Anda di halaman 1dari 32

IKATAN DAN PADATAN IONIK

Kelompok 10

1. Artika Rahmadana 2013023026


2. Erlin Indah Herlina 2113023030
3. Lutfiah Dwi Putri 2113023054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2022
Pengertian Senyawa Ionik

Senyawa ionik ialah senyawa yang atom-atomnya saling berikatan secara ionik. Senyawa ionik
dapat berada dalam fase gas, fase cair, dan fase padat. Senyawa ionik dalam fase gas terdiri dari
pasangan-pasangan ion. Senyawa ionik pada fase cair terdiri dari ion-ion positif dan ion-ion
negative yang tersusun secara tidak teratur (acak). Senyawa ionik pada fase padat terdiri dari ion-
ion positive dan ion-ion negative yang tersusun secara teratur, bergantian dan berulang, contohnya
natrium klorida (NaCl). Dalam fase gas NaCl tersusun atas pasangan-pasangan ion dimana setiap
pasangan ion tersusun atas satu ion Na+ dan satu ion Cl-.

Sifat-sifat Senyawa Ionik

Pada temperatur kamar, senyawa kovalen dapat berwujud padat, cair, dan gas, tetapi senyawa ionik
berwujud padat dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

1. Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah dalam bentuk
padatan, tetapi menghantar listrik sangat baik pada keadaan leburannya. Daya hantar listrik

ini diasosiasikan dengan adanya ion-ion positif dan negatif yang bergerak bebas karena
pengaruh listrik. Dalam keadaan padat, ion-ion ini diikat kuat dalam kisi, tidak mengalami
migrasi atau perpindahan, dan juga tidak membawa arus listrik. Sebagai catatan, sesungguhnya
tidak ada bukti yang mutlak adanya ion-ion dalam padatan, misalnya NaCl. Kenyataan bahwa
ion-ion didapat dalam larutan (air) bukan merupakan bukti bahwa ion-ion yang bersangkutan
juga ada dalam kristal padatannya, sehingga keberadaan ion-ion dalam padatan hanyalah
merupakan asumsi berdasarkan sifat-sifat yang diinterprestasikan dengan gaya tarik-menarik
elektrostatik.
2. Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi. Ikatan ionik biasanya sangat kuat dan
terarah ke segala arah. Ini bukan berarti bahwa ikatan ionic lebih kuat daripada ikatan kovalen,
melainkan karena sebaran arah ikatan ke segala arah, dan inilah yang merupakan faktor
penting dalam kaitannya dengan titik leleh yang tinggi. Intan, yang mempunyaistruktur ikatan
kovalen dan bersifat multiarah, juga mempunyai itik leleh sangat tinggi.
3. Senyawa ionik biasanya sangat keras tetapi rapuh. Kekerasan senyawa ionic sesuai dengan
argumen di atas, sekalipun perlakuannya melalui pemisahan secara mekanik ketimbang
pemisahan secara termal terhadap gaya tarik-menarik antar ion. Kecenderungan kerapuhan
merupakan akibat sifat alami ikatan ionic. Jika cukup gaya untuk menggeser sedikit ion-ion
(misalnya dalam unit sel NaCl, panjang ikatan menjadi memendek separuhnya), maka gaya
yang semula tarik-menarik akan berubah menjadi gaya tolak-menolak karena kontak antar
anion dan antar kation menjadi lebih signifikan. Akibatnya, kristal menjadi mudah terpecah
belah, dan hal inilah yang banyak ditemui pada banyak mineral.
4. Senyawa ionik biasanya larut dalam pelarut polar dengan permitivitas (tetapan dielektrum)
+ . 𝑞−
tinggi. Energy interaksi dua partikel bermuatan dinyatakan dengan rumus E = 𝑞 , dalam
4𝜋𝑟𝗌

hal ini q+ dan q- adalah muatan listrik partikel, r adalah jarak pisah kedua partikel dan 𝜀 =
permivitas atau tetapan dielektrum medium ; untuk medium hampa 𝜀o = 8,85 x 10-12 C2 m-1 J-
1
. Pelarut polar umumnya mempunyai tetapan dielektrum tinggi, misalnya untuk air 𝜀 = 7,25
x 10-10 C2 m-1 J-1, asetonitril 𝜀 = 2,9 x 10-10 C2 m-1 J-1 dan untuk ammonia 𝜀 = 2,2 x 10-10C2 m-
1
J-1 atau 𝜀(H2O) = 82𝜀o , 𝜀(CH3CN) = 33𝜀o , dan 𝜀(NH3) = 25𝜀o . oleh karena permitivitas ammonia
25 kali permitivitas hampa, maka dapat dimengerti bahwa tarik ion-ion terlarut dalam
ammonia hanyalah sebesar 4% daripada gaya yang sama tanpa pelarut, semakin tinggi
permitivitas pelarut semakin besar pengaruhnya.

Penggolongan dan Contoh Senyawa Ionik

Berdasarkan jenis ion-ion yang terdapat dalam senyawa ionik, senyawa ionik dapat dibagi dalam
empat golongan, yaitu :

1. Senyawa ionik sederhana


Senyawa yang terdiri dari monoionik (monokation dan monoanion).
Contoh : NaCl, KCl, MgCl2, Na2O, K2O dan MgO.
2. Senyawa ionik yang mengandung kation sederhana (monokation) dan polianion
Contoh : K2SO4, NaNO3, K2[HgI4] dan K3[Fe(CN)6].
3. Senyawa ionik yang mengandung anion sederhana (monoanion) dan polikation
Contoh : NH4Cl, N(CH3)4Br dan [Ag(NH3)2]Cl.
4. Senyawa ionik yang mengandung polikation dan polianion
Contoh : NH4+, N(CH3)4+, NO3- dan SO42-.

Karakter Ionik dari Senyawa Biner dan Cara Perhitungannya

Tidak ada senyawa ionik yang karakter ioniknya 100%. Menurut Pauling, untuk senyawa biner
yang tersusun atas atom-atom A dan B, dengan keelektronegatifan aton B lebih besar dibandingkan
keelektronegatifan atom A, karakter ioniknya dapat diperkirakan dengan persamaan berikut:
Karakterionik = 1- e-1/4(ᵪB - ᵪA)

ᵪA = Keelektronegatifan atom A
ᵪB = Keelektronegatifan atom B

Berdasarkan perbedaan kelektronegatifan atom-atom dalam senyawa biner, persentase karakter


ioniknya diberikan pada Tabel 1.1.

