Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK 1

PENENTUAN KOMPOSISI SENYAWA KOMPLEKS

Nama : Henggis Pastina

NIM 118270028

Asisten : Evita Sari

Waktu : 27 Apr 2021 (08.00 WIB)

PROGRAM STUDI KIMIA

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan Percobaan

1. Mempelajari cara penentuan komposisi senyawa kompleks dari ion logam(III)salisilat


menggunakan metoda JOB.

Latar Belakang

Senyawa kompleks memiliki peran penting dalam kehidupan ssehari-hari.


Aplikasi senyawa ini meliputi bidang kesehatan, farmasi, industry, dan
lingkungan dan bidang lainnya. Banyak contoh dari penrapan senyawa kompleks
dalam kehidupan sehari-hari yang mana memiliki manfaat dan sangat berguna
bagi kelangsungan hidup manusia, hewan dan tanaman. Mulai dari pengikatan
oksigen oleh Fe menjadi senyawa kompleks untuk bernapas, seperti sulfadiazine
dan sulfamerazin merupakan ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri.
Penggunaanya secara luas untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Gram-positif dan Gran negative tertentu, beberapa jamur, dan protozoa, dapat
mengurangi dampak negative pencemaran lingkungan seperti polusi udara,
bahkan dapat menghentikan turunnya potensial fuel cell pada katoda, dan masih
banyak manfaat lainnya.

Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi


antara suatu aton atau ion logam dengan suatu ligan. Logam yang dapat
membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, dan alkali tanah.
Studi pembentukan kompleks menjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena
kompleks yang terbentuk dimungkinkan member banyak manfaat, misallnya
untuk ekstraksi dan penanganan keracunan logam berat. Senyawa kompleks telah
banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-tahapan reaksi (mekanisme
reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Ligan
memiliki kemampuasn sebagai donor pasangan electron sehingga dapat dibedakan
atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 SENYAWA KOMPLEKS

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion


logam pusat dengan atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan electron
bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi pasangan electron ligan kepada ion
logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks
juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks memiliki bilangan
koordinasi dan struktur yang bermacam-macam, mulai dari bilangan koordinasi
dua sampai delapan dengan struktur linier, tetrahedral, segi empat planar, trigonal
bipiramidal, dan octahedral. Namun kenyataan menunjukan bilangan koordinasi
yang banyak dijumpai adalah enam dengan struktur pada umumnya octahedral.
(Iis Siti Jahro)

Penelitian tentang senyawa kompleks terus berkembang pesat sejalan


dengan perkembangan IPTEK, sebagai salah satu contoh adalah kompleks besi.
Kompleks besi dengan berbagai ligan telah diketahui kegunaanya. Senyawa
kompleks besi(III)-EDTA dapat diaplikasikan sebagai garam untuk fortifikasi
besi. Sintesis senyawa kompleks dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
cara antara lain dengan pencampuran larutan pada berbagai perbandingan mol
logam : mol ligan dalam berbagai pelarut tanpa pemanasan atau pencampuran
larutan disertai pemanasan pada berbagai temperature (Wilkonson, 1989)

Sifat dari ligan untuk dapat membentuk kompleks dengan ion logam pusat
sangat penting dalam kimia koordinasi (Erdem et al., 2009 dan Jevtovic et al.,
2011). Interaksi ini dapat diamati dalam termodinamika dan aspek kinetik untuk
mempelajari efek serta membandingkan perilaku kompleks terhadap aplikasinya
sebagai katalis. Basa Schiff adalah kelas senyawa favorit dalam bidang biologi
dan memainkan peran penting dalam kimia koordinasi (Liu et al., 2006).

Basa Schiff aromatik dalam bentuk netral dan terdeprotonasi telah


digunakan untuk bereaksi dengan ion logam transisi bilangan oksidasi (II),
kompleks yang terbentuk menunjukkan variabel stoikiometri dalam logam ke
ligan dengan rasio yang berbeda pada bilangan koordinasi (Pouralimardan et al.,
2007). Kelanjutan dari studi sebelumnya pada logam transisi kompleks basa
Schiff, kami melaporkan di sini sintesis, karakterisasi spektroskopi dan analisis
termal logam Fe(II) hasil adisi yang berpotensi sebagai ligan donor yang memiliki
gugus-gugus fungsi azo, hidrazo, metil dalam lingkungan ligan. Adanya gugus-
gugus fungsi pada lingkungan ligan dapat menyetabilkan senyawa kompleks.
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat yang digunakan :

