KIMIA DASAR
ALYA NADIRA
CHAERANI SOLIHAH
FADILA EKA
RATIH SETIANINGRUM
SYAHDAN SATRIA
4.6 Reaksi Diantara Unsur Non Logam ;
Pembentukan senyawa molekuler (Kovalen )
Konfigurasi
Konfigurasi
H=1
O=2,6
C=2,4
3. Ikatan kovalen rangkap
tiga
dua atom yang berikatan kovalen
dengan menggunakan bersama tiga
electron valensi dalam satu ikatan.
Konfigurasi
N=2,5
IKATAN KOVALEN
KOORDINASI
Ikatan kovalen dimana electron dalam pasangan
electron yang di gunakan berasal dari salah satu
atom yang berikatan .Ikatan kovalen ini hanya
dapat berbentuk apabila salah satu atom
mempunyai pasangan electron bebas (PEB).
Senyawa sederhana dari non logam dengan
hidrogen
Golongan IV A Golongan V A Golongan VI A Golongan VII
A
CH4 NH3 H2O HF
SiH4 PH3 H2S HCl
GeH4 AsH3 H2Se HBr
SbH3 H2Te HI
Pada tabel dapat disimpulkan senyawa senyawa hidrogen bereaksi dengan beberapa
metaloid , karena dalam banyak reaksi kimia, metaloid bersifat sebagai nonlogam.Beberapa
senyawa non logam hidrogen contohnya air , CH4 (Metana) untuk memasak,industry
bidang pemanasan,dan pembangkit listrik,NH3 (Amonia ) sebagai pembersih alat rumah
tangga
Senyawa sederhana dari non logam dan
oksigen
Ex :
CO, CO2 dan CCl4.
4.7 Beberapa Sifat Senyawa Ion
dan Senyawa Molekuler
(Kovalen)
memiliki titik leleh yang tinggi dan
membentuk larutan elektrolit, yang dapat
SIFAT SENYAWA ION menghantarkan listrik. Sifat senyawa ionik
berasal dari struktur
mereka. Senyawa ionikyang ditemukan dal
am struktur kisi, membuat mereka
sangat rapuh.
1. Struktur Ionik
3. Isomorf Ionik
7 Sifat Senyawa
Ionik 4. Kelarutan
6. Reaksi ion
1. Pada suhu kamar berwujud gas, sebagian ada juga yang berwujud
cair dan padat
2. Senyawa kovalen polar dapat menghantarkan listrik dan kovalen non
polar tidak dapat menghantarkan listrik
3. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang relatif rendah
4. Larut dalam pelarut organik tapi tidak larut dalam air
c. Ikatan Kovalen Tunggal d. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan Ikatan kovalen rangkap dua adalah
kovalen yang hanya melibatkan ikatan kovalen yang melibatkan dua
sepasang elektron untuk digunakan pasang elektron untuk digunakan
bersama artinya setiap atom hanya bersama artinya setiap atom saling
saling memberikan satu elektron memberikan dua elektron yang
kemudian digunakan bersama-sama. kemudian digunakan bersama.
Karena elektron yang terlibat hanya Karena terdapat dua pasang
sepasang maka digambarkan dengan elektron maka digambarkan dengan
satu garis. dua garis.
e. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Unsur logam golongan 1 (sistem lama gol. IA) (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), bilangan
oksidasinya +1.
Bilangan oksidasi K dalam KCl, KNO3, atau K2SO4 = +1
Unsur logam golongan 2 (sistem lama gol. IIA) (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra), bilangan
oksidasinya +2.
Bilangan oksidasi Mg dalam MgO, MgCl2, atau MgSO4 = +2
Ag = +1
Cu = +1 dan +2
Hg = +1 dan +2
Au = +1 dan +3
Fe = +2 dan +3
3. Bilangan oksidasi ion monoatom (1 atom) dan poliatom (lebih dari 1
atom) sama dengan muatan ionnya.
Bilangan oksidasi ion monoatom Na+, Ca2+, Al3+, Cl–, dan 02- berturut-turut +1,+2,
+3, -1 dan -2.
