Anda di halaman 1dari 49

KELOMPOK 2

KIMIA DASAR
ALYA NADIRA
CHAERANI SOLIHAH
FADILA EKA
RATIH SETIANINGRUM
SYAHDAN SATRIA
4.6 Reaksi Diantara Unsur Non Logam ;
Pembentukan senyawa molekuler (Kovalen )

Ikatan kovalen : ikatan yang terjadi


akibat pemakaian pasangan ē secara
bersama oleh dua atom.Ikatan ini
terbentuk antara dua atom yang
saling ingin menangkap electron.
Ikatan kovalen = Non Logam+Non
Logam
Semua senyawa yang berikatan
kovalen disebut senyawa kovalen
Senyawa ini bergabung membentuk
molekul netral (tidak bermuatan
listrik)
Jenis ikatan
kovalen

Ikatan Kovalen Ikatan Kovalen


Biasa
Koordinasi
1.Tunggal
2. Rangkap dua
3. Rangkap tiga
IKATAN KOVALEN
BIASA 2. Ikatan kovalen rangkap
1.Ikatan kovalen tunggal
dua
Masing masing atom berkontribusi
satu electron untuk digunakan dua atom yang berikatan kovalen
bersama dengan menggunakan dua electron
valensi dalam satu ikatan

Konfigurasi
Konfigurasi
H=1
O=2,6
C=2,4
3. Ikatan kovalen rangkap
tiga
dua atom yang berikatan kovalen
dengan menggunakan bersama tiga
electron valensi dalam satu ikatan.

Konfigurasi
N=2,5
IKATAN KOVALEN
KOORDINASI
Ikatan kovalen dimana electron dalam pasangan
electron yang di gunakan berasal dari salah satu
atom yang berikatan .Ikatan kovalen ini hanya
dapat berbentuk apabila salah satu atom
mempunyai pasangan electron bebas (PEB).
Senyawa sederhana dari non logam dengan
hidrogen
Golongan IV A Golongan V A Golongan VI A Golongan VII
A
CH4 NH3 H2O HF
SiH4 PH3 H2S HCl
GeH4 AsH3 H2Se HBr
  SbH3 H2Te HI

Pada tabel dapat disimpulkan senyawa senyawa hidrogen bereaksi dengan beberapa
metaloid , karena dalam banyak reaksi kimia, metaloid bersifat sebagai nonlogam.Beberapa
senyawa non logam hidrogen contohnya air , CH4 (Metana) untuk memasak,industry
bidang pemanasan,dan pembangkit listrik,NH3 (Amonia ) sebagai pembersih alat rumah
tangga
Senyawa sederhana dari non logam dan
oksigen

Semua non-logam dan metaloid termasuk sebagian gas mulia


membentuk senyawa molekuler (disebut oksida ) dengan
Golongan III Gologan IV A Golongan V A
oksigen.
Golongan VI
A A
B2O3 CO2 N2O3  
    N2O5  
  SiO2 P 2 O3 SO2
    P 2 O5 SO3
  GeO2 As2O3 SeO2
    As2O5 SeO3
    Sb2O3 TeO2
    Sb2O5 TeO3
Kebanyakan oksida non logam juga merupakan hasil senyawa penting
kita.Contohnya adalah CO2 hasil metabolisme pernafasan kita,CO hasil gas beracun
asap knalpot,Belerang oksida,SO2,SO3 hasil pembakaran belerang yang dapat
menyebabkan hujan asam,SiO2 hasil senyawa kimia dalam kuarsa dan pasir kuarsa
adalah bahan untuk membuat gelas.

Tata Cara penulisan rumus kimia senyawa


kovalen

1. Unsur yang elektronegativitasnya lebih kecil (bilangan


oksidasi positif) ditulis di depan
2. Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut
ini, ditulis di B – Ge – Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – Cl – O – F
depan.
 

Ex :
CO, CO2 dan CCl4.
4.7 Beberapa Sifat Senyawa Ion
dan Senyawa Molekuler
(Kovalen)
memiliki titik leleh yang tinggi dan
membentuk larutan elektrolit, yang dapat
SIFAT SENYAWA ION menghantarkan listrik. Sifat senyawa ionik
berasal dari struktur
mereka. Senyawa ionikyang ditemukan dal
am struktur kisi, membuat mereka
sangat rapuh.
1. Struktur Ionik

2. Titik leleh dan titik didih

3. Isomorf Ionik
7 Sifat Senyawa
Ionik 4. Kelarutan

5. Daya hantar listrik

6. Reaksi ion

7. Keras, kaku dan rapuhArtikel


Terkait
1. Struktur Ionik

Dalam keadaan padat, senyawa ionik terdapat


dalam bentuk kristal dengan susunan tertentu.
Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada
senyawa ion dapat memberi petunjuk mengenai
susunan internal dari kristal ion tersebut. Misalnya
pada kristal NaCl dapat diketahui bahwa setiap ion
Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl–, dan setiap ion
Cl– juga dikelilingi oleh 6 ion Na+.

2. Titik leleh dan titik didih

Ion positif dan ion negative pada senyawa ionik,


terikat satu sama lain oleh gaya elektrostatis
yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion
tersebut baik yang terdapat dalam bentuk kristal
maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan energi
yang cukup besar, yang mengakibatkan titik leleh
dan titik didih senyawa ionik juga tinggi.
3. Isomorf Ionik

Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang


mirip satu sama lain seperti NaCl dan
KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang
disebut isomorf. Di samping itu terdapat pula senyawa-
senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi
mempunyai susunan kristal yang sama, misalnya NaF
dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai
susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat
dijelaskan dengan meninjau konfigurasi elektron ion-
ion penyusun kristal tersebut.
4. Kelarutan

Pada umumnya senyawa ionik larut dalam


pelarut yang mengandung gugus OH– seperti
H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa
kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen
larut dalam pelarut nonpolar.
5. Daya hantar listrik

Baik dalam keadaan cair (meleleh)


maupun dalam larutannya
senyawa ionik dapat  
menghantarkan arus listrik. 6. Reaksi ion

Pada reaksi senyawa ionik, ion-ion tidak


tergantung pada ion pasangannya,
misalnya bila NaCl dan AgNO3 (dalam
larutan) dicampurkan, maka segera
terbentuk endapan AgCl. Reaksi yang
terjadi adalah:
 Ag+(aq) + Cl–(aq) —› AgCl (s)
7. Keras, kaku dan rapuh

Kristal ionik keras karena ion positif dan


negatif yang sangat tertarik satu sama
lain dan sulit untuk memisahkan. Tolakan
elektrostatik cukup dapat untuk membagi
kristal, sehingga padatan ionik juga
rapuh.
senyawa kovalen, relatif lembu
t dan bulat, memiliki titik
Senyawa Kovalen leleh dan titik didih yang relatif
rendah dan membentuk laruta
n non–elektrolit.
1. Pada suhu kamar berwujud gas,
sebagian ada juga yang berwujud cair
dan padat

Sifat Senyawa 2. Senyawa kovalen polar dapat


Kovalen menghantarkan listrik dan kovalen non
polar tidak dapat menghantarkan listrik

3. Mempunyai titik didih dan titik leleh


yang relatif rendah

4. Larut dalam pelarut organik tapi tidak


larut dalam air
a. Ikatan Kimia

Kestabilan Unsur unsur yang lain mencapai


kestabilannya dengan cara :
1916-Lewis dan Langmuir menyatakan
unsur gas mulia sukar bereaksi dengan
unsur yang lainnya, karena elektron 1. Unsur logam cenderung
valensinya sudah penuh. Sehingga unsur melepaskan elektron
yang paling stabil adalah unsur gas mulia 2. Unsur nonlogam cenderung
(golongan VIIIA). Pada konfigurasi elektron menerima elektron
gas mulia, elektron valensi gas mulia
sudah penuh yaitu delapan (oktet) kecuali
He yaitu dua (duplet.).
₂He = 2 Aturan duplet berlaku jika unsur yang
₁₀Ne = 2. 8 melepas atau menerima elektron
₁₈Ar = 2. 8. 8 membentuk kestabilan (konfigurasi
₃₆Kr = 2. 8. 18. 8 elektron) seperti unsur gas mulia He
₅₄Xe = 2. 8. 18. 18. 8
(2). Sedangkan aturan oktet berlaku
₈₆Rn = 2. 8. 18. 32. 18. 8
jika unsur yang melepas atau
Oleh karena itu unsur yang memiliki menerima elektron membentuk
konfigurasi serupa dengan gas mulai akan kestabilan (konfigurasi elektron)
stabil seperti unsur gas mulia Ne, Ar, Kr, Xe,
b. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karen adanya pemakaian


elektron bersama antar dua atom. Pemakaian elektron bersama terjadi
pada unsur non logam dengan unsur non logam. Proses pembentukan
ikatan kovalen digambarkan dengan rumus lewis dari rumus lewis
tersebut kita dapat mengetahui rumus strukturnya dengan cara
mengganti sepasang elektron ikatan dengan garis.

Sifat senyawa kovalen adalah:

1. Pada suhu kamar berwujud gas, sebagian ada juga yang berwujud
cair dan padat
2. Senyawa kovalen polar dapat menghantarkan listrik dan kovalen non
polar tidak dapat menghantarkan listrik
3. Mempunyai titik didih dan titik leleh yang relatif rendah
4. Larut dalam pelarut organik tapi tidak larut dalam air
c. Ikatan Kovalen Tunggal d. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan Ikatan kovalen rangkap dua adalah
kovalen yang hanya melibatkan ikatan kovalen yang melibatkan dua
sepasang elektron untuk digunakan pasang elektron untuk digunakan
bersama artinya setiap atom hanya bersama artinya setiap atom saling
saling memberikan satu elektron memberikan dua elektron yang
kemudian digunakan bersama-sama. kemudian digunakan bersama.
Karena elektron yang terlibat hanya Karena terdapat dua pasang
sepasang maka digambarkan dengan elektron maka digambarkan dengan
satu garis. dua garis.
 
e. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan


kovalen yang melibatkan tiga pasang elektron
untuk digunakan bersama artinya setiap atom
saling memberikan tiga elektron yang
kemudian digunakan bersama. Karena terdapat
dua pasang elektron maka digambarkan
dengan tiga garis.
4.8 Reaksi Reduksi Oksidasi
( Redoks)
Bilangan oksidasi ( biloks ) : jumlah muatan + / - dalam atom, yang
secara tidak langsung menandakan jumlah elektron yang telah diterima
atau diserahkan. Atom yang menerima elektron akan bertanda negatif,
atom yang melepaskan elektron bertanda positif.
Bilangan oksidasi menunjukkan besarnya muatan yang disumbangkan
oleh atom atau unsur tersebut pada molekul atau ion yang dibentuknya.
Bilangan oksidasi juga berguna untuk
mengekspresikan persamaan reaksi setengah yang terjadi dalam
reaksi oksidasi dan reduksi.
Status oksidasi sistematik; itu dipilih dari alternatif dekat untuk
alasan pedagogis kimia deskriptif. Contohnya adalah keadaan
oksidasi fosfor dalam HPO(OH)2  yang diambil secara nominal
sebagai +3, sementara elektronegativitas Allen dari fosfor dan
hidrogen menyarankan +5 oleh margin sempit yang membuat 2
alternatif hampir setara
Aturan Penentuan Bilangan Oksidasi
(Biloks)
1. Bilangan oksidasi unsur bebas (berbentuk atom, atau molekul
unsur) adalah 0 (nol).
Unsur bebas berbentuk atom.:
–          Bilangan oksidasi C dalam            C           = 0
–          Bilangan oksidasi Ca dalam          Ca         = 0
–          Bilangan oksidasi Cu dalam          Cu         = 0
–          Bilangan oksidasi Na dalam          Na         = 0
–          Bilangan oksidasi Fe dalam           Fe          = 0
–          Bilangan oksidasi Al dalam           Al         = 0
–          Bilangan oksidasi Ne dalam          Ne          = 0

Unsur bebas berbentuk molekul:


–          Bilangan oksidasi H dalam             H2           = 0
–          Bilangan oksidasi O dalam            O2            = 0
–          Bilangan oksidasi Cl dalam            Cl2           = 0
–          Bilangan oksidasi P dalam             P4            = 0
–          Bilangan oksidasi S dalam             S8            = 0
2. Bilangan oksidasi logam dalam senyawa selalu positif.

Unsur logam golongan 1 (sistem lama gol. IA) (Li, Na, K, Rb, Cs, Fr), bilangan
oksidasinya +1.
Bilangan oksidasi K dalam    KCl, KNO3, atau K2SO4    = +1

Unsur logam golongan 2 (sistem lama gol. IIA) (Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra), bilangan
oksidasinya +2.
Bilangan oksidasi Mg dalam  MgO, MgCl2, atau MgSO4 = +2

Bilangan oksidasi unsur logam lain:

Ag = +1
Cu = +1 dan +2
Hg = +1 dan +2
Au = +1 dan +3
Fe = +2 dan +3
3. Bilangan oksidasi ion monoatom (1 atom) dan poliatom (lebih dari 1
atom) sama dengan muatan ionnya.

Bilangan oksidasi ion monoatom Na+, Ca2+, Al3+, Cl–, dan 02- berturut-turut +1,+2,
+3, -1 dan -2.
Bilangan oksidasi ion poliatom NH4+, SO42-, PO43- berturut-turut +1,-2, dan -3.

5. Bilangan oksidasi unsur H pada senyawanya adalah +1.

Kecuali dalam hidrida (senyawa hydrogen dengan logam), bilangan oksidasinya -1′

Alasan: dalam senyawa hidrida, hidrogen ada dalam bentuk ion hidrida, H –. Biloks
dari ion seperti hidrida adalah sama dengan muatan ion, dalam hal ini adalah -1.’
Bilangan oksidasi unsur H pada H2O, HCl, H2S, dan NH3 adalah +1.
Bilangan oksidasi unsur H pada NaH, CaH 2, dan AlH3 adalah -1.
6. Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya
adalah -2, kecuali :

Pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasinya


adalah +2.

Pada senyawa peroksida, seperti H2O2, Na2O2 dan BaO2 ,


bilangan oksidasinya adalah -1.

Pada senyawa superoksida, seperti KO2 dan NaO2,


bilangan oksidasinya adalah -½ . 

Bilangan oksidasi unsur O pada H2O, KOH, H2SO4 dan


Na3PO4 adalah -2.
7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-
unsur dalam senyawa adalah 0 (nol). ‘

Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur


pembentuk ion poliatom sama dengan
muatan ion poliatomnya.
Contoh Soal Bilangan Oksidasi:

Mentukan biloks atom unsur yaang dicetak


tebal dalam senyawa berikut ini:
N2O5
Jawab:
MnO4 –
Bilangan oksidasi akan ditentukan, misalkan
x:
1. Muatan N2O5 ialah sama dengan (2 x
biloks N) + (5 x biloks O)
0    = (2x (x)) + (5 x (-2))
0    = 2x – 10
x     = +5
Maka, biloks atom N dalam senyawa
N2O5 adalah +5
2. Muatan MnO4– ialah (1 x biloks Mn) + (4 x
biloks O) ialah:
-1      adalah (1 x (x)) + (4 x (-2))
-1      adalah x – 8
x        adalah +7
Maka, biloks atom Mn dalam senyawa
Reaksi redoks adalah pasangan
reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi
redoks berjalan bersama-sama
(serentak), apabila suatu zat
teroksidasi, maka zat lainnya akan
tereduksi.

Konsep I:
Reaksi Oksidasi adalah reaksi antara suatu zat dengan
oksigen.
Contoh :
2Mg(s)     +        O2(g)     →     2MgO(g)
Konsep CH4(g)      +        O2(g)     →     CO2(g)       +       2H2O(g)
Redoks : Reaksi Reduksi adalah reaksi pelepasan oksigen dari
suatu zat
Contoh :
FeO(s)      +      CO(g)      →      Fe(s)          +      CO 2(g)
CuO(s)     +       H2(g)      →      Cu(s)         +      H2O(g)
Konsep II :

Oksidasi adalah pelepasan elektron.