Tabel Persentase karakter ionik dalam senyawa ionik biner

(Data dikutip dari Stark dan Wallace, 1975:25)

Perbedaan Persentase Perbedaan Persentase


keelektronegatifan karakter ionik keelektronegatifan karakter ionik

0,1 0,5 1,7 51

0,2 1 1,8 55

0,3 2 1,9 59

0,4 4 2,0 63

0,5 6 2,1 67

0,6 9 2,2 70

0,7 12 2,3 74

0,8 15 2,4 76

0,9 19 2,5 79

1,0 22 2,6 82

1,1 26 2,7 84

1,2 30 2,8 86

1,3 34 2,9 88

1,4 39 3,0 89

1,5 43 3,1 91

1,6 47 3,2 92
Suatu senyawa biner yang persentase karakter ioniknya lebih besar dari 50% dapat dianggap
sebagai senyawa ionik, sedangkan bila karakter ioniknya lebih kecil dari 50% dapat dianggap
sebagai senyawa kovalen polar. Berdasarkan data Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa suatu
senyawa biner dapat dianggap merupakan senyawa ionik apabila perbedaan keelektronegatifan
antara dua atom penyusun senyawa biner tersebut 1,7 atau lebih

Proses Pembentukan Ikatan Ion pada Senyawa Ionik Menurut Kossel


Tahun 1916 G.N. Lewis dan W. Kossel menjelaskan hubungan kestabilan gas mulia dengan
konfigurasi elektron. Kecuali He yang mempunyai 2 elektron valensi,unsur-unsur gas mulia
mempunyai 8 elektron valensi,sehingga gas mulia bersifat stabil. Kecenderungan atom-atom untuk
memiliki struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron terluar disebut kaidah
oktet.Selain itu, atom-atom dengan nomor atom kecil dari Hidrogen sampai dengan Boron
cenderung memiliki konfigurasi elektron gas Helium atau mengikuti kaidah Duplet.

Ikatan ion terbentuk antara atom yang mudah melepaskan elektron dan atom lain yang mudah
menerima elektron. Misalkan ikatan ion pada molekul NaCl.Atom Na Memiliki konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2p6 3s1, cenderung melepaskan sebuah elektron valensi sehingga membentuk ion
Na+ (1s2 2s2 2p6), atom Cl yang berkonfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5, cenderung
menerima sebuah elektron membentuk ion Cl-(1s2 2s22p6 3s2 3p6).

Na(s) → Na+(aq) + e-
(1s2 2s2 2p6) sama seperti NeCl(g)+ e-
→ Cl-(aq)
(1s2 2s2 2p6 3s2 3p6) sama seperti Ar

Proses Pembentukan Ikatan Ion pada Senyawa Ionik Menurut Born-Haber

Salah satu uji manfaat deskripsi model ionik tersebut adalah kemampuannya menghasilkan
perhitungan harga entalpi pembentukan yang akurat, misalnya bagi NaCl. Perlu dicatat bahwa pada
proses reaksi pembentukan NaCl(s) dari ion-ionnya, Na+(g) dan Cl- , secara prinsip memungkinkan
dilakukan pengukuran
(g) entalpi pembentukan secara langsung meskipun secara eksperimen hal ini
tidak mungkin layak dapat dilaksanakan. Tetapi, untuk proses sebaliknya jelas tidak mungkin
dilaksanakan karena NaCl(s) tidak menguap menjadi ion-ionnya, melainkan menjadi NaCl(g) baru
kemudian mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya. Untuk mengatasi problem ini pada
tahun 1919, M.Born, K. Fajans dan F. Haber menerapkan siklus termodinamik yang kemudian
dikenal sebagai siklus Born-Haber. Hal ini didasarkan pada peran hukum Hess yang menyatakan
bahwa entalpi reaksi adalah sama meskipun reaksi yang bersangkutan terjadi dalam satu tahap
ataupun dalam beberapa tahap. Tahap-tahap yang diperlukan untuk pembentukan kristal ionic
beserta perubahan entalpi yang menyertai setiap tahap tersebut dapat digambarkan dalam suatu
siklus yang disebut siklus Born-Haber.

Tahap 1 mengalami sublimasi dimana Na(s) menjadi Na(g) membutuhkan energi 108 kJ/mol, tahap
2 mengalami disosiasi dimana ½ Cl2(g) menjadi Cl(g) membutuhkan energi121 kJ/mol.Tahap 3
mengalami ionisasi pada Na(g) menjadi Na+(g) membutuhkan energi ionisasi 496kJ/mol.Tahap 4
mengubah Cl(g) menjadi Cl-(g) mengalami energi afinitas sebesar -349kJ/mol, pada tahap

5 Na+(g) + Cl-(g)→ NaCl (s) , terlibat energi kisi sebesar -787 kJ/mol

Diterapkan pada NaCl, entalpi pembentukan NaCl (s) dapat dipecah menjadi beberapa tahapan
seperti ditunjukan oleh diagram gambar 1.32 sehingga dapat diperolehperhitungan sebagai berikut:

∆Hf (entalpi pembentukan) NaCl = -411 kJ mol-1

∆Hvap (entalpi penguapan) Na(s)→ Na(g) = 108 kJ mol-1

1∆Hdis (entalpi atomisasi) Cl2(g) →2Cl(g) = 121 kJ mol-1


2

∆HEA (afinitas elektron) Cl2(g) + e→Cl-(g) = -349 kJ mol-1

∆HIE ( energi ionisasi) Na(g)→Na+(g) + e = 496 kJ mol-1


1
∆Hf = ∆Hvap + ∆Hdis + ∆HEA + ∆HIE + Uo
2

1
Uo = ∆Hf - ∆Hvap - ∆Hdis - ∆HIE - ∆HEA
2

Uo = -411 kJ mol-1 - 108 kJ mol-1 - 121 kJ mol-1- 496 kJ mol-1- (-349) kJ mol-1 Uo = -787

kJ mol-1

Jadi, energi kisi NaCl, Uo adalah -787 kJ mol-1. Hasil perhitungan siklus ini sangat dekat
dengan hasil perhitungan teoritik (755 kJ mol-1) dengan beda kurang lebih 4%. Dengan
demikian rumusan teoritik untuk model ionik diatas sangat berguna untuk memprediksi
energi ikatan suatu senyawa ionik.
Suatu hal yang penting dari siklus tersebut yang berkaitan dengan ikatan kimia adalah bahwa:

1) ∆Hvap selalu positif, tetapi biasanya relatif kecil dari besaran-besaran yang lain dan tidak
besar variasinya untuk berbagai sneyawa.
2) ∆HIE (energi ionisasi) selalu positif (edotermik) dan besar nilainya

3) ∆HEA (afinitas elektron) halogen selalu eksotermik, tetapi untuk kalkogen endotermik, hal
ini terjadi karena gaya tarik inti terhadap elektron kedua pada ion X- (X=kalkogen) lebih kuat.
4) Dalam berbagai kasus, jumlah energi ionisasi (∆HIE), ditambah afinitas elektron (∆HEA) selalu
positif (endotermik) dan kestabilan senyawa ionik terhadap sifat disosiasi menjadi unsur-
unsurnya menjadi bertambah karena adanya kelebihan eksotermik yang ditimbulkan oleh gaya
atraktif antar ion-ion yang berlawanan.