Bilangan oksidasi ion poliatom NH4+, SO42-, PO43- berturut-turut +1,-2, dan -3.
Kecuali dalam hidrida (senyawa hydrogen dengan logam), bilangan oksidasinya -1′
Alasan: dalam senyawa hidrida, hidrogen ada dalam bentuk ion hidrida, H –. Biloks
dari ion seperti hidrida adalah sama dengan muatan ion, dalam hal ini adalah -1.’
Bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3 adalah +1.
Bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH 2, dan AlH3 adalah -1.
6. Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya
adalah -2, kecuali :
Konsep I:
Reaksi Oksidasi adalah reaksi antara suatu zat dengan
oksigen.
Contoh :
2Mg(s) + O2(g) → 2MgO(g)
Konsep CH4(g) + O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
Redoks : Reaksi Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari
suatu zat
Contoh :
FeO(s) + CO(g) → Fe(s) + CO 2(g)
CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g)
Konsep II :
Jika pada suatu reaksi ada zat yang mengalami oksidasi, tentu disertai adanya zat
yang mengalami reduksi, demikian pula sebaliknya.
Dengan demikian, zat yang mengalami oksidasi dapat mereduksi zat lain (disebut
reduktor), dan zat yang mengalami reduksi dapat mengoksidasi zat lain (disebut
oksidator).
Dalam reaksi redoks, banyaknya elektron yang dilepaskan oleh
zat reduktor sama dengan banyaknya elektron yang diterima
oleh zat oksidator.
Contoh:
Konsep III :
Contoh :
Asam itu mengandung H, misalnya: H2SO4, HCl, H3PO4, HF, HNO3, dll. Basa
itu mengandung OH, misalnya: NaOH, BOH, Al2OH3, Mg(OH)2, NH4OH, dll.
Tentu saja cara di atas adalah ciri yang umum. Tidak semua asam harus
ada H dan juga basa harus ada OH. Ada beberapa senyawa yang
mengandung H, dikira asam ternyata basa. Misalnya: NH 3 yang ternyata
basa lemah. Tapi kalau HN3 termasuk asam lemah
Reaksi
Reaksi redoks
redoks khusus
khusus
1. Auto Redoks atau Disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat
dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi.
Contoh
2. Reaksi Redoks Konproporsionasi adalah kebalikan dari
reaksi disproporsionasi, yaitu reaksi redoks dimana hasil
reduksi dan oksidasinya sama.
Contoh :
Penyetaraan Reaksi
Redoks
1. Setengah
Reaksi
Reaksi :
3) penambahan unsur atau molekul yang belum tertulis dalam reaksi. Pada tahap ini
terdapat penambahan molekur air (H2O) ( jika reaksi berlangsung pada kondisi asam,
penambahan air pada bagian yang kekurangan atom O, namun jika reaksi terjadi
pada suasana basa penambahan aor pada atom yang kelebihan atom O).
4) Menyetarakan atom hidrogen dengan ion (H+) jika suasana asam atau dengan
ion (OH-) jika suasana basa. Karena reaksi berada pada suasana asam, maka pada
bagian reaksi ditambahkan ion (H+). Penambahan ion H+ sejumlah unsur H yang
terdapat pada bagian hasil atau produk.
5) penyetaraan bilangan oksidasi yang dimiliki kedua ruas baik kanan maupun
kiri. Penyetaraan ini dengan menambahan elektrondi sebelah kanan atau kiri
persamaan reaksi
6) Tahap akhir dari penyetaraan reaksi yaitu penggabungan kembali dari dua reaksi
yang dipisah sebelumnya serta menyetarakan jumlah elektron disamping ruas
kanan atau kiri kedua reaksi.