1. 1 set spektrofotometer UV-Vis


2. 10 buah labu ukur 10 mL
3. 1 buah pipet ukur 10 mL
4. Botol semprot
5. Rak tabung reaksi

3.2 Bahan yang digunakan :

1. Ammonium besi(III) sulfat hidrat


2. Kromium(III) klorida hidrat
3. Asam salisilat

3.3 Diagram alir

A. Sintesis Fe(III) – oksalat (kompleks 1)


Labu ukur 10 mL

- Disiapkan 10 buah
- dimasukkan M2 pada labu pertama
- Dimasukkan larutan asam salisilat

Spektrofotometer UV-
Vis

- Dicari panjang gelombang dari setiap larutan pada 350-700


nm
- Diukur serapan semua larutan pada panjang gelombang
maksimum
- Dihitung harga Y pada setiap panjang gelombang semua
larutan
- Dibuat kurva hubungan antaraY dan X untuk setiap panjang
gelombang
- Ditentukan harga n untuk kompleks [M(asa)n]3+ di dalam

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data Pengamatan


4.1.1 Tabel panjang gelombang maksimal dari setiap larutam tersebut
pada 350-700
nm dan serapan pada setiap panjang gelombang maksimum

Larutan Absorbansi λ max 1 Absorbansi λ max 2


Cr1 0.03792 420 0.02858 585
Cr2 0,03718 426 0,02703 582
Cr3 0,0374 430 0,02351 584
Cr4 0,03678 434 0,02051 584
Cr5 0,03276 434 0,0175 579
Cr6 0,02787 434 0,01488 579
Cr7 0,02103 430 0,01273 582
Cr8 0,01455 434 0,00957 579
Cr9 0,01202 419 0,00807 568
Cr10 0,04073 421 0,03065 585
Cr11 0,00399 362 0,00404 749

λ1 421
λ2 450
λ3 480
λ4 500
λ5 535
λ6 585

4.1.2 Tabel harga Y

Perbandingan Volume (mL) Fraksi Mol


Cr3+ Asam salisilat Cr3+ Asam salisilat
9 1 0.9 0.1
8 2 0.8 0.2
7 3 0.7 0.3
6 4 0.6 0.4
5 5 0.5 0.5
4 6 0.4 0.6
3 7 0.3 0.7
2 8 0.2 0.8
1 9 0.1 0.9

𝑌 = 𝐴𝑚𝑒𝑎𝑠 − (1 − 𝑋)𝐴𝑍
𝑌 = 𝐴𝑚𝑒𝑎𝑠 − (𝑋𝐶𝑟 )𝐴𝐶𝑟
λ1 421
λ2 450
λ3 480
λ4 500
λ5 535
λ6 585

Perhitungan :
 Pada λ1 421
1. Y=0,03785 – (0.9)(0,04073) =0,001193
2. Y= 0,037– (0.8)(0,04073) =0,004416
3. Y= 0,03637– (0.7)(0,04073) = 0,007859
4. Y= 0,03494– (0.6)(0,04073) =0,010502
5. Y= 0,03075– (0.5)(0,04073) =0,010385
6. Y= 0,02625– (0.4)(0,04073) =0,009958
7. Y= 0,02025– (0.3)(0,04073) =0,008031
8. Y= 0,01437– (0.2)(0,04073) =0,006224
9. Y= 0,01197– (0.1)(0,04073) =0,007897

 Pada λ1 450
1. Y=0,02827 – (0.9)(0,02894) =0,002224
2. Y= 0,02919 – (0.8)(0,02894) =0,006038
3. Y= 0,0312 – (0.7)(0,02894) =0,010942
4. Y= 0,03198 – (0.6)(0,02894) =0,014616
5. Y= 0,0289– (0.5)(0,02894) =0,01443
6. Y= 0,02415– (0.4)(0,02894) =0,012574
7. Y= 0,01791– (0.3)(0,02894) =0,009228
8. Y= 0,01187– (0.2)(0,02894) =0,006082
9. Y= 0,00903– (0.1)(0,02894) =0,006136

 Pada λ1 480
1. Y= 0,01462– (0.9)(0,0157) =0,00049
2. Y=0,01599– (0.8)(0,0157) =0,00343
3. Y=0,01713– (0.7)(0,0157) =0,00614
4. Y= 0,01793– (0.6)(0,0157) =0,00851
5. Y= 0,016– (0.5)(0,0157) =0,00815
6. Y= 0,01387– (0.4)(0,0157) =0,00759
7. Y= 0,01052– (0.3)(0,0157) =0,00581
8. Y= 0,00694– (0.2)(0,0157) =0,0038
9. Y= 0,00641– (0.1)(0,0157) =0,00484
 Pada λ1 500
1. Y=0,01218– (0.9)(0,01277) =0,000687
2. Y= 0,01215– (0.8)(0,01277) =0,001934
3. Y= 0,01198– (0.7)(0,01277) =0,003041
4. Y= 0,01206– (0.6)(0,01277) =0,004398
5. Y= 0,0101– (0.5)(0,01277) =0,003715
6. Y= 0,00887– (0.4)(0,01277) =0,003762
7. Y= 0,00715– (0.3)(0,01277) =0,003319
8. Y= 0,00451– (0.2)(0,01277) =0,001956
9. Y= 0,00548– (0.1)(0,01277) =0,004203

 Pada λ1 535
1. Y= 0,01799– (0.9)(0,0199) =0,00008
2. Y= 0,01749– (0.8)(0,0199) =0,00157
3. Y= 0,01474– (0.7)(0,0199) =0,00081
4. Y= 0,01386– (0.6)(0,0199) =0,00192
5. Y= 0,01114– (0.5)(0,0199) =0,00119
6. Y= 0,00966– (0.4)(0,0199) =0,0017
7. Y= 0,00806– (0.3)(0,0199) =0,00209
8. Y= 0,00535– (0.2)(0,0199) =0,00137
9. Y= 0,00561– (0.1)(0,0199) =0,00362

 Pada λ1 585
1. Y= 0,02858– (0.9)(0,03065) =0,000995
2. Y= 0,0262– (0.8)(0,03065) =0,00168
3. Y= 0,02216– (0.7)(0,03065) =0,00705
4. Y= 0,02013– (0.6)(0,03065) =0,00174
5. Y= 0,01653– (0.5)(0,03065) =0,001205
6. Y= 0,01478– (0.4)(0,03065) =0,00252
7. Y= 0,01107– (0.3)(0,03065) =0,001875
8. Y= 0,00923– (0.2)(0,03065) =0,0031
9. Y= 0,00717– (0.1)(0,03065) =0,004105

Y
Campuran 421 450 480 500 535 585
Cr1 0,001193 0,002224 0,00049 0,000687 0,00008 0,000995
Cr2 0,004416 0,006038 0,00343 0,001934 0,00157 0,00168
Cr3 0,007859 0,010942 0,00614 0,003041 0,00081 0,00705
Cr4 0,010502 0,014616 0,00851 0,004398 0,00192 0,00174
Cr5 0,010385 0,01443 0,00815 0,003715 0,00119 0,001205
Cr6 0,009958 0,012574 0,00759 0,003762 0,0017 0,00252
Cr7 0,008031 0,009228 0,00581 0,003319 0,00209 0,001875
Cr8 0,006224 0,006082 0,0038 0,001956 0,00137 0,0031
Cr9 0,007897 0,006136 0,00484 0,004203 0,00362 0,004105

4.1.3 Tabel penentuan Y maksimal

Y
Campuran 421 450 480 500 535 585
Cr1 0,001193 0,002224 0,00049 0,000687 0,00008 0,000995
Cr2 0,004416 0,006038 0,00343 0,001934 0,00157 0,00168
Cr3 0,007859 0,010942 0,00614 0,003041 0,00081 0,00705
Cr4 0,010502 0,014616 0,00851 0,004398 0,00192 0,00174
Cr5 0,010385 0,01443 0,00815 0,003715 0,00119 0,001205
Cr6 0,009958 0,012574 0,00759 0,003762 0,0017 0,00252
Cr7 0,008031 0,009228 0,00581 0,003319 0,00209 0,001875
Cr8 0,006224 0,006082 0,0038 0,001956 0,00137 0,0031
Cr9 0,007897 0,006136 0,00484 0,004203 0,00362 0,004105

λ Ymax Xasa 1-Xasa N


421 0.010502 0.4 0.6 0.066
450 0.014616 0.4 0.6 0.666
480 0.00851 0.4 0.6 0.666
500 0.004398 0.4 0.6 0.666
535 0.00362 0.9 0.1 9
585 0.00705 0.9 0.1 9

Perhitungan:
𝑋𝑎𝑠𝑎
𝑛=
1 − 𝑋𝑎𝑠𝑎

 Pada λ 421
Y max = 0,010502
0,4
𝑛= = 0,666
0,6

 Pada λ 450
Y max = 0,014616
0,4
𝑛= = 0,666
0,6

 Pada λ 480
Y max = 0,00851
0,4
𝑛= = 0,666
0,6
 Pada λ 500
Y max = 0,004398
0,4
𝑛= = 0,666
0,6

 Pada λ 535
Y max = 0,00362
0,9
𝑛= =9
0,1

 Pada λ 585

Y max = 0,00705
0,3
𝑛= = 0,428
0,7

0,666 + 0,666 + 0,666 + 0,666 + 9 + 0,428


𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 2,01
6

fraksi mol asa vs Y pada 421 nm


0.012
0.01
0.008
0.006
Y

0.004
0.002
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi Asam salisilat

fraksi mol asa vs Y pada 450 nm


0.02
0.015
0.01
Y

0.005
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi Asam salisilat
fraksi mol asa vs Y pada 480 nm
0.01
0.009
0.008
0.007
0.006
0.005
Y

0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi Asam salisilat

fraksi mol asa vs Y pada 500 nm


0.005

0.004

0.003
Y

0.002

0.001

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi Asam salisilat

fraksi mol asa vs Y pada 535 nm


0.004
0.0035
0.003
0.0025
0.002
Y

0.0015
0.001
0.0005
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi Asam salisilat
fraksi mol asa vs Y pada 585 nm
0.008
0.007
0.006
0.005
0.004
Y

0.003
0.002
0.001
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Fraksi Asam salisilat

0.045

0.04

0.035
Series1

0.03 Series2
Series3
0.025 Series4
Series5
0.02
Series6
Series7
0.015
Series8
0.01 Series9
Series10
0.005 Series11

0
430
451

619
640
325
346
367
388
409

472
493
514
535
556
577
598

661
682
703
724
745

-0.005

-0.01
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan electron
bebasnya kepada ion logam pusat.
2. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasi
antara suatu aton atau ion logam dengan suatu ligan.
3. Diagram yang didapatkan pada perhitungann dari data pengamatan
menunjukan nilai yang berbeda beda.
4. Didapatkan n rata-rata sebesar 2.01

5.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA

Iis Siti Jahro, Djulis Onggo, Ismunandae dan Susanto Imar Rahayu. Kajian

Mekanisme Reaksi Kompleks Inti Fe-Mn-Cr Dengan Ligan


Ion Oksalat Dan 2.(2-pyrdyl)quinoline Dalam Pelarut
Metanol Dan Air. Departemen Kimia, FMIPA Institut
Teknologi Bandung , Bandung, 40132e-mail :
jahrostiis@yahoo.com

Cotton, F. A dan Wilkinson. (1989). Kimia Anorganik

Dasar. Jakarta:Universitas Indonesia Press

Erdem, E., Yildrim, E. S., Kilincarslan, R., and Kabay, N. 2009. Synthesis and

Characterization of azo-linked Schiff Base and their


Nickel(II), Copper(II), and Zinc(II) Complexes. Transition
Met. Chem. 34, 167-174.

Jevtovic, V., Cvetkovic, D. & Vidovic, D. 2011. Synthesis X-Ray

Characterization and Antimicrobial Activity of Iron(II) and


Cobalt(III) Complexes with the Schiff Base Derived from
Pyridoxal and Semicarbazide or S-methylisothio
semicarbazide. J. Iran. Chem. Soc. Vol. 8. No. 3, 727-733.

Liu., Jian-ning., Bo-Wan-Wu., Bing Zhang & Yongchun Liu. 2006. Syntesis and

Characterization of Metal Complex of Cu(II), Ni(II), Zn(II0,


Co(II), Mn(II) and Cd(II) with Tetradentate Schiff Bases.
Turk. J. Chem. 30, 41-48.

Pouralimadan, O., Anne-Chamayon, C., Janiak, C., Hosseini, H-Monfered. 2007.

Hydrazone Schiff base–Manganese(II) Complexes, Synthesis


Crystal Structure and Catalytic reactivity. Inorg. Chimica
Acta. 360, 1599-1608.
LAMPIRAN

TUGAS PENDAHULUAN
MSDS

Anda mungkin juga menyukai