Siklus Born-Haber sering digunakan dengan cara berbeda. Bila diasumsikan bahwa energi kisi, U,
yang dihitung menurut model ionik tersebut adalah benar , maka siklus ini dapat digunakan untuk
menaksir beberapa energi yang terlibat. Misalnya, tidak ada cara langsung yang dapat dipakai
untuk mengukur pembentukan entalpi ion CN -(g). Dari siklus Born-Haber untuk NaCN, harga-
harga untuk entalpi penguapan dan entalpi ionisasi unsur Na diketahui dan U dapat dihitung, maka
∆Hf untuk CN-(g) dapat ditentukan, yaitu ̴ 29 kJ mol-1. Harga-harga energi kisi bebrapa senyawa
yang diperoleh dari data eksperimen menurut metode siklus Born Haber dengan berbagai model
dan dengan perhitungan teoritik ditunjukan pada Tabel 1.15
Pengelompokkan Kisi Kristal Senyawa Ionik

Senyawa ionik berupa padatan, dan tatanan ion-ion dalam kisi kristalnya dapat diperlakukan
seperti kemasan pada logam, pada umumnya anion mempunyai ukuran lebih besar daripada kation,
sehingga anion-anion membentuk suatu kemasan, dan kation terselip didalam rongga- rongga antar
anion yang tesebut intertisi

Adapun prinsip umum kisi ionik sebagai berikut :

1). Ion-ion diasumsikan sebagai bola-bola bermuatan yang takterkomprasi dan takterpolarisasi.
Semua senyawa ionik juga mempunyai sifat kompalasi meskipun hanya dalam persentase
kecil, dan kenyatanya model bola keras berlaku baik bagi hampir semua senyawa ionik.
2). Ion-ion mengatur dirinya sedemikian sehingga dikelilingi oleh ion lawan muatan sebanya-
banyaknya dan sedekat-dekatnya. Khususnya, hal ini terjadi bagi kation, dan kemas rapat
yang diadopsi tenyata tidak mengakibatkan anion-anion pengeliling saling bersentuhan.
3). Rasio kation terhadap anion harus menggambarkan komposisi kimiawi senyawa yang
brsangkutan. Misalnya, struktur kristal CaCl2 harus tersusun oleh tataan ion-ion klorida dan
kation kalsium yang banyaknya hanya setengah jumlah ion klorida dalam kisi kristal.

Kristal ionik dibangun oleh kisi-kisi yang tersusun oleh ion-ion positif dan ion-ion negatif
sedemikian sehingga gaya tarik-menarik antara ion-ion yang yang berlawanan muatan mencapai
maksimum dan gaya tolak-menolak antara ion-ion sama muatan mencapai minimum.

Kemas rapat bola-bola dengan ukuran sama menyiasakan dua tipe celah, lubang, ruang terbuka,
atau rongga antara lapis-lapisnya. Satu metode pendekatan untuk visualisasi struktur kristal
senyawa ionik adalah menggambarkan larikan (array) kemas rapat ion-ion, dengan ion-ion yang
lebih kecil ukuranya menepati rongga. Biasanya, anion-anion yang umumnya lebih besar ukuranya
membentuk kemas-rapat, dan kation yang lebih kecil ukuranya menepati rongga yaitu rongga
tatrehendral dan atau rongga oktahendral.Tetapi dalam beberapa kasus situasi ini dapat terbalik.
Suatu larikan anion-anion mungkin terbuka total dan memulai dari kemas-rapat untuk
menkomodasi kation di dalam rongga.

Apabila ukuran kation relatif terlalu besar, mungkin kation ini tidak cocok baik kedalam rongga
tetrahedron ataupun rongga oktahedron dalam kemas-rapat anion yang bersangkutan.Dalam kasus
seperti ini anion-anion membangun larikan kubus sederhana yang menyiasakan rongga kubus yang
menyediakan ruang/ celah cukup untuk kation yang lebih besar.Satu kation di dalam rongga kubus
mempunyai bilangan koordinasi delapan; contoh untuk ini adalah CsCl.

Struktur kristal ion dipengaruhi oleh muatan relatif dan ukuran relatif ion-ion yang bersangkutan.
Suatu kristal ion bersifat stabil apabila setiap kation tepat menyinggung anion-anion di
sekelilinginya demikian pula sebaliknya. Kation yang lebih kecil membuat singgungan terbaik
apabila dengan empat anion tetangga terdekat membentuk bilangan koordinasi empat, dan
menempati rongga tetrahedron yang lebih kecil daripada rongga oktahedron.Ada dua rongga
tetrahedron tiap anion dalam satu larikan kemas-rapat anion.

Dalam senyawa dengan stoikimetri 2:1 seperti Li2 O dan Na2S misalnya, setiap rongga tetrahedron
ditempati oleh satu kation. Senyawa-senyawa yang mempunyai struktur kristal sama dikatakan
isomerfis. Beberapa senyawa ini dapat mengkristal secara bersamaan menghasilkan campuran
kristal. Misalnya, campuran NaNO3 dan CaCO3 membentuk kristal campuran walaupun sifat-sifat
fisik dan semua kimiawi keduanya berbeda satu sama lain.
Semua struktur kristal ion dapat dikenali menurut sistem kristal yang telah dibicarakan di atas, dan
karakteristika padatan ionik ditujukan Tabel 1.6. Untuk mempermudah visualisasi, bangun kisi
kristal sering dilukiskan menurut model kemas-rapat stick and ball, sehingga baik bangun
geometri, jumlah atom atau ion maupun bilangan koordinasi dapat ditentukan dengan mudah.
Senyawa sederhan dengan rasio formula kation/anion 1:1, 1:2, 2:1 dan 2:2 akan dijelaskan secara
ringkas berikut ini :
1. Natrium Klorida
Salah satu contoh dari rock salt adalah Natrium Klorida, Natrium klorida mengkristal dalam
bentuk kubus pusat muka (face centered cube, fcc). Untuk membayakan bentuk ini
perhatiakan posisi salah satu ion-ion yang sama, ion-ion Na+ saja atau ion-ion Cl- saja pada
sistem satu unit sel Kristal, perhatikan gambar dibawah ini

