alkena
11. 500 690 500-700 C-Br Halokarbon

Tabel 5.1.2 Perbedaan bilangan gelombang antara sampel plastik name tag
dengan standar PVC

NO Spektrum sampel Spektrum Bilangan Gugus Tipe


(cm-1) standar gelombang fungsi senyawa
(cm-1) (cm-1)
1. 580 - 580-610 C-Cl Halokarbon

Berdasarkan Tabel 5.1.1 dan Tabel 5.1.2 dapat dilihat bahwa sampel
plastic name tag memiliki gugus fungsi berupa alkana, ester, amina, asam karboksilat,
alkina, isotiosianat, keton, alkena dan halokarbon. Dengan standar PVC, dan adanya
gugus-gugus alkana pada sampel plastik name tag sama seperti alkena, yang
berfungsi untuk menentukan kristalisasi polimer menjadi tembus pandang. Pada
sampel juga ditemukan gugus ester yang berfungsi sebagai bahan baku yang
memperkuat plastik dan menambah tingkat fleksibilitas dari plastik. Penambahan
gugus C-Cl pada sampel yang tampak pada bilangan gelombang 580 karena dalam
proses sintesis membrane dengan system inversi fasa digunakan HCl sebagai pelarut
yang berfungsi untuk mengurangi sifat plastisitas, sehingga sampel menjadi lebih
kuat (Maulina, 2016).

5.2 Perbandingan spektrum standar PP dengan sampel plastik bungkus


Adapun perbandingan antara spektrum sampel plastik undangan dengan
spektrum standar PP dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan 5.2 sebagai berikut.

Plastik Bungkus
90
C-H
80
O-H
70
Transmitan %

60
50 SO2
40
30
O-H C=C
20
10
CH
0 C=H
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400

Bilangan Gelombang cm-

Gambar 5.2 Spektrum sampel plastik undangan


SO2
O-H C-H C=C
C=H

O-H

C-H

C-O

Gambar 5.3 Spektrum Standar PP


Menurut Gambar 5.2 dan Gambar 5.3 diperoleh beberapa persamaan serta
perbedaan di antara spektrum standar PP dan sampel plastik undangan. Adapun
persamaan keduanya dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut.
Tabel 5.1 Persamaan spektrum sampel plastik undangan dan spektrum standar PP
Spektrum Bilangan
Spektrum Tipe
No Standar Gelombang Gugus Fungsi
Sampel (cm-1) Senyawa
(cm-1) (cm-1)
1. 3500-3410 3500-3300 3600-3200 O-H Silikon
2. 2830-2916 2989-2800 3000-2800 C-H Alkana
3. 1300-1050 1242-1198 1300-1000 C-O Alkohol
4. 700-675 716-684 750-600 C=H Alkena
Dari Tabel 5.3 dapat diihat beberapa persamaan gugus fungsi daripada sampel
plastik undangan dengan standar PP secara berturut-turut adalah O-H, C-H, C-O, dan
C=H dengan memperoleh panjang gelombang secara bertutrut-turut adalah 3200-
3600, 3000-2800, 1000-1400, 1050-1300, dan 675-495. Kekuatan yang dimiliki PP
ini dapat membatasi rotasi rantai karbon untuk bersifat lebih fleksibel (Khavilla
dkk., 2019)
Adapun perbedaan spektrum sampel plastik undangan dan spektrum standar
PP dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Perbedaan spektrum sampel plastik undangan dan spektrum standar PP
Bilangan
Spektrum Spektrum Gugus Tipe
No Gelombang
Sampel (cm-1) Standar (cm-1) Fungsi Senyawa
(cm-1)
1. 2200-2000 2100-1900 2200-2000 S=O Sulfur
2. 1500-1485 1500-1485 1500-1300 C-H Alkana
3. 750-600 716-639 750-600 C=C Alkena
Dari Tabel 5.2 dapat dilihat perbedaan antara spektrum sampel plastik undangan
dengan spektrum standar PP dimana terdapat juga gugus fungsi alkana yang berfungsi
sebagai bahan penguat dari plastik dan adanya sulfur sebagai pewarna kimia pada
plastik dalam bentuk asam sulfat. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa plastik
undangan termasuk sejenis plastik PP (Polipropilen). Ikatan CH dijadikan suatu
pendugaan karena penyusun utama dari PP adalah CH (Syakti, 2017).
5.3 Identifikasi Perbandingan Spektrum Untuk Setiap Jenis Sampel

450 nametag drigen bungkus cococrunch


400
350
300
Transmitan (%)

