Inda Setyawati,
Karakterisasi Biomolekul S.T.P., M.Si.
Topik ke 5 Asisten Roro Intan Sasmaya
Akbar
Tanggal 22 Sept 2022 Nama Rama Vijaya Jhowry
Waktu 13.00-16.00 NIM/Kel G8401211093/K4
DENATURASI PROTEIN
PENDAHULUAN
Protein telah berevolusi untuk berfungsi pada kondisi lingkungan spesifik.
Parameter lingkungan di luar kondisi spesifik tersebut menyebabkan perubahan
struktural tiga dimensi yang disebut denaturasi (Nelson dan Cox 2017). Denaturasi
protein merupakan proses dimana protein mengalami perubahan konformasi dari
struktur asalnya sehingga mengalami pengurangan kelarutan dan kehilangan fungsi
biologis. Penyebab denaturasi protein dapat digolongkan menjadi agen fisik seperti
pemanasan, sinar UV, ultrasound, dan tekanan tinggi (Lukmana 2011), serta agen
kimia seperti suasana asam, suasana basa, dan alkohol (Anson dan Mirsky 1925).
Perubahan konformasi protein pada proses denaturasi juga mempengaruhi
absorbansi sinar UV dari protein tersebut (Melo et al. 1997). Praktikum ini
bertujuan mengukur kadar protein dalam larutan melalui spektrofotometri UV dan
mengamati perubahan absorbansi protein saat protein mengalami denaturasi.
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah spektrofotometer UV-Vis,
spektrofluorometer, timbangan analitik, pH meter, mikropipet, tip pipet, labu takar
100 ml, beaker 100 ml, tabung reaksi, dan kuvet quartz. Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah akuades, urea, garam 3-(N-
morpholino)propanesulfonic acid sodium (garam MOPS sodium), HCl 1 M,
sampel protein RNAse T1 komersial, dan larutan bovine serum albumin (BSA)
murni dalam 50 mM kPi pH 7.0.
Prosedur
Untuk percobaan kuantitasi protein dengan metode spektrofotometri UV,
jumlah residu triptofan, tirosin, dan ikatan disulfida dalam BSA ditentukan. Molar
absorption coefficient dari BSA dihitung dengan jumlah residu triptofan, tirosin,
dan ikatan disulfida. Larutan sampel BSA lalu diuji absorbansinya pada panjang
gelombang 280 nm dan 330 nm. Nilai absorbansi digunakan untuk menghitung
konsentrasi BSA dalam larutan.
Untuk percobaan denaturasi protein, larutan stok urea disiapkan dari 60 g
urea, garam sodium MOPS 0.694 g, 1 M HCl sebanyak 1.8 mL, dan akuades 45 mL
yang kemudian ditambah dengan akuades hingga volumenya 100 mL. Buffer
MOPS disiapkan dari 0.694 garam sodium MOPS yang dilarutkan dalam 90 mL
akuades, ditambah 1 N HCl untuk mengatur pH, dan ditambah akuades hingga
volumenya 100 mL. Stok larutan protein disiapkan dari RNAse T1 sebanyak 100
mg yang ditambahkan buffer MOPS sebanyak 10 mL. Tabung uji sebanyak 25 buah
diisi campuran larutan stok protein, stok urea, dan buffer MOPS dengan volume
stok urea dan buffer MOPS yang bervariasi. Emisi fluoresensi diukur untuk setiap
sampel selama 30 detik dan kurva emisi terhadap konsentrasi urea dibuat.
HASIL DAN DISKUSI
Bovine serum albumin (BSA) memiliki 3 residu triptofan (W), 21 residu
tirosin (Y), dan 35 residu sistein (C) dengan 17 ikatan disulfida. Jumlah residu asam
amino tersebut digunakan dalam perhitungan molar absorption coefficient dari
BSA. Berdasarkan hasil perhitungan, molar absorption coefficient dari BSA
bernilai 49915. Berikut merupakan sekuens asam amino BSA dan perhitungan
molar absorption coefficient BSA pada panjang gelombang 280 nm.
Sekuens asam amino bovine serum albumin (BSA) telah didepositkan di UniProt
dengan nomor akses P02769.
𝜀280 = (5500 × 𝑛𝑇𝑟𝑝) + (1490 × 𝑛𝑇𝑦𝑟) + (125 × 𝑛𝑆 − 𝑆)
= (5500 × 3) + (1490 × 21) + (125 × 17) = 49915 𝑀−1 𝑐𝑚−1
Absorbansi sampel BSA pada panjang gelombang 280 nm dan 330 nm
berturut-turut bernilai 0.761 dan 0.186. Nilai absorbansi tersebut digunakan untuk
perhitungan absorbansi pada panjang gelombang 280 nm yang dikoreksi dari
scattering sinar dalam sampel. Nilai absorbansi yang dikoreksi digunakan untuk
perhitungan konsentrasi protein dalam sampel beserta dengan nilai panjang kuvet 1
cm.
𝐴280 (𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑) = 𝐴280 − 1.929 × 𝐴330