Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS BIOKIMIA

SPEKTROFOTOMETER FTIR (FOURIER TRANSFORM


INFRARED)

Kelompok 10

Nama NIM

Adis Ellen Purnamitha G8401211085

Muhammad Bintang Arhab Naufal G8401211089

Rama Vijaya Jhowry G8401211093

Yana Nuranisa G8401211095

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2023
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Jumat, 3 Maret 2023
Analisis Biokimia Waktu : 13.00-16.00
PJP : Dr. Syaefudin, S.Si., M.Si.
Asisten : Alfari Andiqa M

SPEKTROFOTOMETER FTIR (FOURIER TRANSFORM


INFRARED)

PENDAHULUAN

Fourier transform infrared (FTIR) merupakan sebuah teknik analisis yang


digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari sampel yang dapat berbentuk
cairan, larutan, pasta, bubuk, film, serat, dan gas. Analisis ini juga memungkinkan
untuk menganalisis material pada permukaan substrat. FTIR dapat melakukan analisis
karakterisasi dengan cukup cepat, akurat, dan relatif sensitif dibandingkan dengan jenis
analisis karakterisasi lainnya. Dalam prosedur analisis FTIR, sampel dikenai radiasi
infra merah (IR). Radiasi IR kemudian berdampak pada getaran atom molekul dalam
sampel, menghasilkan penyerapan dan/atau transmisi energi tertentu. Hal ini membuat
FTIR berguna untuk menentukan vibrasi molekul tertentu yang terkandung dalam
sampel (Nandiyanto et al. 2019).
Spektroskopi inframerah mengukur penyerapan radiasi IR oleh setiap ikatan
dalam molekul dan hasilnya adalah spektrum. Bahan yang mengandung ikatan kovalen
akan menyerap radiasi elektromagnetik di wilayah IR. Wilayah IR berada pada energi
yang lebih rendah dan panjang gelombang yang lebih tinggi dibandingkan sinar UV-
sinar tampak. Molekul aktif IR artinya molekul yang mempunyai momen dipol. Ketika
radiasi IR berinteraksi dengan ikatan kovalen bahan yang memiliki electric dipole,
maka molekul menyerap energi, dan ikatan mulai berosilasi bolak-balik. Osilasi yang
terjadi menyebabkan perubahan momen dipol molekul, sehingga menyerap radiasi IR.
Atom tunggal dan molekul simetris tidak dapat menyerap radiasi IR, karena masing-
masing tidak memiliki ikatan dan tidak memiliki momen dipol (Sharma et al. 2018).

Gambar 1 Bagian-bagian FTIR (Sharma et al. 2018).


Spektrum IR dibagi menjadi tiga wilayah bilangan gelombang yaitu far-IR
spectrum (<400 cm-1), mid-IR spectrum (400-4000 cm-1), dan near-IR spectrum (4000-
13000 cm-1). Mid-IR spectrum yang umum digunakan dalam analisis sampel, tetapi far-
IR spectrum dan near-IR spectrum juga berkontribusi dalam memberikan informasi
tentang sampel yang dianalisis (Nandiyanto et al. 2019). Spektrometer FTIR terdiri
beberapa komponen yaitu sumber cahaya IR, interferometer, kompartemen sampel,
detektor, amplifier, dan komputer. Sumber cahaya akan menghasilkan radiasi yang
mengenai sampel melewati interferometer dan mencapai detektor. Amplifier dan
analog-to-digital converter mengubah sinyal yang telah diperkuat menjadi
interferogram (sinyal digital). Kemudian spektrum akan didapatkan dari interferogram
yang diterjemahkan melalui fast Fourier transform algorithm. Interferometer terdiri
dari pemecah sinar, cermin tetap, dan cermin bergerak yang menerjemahkan bolak-
balik, dengan sangat tepat (Sharma et al. 2018). Praktikum ini bertujuan mengetahui
struktur molekul atau elusidasi sampel yang digunakan dengan metode
spektrofotometer FTIR.

