Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

ANORGANIK FISIK
KESTABILAN SENYAWA KOORDINASI

KELOMPOK 5: EKA ILAH MARWATI (A1C4 09 028) NOVI RAHAYU ANDI MIRNA ASLIAN NASRULAH HAKIM LD. ABDUL SALIM (A1C4 09 065) (A1C4 09 058) (A1C4 09 057) (A1C4 09 008) (A1C4 09 048)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2011

MODUL 5: KESTABILAN SENYAWA KOORDINASI

Kegiatan Belajar 1: Tetapan kestabilan dan parameter termodinamika senyawa koordinasi Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan kestabilan senyawa koordinasi 2. Mahasiswa dapat meramalkan kestabilan ion kompleks secara

termodinamika

Kestbilan senyawa koordinasi dinyatakan dalam dua kategori yaitu kestabilan termodinamika dan kestabilan kinetika. Kestabilan termodinamika menyatakan kestabilan berdasarkan perubahan energi dan tetapan kesetimbangan, sedangkan kestabilan kinetika menyatakan kestabilan berdasarkan cepat dan lambatnya reaksi berlangsung. Kestabilan ion kompleks sangat bergantung dari kekuatan ikatan diantara ion logam pusat dengan ligan. Derajat kestabilan ditentukan oleh harga tetapan kesetimbangan disosiasi atau dinamakan juga tetapan ketidakstabilan yang diberi lambang (K). Derajat kestabilan ion kompleks juga dapat dinyatakan oleh tetapan kesetimbangan pembentukan atau dinamakan pula teteapan kestabilan (K). Suatu ion kompleks dinyatakan stabil apabila memiliki harga K tinggi. Dikenal dua jenis tetapan kestabilan kompleks, yaitu tetapan kestabilan tahapan yang diberi simbol (K1,K2,...Kn), dan tetapan kestabilan total dengan simbol n. Hubungan kedua jenis tetapan kestabilan kompleks tersebut adalah: n = log =

Keberadaan ion kompleks dalam larutan sebagai fungsi dari penambahan ligan dinamakan diagram spesiasi. Diagram spesiasi tersebut dapat dirancang

dengan cara memetakan fraksi ion kompleks pada sumbu vertikal dengan penambahan jumlah ligan atau dalam bentuk logaritmanya pada sumbu horizontal. Diagram spesiasi bermanfaat untuk menganalisis keberadaan ion kompleks yang dominan dalam larutan. Demikian pula tetapan kestabilan kompleks bermanfaat untuk memprediksi kestabilan ion kompleks maupun untuk menghitung kuantitas ion-ion yang berada dalam kesetimbangan kompleks. Secara termodinamika kestabilan suatu ion kompleks dapat diramalkan berdasarkan harga perubahan energi bebasnya (G0). Ion kompleks dikatakan stabil apabila G0 memiliki harga negatif yang relatif tinggi. Hubungan tetapan kesetimbangan total ion kompleks dengan perubahan energi bebas dinyatakan dengan rumus : G0 = - R T ln

Kegiatan belajar 2 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kestailan senyawa koordinasi Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

kestabilan senyawa koordinasi

Stabilitas dari suatu senyawa kompleks dipengaruhi dua faktor, yaitu pengaruh dari ligan, dan pengaruh dari logam pusat kompleks tersebut. A. Pengaruh Logam Pusat Berikut ini beberapa sifat logam pusat yang menentukan stabilitas dari suatu senyawa kompleks.