250
200
150
100
50
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang

Gambar 5.3.1 Perbandingan Spektrum Sampel plastic nametag, drigen, plastic


bungkus dan cococrunch

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan digunakan 4 buah sampel yaitu


sampel plastic nametag, drigen, plastic bungkus dan cococrunch. Berdasarkan dari
Gambar 5.3.1 banyaknya puncak untuk setiap sampel berbeda-beda, namun secara
keseluruhan keempat sampel memiliki kemiripan pada gugus fungsinya. Semakin
banyaknya puncak maka menandakan semakin banyak gugus fungsi yang terkandung
di dalam sampel. Pada gugus C-H puncak sampel plastik bungkus, lebih banyak
dibandingkan plastic dirigen. Hal ini disebabkan alkana merupakan senyawa
nonpolar yang tidak larut dalam air melainkan larut dalam eter, sehingga
membuat struktur plastic menjadi lebih kuat dan tahan air (Amalia, 2016).
Pada sampel juga terdapat kesamaan lainya, yaitu adanya gugus fungsi O-H
(alkohol) dan gugus fungsi C-O (eter) pada sampel juga menunjukan bahwa film
tersebut memiliki kemampuan biodegradabilitas. Hal terebut disebabkan karena baik
gugus O-H alkohol dan gugus C-O eter merupakan gugus-gugus yang sifatnya
hidrofilik, sehingga dapat mengikat molekul-molekul air yang berasal dari
lingkungan sekitar, yang menyebabkan mikroorganisme dapat memasuki matriks
film dan membuat film terdegradasi (Elean dkk.,2018).
Dari perbandingan spektrum sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jenis
plastic nametag, drigen, plastic bungkus dan cococrunch memiliki kesamaan yaitu
tergolong PP (Polipropilena). Selain itu, dilihat dari banyak peak yang ada, struktur
penyusun plastik bungkus lebih kompleks dibandingkan plastic dirigen dan plastic
mika.
BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah diakukan dapat diambil beberapa kesimpulan


yaitu:

1. Sampel yang kami gunakan yakni, plastik bungkus, name tag, cococrunch,
drigen tergolong ke dalam jenis polimer PVDC (Polyvinylidene Chloride).
2. Penambahan pada gugus di tiap sampel membuat adanya suatu pergeseran
pada spektrum sampel. karena inilah yang membuat adanya perbedaan
bilangan gelombang antara yang spektrum sampel dengan spektrum standar.
Adapun kedua sampel memiliki gugus fungsi yang sama yakni gugus alkana
yang merupakan gugus fungsi utama dari gugus penyusun plastik.
3. Sampel plastik bungkus, name tag, cococrunch, drigen tidak memiliki
perbedaan gugus penyusun (bahan yang digunakan untuk pembuatannya
adalah polivinildene klorida).
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, 2016. ‘‘Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Meabs Ends Analysis


dengan Think Pair Share terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas
10 pada Materi Senyawa Hidrokarbon”. Skripsi Pendidikan Kimia. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Alminda, F. D., dan Ramadhania, Z.M. 2018. Teknik Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Karotenoid. Jurnal Farmaka. 16 (2):264-265.

Chadijah, S., Maswati, B., dan Firnanelty, 2019, ‘Potensi Instrument FTIR dan GC-
MS Dalam Mengkarakterisasi dan Membedakan Gelatin Lemak Ayam, Itik,
dan Babi’, Jurnal Al-Kimia, Vol. 7, no. 2, hh. 126-135.

Elean, S., Saleh, C., & Hindryawati, N. 2018. The Manufacture Of Biodegradable
Film From Cempedak Seed Starch And Carboxy Methyl Cellulose With The
Addition Of Glycerol. Jurnal Atomik. 3(2), 122-126.

Firmansyah, A., Melvia, S., Suprijana, O., dan Resti, P.F., 2018, ‘Studi Spektrum
Derivatif FTIR Daging Sapi dan Daging Babi Setelah Melalui Reaksi
Enzimatis’, Indonesian Juornal Of Pharmaceutical Science and Technology,
Vol. 7, no. 2, hh. 24-33.

Hudiyanti, D. 2018. Fosfolipida: Biosurfaktan. Yogyakarta: Deepublish.