Gambar 1.2
Keterangan : Cl- ditunjukan dengan warna hijau, Na+ ditunjukan dengan warna ungu

sebagaimana ditujukkan pada gambar diatas delapan ion Cl-menempati kedelapan sudut suatu
kubus, enam ion Cl- yang lain menempati keenam pusat muka kubus ini. Jika kubus tersebut
diperluas atau diperpanjang dengan tambahan masing-masing satu muka lagi ke arah
herizontal (kiri-kanan, muka-belakang) dan vertikal (atas-bawah), maka akan terlihat bahwa
tiap ion Na+ menepati pusat setiap bangun oktahedron ion Cl-. Dengan demikian kristal NaCl
dapat dikatakan mempunyai bangun kemas rapat kubus pusat muka ion Cl- dengan ion Na+
yang lebih kecil menepati rongga oktahedral. Selain itu, perluasan bangun inijuga akan
memperlihatkan adanya bentuk kubus pusat muka yang dibangun oleh ion-ion Na+ seperti
halnya yang dibangun oleh ion-ion Cl-. Oleh karena itu, kisi kristal natrium

klorida merupakan dua kisi kubus pusat muka yang saling tertanam di dalamnya
(interpenetrasi).

Perluasan gambar 1.12 (B) akan menunjukan dengan jelas bahwa tiap ion “dihubungkan”
dengan enam ion lain. Maka, masing-masing ion mempunyai bilangan koordinasienam.Dalam
satu unit sel (Gambar 1.2B), jumlah masing-masing ion/atom dengan mudah dapat ditentukan
yaitu empat, sehingga memenuhi soikiometri 1:1 dengan formula NaCl.

2. Struktur Sesium Klorida


Berbeda dengan natrium klorida, NaCl, sesium klorida, CsCl, mengkristal dalam bentuk kubus
sederhana atau kubus primitif; jadi tidak termasuk kemas rapat.Hal ini berkaitan dengan
ukuran Cs+ yang relatif lebih besar yang sangat memerlukan rongga yang besar daripada
rongga oktaahedron. Sebagaimana ditunjukan gambar 1.22, di dalam kisi kristalnya ion-ion
Cl- menempati kedelapan titik sudut kubus dan ion pasangannya, Cs+, menempati pusat badan
kubus ini. Dengan demikian, bilangan koordinasi ion Cs+ dapat ditentukan dengan mudah,
yaitu delapan karena dihubungkan dengan delapan ion Cl-. Kedelapan ionCl- masing-masing
menempati osisi yang ekivalen dengan nilai yang sama dalam satu unit selnya yaitu 1/8, dan
mempunyai “satu stick” penghubung sebagai bilangan koordinasi. Dengan kata lain tiap ion
Cl- tentu mempunyai “ delapan stick” penghubung atau bilangan koordinasi delapan.
Gambar 1.22
Keterangan : Cs+ ditunjukan dengan warna kuning , Cl- ditunjukan dengan warna hijau

Catatan: struktur CsCl kadang-kadang dinyatakan dengan bentuk kubus pusat badan bcc yang
tentu saja tidak tepat sebab dalam kisis bcc baik titik-titik sudut maupun titik pusat badannya
harus ditempati oleh ion-ion yang sama.

3. Struktur Zink Blende dan Wurtzit


Zink sulfida, ZnS, merupakan satu contoh senyawa polimorf, mengkristal dalam dua macam
bentuk kisi yang sangat berbeda yaitu zink blende dan wurzit (Gambar 1.23). dalam kedua
macam bentuk ini kedua ion Zn dan ion S masing-masing mempunyai bilangan koordinasi
empat. Zink blende mempunyai struktur kemas rapat kubus pusat muka anion dengan kation
mengisi setengah rongga tetrahedron (Gambar 1.23 A). Dalam satu unit sel, masing-masing
ion dapat dihitung dengan mudah yaitu empat untuk kubus pusat muka ion S 2- dan empat
untuk ion Zn2+ interior sehingga dipenuhi rasio stoikiometri 1:1.
Wurtzit mempunyai struktur kemas rapat heksagonal ion S2- dengan ion Zn2+ mengisi
setengah rongga tethedron sebagaimana terlihat pada gambar 1.20 B yang menunjukanlapisan
A-B-A untuka atom S. Dalam satu unit sel, terdapat enam atom Zn yang terdiri atas empat
atom Zn yang terdiri atas empat atom interior, dan 1/3 x 6 atom sudut heksagonal “tengah”;
dan enam atom S yang terdiri atas tiga atom interior 2 x 1/6 x 6 atom muka, da ½ x2 atom
“pusat” muka. Dengan demikian, bangun ini memenuhi rasio stokiomtri 1:1.Pada kedua
bentuk ini, masing-masing kation dan anion mempunyai bilangan koordinasi empat.

a b
Gambar 1.23
Keterangan : Zn ditunjukan dengan warna abu-abu , S2- ditunjukan dengan warna kuning

4. Struktur Fluorit
Kalsium fluorida, CaF2, mengkristal dalam bentuk struktur flourit (Gambar 1.24).struktur ini
merupakan kemas rapat kubus pusat muka ion (C32+), dan ion (F-) menempati delapan rongga
tetrahedral. Dengan demikian, dalam satu unit sel terdapat empat ion Ca dan delapan ion F-
sehingga dipenuhi rasio stoikiometri 1:2. Bilangan koordinasi ion F - sehngga dipenuhirasio
soikiometri 1:2 bilangan koordinasi ion F- dengan mudah dapat diketahui yaitu empat,

sesuai dengan posisinya sebagai atom interior yang menepati rongga tetrhahedral dengan emat
“stick” penghubung. Bola kation menempati dua macam posisi yaitu posisi sudut kubus
dan pusat muka kubus. Posisi sudut kubus (1/8 atom) dihubungkan oleh satu “stick”
pemghubung dan ini ekivalen dengan posisi pusat muka kubus ( 1/2atom ) yang dihubungkan
dengan empat “stick” penghubung. Kedua posisi ini menghasilkan bilangan koordinasi
delapan untuk kation.Jika baik posisi maupun kation dan anion dibalik, hasilnya adalah
struktur antifluorit, misalnya Li2 O dan Na2 O.