1. Ukuran dan Muatan Logam Pusat Stabilitas kompleks umumnya menurun dengan kenaikan jari-jari ion logam pusatnya. Perhatikan urutan stabilitas kompleks dengan logam alkali sebagai ion pusat terhadap jari-jari ionnya sebagai berikut : Li+ (r = 0,60) > Na+ (r = 0,95) > K+ (r = 1,33 ) > Rb+ (r = 1,48) > Cs+ (r= 1,69) Jika ditinjau dari muatan ion logam pusatnya, maka stabilitas kompleks menurun seiring dengan penurunan muatan ion logam pusat tersebut. Misalkan untuk ion Th4+, Y3+, Ca2+ dan Na+, urutan stabilitas kompleks dari logam tersebut dengan ligan yang sama adalah sebagai berikut : Th4+ (r = 0,95) > Y3+ (r = 0,93) > Ca2+ (r = 0,99) > Na+ (r = 0,95) Jika kedua faktor tersebut (jari-jari ion dan muatan ion pusat) digabungkan, maka secara umum dapat dilihat bahwa makin besar perbandingan harga muatan (q) dan jari.jari (r) kation logam, kompleks yang terbentuk akan semakin stabil. Hal ini dikarenakan dengan harga q/r yang makin besar medan listrik dari logam pusat semakin besar pula.
Logam Pusat Li
+ 2+

Jari-jari ion () 0,60 0,99 0,72 0,93 0,95 0,50 0,31

q/r Kestabilan meningkat 1/0,60 = 1,6 q/r meningkat 2/0,99 = 2,0 2/0,72 = 2,97 3/0,93 = 3,22 4/0,95 = 4,20 3/0,50 = 6,0 2/0,31 = 6,45

Ca

Ni2+ Y
3+

Th4+ Al
3+

Be2+

2. Faktor CFSE Pada logam unsur-unsur transisi, adanya pemecahan orbital d yang memberikan harga CFSE tertentu mempengaruhi stabilitas dari kompleks yang terbentuk. Adanya CFSE akan meningkatkan kestabilan kompleks, sehingga harga K maksimum dapat diramalkan akan diperoleh pada kompleks dengan

logam pusat yang memiliki konfigurasi elektron d3 dan d8, karena konfigurasi ini akan memberikan harga CFSE yang paling besar. Secara umum, urutan stabilitas kompleks berdasarkan konfigurasi

elektron pada orbital d mengikuti urutan sebagai berikut : d0 < d1 < d2 < d3d4 < d5 < d6 < d7 < d8 d9 < d10 Urutan d3 > d4 dan d8 > d9 akan terjadi pada kompleks dimana efek Jahn-Taller cukup lemah dan kompleks memiliki bilangan koordinasi 6. Sedangkan urutan d3 < d4 dan d8 < d9 akan terjadi pada kompleks dengan efek Jahn-Taller yang cukup kuat dan memiliki bilangan koordinasi 4. Efek dari faktor CFSE tersebut dapat diamati pada urutan stabilitas kompleks dengan logam berikut :
Ion Jari-jari ion () Konfigurasi elektron d Urutan stabilitas Mn2+ 0,91 d5 Fe2+ 0,83 d6 Co2+ 0,82 d7 Ni2+ 0,78 d8 Cu2+ 0,69 d9 Zn2+ 0,74 d10

Mn2+ < Fe2+ < Co2+ < Ni2+ < Cu2+ < Zn2+

3. Elektronegativitas dan Kemampuan Polarisasi Logam Kompleks yang terbentuk dari logam dengan elektonegativitas yang tinggi akan menghasilkan kopmpleks yang lebih stabil, karena kecenderungan logam untuk menarik pasangan elektron yang didonasikan oleh ligan akan lebih kuat. Dalam hal yang sama, logam dengan kemampuan polarisasi yang lebih besar juga akan menghasilkan kompleks yang lebih stabil. 4. Logam Jenis a dan Jenis b Logam dapat dikategorikan menjadi 3 golongan : (a) Logam kelas a : logam-logam yang lebih elektropositif, seperti logam alkali dan alkali tanah, logam transisi pertama, logam pada deret Lantanida dan Aktinida

(b) Logam kelas b : logam-logam yang lebih elektronegatif, seperti Pt, Au, Hg, Pb, logam-logam transisi ringan dengan bilangan oksidasi yang rendah (c) Logam perbatasan (borderline) Logam kelas a akan membentuk kompleks yang lebih stabil dengan ligan dimana atom yang mendonorkan elektron merupakan unsur pada periode kedua (N, O, F). Sedangkan logam golongan b membentuk kompleks yang stabil dengan ligan yang donor elektronnya adalah atom dari periode ketiga (P, S, Cl). Selain itu, logam golongan a dan b memiliki urutan stabilitas yang berkebalikan jika membentuk kompleks dengan ligan-ligan berikut :
Urutan Kestabilan F > Cl- > Br- > ILogam golongan a O >> S > Se> Te N >> P > As > Sb > Bi F- < Cl- < Br- < ILogam golongan b O << S Se Te N << P < As < Sb < Bi
-