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Jum’at, 3 Maret 2023 pukul 13.00 – 16.00
WIB secara luring di Laboratorium Pendidikan 2, gedung Biokimia IPB University.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spektrofotometer FTIR,


Komputer, Noshok Tons. On. Ram. Bahan yang digunakan pada percobaan adalah
serbuk asam askorbat, asam galat, quercetin, KBr, dan metanol.

Prosedur Percobaan

1.1 Persiapan Instrumen Spektrofotometer FTIR


Semua pelindung instrumen dan komputer dibuka, kemudian dibersihkan
dengan tisu kering apabila terdapat debu. Kabel yang ada di rapikan semua.
Selanjutnya, kabel CPU di colokan, monitor dan instrumen ke sumber listrik dan
monitor dan CPU dinyalakan, tunggu sampai muncul halaman desktop lalu nyalakan
instrumen FTIR. Diamkan selama ± 10 menit sebelum pengukuran dimulai.

1.2 Preparasi Sampel Uji (Pelet)


Sampel yang bisa digunakan adalah sampel serbuk asam askorbat, asam galat,
dan quercetin yang sudah sangat kering. Pelet sampel dibuat dengan mencampurkan
300 mg KBr dengan 3 mg sampel kemudian dihaluskan dengan mortar khusus.
Campuran yang terbentuk dicetak dengan alat Noshok Tons. On. Ram dengan tekanan
4000 psi. Pelet sampel kemudian diletakkan pada holder FTIR yang sudah disusun
sebelumnya mengikuti gambar. Pelet diletakkan dibagian spacer pada holder bagian
drilled window dan undrilled window sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu
menggunakan metanol.

1.3 Validasi Instrumen dan Pengukuran Sampel


Sebelum dilakukan pengukuran, alat divalidasi dahulu untuk melihat kekuatan
sinyal optimal, posisi puncak (peak), lebar garis, tinggi garis, energi bawah (cut off),
dan absorbansi instrumen valid (passed). Buka software Horizon MB pada Start Menu,
kemudian tunggu sampai software terbuka. Pilih menu Instrument kemudian Validate.
Pilih tombol Reference, tunggu sampai selesai, kemudian pilih Validate dan tunggu
sampai proses selesai. Pastikan sebelum validasi tidak ada sampel pada instrumen.
Pengukuran sampel dilakukan dengan meletakkan holder pelet diantara sumber cahaya
instrumen. Kemudian pada software Horizon dipilih menu Acquisition dan klik tombol
measure, tunggu sampai prosesnya selesai. Instrumen sudah tersetting dengan scan 128
cm pada resolusi 2 cm dan menggunakan kisaran panjang gelombang 4000-400 cm-1.
Kemudian akan tampil spektrum sampel hasil FTIR. Tab Mathematics pilih Find Peaks
kemudian pilih Calculate untuk menampilkan nilai bilangan gelombang dari masing-
masing peak dalam hasil spektrum. Spektrum hasil FTIR kemudian disimpan dengan
memilih menu file, kemudian print preview, selanjutnya pilih ikon print dan simpan
dengan format xps.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektrum vibrasi FTIR hasil pembacaan pada sampel quercetin terdapat pada
Gambar 2. Spektrum vibrasi untuk ketiga sampel menggambarkan transmitansi sampel
pada bilangan gelombang 400-4000 cm-1, yang merupakan jangkauan bilangan
gelombang untuk spektrum pertengahan inframerah atau disebut juga mid-IR spectrum.
Sampel quercetin menunjukkan sebanyak 22 puncak transmitansi, yaitu pada bilangan
gelombang 1666.37 cm-1, 1612.37 cm-1, 1566.08 cm-1, 1519.80 cm-1, 1458.08 cm-1,
1380.93 cm-1, 1319.21 cm-1, 1265.21 cm-1, 1203.49 cm-1, 1164.92 cm-1, 1134.06 cm-1,
1095.49 cm-1, 1010.63 cm-1, 941.19 cm-1, 825.47 cm-1, 817.76 cm-1, 725.18 cm-1,
678.89 cm-1, 640.32 cm-1, 601.75 cm-1, 486.03 cm-1, dan 432.02 cm-1.
Gambar 2 Spektrum vibrasi spektroskopi FTIR untuk sampel quercetin.