Gambar 1.23
Keterangan : Ca2+ ditunjukan dengan warna merah, F- ditunjukan dengan warna hijau

5. Struktur Rutil
Titanium dioksida, TiO2, bersifat polimorf mengkristal dalam dua macam bentuk, yaitu rutil
dan anatase. Rutil merupakan bangun kemasa rapat heksagonal ion O2- , dan ion Ti4+
menempati hanya setengah rongga oktahedral. Susunan sperti ini menghasilkan strukur
tetragonal dengan ion Ti4+ menempati pusat badan dan kdelapan sudutnya, sehingga
memberkan nilai dua ion dalam satu unit selnya (gambar 1.25) sedangkan keenam ion oksida
yang mengakomodasi rongga oktahedral-isi, dua menempati posisi interior dan empat
menempati posisi dua bidang muka tetragon masing-masing 2 ion sehingga memberikan total
nilai empat ion. Dengan demikian, sturtur ini menghasilkan rasio stoikiometri katio/anion 1:2
bilangan koordinasi kation adalah enam , yaitu enam anion oksida yang tertata secara
oktahedraldan bilangan koordinasi anionya adalah tiga, yaitu tiga kation Ti4+ yang tertata
secara trigonal.
Gambar 1.25
Keterangan : Ti4+ ditunjukan dengan warna putih , O2- ditunjukan dengan wana merah

Dalam anatase TiO2, anion-anion oksida memebentuk larikan kemas rapat kubus dan kation
Ti4+ menempati hanya stengah rongga oktahedral tetapi dengan pola yang berbeda dengan
pola dalam rutil. Perbedaan pola pada penempatan kation dalam rongga oktahedral dari kedua
bentuk ini ditunjukan pada gambar 1.26

6. Struktur β – Kristobalit
Silikon dioksida, SiO2 mengkristal dalam bermacam-macam bentuk beberapa diantaranya
distabilkan oleh kehadiran atom-atom asing. Salah satunya adalah β – Kristobalit yang mirip
dengan struktur zink blende; atom-atom silikon menempati semua posisi atom Zn dan S di
dalam struktur Zink blende, dan atom-atom oksigen menempati posisi diantara atom-atom
silikon. Bentuk lain adalah tridimit yang mirip dengan struktur wurtzit. Dalam kedua macam
struktur ini bilangan koordinasinya adalah empat untuk silikon dan dua oksigen.

Gambar 1.27

Keterangan : Si ditunjukan dengan warna ungu dan O ditunjukan dengan warna merah
Energi Kisi dan Cara Perhitungannya
Energi kisi adalah kuantitas termodinamik yang didefinisikan sebagai energi yang dibebaskan
apabila ion-ion dalam keadaan gas bergabung untuk menghasilkan satu mol senyawa ionik
kristalin.

Energi kisi secara esensial merupakan entalpi pembentukan senyawa ionik dari ion-ion fase gas.
Seperti diilustrasikan dalam Tabel 1.13, energi kisi bervariasi terhadap jarak antar ion dalam kristal
dan terhadap muatan ion. Semakin dekat bergabungnya ion-ion dan semakin besar muatan ion yang
bersangkutan semakin besar energi kisi nya.

Perhitungan Energi Kisi

Perhitungan energi kisi dimulai dari cara perhitungan entalpi pembentukan senyawa ionik padatan
dari gas-gas penyusun ion yang bersangkutan. Sebagai contoh adalah senyawa sederhana
NaCl.Studi sinar-X menunjukan bahwa atom-atom tersusun dalam bentuk kubus (Gambar 1.21)
dan setiap atom Na dikelilingi oleh enam atom Cl secara oktahedron demikian juga sebaliknya.
Bila diasumsikan bahwa atom-atom ini berupa ion-ion Na+ dan ion Cl- paling pendek dinyatakan
sebagai ro, maka energi elektrostatik antara dua ion bertetangga ini dapat dinyatakan dengan rumus
coloumb :
𝐸(𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒) = −𝑒2 , dengan 𝜀𝑜 = 8,854 𝑥10−2𝐶2𝑚−1𝐽−1.
4 𝜋𝗌𝑜𝑟𝑜

Gambar 1.21B menunjukan bahwa setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl- pada jarak ro, dan ini
menghasilkan energi atraktif sebesar 𝐸(𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒) −𝑒2 . ion tetangga terdekat yang lain
=
4 𝜋𝗌𝑜𝑟𝑜

kemudian adalah 12 ion Na+ yang secara trigonometri berjarak 𝑟𝑜√2 (Gambar 1.30); maka
2
energi repulsif atau tolakan yang dihasilkan adalah +12𝑒 .
4 𝜋𝗌𝑜𝑟𝑜√2

Dengan mengulang prosedur ini hingga berakhirnya interaksi semua ion, diperoleh penjumlahan
energi sebagai berikut:
1 6𝑒2
𝐸=− 6𝑒2 12𝑒2 8𝑒2 − +.........)
( − +

4 𝜋𝗌𝑜 𝑟𝑜 𝑟𝑜√2 𝑟𝑜√3 2𝑟𝑜

−𝑒2 12 8 6 24+.........)
= (6 − + − +
4 𝜋𝗌𝑜𝑟𝑜 √2 √3 2 √5

Rumus umum bagi seri tak terbatas tersebut dapat diturunkan untuk mendapatkan harga numerik
12 8 6 24
yang semakin menyebar. Harga numerik ini, (6 − + − + +.........) , adalah khas bagi
√2 √3 2 √5

setiap struktur dan tak bergantung pada jenis ionnya. Harga penjumlahan semua interaksi
geometrik ini disebut tetapan Madelung ,MNaCl, untuk struktur NaCl. Tetapan madelung untuk
struktur ionik yang umum telah diketahui perhitungannya dan hasilnya sebagaimana ditunjukan
Tabel 1.14.

Tetapan madelung yang unik, didefinisikan hanya untuk struktur-struktur yang rasio vektor
antar-atomik cocok oleh simetri. Untuk struktur rutil, TiO2 terdapat dua dimensi kristal yang dapat
bervariasi secara bebas, oleh karena itu terdapat tetapan Madelung yang berbeda untuk masing-
masing dimensi yang bebas. Apabila 1 mol NaCl terbentuk dari ion-ion gas yang bersangkutan
(masing-masing ada N ion Na+ dan Cl- , N = Bilangan Avogadro), maka energitotal yang
dibebaskan adalah:

𝐸 = 𝑁𝑍+𝑍−𝑀 −𝑒2 , dengan Z+ Z-, masing-masing adalah muatan kation Na+


(𝑎𝑡𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓) 𝑁𝑎𝐶𝑙 4 𝜋𝗌 𝑟
𝑜 𝑜

dan muatan Cl-.