Khavilla. V. P., Sri. W., Ari. F. R., Jumaeri, dan Harjono. 2019. Preparasi dan
Karakterisasi PP (Polypropylene) Termodifikasi LLDPE (Linear Low Density
Polyethylene) dengan Teknik Pencampuran Biasa. Journal of Chemical
Science. 8 (3).
Musfiroh, I., Aliya, N.H., Gia, A.F., Ida, A., Mutakin, M., dan Muchtaridi, M., 2019,
‘Modification Of Extraction Methods On Determining Simeticone Suspension
Using FTIR Method’, Indonesian Juornal Of Pharmaceutical Science and
Technology, Vol. 6, no. 2, hh. 125-133.

Musfiroh, I., Aliya, N.H., Gia, A.F., Ida, A., Mutakin., dan Muctharidi. 2019.
Modifikasi Metode Ekstraksi pada Penetapan Kadar Suspensi Simetikon
dengan Metode FTIR. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and
Technology. 6(3): 125-133.
Nandiyanto, A. B. D., Rossi, O., dan Risti, R., 2019, ‘How to Read an Interpret
FTIR Spectroscope of Organic Material’, Indonesian Juornal Of Science
and Technology, vol. 4, no. 1, hh. 97- 118.

Rumoroy, J.D., Sri, S., dan Jainer, P.S. 2019. Analisis Total Fenolik Daun Gedi
Hijau (Abelmoschus manihot L.) dengan Menggunakan Spektroskopi FTIR
dan Kemometrik. Jurnal Ilmiah Farmasi. 8(4): 34-42.
Sulistyani, M., 2018, ‘Spektroskopi Fourier Transform Infrared dengan Metode
Reflektansi (ATR-FTIR) pada Optimasi Pengukuran Spektrum Vibrasi
Vitamin C’, Jurnal Kimia, vol. 1, no. 2, hh. 39-43.

Setyowati, V.A., dan Eriek, W.R.W. 2017. Studi Sifat Fisis, Kimia, dan Morfologi
pada Kemasan Makanan Berbahan Syrofoam dan LDPE (Low Density
Polyethylene). Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. 8(1): 39-45.
Mochamad. L. A. S. 2019. VALIDASI METODE ANALISIS KANDUNGAN
PARASETAMOL DALAM PRODUK JAMU PEGAL LINU DENGAN
METODE FTIR – PLS. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Wibisono, Y. 2017. Biomaterial dan Bioproduk. Malang: UB Press.
LAMPIRAN A

TABEL GUGUS FUNGSI

Ikata
Tipe Senyawa Daerah Frekuensi (cm-1) Intensitas
n

2850-2970 Kuat
C-H Alkana
1340-1470 Kuat

3010-3095 Sedang
C=H Alkena
675-995 Kuat

C-H Alkena-C=C- 3300 Kuat

3010-3100 Sedang
C-H Cincin Aromatik
690-900 Kuat

Fenol, Monomer
3590-3650 Berubah-ubah
Alkohol

Alkohol, Ikatan Berubah-ubah terkadang


3200-3600
Hidrogen, Fenol melebar
O-H
Monomer Asam
3500-3650 Sedang
Karboksilat

Ikatan Hidrogen
2500-2700 Melebar
Asam Karboksilat

N-H Amida-Amida 3300-3500 Sedang

C=O Alkuna 1610-1680 Berubah-ubah

C=C Amina-Amida 1500-1680 Berubah-ubah

C=C Nitril 2100-2260 Berubah-ubah

C-N Amina-Amida 1180-1360 Kuat

C≡N Alkena 2210-2280 Kuat


Alkohol, Ester,
C-O 1050-1300 Kuat
Asam Karboksilat

Aldehid, Karbon,
C=O Asam 1690-1760 Kuat
Karboksilat, Ester

C=O Senyawa Nitro 1500-1570 Kuat

NO2 1300-1370 Kuat


LAMPIRAN B
GRAFIK SAMPEL

Plastik Bungkus
90
80
70
Transmitan %

60
50
40
30
20
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-
Gambar B.1 Spektrum sampel kantong Bungkus.

90 Nametag
80
70
60
Transmitan %

50
40
30
20
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-

Gambar B.2 Spektrum Sampel Plastik Name Tag


80
70
60
Transmitan %

50
40
30
20
10
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang cm-

Gambar B.3 Spektrum Sampel Plastik Dirijgen

Plastik Cococrunch
90
80
70
60
Transmitan %

50
40
30
20
10
0
3900 3400 2900 2400 1900 1400 900 400
Bilangan Gelombang

Gambar B.4 Spektrum Sampel Plastik Cococrunch


450 nametag drigen bungkus cococrunch
400
350
300
Transmitan (%)

250
200
150
100
50
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1600 1200 800 400
Bilangan Gelombang

Gambar B.5 Spektrum Sampel Gabungan

Anda mungkin juga menyukai