Berdasarkan tabel gugus fungsi menurut Nandiyanto et al. (2019), puncak


vibrasi gugus karbonil teramati pada 1666.37 cm-1. Puncak vibrasi gugus cincin
aromatik C=C−C terdeteksi pada 1612.37 cm-1, 1566.08 cm-1, 1519.80 cm-1, dan
1458.08 cm-1. Gugus fenol terdeteksi pada 1380.93 cm-1 dan 1319.21 cm-1. Gugus eter
aromatik teramati pada 1265.21 cm-1, siklik eter teramati pada 1134.06 cm-1. Aromatik
C−H in-plane bend terdeteksi pada 1203.49 cm-1, 1164.92 cm-1, 1095.49 cm-1, dan
1010.63 cm-1. Hasil pembacaan ini sesuai dengan struktur quercetin menurut Cao et al.
(2014), yang memiliki 2 cincin aromatik berupa fenol yang memiliki gugus −OH, 1
gugus karbonil pada C−4, dan 1 gugus eter siklik. Hasil pembacaan gugus fungsi dari
sampel quercetin tersebut memiliki perbedaan dengan hasil Catauro et al. (2015) yaitu
tidak adanya gugus alkohol primer OH yang terdeteksi di dalam kisaran 3650-3250 cm-
1
seperti pada Gambar 3. Hal ini mengindikasikan bahwa gugus −OH pada quercetin
sampel tidak terdeteksi, dan kemungkinan disebabkan oleh distribusi quercetin yang
tidak merata dalam pelet.
Gambar 3 Kiri: Struktur quercetin
(Cao et al. 2014). Kanan: Spektrum vibrasi FTIR quercetin (Catauro et al. 2015).

Spektrum vibrasi FTIR hasil pembacaan pada sampel asam galat terdapat pada
Gambar 4. Sebanyak 14 puncak transmitansi tampak pada spektrum vibrasi. Dua
puncak tampak pada pita transmitansi yang lebar pada bilangan gelombang 3800-3000
cm-1 dengan titik maksimum pada bilangan gelombang 3448.47 cm-1 dan 3409.90 cm-
1
. Selain itu, 14 puncak transmitansi lain berturut-turut memiliki titik maksimum pada
bilangan gelombang 3448,47 cm-1 3409,90 cm-1,1627.80 cm-1, 1527.51 cm-1, 1481.22
cm-1, 1319.21 cm-1, 1249.76 cm-1, 1203.49 cm-1, 1064.43 cm-1, 1002.91 cm-1, 771.47
cm-1, 709.75 cm-1, 578.60 cm-1, dan 516.88 cm-1. Terdapat 6 pita transmitansi yang
dapat diidentifikasi pada Gambar 4.
Gambar 4 Spektrum vibrasi spektroskopi FTIR sampel asam galat.

Hasil pembacaan spektrum vibrasi sampel asam galat yang merujuk pada
Nandiyanto et al. (2019) diperoleh puncak vibrasi gugus OH alkohol terdeteksi pada
3448.47 cm-1, 3409.90 cm-1. Bilangan gelombang 1627.80 cm-1 menunjukkan adanya
ikatan ganda dan gugus alkenil C=C. Gugus cincin aromatic C=C−C terdeteksi pada
1527.51 cm-1 dan 1481.22 cm-1. Gugus OH planar terdeteksi pada 1319.21 cm-1. Selain
keberadaan gugus karboksil, hasil pembacaan ini menunjukkan kesesuaian dengan
struktur asam galat menurut Theepireddy et al. (2015). Pembacaan spektrum vibrasi
sampel asam galat tidak menunjukkan puncak pada kisaran 1750-1700 cm-1 yang
menunjukkan keberadaan gugus karboksil. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
keadaan spektrofotometer FTIR yang tidak memadai atau distribusi sampel asam galat
yang tidak rata di dalam pelet. Puncak-puncak transmitansi yang tidak dapat
teridentifikasi kemungkinan menunjukkan keberadaan pengotor, seperti pada bilangan
gelombang 771.47 cm-1, 709.75 cm-1, 578.60 cm-1, dan 516.88 cm-1. Struktur asam
galat dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Struktur asam galat (Theepireddy et al. 2015).

Gambar 6 menunjukkan spektrum vibrasi untuk asam askorbat. Terdapat 5 pita


transmitansi dan 14 puncak transmitansi yang dapat diidentifikasi pada spektrum ini.
Titik maksimum puncak transmitansi berturut-turut terdapat pada bilangan gelombang
3456.18 cm-1, 3417.61 cm-1, 1758.95 cm-1, 1689.52 cm-1, 1635.52 cm-1, 1396.36 cm-1,
1350.07 cm-1, 1211.21 cm-1, 1141.78 cm-1, 1041.48 cm-1, 979.77 cm-1, 663.46 cm-1,
624.89 cm-1, dan 563.17 cm-1.

Gambar 6 Spektrum vibrasi spektroskopi FTIR untuk sampel asam askorbat


Hasil pembacaan FTIR sesuai tabel gugus fungsi Nandiyanto et al. (2019) pada
Gambar 6 menunjukkan adanya pita transmitansi yang lebar di dalam kisaran 3650-
3250 cm-1 serta pita dan puncak transmitansi dalam kisaran 1600-1300 cm-1, 1200-
1000 cm-1, dan 800-600 cm-1, yang secara keseluruhan mengkonfirmasi keberadaan
gugus −OH pada sampel. Puncak pada 1758.95 cm-1 dan 1689.52 cm-1 berada dalam
kisaran 1850-1650 cm-1, sehingga mengkonfirmasi keberadaan gugus karbonil.
Keberadaan puncak pada 1635.52 cm-1 menunjukkan adanya ikatan C=C pada sampel,
dan ikatan ganda juga dikonfirmasi oleh transmitansi yang rendah antara 1650-1600
cm-1. Tidak terdapat eter siklik yang terdeteksi pada kisaran 1140-1070 cm-1, berbeda
dengan struktur asam askorbat menurut Jovic et al. (2020). Keberadaan beberapa
puncak di dalam kisaran 1225-950 cm-1 menunjukkan keberadaan in-plane bend C−H
aromatik pada sampel.
Persebaran puncak transmitansi pada spektrum vibrasi asam askorbat
menunjukkan kesesuaian dengan struktur asam askorbat. Asam askorbat memiliki 4
gugus −OH, 1 gugus karbonil,1 ikatan C=C, dan eter siklik. Struktur asam askorbat
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Struktur asam askorbat (Jovic et al. 2020).

Menurut Mbonyiryivuze et al. (2015), spektroskopi FTIR merupakan teknik


analisis yang mengukur panjang gelombang dan absorpsi sinar inframerah oleh sampel.
Mid-infrared light atau cahaya inframerah dengan bilangan gelombang antara 4000-
200 cm-1 yang diserap oleh molekul sampel menyebabkan eksitasi vibrasi dari molekul
sampel sehingga mencapai tingkatan energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang atau
bilangan gelombang pada pita absorpsi/transmitansi inframerah bersifat khas untuk
jenis-jenis ikatan kimia tertentu. Dalam spektroskopi FTIR, sinar inframerah
diteruskan melalui sampel. Sebagian dari sinar tersebut diserap oleh sampel, sedangkan
sebagian lainnya diteruskan. Intensitas sinar yang diserap atau diteruskan diukur oleh
detektor sebagai absorbansi atau transmitansi, dan semua frekuensi sinar inframerah
diukur secara bersamaan. Spektroskopi FTIR paling baik digunakan untuk analisis
kualitatif molekul organik dan organometalik.
Spektrofotometer FTIR umumnya terdiri dari komponen berupa sumber sinar,
interferometer, kompartemen sampel, amplifier, konverter analog-digital, dan
komputer. Sinar inframerah dipancarkan oleh sumber sinar, melalui interferometer,
menembus sampel, dan mencapai detektor. Sinyal dari sinar inframerah yang mencapai
detektor kemudian diamplifikasi oleh amplifier dan diubah menjadi sinyal digital oleh
konverter analog-digital. Rangkaian komponen spektrofotometer FTIR ditunjukkan
pada Gambar 8.