Reaksi akhir :
2. Cara Perubahan Bilangan Oksidasi (PBO)
Reaksi :
a) Jika muatan di ruas kiri lebih negatif maka menambahkan ion H+ sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam)
b) Jika muatan di ruas kanan lebih positif maka menambahkan ion OH- sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana basa)
7) periksa jumlah atom bagian reaksi (kiri) dan bagian produk (kanan) dan juga
periksa jumlah muatannya . Apakah sudah setara belum, jika sudah berarti
persamaan akhirnya adalah
4.9 Pemberian Nama Senyawa Kimia
Setiap senyawa kimia tentunya memiliki nama spesifik untuk
membedakannya dari senyawa yang lain. Untuk memudahkan
pengenalan nama dan mencegah kesimpangsiuran dalam memberi
nama senyawa kimia, IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry) membuat suatu aturan penamaan. Aturan IUPAC dalam
penamaan senyawa kimia dibedakan untuk senyawa anorganik dan
senyawa organik.
KBr : kalium
bromida
BaCl2 : barium
klorida
Ag2S : perak sulfida
Al(NO3)3 : aluminium
nitrat
FeS : besi(II)
sulfida
Fe2O3 : besi(III)
oksida
CuSO4 : tembaga(II)
sulfat
NH4CN : amonium
sianida
b. Senyawa molekul
Senyawa molekul terdiri unsur-unsur nonlogam. Pada bagian ini, tata nama senyawa
molekul yang akan dibahas hanya untuk senyawa molekul biner, yaitu senyawa
molekul yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Berikut aturan penamaaan senyawa
molekul biner.
1. Nama dari unsur yang terletak lebih kiri pada sistem periodik unsur ditulis terlebih
dahulu sebagai unsur pertama. Pengecualian untuk senyawa yang mengandung
oksigen, dan klorin, bromin, atau iodin (semua halogen kecuali fluorin), oksigen ditulis
sebagai unsur terakhir.
Contoh: HBr, BCl3, PCl5, CS2, NO, Cl2O, I2O5, OF2
2. Jika kedua unsur berada pada golongan yang sama, maka unsur pertama adalah
unsur yang terletak lebih bawah pada golongan dalam sistem periodik unsur.
Contoh: ClF3, IF5
3. Unsur terakhir diberi akhiran -ida.
Contoh: HF (hidrogen fluorida), H2S (hidrogen sulfida)
Contoh:
Tata nama senyawa organik cenderung lebih kompleks dibanding tata nama
senyawa anorganik. Penamaan senyawa organik tidak hanya bergantung dari
rumus kimianya, namun juga sangat bergantung pada struktur kimia senyawa.
Dalam mempelajari senyawa organik, seringkali ditemui senyawa-senyawa dengan
rumus molekul sama namun memiliki struktur kimia berbeda yang dikenal dengan
istilah ‘isomer’.Penamaan senyawa organik hidrokarbon, yakni senyawa yang
hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen, akan dibahas pada bab Hidrokarbon.
Dalam bab tersebut secara khusus akan dibahas senyawa-senyawa
hidrokarbon alifatis, seperti alkana, alkena, dan alkuna. Penamaan senyawa-
senyawa alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan haloalkana
akan dibahas pada bab Senyawa Turunan Alkana. Penamaan benzena dan
senyawa-senyawa turunannya akan dibahas pada bab Benzena dan Turunannya.
Contoh Soal Tata
Nama Senyawa
Jawab:
1. Tulislah nama IUPAC dari
senyawa-senyawa dengan a. natrium hipobromit (senyawa ion Na+,
rumus kimia berikut:
BrO−)
a. NaBrO b. amonium sulfida (senyawa ion NH4+,
b. (NH4)2S
c. PtCl4 S2−)
d. NF3 c. platina (IV) klorida (senyawa ion Pt4+,
e. Cl2O7
f. As2O5 Cl−)
g. Ca(OH)2 d. nitrogen trifluorida (senyawa molekul)
h. KMnO4
i. CrI3 e. diklorin heptaoksida (senyawa molekul)
j. SO3 f. diarsen pentaoksida (senyawa molekul)
g. kalsium hidroksida (senyawa ion Ca2+,
OH−)
h. kalium permanganat (senyawa ion K+,
Jawab:
2. Tulislah rumus kimia
dari senyawa-senyawa a. Al2(SO4)3 ← Al3+, SO42−
berikut: b. Ba(NO3)2 ← Ba2+, NO3−