Logam dari golongan b memiliki sejumlah elektron d di luar inti gas mulianya yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan dengan atom ligan. Adanya ikatan ini akan meningkatkan kestabilan kompleks. Dengan demikian, logam golongan b akan lebih stabil jika membentuk kompleks dengan ligan yang memiliki orbital d kosong yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan seperti PMe3, S2- dan I-.

Kegiatan Belajar 3 Penentuan Tetapan Kestabilan Senyawa Koordinasi Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan tetapan kestabilan ion kompleks. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan metode penentuan tetapan kestabilan ion kompleks. Kestabilan senyawa kompleks digambarkan melalui harga tetapan kestabilannrya. Banyak metode yang diterapkan untuk menentukan kestabilan kompleks yaitu metode spektroskopi, elektroanalitik, radioisoto, ekstraksi caircair, maupun penukar ion. Pada prinsipnya, penentuan tetapan kesetimbangan didasarkan atas pengukuran spesi-spesi yang ada dalam sistem kesetimbangannya. Permasalahan yang dihadapi dalam menentukan tetapan kestabilan kompleks adalah (1) Pengukuran konsentrasi spesi dalam kesetimbangan tidak boleh mengganggu sistem kesetimbangan itu sendiri, dan pengukuran harus dilakukan lebih dari satu spesi (2) Pengukuran spesi idealnya dilakukan terhadap aktivitas larutan, bukan pada konsentrasinya karena tetapan kestabilan merupakan fungsi dari aktivitas ion-ion dalam larutan. Untuk mengatasi kesulitan dalam pengukuran aktivitas ion, maka eksperimen dilakukan terhadap pengukuran konsentrasi asalkan kekuatan ion (ionic strenght) ion-ion dalam larutan dibuat tetap. Garam yang digunakan untuk menstabilkan kekuatan ion adalah KNO3 dan NaClO4 karena ion NO3- dan ClO4- memiliki afinitas rendah terhadap ion logam pusat.

Karena pengukuran spesi dalam kesetimbangan dilakukan terhadap konsentrasi, maka tetapan kesetimbangan yang diperoleh dinamakan tetapan kesetimbangan konsentrasi. Persamaan Davies yang dikembangkan lagi oleh Debye-Huckel menyatakan rumusan koefisien aktivitas ion yaitu :

Log =
= koefisien aktivitas ion rata-rata = kekuatan ion Z1 dan Z2 = muatan ion Adapun kekuatan ion dalam larutan didefinisikan dengan : = Mi = konsentrasi molar dari ion i Zi = muatan ion

Penentuan tetapan kesetimbangan dengan metode spektroskopi


menekankan pada pengukuran serapan ion kompleks di dalam rentang daerah UVVis. Data hasil pengukuran mengungka absorbansi, sedangkan konsentrasi ion kompleks berwarna dihitung berdasarkan rumus : A = c l. Konsentrasi spesi pada keadaan kestabilan dihitung berdasarkan rumus : [Spesi]eq = [Spesi]0 [Spesi pengukuran spektroskopi] Tetapan kestabilan diperoleh dari perpotongan kurva dengan sumbu vertikal yang dipetakan dari persamaan :

Penentuan

tetapan

kesetimbangan

dengan

metode

pH-metri

menekankan pada pengukuran pH spesi asam atau basa. Data hasil pengukuran mengungkap harga pH, sedangkan konsentrasi ion kompleks dihitung berdasarkan rumus: pH= -log [H+] atau pOH= -log [OH-] atau pH + pOH = 14 (pelarut air). Tetapan kestabilan kompleks dihitung berdasarkan rumus: [ligan] = K [NH4+] dengan sumbu vertikal. atau melalui perpotongan kurva

Anda mungkin juga menyukai