Contoh :
Fe2+        →           Fe3+        +             3e
Ca           →           Ca2+        +             2e
Reduksi adalah penerimaan elektron.
Contoh :
Cu2+       +             2e           →           Cu
Cl2           +             2e           →           2Cl –

Jika pada suatu reaksi ada zat yang mengalami oksidasi, tentu disertai adanya zat
yang mengalami reduksi, demikian pula sebaliknya.

Dengan demikian, zat yang mengalami oksidasi dapat mereduksi zat lain (disebut
reduktor), dan zat yang mengalami reduksi dapat mengoksidasi zat lain (disebut
oksidator).
Dalam reaksi redoks, banyaknya elektron yang dilepaskan oleh
zat reduktor sama dengan banyaknya elektron yang diterima
oleh zat oksidator.
Contoh:
Konsep III :

1. Oksidasi adalah pertambahan


bilangan oksidasi(BO/Biloks).

Contoh :

2. Reduksi adalah pengurangan


bilangan oksidasi (BO/Biloks)
Contoh :
Menentukan Asam atau Basa suatu
Menentukan Asam atau Basa suatu reaksi
reaksi

Asam itu mengandung H, misalnya: H2SO4, HCl, H3PO4, HF, HNO3, dll. Basa
itu mengandung OH, misalnya: NaOH, BOH, Al2OH3, Mg(OH)2, NH4OH, dll.
Tentu saja cara di atas adalah ciri yang umum. Tidak semua asam harus
ada H dan juga basa harus ada OH. Ada beberapa senyawa yang
mengandung H, dikira asam ternyata basa. Misalnya: NH 3 yang ternyata
basa lemah. Tapi kalau HN3 termasuk asam lemah
Reaksi
Reaksi redoks
redoks khusus
khusus
1. Auto Redoks atau Disproporsionasi adalah reaksi dimana suatu zat
dapat mengalami reaksi reduksi dan oksidasi.
Contoh
2. Reaksi Redoks Konproporsionasi adalah kebalikan dari
reaksi disproporsionasi, yaitu reaksi redoks dimana hasil
reduksi dan oksidasinya sama.
Contoh :
Penyetaraan Reaksi
Redoks

1. Setengah
Reaksi

Reaksi :

1) Memisahkan reaksi menjadi dua ruas bentuk reaksi, yaitu


ruas pertama dan ruas kedua. Masing-masing persamaan
merupakan persamaan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi
2) Menyetarakan jumlah unsur yang ada dalam reaaksi redoks, pada persamaan
berikut, terdapat peyetaraan dengan penulisan 2 pada jumlah Cr di bagian hasil
atau produk

3) penambahan unsur atau molekul yang belum tertulis dalam reaksi. Pada tahap ini
terdapat penambahan molekur air (H2O) ( jika reaksi berlangsung pada kondisi asam,
penambahan air pada bagian yang kekurangan atom O, namun jika reaksi terjadi
pada suasana basa penambahan aor pada atom yang kelebihan atom O).
4) Menyetarakan atom hidrogen dengan ion (H+) jika suasana asam atau dengan
ion (OH-) jika suasana basa. Karena reaksi berada pada suasana asam, maka pada
bagian reaksi ditambahkan ion (H+). Penambahan ion H+ sejumlah unsur H yang
terdapat pada bagian hasil atau produk.

5) penyetaraan bilangan oksidasi yang dimiliki kedua ruas baik kanan maupun
kiri. Penyetaraan ini dengan menambahan elektrondi sebelah kanan atau kiri
persamaan reaksi

6) Tahap akhir dari penyetaraan reaksi yaitu penggabungan kembali dari dua reaksi
yang dipisah sebelumnya serta menyetarakan jumlah elektron disamping ruas
kanan atau kiri kedua reaksi.
Reaksi akhir :
2. Cara Perubahan Bilangan Oksidasi (PBO)

Reaksi :

1) Menyetarakan (menyamakan) unsur-unsur yang mengalami perubahan bilangan


oksdasi

2) Menentukan biloks unsur-unsur tersebut dan menentukan perubahannya


3) Menyamakan kedua perubahan biloks dengan mengalikan Br2 dengan 5 (sesuai
reduksi MnO4- yaitu (-5)), dan MnO4- dikalikan dengan 2 (sesuai dengan oksidasi Br
(+2))

4)Menentukan jumlah muatan di ruas kiri dan di ruas kanan

5) Menyamakan atom hidrogen di ruas kiri dan kanan dengan cara


menambahkan H2O.
6) Menyamakan muatan dengan cara :

a) Jika muatan di ruas kiri lebih negatif maka menambahkan ion H+ sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana asam)
b) Jika muatan di ruas kanan lebih positif maka menambahkan ion OH- sebanyak
perbedaan muatan (ini berarti reaksi berlangsung dalam suasana basa)

7) periksa jumlah atom bagian reaksi (kiri) dan bagian produk (kanan) dan juga
periksa jumlah muatannya . Apakah sudah setara belum, jika sudah berarti
persamaan akhirnya adalah
4.9 Pemberian Nama Senyawa Kimia
Setiap senyawa kimia tentunya memiliki nama spesifik untuk
membedakannya dari senyawa yang lain. Untuk memudahkan
pengenalan nama dan mencegah kesimpangsiuran dalam memberi
nama senyawa kimia, IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry) membuat suatu aturan penamaan. Aturan IUPAC dalam
penamaan senyawa kimia dibedakan untuk senyawa anorganik dan
senyawa organik.

1. Tata Nama ION


Senyawa SENYAWA
Organik MOLEKUL
ASAM
a. Senyawa ion
Senyawa ion terdiri dari kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Pada
umumnya, kation merupakan ion logam dan anion merupakan ion
nonlogam.
1. Kation
a. Kation dari unsur logam diberi nama
sama dengan unsur logam tersebut.
Contoh: ion natrium (Na+), ion kalsium
(Ca2+), ion perak (Ag+)
 
b. Jika logam dapat membentuk kation
dengan muatan berbeda, jumlah
muatannya ditulis dengan angka Romawi
dalam tanda kurung setelah nama unsur
logam itu.
Contoh: ion besi(II) (Fe2+), ion besi(III)
(Fe3+)

c. Kation dari unsur nonlogam umumnya


memiliki akhiran -ium.
Contoh: ion amonium (NH4+), ion
hidronium (H3O+)
2. Anion

a. Anion monoatom diberi nama dengan


akhiran -ida pada nama unsur tersebut.
Contoh: ion hidrida (H−), ion oksida
(O2−), ion nitrida (N3−), ion fluorida
(F−)

b. Anion poliatom yang mengandung


unsur oksigen (oksoanion) diberi nama
dengan akhiran -at ataupun -it. Akhiran
-at digunakan untuk anion poliatom
yang memiliki atom O lebih banyak
dibanding anion dengan akhiran -it.
Contoh: ion nitrat (NO3−), ion nitrit
(NO2−). ion sulfat (SO42−), ion sulfit
(SO32−)

c. Anion yang diturunkan dari


penambahan H+ pada oksoanion diberi
nama dengan menambahkan Nama senyawa ion terdiri dari nama kation di awal
awalan hidrogen atau dihidrogen. kemudian diikuti dengan nama anion di akhir.
Contoh: ion hidrogen karbonat
Contoh :

KBr              :  kalium
bromida
BaCl2           :  barium
klorida
Ag2S             :  perak sulfida
Al(NO3)3      :  aluminium
nitrat
FeS               :  besi(II)
sulfida
Fe2O3           :  besi(III)
oksida
CuSO4           : tembaga(II)
sulfat
NH4CN        :  amonium
sianida
b. Senyawa molekul

Senyawa molekul terdiri unsur-unsur nonlogam. Pada bagian ini, tata nama senyawa
molekul yang akan dibahas hanya untuk senyawa molekul biner, yaitu senyawa
molekul yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Berikut aturan penamaaan senyawa
molekul biner.
1. Nama dari unsur yang terletak lebih kiri pada sistem periodik unsur ditulis terlebih
dahulu sebagai unsur pertama. Pengecualian untuk senyawa yang mengandung
oksigen, dan klorin, bromin, atau iodin (semua halogen kecuali fluorin), oksigen ditulis
sebagai unsur terakhir.
Contoh: HBr, BCl3, PCl5, CS2, NO, Cl2O, I2O5, OF2
2. Jika kedua unsur berada pada golongan yang sama, maka unsur pertama adalah
unsur yang terletak lebih bawah pada golongan dalam sistem periodik unsur.
Contoh: ClF3, IF5
3. Unsur terakhir diberi akhiran -ida.
Contoh: HF (hidrogen fluorida), H2S (hidrogen sulfida)

Jumlah atom dari masing-masing unsur menentukan awalan bahasan Yunani yang


dipakai untuk penulisan nama senyawa molekul. Awalan -mono tidak digunakan untuk
unsur pertama. Contoh: N2O (dinitrogen monoksida), N2O5(dinitrogen pentaoksida),
NO2 (nitrogen dioksida), CO (karbon monoksida), CS2(karbon disulfida), PCl5 (fosforus
pentaklorida), SF6 (sulfur tetrafluorida), IBr (iodin monobromida).
c. Asam

Berdasarkan definisi asam basa oleh Arrhenius, senyawa asam adalah senyawa


yang bila dilarutkan dalam air akan melepas ion H+. Pada umumnya, asam dapat
terionisasi dalam air menjadi ion H+ dan anion yang disebut sisa asam. Penamaan
senyawa asam dimulai dari kata ‘asam’ diikuti dengan nama anion sisa asam.

Contoh:

HCl        :  asam klorida


HF          :  asam fluorida
H2S        :  asam sulfida
HCN      :  asam sianida
H2CO3   :  asam karbonat
H2SO4    :  asam sulfat
HClO4      :  asam perklorat
2. Tata Nama
Senyawa
Organik

Tata nama senyawa organik cenderung lebih kompleks dibanding tata nama
senyawa anorganik. Penamaan senyawa organik tidak hanya bergantung dari
rumus kimianya, namun juga sangat bergantung pada struktur kimia senyawa.
Dalam mempelajari senyawa organik, seringkali ditemui senyawa-senyawa dengan
rumus molekul sama namun memiliki struktur kimia berbeda yang dikenal dengan
istilah ‘isomer’.Penamaan senyawa organik hidrokarbon, yakni senyawa yang
hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen, akan dibahas pada bab Hidrokarbon.
Dalam bab tersebut secara khusus akan dibahas senyawa-senyawa
hidrokarbon alifatis, seperti alkana, alkena, dan alkuna. Penamaan senyawa-
senyawa alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan haloalkana
akan dibahas pada bab Senyawa Turunan Alkana. Penamaan benzena dan
senyawa-senyawa turunannya akan dibahas pada bab Benzena dan Turunannya.
Contoh Soal Tata
Nama Senyawa
Jawab:
1. Tulislah nama IUPAC dari
senyawa-senyawa dengan a. natrium hipobromit (senyawa ion Na+,
rumus kimia berikut:
BrO−)
a. NaBrO b. amonium sulfida (senyawa ion NH4+,
b. (NH4)2S
c. PtCl4 S2−)
d. NF3 c. platina (IV) klorida (senyawa ion Pt4+,
e. Cl2O7
f. As2O5 Cl−)
g. Ca(OH)2 d. nitrogen trifluorida (senyawa molekul)
h. KMnO4
i. CrI3 e. diklorin heptaoksida (senyawa molekul)
j. SO3 f. diarsen pentaoksida (senyawa molekul)
g. kalsium hidroksida (senyawa ion Ca2+,
OH−)
h. kalium permanganat (senyawa ion K+,
Jawab:
2. Tulislah rumus kimia
dari senyawa-senyawa a. Al2(SO4)3 ← Al3+, SO42−
berikut: b. Ba(NO3)2 ← Ba2+, NO3−

c. (NH4)3PO4 ← NH4+, PO43−


a. aluminium sulfat
b. barium nitrat d. PbO2 ← Pb4+, O2−
c. amonium fosfat e. Hg(CN)2 ← Hg2+, CN−
d. timbal (IV) oksida
f. HIO4 ← H+, IO4−
e. raksa (II) sianida
f. asam periodat g. Cl2O ← 2 Cl, 1 O
g. diklorin monoksida h. PBr3 ← 1 P, 3 Br
h. fosforus tribromida

Anda mungkin juga menyukai