Hal ini memang benar demikian, karena ekspresi energi elektrostatik untuk satu ion Cl -sama
dengan energi satu elektrostatik untuk satu ion Na +. Energi elektrostatik, tepatnya energi atraktif
antara dua muatan yang berlawanan, bukanlah energi aktual yang dibebaskan dalam proses:
Na+(g) + Cl- NaCl (s)
(g)

Kenyataannya, ion bukanlah sebagai bola kaku (rigid).Keseimbangan pemisahan Na+ dan Cl-
dalam NaCl adalah tepat ketika gaya-gaya atraktif (tarik) benar-benar diseimbangkanoleh gaya-
gaya repulsif (tolak). Secara umum menurut Born, energi total repulsif per mol dapat dituliskan
kaitannya dengan jarak r, yaitu:
𝑁𝐵
𝐸(𝑟𝑒𝑝) = , dengan B = konstante
𝑟𝑛
Pada keadaan keseimbangan jarak, r = ro , energi bersih U untuk proses reaksi tersebut diatas
𝑒2 𝑁𝐵
adalah U = N Z + Z- MNaCl ( )+
4 𝜋𝗌𝑜𝑟𝑜 𝑟𝑜𝑛

Catatan:

1. Perhatikan bahwa gaya atraktif menghasikan kontribusi eksotermik sedangkan gaya


repulsif menghasilkan kontribusi endotermik.
2. Dari eksperimen, informasi eksponen B, yatu n, dapta diperoleh dari data
kompresibilitas yaitu perubahan fraksional volume per perubahan unit tekanan 𝑑𝑉 )𝑃,
(
𝑉

karena ion-ion menunjukan sifat menahan bila dipaksa untuk mendekat lebih lanjut
satu terhadap yang lain. Harga-harga ini ada hubungannya dengan tipe konfigurasi
elektronik ion-ion yang bersangkutan, dan beberpa sudah dapat diketahui yaitu:
3.

Konfigurasi He Ne Ar,Cu2+ Kr,Ag+ Xe,Au+


n 5 7 9 10 12

Energi pada keseimbangan jarak ini adalah minimum yang berarti U = nol pada r =ro dan ini
dapat ditentukan dari turunan U terhadap r sebagai berikut:

𝑑𝑈 𝑁𝑍+𝑍−𝑀𝑒2𝑟
(𝑛+1)
( 𝑑𝑟 ) 𝑛𝑁𝐵
𝑟=𝑟𝑜 =0= 𝑜 (𝑛+1)

4 𝜋𝜀 𝑟2
𝑜𝑜 𝑟𝑜

Secara fisik persamaan ini adalah persamaan gaya elektrostatik atraktif dan gaya repulsif antar
ion-ion, dan harga B dapat ditentukan yaitu:
(𝑛+1)
𝑍+𝑍 −𝑀𝑒2𝑟
B= − 𝑜
4 𝜋𝗌𝑜𝑛

Selanjutnya, karena energi yang dibacakan sudah tertentu yaitu energi minimum, maka
digunakan istilah Uo untuk menyatakan energi pada keseimbangan jarak, sehingga diperoleh:
𝑁𝑍+𝑍−𝑀𝑒2 𝑁𝑍+𝑍−𝑀𝑒2
𝑈𝑜 = 4 𝜋𝜀 𝑟 − 𝑛𝑟
4 𝜋𝜀
𝑜 𝑜 𝑜 𝑜
𝑁𝑍+𝑍−𝑀𝑒2 1
𝑈𝑜 = 4 𝜋𝜀 𝑟 (1 − 𝑛)
𝑜𝑜

Persamaan ini adalah persamaan Born-Lande untuk energi kisi senyawa-senyawa ionik, yang
sangat sukses dalam meramalkan harga-harga energi kisi secara akurat walaupun persamaan ini
menghilangkan faktor-faktor energi tertentu sebagaimana akan dibicarakan kemudian. Persamaan
ini hanya memerlukan pengetahuan struktur kristal yang bersangkutan didalam memilih harga-
harga yang tepat bagi tetapan Madelung,M, dan jarak antar ion , ro, yangkeduanya tersedia melalui
studi difraksi sinar-X. Eksponen Born bergantung pada tipe ion yang terlibat, ion lebih besar yang
mempunyai densitas elektronlebih besar akan mempunyai harga n yang lebih besar. Untuk kristal
NaCl, penggunaan persamaan tersebut melibatkan harga faktor- faktor berikut:

M = 1,74756

E = 1,60210 x 10-19 C

Z+ = +1 (Na+)

π = 3,14159

n = 8, rata-rata harga untuk Na+ (Ne) dan Cl- (Ar)

N = 6,022 x 1023 mol-1

ro = 2,81 x 1010 m (rNa+ + rCl-)

Z- = -1 (Cl-)

εo = 8,854185 x 10-12 C2 J-1 m-1

Atas dasar besaran tersebut harga Uo dapat dihitung, yaitu -755kJ mol-1; harga eksperimen terbaik
adalah -770 kJ mol-1 (kesalahan ~ 2%).Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna, beberapa
fungsi telah disarankan untuk diganti khususnya energi repulsif tersebut. Tambahan
pula ada tiga term energi yang mempengaruhi hasil perhitungan tersebut sampai dengan harga
belasan (~ 12 kJ mol-1), seperti gaya-gaya Van der waals, Londo, energi titik nol dan koreksi
kapasitas panas. Energi titik nol muncul karena berdasarkan analogi partikel dalam kotak,
sekaipun pada nol kelvin (0 K) ion-ion tetap akan melakukan gerakan vibrasi dalam kisi karena
tidak mungkin tidak bergerak.

Jari-jari Ionik dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

Jari-jari ionik adalah jari-jari dari kation atau anion yang dihitung berdasarkan jarak antara dua inti
kation dan anion dalam kristal ionik. Perbedaan utama pada jari-jari ionik dengan jari-jari van der
waalsterletak pada perbedaan gaya tariknya. Jarak antar ion dalam LiF contohnya, merupakan
jarak gaya tolakan antar inti Li dengan inti F seimbang dengan gaya elektrostatis yang kuat antara
ion Li+ dengan F-. Energi tarikan antar Li+F- cukup tinggi, lebih dari 400 kj mol-1, dan energi
london Li-F berharhga derajat 4 kj mol-1. Oleh karena itu, gaya-gaya dalam kristal Li-F jauh lebih
tinggi, dan jarak antar ionnya yaitu 195 pm, menjadi lebih pendek dari yang diharapkan
berdasarkan jari-jari van der waals Li dan F yaitu sebesar 294 pm. Dengan perinsip yang sama
seperti halnya menaksir jari-jari kovalen, memungkinkan juga untuk meneliti jari-jari ionik.

Faktor yang Mempengaruhi Jari-jari Ionik

Besarnya jari-jari ion disebabkan oleh beberapa faktor seperti bilangan koordinasi ion dan muatan
ion

1. Bilangan koordinasi ion


Jari-jari kation bertambah besar dengan bertambahnya bilangan koordinasi dari ion
tersebut untuk ion Na+ diperoleh harga jari-jari ion dengan bilangan koordinasi 4 sampai
12 seperti pada table berikut
Bilangan 4 5 6 7 8 9 12
koordinasi
Jari-jari 113 114 116 126 132 138 153
ion (pm)

Bertambahnya bilangan koordinasi ion Na+ menyebabkan bertambahnya tolakan antara


ion-ion negatif yang terikat oleh ion Na+ tolakan ini dapat dikurangi apabila jarak antara
ion-ion negative bertambah. Bertambahnya jarak-jarak antara ion-ion negatif akan
memperbesar jarak antara ion Na+ dengan ion-ion negatif yang diikatnya, akibatnya jari-
jari ion Na+ bertambah besar pula.