Gambar 8 Susunan komponen spektrofotometer FTIR (Mbonyiryivuze et al. 2015).

KBr berperan sebagai diluent untuk pembuatan pelet dari sampel yang hampir
transparan terhadap sinar inframerah, sehingga tidak mempengaruhi hasil pembacaan
spektroskopi FTIR terhadap sampel dan meningkatkan ketepatannya (Zhang et al.
2018). Selain sebagai diluent untuk pelet sampel, KBr juga digunakan sebagai referensi
spektrum vibrasi FTIR dengan dibuat menjadi pelet dan diukur transmitansinya
sebelum pembacaan setiap pelet sampel. Metanol digunakan untuk membersihkan alat
Noshok Tons. On. Ram sebelum pembuatan pelet.

SIMPULAN

Spektrum vibrasi hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer FTIR


menggambarkan transmitansi sampel quercetin, asam askorbat, dan asam galat pada
bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Sampel quercetin hasil pembacaan terdeteksi
memiliki gugus fungsi karbonil, cincin aromatik, gugus fungsi eter, dan OH. Sampel
asam askorbat terdeteksi 14 puncak transmitansi dengan indikasi gugus fungsi OH,
C=C, dan tidak terdapat eter siklik. Sampel asam galat terdapat 14 puncak transmitansi
dengan indikasi gugus fungsi OH, alkenil C=C, dan cincin aromatik C=C−C. Ketiga
hasil tersebut berbeda dari hasil pada literatur dikarenakan oleh beberapa faktor
kegagalan seperti kurang terampilnya praktikan dalam menggunakan alat dan
pembacaan spektra, terjadi kontaminasi pada sampel, terjadi pergeseran semua skala
panjang gelombang konstan, dan menggunakan background elemen ATR yang kotor.

DAFTAR PUSTAKA

Cao H, Pauff JM, Hille R. 2014. X-ray crystal structure of a xanthine oxidase complex
with the flavonoid inhibitor quercetin. J Nat Prod. 77(7):1693–1699.

Catauro M, Papale F, Bollino F, Piccolella S, Marciano S, Nocera P, Pacifico S. 2015.


Silica/quercetin sol–gel hybrids as antioxidant dental implant materials. Sci
Technol Adv Mater. 16. doi:10.1088/1468-6996/16/3/035001.

Jovic T, Ali S, Ibrahim N, Jessop Z, Tarassoli S, Dobbs T, Holford P, Thornton C,


Whitaker I. 2020. Could vitamins help in the fight against COVID-19?
Nutrients. 12:2550. doi:10.3390/nu12092550.

Mbonyiryivuze A, Mwakikunga B, Dhlamini SM, Maaza M. 2015. Fourier transform


infrared spectroscopy for sepia melanin. Physics and Materials Chemistry.
3(2):25–29. doi:10.12691/pmc-3-2-2.

Nandiyanto ABD, Oktiani R, Ragadhita R. 2019. How to read and interpret FTIR
spectroscope of organic material. Indonesian Journal of Science and
Technology. 4(1):97–118.

Sharma SK, Verma DS, Khan LU, Kumar S, Khan SB (Eds.). 2018. Handbook of
materials characterization. New York (USA) : Springer International
Publishing.

Theepireddy S, Chinthala R, Rao V, Kurisetty V, Kura R, Mallikarjunarao D. 2015.


The isolation, characterization and quantification of gallic acid from the fruit
extract of Terminalia chebula. International Journal of Medicine and
Pharmaceutical Research. 3:983 – 988.

Zhang H, Wang X, Li Y. 2018. Measuring radiative properties of silica aerogel


composite from FTIR transmittance test using KBr as diluents. Exp Therm
Fluid Sci. 91:144–154.

Anda mungkin juga menyukai