Jari-jari anion juga bertambah besar dengan bertambahnya bilangan koordinasi ion
tersebut, seperti ditunjukkan pada jari-jari ion O2- yang datanya terdapat pada table berikut
Bilangan 2 3 4 6 8
koordinasi
Jari-jari ion 121 122 124 126 128
(pm)

Bertambahnya bilangan koordinasi ion O2- menyebabkan bertambahnya tolakan antara ion-
ion positif yang terikat oleh ion O2-. Tolakan ini dapat dikurangi apabila jarak antara ion-
ion positif bertambah. Bertambah jarak-jarak antara ion-ion positif akan memperbesar
jarak antara ion O2- dengan ion-ion positif yang diikatnya, akibatnnya jari- jari ionO2-
bertambah besar pula.

2. Muatan ion
Bertambahnya muatan ion positif akan mempeerkecil jari-jari ion tersebut. Fenomena ini
dapat diidentifikasi dengan membandingkan jari-jari kation-kation yang memiliki jumlah
electron yang sama (kation-kation isoelektron) dan dengan bilangan koordinasi yang sama
pula ,misalnya jari-jari ion Na+,Mg2+, Al3+ , yang datanya diberikan pada table berikut

Ion Bilangan koordinasi Jari-jari(pm)

Na+ 6 116

Mg2+ 6 86
Al3+ 6 67,5

Ion-ion Al3+ Mg
,
2+
dan Na+adalah iso electron dan memiliki kulit yang sama. Karena jmulah
proton pada ion Al3+>Mg2+ > Na+, maka kekuatan tarikan inti terhadap electron- elektron
khusunya electron yang berada di kulit terluar pada ion Al3+>Mg2+ > Na+sehingga ukuran
atau jari-jari ion Al3+<Mg2+ < Na+.

Bertambahnya muatan ion negatif akan memperbesar jari-jari ion tersebut. Fenomena ini
dapat diidentifikasi dengan membandingkan jari-jari anion-anion yang isoelektron dan
dengan bilangan koordinasi yang sama misalnya jari-jari ion F- , O2- dan N3- yang datanya
diberikan pada table berikut

Ion Bilangan koordinasi Jari-jari (pm)

F- 4 117
O2- 4 124
N3- 4 132

Ion-ion F- , O2- dan N3- adalah isoelektron dan memiliki kulit yang sama. Karena jumlah
proton pada ion F->O2->N3-, maka kekuatan tarilkan inti terhadap electron-elektron
khususnya yelektron yang berada pada kulit terluar. Pada ion F->O2->N3-, sehingga ukuran
aau jari-jari ion F-<O2-< N3-.

Perhitungan Jari-jari Ionik

Jarak antarnuklir antara dua ion dalam struktur ionik diasumsikan sama dengan jumlah jari-jari
ionik; d = r++ r- (r+ = jari-jari kation dan r - = jari-jari anion) dengan membandingkan jarak antar
senyawa-senyawa yang berbeda tetapi mengandung ion yang sama akan dapat ditunjukkanbahwa
jari-jari bersifat relatif tetap. Misalnya perbedaan jari-jari K+ dan Na+ dapat dievaluasi dengan
empat senyawa berbeda sebagai berikut:
rk+ -rNa+ = dKF – dNaF = 35pm

= dKCl – dNaCl = 33pm

= dKBr – dNaBr = 32pm

= dKI –d NaI = 30pm

Sebenarnya, hasil kecenderungan penurunan yang cukup nyata dengan naiknya ukuran halida
adalah sebagai efek nyata yang dapat dimengerti oleh pertimbangan sistim kemas rapat. Jika
dikatakan bahwa (rk+ -rNa+) relatif tetap, maka cukup beralasan untuk mengasumsikan bahwa r k+
dan rNa+ juga relatif tetap. Baik data penjumlahan maupun pengurangan ion-ion dari senyawa
senyawa yang saling berikatan mudah diperoleh, maka bila jari-jari dari salah satu ion dapat
diketahui jari-jari ion lain pun dapat diketahui atau ditentukan.

Pauling mengusulkan suatu metode praktis untuk menghitung rasio jari-jari ion yaitu bahwa jika
dua ion mempunyai konfigurasi gas mulia yang sama, misalnya NaF maka rasio jari-jari harus
berbanding terbalik dengan rasio muatan nuklir yang dialami oleh elektron-elektron terluar.
Muatan inti efektif dapat dihitung dengan menggunakan tetapan perisai empiris, misalnya seperti
yang dikembangkan oleh Slater. Yang menyatakan bahwa sebuah elektron didalam kulit utama
kedua yang penuh dilindungi oleh semua elektron yang lain sampai dengan elektron ini mengalami
interaksi dengan muatan nuklir sebesar 4,15 unit kurangnya dari yang aktual 11, muatan efektifnya
adalah 11-4,15 = 6,85. Untuk atom F, muatan efektifnya adalah 9,00 – 4,15 = 4,85. Maka, menurut
pauling :

𝑟(𝑁𝑎+ ) 4,85
= = 0,71
𝑟(𝐹−) 6,85
Karena jarak interionik dalam NaF adalah 231 pm, maka rNa+ + rF- = 231 pm, hingga dapat
diperoleh rF-= 135 pm dan rNa+= 96 pm, dengan cara ini jari-jari ionik untuk banyak senyawa
dapat ditentukan, dan hasilnya sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel.Namun menurut
Shannon dan prewitt, jari-jari ionik berkaitan dengan bilangan koordinasi dalam kisi kristal
senyawanya, dengan jari-jari kation sekitar 14 pm lebih panjang dan anion sekitar 14 pm lebih
pendek dari pada harga-harga tradisional tersebut.

Rasio Jari-jari Ionik

Ada tiga cara menghitung rasio jari-jari ionik, yaitu


1. Anion-kation bersinggungan, anion-anion berjauhan
2. Anion-kation bersinggungan, anion-anion bersinggungan
3. Anion-kation berjauhan, anion-anion berjauhan
+ +

Besarnya ukuran rongga oktahedral dalam sebuah kisi kerapatan anion dapat ditentukan dengan
mudah. ( gambar 1.29). suatu kation yang menempati tepat sebesar rongga oktahedral, bagian
aksialnya akan membentuk bujur sangkar dengan panjang diagonal sebesar 2 r + + 2 r-. Dengan
demikian, dalam segitiga siku-siku sama kaki (gambar 1.29b) berlaku hubungan sebagai berikut:

- -
+

- -

Cos 45o = BC/AB = 2𝑟−


= 0,707
2𝑟++2𝑟 −

r- = 0,707 (r- + r+)

r- = 0,707 r- + 0,707 r+

(1-0,707) r- = 0,707 r+
𝑟+ 𝑟+
0,293 r- = 0,707 r+ sehingga = 0,414, atau = 2,45
𝑟− 𝑟−

a. Uraikan terkait model susunan kation dan anion dalam penentuan rasio jari-jari ionik serta
urutan kestabilannya

Jawab:
Rasio ini (𝑟+ ≈ 0,414) akan membatasi sifat “kestabilan” kation dalam rongga oktahedral untuk
𝑟−

menjaga agar anion-anion tetap bersinggungan. Kation dengan ukuran lebih kecil tentu akan
memilih rongga tetrahedral yang lebih kecil dari pada rongga oktahedral, dan kation yang lebih
besar akan memilih rongga kubus yang sederhana.

Dengan menggunakan rumus pitagoras

d2 = a2 + a2 + a2 =3a2 = 3 x 4r- 2 = 12r- 2

d = 2(3)1/2r-

jadi,

2r- + 2r+ = 2r(3)1/2r-


𝑟+
= (3)1/2 – 1 = 0,732
𝑟−

Dengan cara yang sama, rasio terendah bagi rongga dengan bilngan koordinasi 3 (trigonal, pada
gambar 1,29c), 4 (tetrahedral), 8 (kubus sederhana), dan 12 (dodehedral) dapat ditentukan yaitu
masing-masing sebesar 𝑟+ ≈ 0,155, 0,225, 0,732, dan 1,00. Hal ini berarti bahwauntuk rasio
𝑟−

0,155 – 0,225, bentuk yang lebih diuntungkan adalah koordinasi geometri trigonal, rasio 0,225 –
0,414, koordinasi geometri tetrahedral, rasio 0,414 – 0,732 koordinasi geometri oktahedral, dan
rasio 0,732 – 1,00 bentuk koordinasi geometri kubus sederhana.

b. Uraikan terkait bagaimana cara perhitungan rasio jari-jari ionik

Jawab:

𝑟 2+ 59 𝑝𝑚
Senyawa BeS mempunyai rasio jari-jari 𝐵𝑒
= = 0,35. Dengan demikian dapat
𝑟𝑆2− 170 𝑝𝑚

diramalkan bahwa Be mempunyai bilangan koordinasi empat karena cocok menempati rongga
tetrahedral, dan kenyataan memang BeS mengadopsi struktur wurtzit demikian juga dengan cara
yang sama dapat diramalkan bahwa ion Na+ akan memilih menempati rongga-rongga oktahedral
dalam kemas-rapat kisi anion Cl-, sehingga membentuk kristal NaCl dengan bilangan koordinasi
116𝑝𝑚
enam, karena = = 0,69. Tetapi dengan kation yang lebih besar seperti Cs+ struktur
𝑟𝑁𝑎+ 167𝑝𝑚

𝑟𝐶𝑙 −

CsCl tidak lagi mengadopsi bilangan koordinasi enam seperti NaCl, melainkan mengadopsi
𝑟𝐶𝑠+
bentuk kubus sederhana dengan bilangan koordinasi 8 karena = 181 𝑝𝑚 = 1,08.
𝑟𝐶𝑙 − 167 𝑝𝑚

Dalam senyawa yang mempunyai jumlah anion yang tidak sama dengan jumlah kation, misalnya
SrF2, TiO2, Li2O, dan Rb2S, penerapan rasio jari-jari terhadap dugaan bilangan koordinasi tidak
begitu mudah, dalam hal ini cara yang terbaik adalah dengan mempertimbangkan dua macam
perhitungan rasio jari-jari seperti pada contoh SrF2 sebagai berikut:
𝑟 2+
𝑆𝑟
= 132 𝑝𝑚 = 1,11→ maksimum bilangan koordinasi Sr2+ = 8
𝑟 𝐹− 119 𝑝𝑚
𝑟 𝐹−
= 119 𝑝𝑚 = 0,90→ maksimum bilangan koordinasi F- = 8
𝑟𝑆𝑟 2+ 132 𝑝𝑚

Oleh karena jumlah anion F- harus dua kali jumlah kation Sr2+, maka sebaliknya bilangan
koordinasi kation Sr2+ harus dua kali bilangan kordinasi anion F-. Kesesuaian bilangan koordinasi
dengan stoikiometri ini meyebabkan senyawa SrF2 mengadopso struktur fluorit dengan kation Sr2+
mempunyai bilangan koordinasi 8 (maksimum) dan anion F - mempunyai bilangan koordinasi 4.

Contoh selanjutnya adalah SnO2 dengan rasio ion sebagai berikut:


𝑟𝑆𝑛4+
=
83 𝑝𝑚 = 0,66→ maksimum bilangan koordinasi Sn4+ = 6

𝑟𝑂2− 126 𝑝𝑚

𝑟 2−
𝑂
= 126 𝑝𝑚 = 1,52→ maksimum bilangan koordinasi O2- = 8
𝑟𝑂4+ 83 𝑝𝑚

Dengan pertimbangan stokiometri senyawa ini, bentuk yang hanya mungkin diadopsi adalah
struktur TiO2- rutil dengan bilangan koordinasi 6 untuk kation Sn4+ dan bilangan koordinasi 3
untuk O2-.

Contoh terakhir adalah senyawa K2O dengan rasio ion:


𝑟𝐾 + 152 pm
= 1,21 → maksimum bilangan koordinasi K+ = 8
𝑟𝑂 2− 126 pm

𝑟 −
𝑂 2 126 pm
= 0,83 → maksimum bilangan koordinasi O2- = 8
𝑟𝐾 + 152 pm

Pertimbangan stoikiometri menyarankan bahwa K2O mengadopsi struktur antifluorit, yaitu K+


dan O2- masing-masing mempunyai bilangan koordinasi empat dan delapan.

Catatan: aplikasi rasio jari-jari ini sesungguhnya sangat terbatas dan harus hati-hati,
khususnya bila ikatan kovalen menjadi factor yang harus dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Housecroft, C.E, and Sharpe, A.G. 2012. Inorganic Chemistry, Third Edition.
London: Prentice-Hall.
Shriver and Atkins. 2010. Inorganic Chemistry, Fifth Edition. New York: W.H
Freeman and Company.

Sugiyarto, K.H. 2010. Kimia Anorganik Logam. Jogjakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai