Anda di halaman 1dari 31

IKATAN KIMIA

Unsur-unsur di alam yang telah dikenal jarang ditemukan dalam bentuk tunggal.
Umumnya, unsur-unsur tersebut terdapat dalam bentuk molekul. Molekul yang dibentuk dari
unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur sejenis ataupun unsur lainnya. Contoh unsur yang
berikatan dengan jenisnya sendiri ialah H2, O2, N2 dan I2. Sedangkan, contoh unsur yang
berikatan dengan unsur lainnya ialah H2O, CO2, dan NaCl.

Apakah semua unsur dapat berikatan dengan unsur lain? Bagaimana proses
pembentukan ikatan suatu unsur dengan unsur lainnya? Perubahan apakah yang terjadi bila
unsur tersebut berikatan? Apakah kestabilan suatu unsur dapat diketahui dari elektron
valensi? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasan berikut dengan baik

A. KESTABILAN UNSUR – UNSUR KIMIA DI ALAM

Pada umumnya atom tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi bergabung dengan
atom lain membentuk senyawa. Atom – atom bergabung menjadi senyawa yang lebih stabil
dengan mengeluarkan energi. Atom – atom bergabung karena adanya gaya tarik – menarik
antara dua atom. Gaya tarik menarik antaratom inilah yang disebut ikatan kimia. Konsep
ikatan kimia pertama kali dikemukakan oleh Gilbert Newton Lewis dan Langmuir dari
Amerika Serikat. Serta Albercth Kossel dari Jerman pada tahun 1916. Adapun konsep
tersebut sebagai berikut:

1. Kenyataan bahwa gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn) sukar membentuk senyawa.
Sekarang telah dapat dibuat senyawa dari gas mulia Kr, Xe, dan Rn. Hal ini merupakan
bukti bahwa gas – gas mulia mempunyai susunan elektron yang stabil.
2. Setiap atom memiliki kecendrungan untuk mempunyai susunan elektron yang stabil
seperti gas mulia, dengan cara melepaskan elektron, menerima elektron, atau
menggunakan bersama-sama.

Tabel 1. Konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia


Unsur Nomor Atom Konfigurasi Elektron
He 2 2
Ne 10 2 8
Ar 18 2 8 8
Kr 36 2 8 18 8
Xe 54 2 8 18 18 8
Rn 86 2 8 18 32 18 8

Dari konfigurasi elektron gas mulia tersebut, Lewis dan Kossel menarik kesimpulan
bahwa konfigurasi elektron suatu atom akan stabil apabila elektron terluarnya 2 (duplet)
atau 8 (oktet). Pada saat terbentuk ikatan kimia, setiap atom yang bergabung harus
memenuhi aturan duplet dan oktet, dengan cara menerima atau melepaskan elektron
(terjadi perpindahan elektron). Kecenderungan atom-atom untuk memiliki delapan
elektron di kulit terluar disebut Kaidah Oktet.

Ikatan Kimia 1
3. Sebuah atom cenderung melepaskan elektron apabila memiliki elektron terluar 1, 2, dan
3 elektron dibandingkan konfigurasi gas mulia yang terdekat.
Contoh :
11 Na : 2 8 1

Gas mulia terdekat ialah 10Ne : 2 8 jika dibandingkan dengan atom Ne, maka atom Na
kelebihan satu elektron. Untuk memperoleh kestabilan, dapat dicapai dengan cara
melepaskan satu elektron.
Na (2 8 1) → Na+ (2 8) + e
Tabel 2. Beberapa unsur yang melepaskan elektron

Konfigurasi Elektron Banyaknya elektron Konfigurasi elektron


Unsur
electron valensi yang dilepaskan gas mulia
Li3 2 1 1 1 2
19K 2 8 8 1 1 1 2 8 8
4Be 2 2 2 2 2
12Mg 2 8 2 2 2 2 8
20Ca 2 8 8 2 2 2 2 8 8

4. Sebuah atom cenderung menerima elektron apabila memiliki elektron terluar 4, 5, dan 6
atau 7 elektron dibandingkan konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat.
Contoh :
9F:2 7
Konfigurasi elektron gas mulia yang terdekat ialah Ne: 2 8. Konfigurasi F dapat
10

dicapai dengan cara menerima satu elektron.

F (2 7) + e → F- (2 8)

Tabel 3. Beberapa unsur yang menerima elektron

Konfigurasi Elektron Banyaknya elektron Konfigurasi


Unsur
elektron valensi yang diterima elektron gas mulia
H
1 1 1 1 2
7N 2 5 5 3 2 8
8O 2 6 6 2 2 8
15P 2 8 5 5 3 2 8

5. Jika masing – masing atom sukar untuk melepaskan elektron (memiliki


keelektronegatifan tinggi), maka atom – atom tersebut cenderung menggunakan elektron
secara bersama dalam membentuk suatu senyawa. Cara ini merupakan peristiwa yang
terjadi pada pembentukan ikatan kovalen.
6. Jika suatu atom melepaskan elektron, berarti atom tersebut memberikan elektron kepada
atom lain. Sebaliknya, jika suatu atom menangkap elektron, berarti atom ini menerima
elektron dari atom lain. Jadi, susunan elektron yang stabil dapat dicapai dengan cara
berikatan dengan atom lain.

Ikatan Kimia 2
Berdasarkan sifatnya, unsur – unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu unsur logam, unsur non logam, dan unsur gas mulia. Unsur – unsur yang
bersifat logam adalah unsur – unsur yang termaksud dalam golongan IA, IIA, dan IIIA
(kecuali boron), IVA ( kecuali karbon dan silikon), sebagian VA (antimon dan bismut), IB,
IIB, IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, dan VIIIB. Unsur–unsur yang bersifat nonlogam adalah
unsur–unsur yang termaksud golongan IVA (karbon dan silikon), sebagian VA (kecuali
antimony dan bismut), VIA, dan VIIA. Adapun unsur – unsur golongan VIIIA dinamakan gas
mulia. Sifat logam, non logam, dan gas mulia berhubungan dengan elektron valensi unsur.
Perhatikan Tabel 4 berikut!

Tabel 4. Elektron valensi dan sifat unsur beberapa unsur

Unsur Elektron Valensi Sifat Unsur


Na 1 Logam
Mg 2 Logam
Al 3 Logam
C 4 Nonlogam
N 5 Nonlogam
S 6 Nonlogam
Cl 7 Nonlogam
He 2 Gas Mulia
Ne 8 Gas Mulia

Berdasarkan tabel tersebut, atom unsur yang memiliki elektron valensi 1, 2, dan 3
tergolong kedalam unsur logam. Atom dengan elektron valensi 4, 5, 6 dan 7 termasuk unsur
nonlogam. Adapun unsur gas mulia memiliki elektron valensi 2 dan 8.

B. RUMUS LEWIS

Rumus Lewis untuk beberapa molekul kovalen dan ion sangat penting, antara lain
untuk mempelajari geometri suatu molekul. Cara penulisan rumus Lewis, yaitu setiap
elektron di kulit terluar dilambangkan dengan tanda titik atau silang kecil.

Dalam menuliskan struktur Lewis ini, lambang atom dibagi menjadi 4 sisi. Tiap sisi
diisi terlebih dahulu dengan satu elektron. Selanjutnya elektron yang ke 5 sampai ke 8
berbaris membentuk pasangan dengan elektron yang sudah ada pada salah satu sisi.
Sebagai contoh atom H, C, N, O, dan Cl yang masing-masing memiliki 1, 4, 5, 6, dan
7 elektron valensi digambarkan dengan rumus Lewis berikut:

H C N O Cl

Keterangan:
a. Satu elektron dilambangkan dengan satu titik
b. Elektron yang ditampilkan hanya elektron valensi unsur
C. IKATAN ION

Ikatan Kimia 3
Ikatan ion (elektrovalen) adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik
elektrostatik antara ion positif dan ion negatif. Hal ini terjadi karena kedua ion tersebut
memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar. Ikatan ion terbentuk antara atom yang
mempunyai energi ionisasi rendah (logam) sehingga mudah melepaskan elektron dengan
atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar (nonlogam) sehingga mudah menerima
elektron. Atom yang melepas elektron berubah menjadi ion positif, sedangkan atom yang
menerima elektron menjadi ion negatif. Antara ion-ion yang berlawanan muatan ini, terjadi
tarik-menarik (gaya elektrostatik) yang disebut ikatan ion.

1. Pembentukan ion positif

Atom bermuatan positif adalah atom yang melepas elektron. Atom tersebut
dinamakan ion positif. Unsur yang mudah melepas elektron ialah unsur yang mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk melepas elektron, yaitu golongan IA kecuali (H), golongan
IIA, sebagian golongan IIIA, dan beberapa logam transisi yang bilangan oksidasinya rendah.
Golongan IA, kecuali H disebut unsur golongan Alkali dan golongan IIA disebut Alkali
Tanah.

Unsur-unsur golongan IA memiliki 1 elektron valensi, sedangkan unsur-unsur


golongan IIA memiliki 2 elektron valensi. Sesuai dengan teori Oktet dan Kossel dan Lewis
agar sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia, maka unsur-unsur golongan IA
mudah untuk melepaskan 1 elektron dan membentuk ion positif satu. Begitu juga pada unsur-
unsur golongan IIA mudah melepaskan 2 elektron dan membentuk ion positif dua. Contoh:

11 Na (2 8 1) Na+ (2 8) + e
12 Mg (2 8 2) Mg2+ (2 8) + 2 e

Pada atom tidak bermuatan (netral), jumlah elektron sama banyaknya dengan jumlah
protonnya. Sedangkan pada ion positif terjadi pengurangan elektron (karena melepaskan
elektron) dan jumlah protonnya tetap. Jadi, ion positif memiliki jumlah proton lebih banyak
daripada jumlah elektronnya.

Perhatikan contoh berikut ini!

39
1. 19 K+
Maka: Jumlah neutron = 39 – 19 = 20
Jumlah proton = 19
Jumlah elektron = 19 – 1 = 18
Jadi, ion K+ memiliki jumlah proton lebih banyak satu buah daripada jumlah
elektronnya, sehingga ionnya bermuatan = 19 – 18 = +1

24
2. 12 Mg2+
Maka Jumlah neutron = 24 – 12 = 12
Jumlah proton = 12
Jumlah elektron = 12 – 2 = 10

Ikatan Kimia 4
Jadi, ion Mg2+ memiliki jumlah proton lebih banyak dua buah daripada jumlah
elektronnya, sehingga ionnya bermuatan = 12 – 10 = +2

2. Pembentukan ion negatif

Atom bermuatan negatif ialah atom yang menerima elektron. Atom tersebut
dinamakan ion negatif. Unsur yang mudah menerima elektron ialah unsur dengan
kecenderungan menerima elektron besar, yaitu atom dengan jumlah elektron valensi besar.
Unsur yang termasuk golongan ini ialah golongan VIIA disebut golongan Halogen,
golongan VIA disebut golongan oksigen, dan nitrogen

Unsur-unsur golongan VIA memiliki 6 elektron valensi, sedangkan unsur-unsur


golongan VIIA memiliki 7 elektron valensi. Sesuai dengan teori Oktet dan Kossel dan Lewis
agar sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia, maka unsur-unsur golongan
VIA mudah untuk menerima 2 elektron dan membentuk ion negatif dua. Begitu juga pada
unsur-unsur golongan VIIA mudah menerima 1 elektron dan membentuk ion negatif satu.
Contoh:


17 Cl (2 8 7) + e Cl (2 8 8)
2−
16 S (2 8 6) + 2e S (2 8 8)

Ion negatif terjadi dengan penambahan elektron (karena menerima elektron) dan
jumlah protonnya tetap. Jadi, ion negattif memiliki jumlah proton lebih sedikit daripada
jumlah elektronnya.

Perhatikan contoh berikut ini!


32
1. 16 S
Maka: Jumlah neutron = 32 – 16 = 16
Jumlah proton = 16
Jumlah elektron = 16 + 2 = 18
2−
Jadi, ion S memiliki jumlah proton lebih sedikit dua buah daripada jumlah
elektronnya, sehingga ionnya bermuatan = 16 – 18 = –2

127
2. 53 I
Maka: Jumlah neutron = 127 – 53 = 74
Jumlah proton = 53
Jumlah elektron = 53 + 1 = 54

Jadi, ion I memiliki jumlah proton lebih sedikit satu buah daripada jumlah
elektronnya, sehingga ionnya bermuatan = 53 – 54 = –1

3. Pembentukan ikatan ion

Ion positif akan tarik-menarik dengan ion negatif karena ada gaya elektrostatis dan
membentuk ikatan ion.

Ikatan Kimia 5
Contoh:
1. Senyawa NaCl
11Na : 2, 8, 1

Cl : 2, 8, 7
17

Atom Na akan melepas sebuah elektron


Na Na+ + e-

(2, 8, 1) (2, 8 )

Atom Cl akan mengikat sebuah elektron yang dilepaskan oleh atom Na tersebut
sehingga menjadi

Cl + e- Cl
(2, 8, 7) (2, 8, 8)

Setiap atom Na+ menarik sebuah ion Cl membentuk senyawa netral NaCl

Na+ + Cl NaCl

Gambar 1. Proses pembentukan senyawa ion NaCl


Berikut penjelasan pembentukan senyawa ion NaCl dengan menggunakan struktur Lewis:

+ ─

Na + Cl Na Cl

Senyawa-senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion disebut senyawa-senyawa ionik.


Garam dapur (NaCl) merupakan contoh dari senyawa ionik. Umumnya ikatan ion merupakan
ikatan yang kuat, senyawanya merupakan kristal yang besar dari beberapa ion positif dengan
beberapa ion negatif. Misalnya, senyawa NaCl membentuk kristal dengan titik didih dan titik
lebur yang tinggi dengan struktur kristal kubus, dengan tiap-tiap ion Na + dikelilingi oleh
enam ion Cl- dan sebaliknya tiap-tiap ion Cl- akan dikelilingi oleh enam ion Na+ (lihat

Ikatan Kimia 6
Gambar 4.4). Oleh karena itu, rumus molekul NaCl tidak dapat ditentukan, yang dapat
diketahui hanya perbandingan ion-ion dalam setiap kisi kristalnya dan dikenal dengan rumus
empiris.
Umumnya senyawa ion mempunyai sifat mudah larut dalam air, larutan dan
leburannya dapat menghantar arus listrik, tetapi dalam wujud padat tidak menghantar listrik.

Gambar 2. Struktur kristal NaCl

2. Senyawa CaCl2
20Ca : 2, 8, 8, 2
17Cl : 2, 8, 7

Atom Ca akan melepaskan 2 elektronnya menjadi


Ca Ca2+ + 2e-
(2, 8, 8, 2) (2, 8, 8)
Dua atom Cl atom masing-masing akan mengikat sebuah elektron yang dilepas atom
kalsium tersebut menjadi

Cl + e- Cl
(2, 8, 7 ) (2, 8, 8 )
Sebuah ion Ca akan mengikat 2 ion Cl- untuk membentuk senyawa netral CaCl2.
2+

Ca2+ + 2Cl- CaCl2

Berikut penjelasan pembentukan senyawa ion CaCl2 dengan menggunakan struktur Lewis:

Cl 2+ ─

Ca 2 Cl
Ca +
Cl

D. IKATAN KOVALEN

Ikatan kovalen adalah ikatan antar atom yang dibentuk dengan cara penggunaan
bersama pasangan elektron oleh dua atom yang berikatan. Ikatan kovalen terjadi akibat

Ikatan Kimia 7
ketidakmampuan salah satu atom yang akan berikatan untuk melepas elektron.
Ketidakmampuan melepaskan elektron terjadi pada atom-atom bukan logam. Atom bukan
logam mempunyai kecenderungan untuk menerima elektron sehingga apabila tiap-tiap atom
bukan logam berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara
mempersekutukan elektronnya dan akhirnya terbentuk pasangan elektron yang dipakai secara
bersama.
Pembentukan ikatan kovalen dengan cara penggunaan bersama pasangan elektron
oleh dua atom yang berikatan harus sesuai dengan konfigurasi elektron pada unsur gas mulia
yaitu 8 elektron (khusus He berjumlah 2 elektron). Berikut pembahasan tentang jenis ikatan
kovalen, penyimpangan teori Oktet, ikatan kovalen koordinasi, geometri molekul kovalen,
dan polaritas senyawa kovalen.

1. Ikatan kovalen tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
sepasang elektron secara bersama-sama.
Contoh :
Ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom Cl, N, dan C membentuk molekul HCl, NH3,
dan CH4
Konfigurasi elektronnya :
1H = 1

17Cl = 2 8 7

7N = 2 5

6C = 2 4

Maka:
 Atom H memiliki 1 elektron valensi, atom Cl (7 elektron valensi), atom N (5 elektron
valensi), dan atom C (4 elektron valensi).
 Agar atom H, Cl, N, dan C memiliki konfigurasi elektron yang stabil (2 atau 8 elektron
valensi), maka atom H dan F masing-masing memerlukan 1 elektron tambahan, atom N
memerlukan 3 elektron tambahan, dan atom C memerlukan 4 elektron tambahan.
 Jadi 1 atom H dan 1 atom F masing-masing memasangkan 1 elektronnya untuk dipakai
bersama membentuk HF, atom N memasangkan 3 elektronnya untuk dipakai bersama
sehingga 1 atom N dapat mengikat 3 atom H membentuk NH 3, dan atom C
memasangkan 4 elektronnya untuk dipakai bersama sehingga 1 atom C dapat mengikat 4
atom H membentuk CH4.

H H
H Cl N H
H H C H
Hidrogen klorida Metana
Amonia
H
Pada struktur Lewis senyawa di atas terlihat bahwa:
 Setiap atom H dikelilingi 2 elektron (sesuai kaidah Duplet), atom Cl, N, dan C
dikelilingi 8 elektron (sesuai kaidah Oktet).

Ikatan Kimia 8
 Atom Cl memiliki 3 pasang elektron bebas (3 PEB), atom N memiliki 1 PEB, dan
atom C tidak memiliki PEB.
 Pasangan elektron yang digunakan bersama atau pasangan elektron ikatan (PEI)
berfungsi sebagai ikatan kovalen. Pada senyawa HCl terdapat 1 PEI atau 1 ikatan
kovalen tunggal, NH3 ada 3 PEI (3 ikatan kovalen tunggal), dan pada CH 4 ada 4 PEI
(4 ikatan kovalen tunggal).
 Pasangan elektron yang digunakan bersama (ikatan kovalen) dapat diganti dengan
tanda garis dalam penulisan rumus struktur senyawa.

H

H ─ Cl H─N─H H─C─H
│ │
H H

2. Ikatan kovalen rangkap dua

Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
dua pasang elektron secara bersama-sama.

Contoh :
Ikatan yang terjadi antara atom O dengan O membentuk molekul O2.
Konfigurasi elektronnya:
8O = 2 6

Atom O memiliki 6 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil
tiap-tiap atom O memerlukan tambahan elektron sebanyak 2. Kedua atom O saling
memasangkan 2 elektronnya, sehingga kedua atom O tersebut akan menggunakan 2 pasang
elektron secara bersama.

O + O → O O
Dua pasang elektron yang digunakan bersama pada senyawa O2 menyatakan ikatan kovalen
rangkap dua, sehingga rumus struktur O2 sebagai berikut: O ═ O.
Contoh senyawa lain yang memiliki ikatan rangkap dua antara lain adalah CO2 dan C2H4:
O═ C═ O H–C═ C–H
│ │
H H

3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
tiga pasang elektron secara bersama-sama.

Contoh :
Ikatan yang terjadi antara atom N dengan N membentuk molekul N2.

Ikatan Kimia 9
Konfigurasi elektronnya:
7N = 2 5

Atom N memiliki 5 elektron valensi, maka agar diperoleh konfigurasi elektron yang stabil
tiap-tiap atom N memerlukan tambahan elektron sebanyak 3. Kedua atom N saling
memasangkan 3 elektronnya, sehingga kedua atom N tersebut akan menggunakan 3 pasang
elektron secara bersama.

N + N → N N
Tiga pasang elektron yang digunakan bersama pada senyawa N 2 menyatakan ikatan kovalen
rangkap tiga, sehingga rumus struktur N2 sebagai berikut: N ≡ N
Contoh senyawa lain yang memiliki ikatan rangkap dua antara lain adalah HCN dan C2H2:
H–C≡ N H–C≡ C–H

4. Penyimpangan Teori Oktet


Tidak semua atom yang bergabung untuk membentuk senyawa sesuai dengan Teori
Oktet. Ada beberapa atom yang bergabung membentuk senyawa tidak sesuai dengan Teori
Oktet. Atom-atom yang memiliki elektron valensi kurang dari 4 misalnya atom Be (2
elektron valensi) dan atom B (3 elektron valensi) bila membentuk senyawa tidak mengikuti
Teori Oktet; yaitu jumlah elektron terluar kurang dari 8. Misalkan pada senyawa BeF2 dan
BF3, jumlah elektron terluar atom Be dan B masing-masing 4 dan 6 elektron.
Perhatikan gambar struktur Lewis BF3 berikut:

Atom B hanya memiliki 3 elektron valensi, sehingga memerlukan 5 elektron untuk


memenuhi kaidah oktet. Adapun atom F memiliki 1 elektron valensi sehingga hanya
membutuhkan 1 elektron. Setiap atom F menerima 1 elektron yang disumbangkan atom B.
Namun, atom B hanya menerima 1 elektron dari setiap atom F. Berarti, atom B kekurangan 2
elektron untuk memenuhi kaidah oktet.

Penyimpangan teori Oktet yang lain adalah jumlah elektron terluar lebih dari 8. Ini
terjadi pada atom-atom yang memiliki orbital d yang dapat diisi elektron, yaitu atom-atom
yang memiliki elektron valensi lebih dari 4 dengan kulit valensi minimal 3. Misalkan atom P
(5 elektron valensi, kulit valensi 3) dapat memiliki 10 elektron terluar dalam senyawa PCl5,
atom S (6 elektron valensi, kulit valensi 3) dapat memiliki 10 elektron terluar dalam senyawa
SF4 dan 12 elektron terluar dalam senyawa SF 6, dan atom Br (7 elektron valensi, kulit valensi

Ikatan Kimia 10
4) dapat memiliki 10 elektron terluar dalam senyawa BrCl 3, 12 elektron terluar dalam
senyawa BrCl5, dan 14 elektron terluar dalam senyawa BrCl7.
Perhatikan gambar Struktur Lewis berikut:

Struktur lewis PCl3 menunjukkan bahwa setiap atom yang terlibat (1 atom P dan 3
atom Cl) telah memenuhi kaidah oktet. Lain halnya dengan PCl5, struktur lewisnya
menunjukkan hanya atom Cl yang memenuhi kaidah oktet, sedangkan atom P tidak
memenuhi kaidah oktet. Atom P memiliki 10 elektron pada kulit terluarnya.

5. Ikatan Kovalen Koordinasi


Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi dengan cara elektron yang
digunakan bersama hanya berasal dari salah satu atom atau molekul yang berikatan,
sedangkan atom atau molekul yang lainnya tidak memberikan elektron. Misalkan pada
senyawa ozon, O3.

O O O
Pada senyawa O3 terdapat ikatan kovalen rangkap dua dan ikatan kovalen koordinasi.
Penulisan ikatan kovalen koordinasi dalam rumus struktur menggunakan garis panah.

O═ O O

Contoh lain senyawa yang memiliki ikatan kovalen koordinasi adalah asam nitrat, HNO3.

Perhatikan gambar berikut!

Ikatan Kimia 11
Tanda panah (→) menunjukkan pemakaian elektron dari atom N yang digunakan secara
bersama oleh atom N dan O. Jadi, senyawa HNO 3 memiliki satu ikatan kovalen koordinasi
dan dua ikatan kovalen.

6. Ikatan Campuran Ion dan Kovalen

Di dalam suatu molekul kadang-kadang terjadi ikatan kovalen dan ikatan ion
sekaligus. Bahkan dapat pula terjadi ikatanya merupakan ikatan ion, ikatan kovalen, dan
ikatan koordinasi. Dalam hal ini, untuk menggambarkan struktur Lewis-nya harus jelas ion
positif dan ion negatifnya. Misalkan pada NH4Cl.

+ ─
H
H N H Cl
H

E. BENTUK/GEOMETRI MOLEKUL SENYAWA KOVALEN

Bentuk molekul berkaitan dengan susunan ruang atom-atom dalam molekul. Molekul
diatomik sudah barang tentu linear; molekul triatom dapat linear atau bengkok; Molekul
tetraatomik ada yang planar ada pula yang berbentuk pyramid. Makin banyak atom penyusun
molekul, makin kompleks pula bentuknya. Perhatikanlah bentuk dari berbagai molekul pada
gambar berikut.

Bentuk molekul ditentukan melalui percobaan. Namun demikian, molekul-molekul


sederhana dapat diramalkan bentuknya berdasarkan pemahaman tentang struktur elektron
dalam molekul. Kita akan membahas cara meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori
tolak menolak pasangan-pasangan elektron pada kulit luar atom pusatnya, yang disebut teori
VSEPR.

Teori VSEPR

Teori VSEPR adalah suatu cara meramalkan bentuk molekul berdasarkan tolak
menolak pasangan-pasangan elektron pada kulit luar atom pusat (VSEPR = valence shell
electron pair repulsion). Teori ini dapat disimpulkan dalam 3 poin berikut.

1. Pasangan-pasangan elektron pada kulit luar atom pusat akan mengatur diri
(mengambil formasi) sedemikian sehingga tolak-menolak di antaranya menjadi

Ikatan Kimia 12
minimum. Susunan ruang pasangan-pasangan elektron yang berjumlah 2 hingga 6
pasang yang memberikan tolakkan minimum diberikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Susunan Ruang Pasangan-pasangan Elektron pada Kulit Luar Atom Pusat
yang Mempunyai 2 sampai dengan 6 Pasangan Elektron

2. Bentuk molekul hanya ditentukan pasangan terikat.


3. Urutan kekuatan tolak-menolak di antara pasangan-pasangan elektron adalah sebagai
berikut: Pasangan elektron bebas-pasangan elektron bebas > pasangan elektron bebas-
pasangan elektron ikatan > pasangan elektron ikatan-pasangan elektron ikatan.
Perbedaan daya tolak ini terjadi karena pasangan elektron bebas hanya terikat pada
satu atom saja, sehingga pasangan elektron bebas bergerak lebih leluasa dan
menempati ruang lebih besar daripada pasangan elektron ikatan. Akibat dari
perbedaan daya tolak tersebut adalah mengecilnya sudut ikatan karena desakan dari
pasangan elektron bebas.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk meramalkan geometri molekul dengan teori
VSEPR:

1. Membuat rumus Lewis untuk mengetahui jumlah pasangan elektron pada kulit luar
atom pusat.
2. Menggambar susunan ruang pasangan elektron di sekitar atom yang memberikan
tolakan minimum.
3. Menetapkan pasangan terikat dengan menuliskan lambang atom yang sesuai.
4. Menetukan geometri molekul setelah mempertimbangakan pengaruh pasangan
elektron bebas.

Ikatan Kimia 13
Selanjutnya perhatikanlah 2 contoh berikut:

Contoh 1 : Molekul air, H2O

Langkah 1: Rumus lewis molekul air adalah sebagai berikut:

Pasangan elektron bebas Pasangan elektron ikatan

Langkah 2: Jumlah pasangan elektron pada kulit luar atom pusat (atom O) adalah 4
pasang yang terdiri atas 2 pasangan bebas dan 2 pasangan ikatan. Susunan
ruang pasangan-pasangan elektron yang memberi tolakan minimum adalah
tetrahedron.

Susunan ruang 4 pasangan elektron

Langkah 3: Tentukan pasangan terikat dengan menuliskan lambang atom yang terikat
(atom H).

Bentuk molekul

Langkah 4: Molekul berbentuk V (bentuk bengkok). Hasil percobaan menunjukkan


bahwa sudut ikatan dalam air adalah 104,5O, sedikit lebih kecil dari sudut
tetrahedron (109,5O). Hal ini karena desakan pasangan elektron bebas.

Contoh 2: Molekul IF3

Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4

Kedudukan pasangan-pasangan elektron yang terdiri atas 2, 3, 4, dan 6 pasang


adalah ekivalen satu terhadap yang lainnya. Jadi, yang mana saja dipilih sebagai
pasangan bebas tidak akan mengubah bentuk molekul. Lain halnya jika pasangan bebas
elektron berjumlah 5 pasang, kelima pasangan itu terdiri atas dua posisi yang tidak
ekivalen, yaitu 3 pasangan menempati posisi ekuatorial dan 2 posisi aksial

Ikatan Kimia 14
Molekul dengan 5 pasang elektron:
(1), (2), dan (3) : Ekuatorial
(4) dan (5) : Aksial
Seperti telah disebutkan di atas, pasangan elektron bebas menempati ruang yang lebih besar.
Oleh karena itu, pasangan elektron bebas menempati posisi ekuatorial. Hal ini terbukti pada
molekul IF3 (contoh 2) yang ternyata berbentuk T, bukan segitiga datar.

Selanjutnya, untuk merumuskan tipe molekul, atom pusat dinyatakan dengan


lambang A, pasangan elektron ikatan dengan X dan pasangan elektron bebas dengan E.
Misalnya, molekul yang terdiri atas 3 pasangan ikatan dan 2 pasangan elektron bebas (seperti
molekul IF3) dirumuskan sebagai AX3E2. Dengan menggunakan lambang-lambang tersebut
berbagai macam bentuk molekul disimpulkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rumus-rumus VSEPR dan bentuk molekul


Jumlah Jumlah Rumus Bentuk molekul Contoh
pasangan pasangan
elektron ikatan elektron bebas
4 0 AX4 Tetrahedron CH4
3 1 AX3 E Piramida trigonal NH3
2 2 AX2 E2 Planar bentuk V H2O
5 0 AX5 Bipiramida trigonal PCl5
4 1 AX4E Bidang empat SF4
3 2 AX3E2 Planar bentuk T IF3
2 3 AX2 E3 Linier XeF2
6 0 AX6 Oktahedron SF6
5 1 AX5E Piramida sisiempat IF5
4 2 AX4E2 Segiempat planar XeF4

Cara untuk menentukan bentuk molekul senyawa kovalen dengan menggunakan rumus
VSEPR adalah sebagai berikut:

Rumus VSEPR = AXmEn

Ikatan Kimia 15
A = atom pusat
X = substituen yang diikat atom pusat = pasangan elektron ikatan sigma σ
E = pasangan elektron bebas (PEB)
m = banyaknya substituen yang diikat
n = banyaknya PEB, yang ditentukan dengan rumus berikut:

n = ½ (elektron valensi atom pusat – m – muatan senyawa)

Khusus untuk substituen atom O atau S terminal, berlaku rumus:

n = ½ (elektron valensi atom pusat – 2m – muatan senyawa)

Contoh:
a) NH3
m=3
n = ½ (5 – 3 – 0) = 1
Rumus VSEPR = AX3E
Bentuk molekul = segitiga piramida
+
b) NH 4
m=4
n = ½ (5 – 4 – 1) = 0
Rumus VSEPR = AX4
Bentuk molekul = tetrahedral
2−
c) CO 3
m=3
n = ½ [4 – 2 x 3 – (–2)] = 0
Rumus VSEPR = AX3
Bentuk molekul = Trigonal (segitiga sama sisi)

Teori domain elektron

Teori domain elektron adalah suatu cara meramalkan geometri (bentuk) molekul
berdasarkan tolak-menolak elektron-elektron pada kulit luar atom pusat dan merupakan
penyempurnaan dari teori VSEPR. Domain elektron berarti kedudukan elektron atau daerah
keberadaan elektron. Jumlah domain elektron dapat ditentukan sebagai berikut:

1) Setiap elektron ikatan (apakah ikatan tunggal, rangkap, atau rangkap tiga) merupakan satu
domain
2) Setiap pasangan elektron bebas merupakan satu domain
Contoh:
Jumlah Domain Elektron Atom Pusat dalam Beberapa Senyawa

No Senyawa Rumus lewis Jumlah elektron Jumlah domain


Ikatan Bebas elektron
1 H2O 2 2 4

Ikatan Kimia 16
2 CO2 2 0 2

3 SO2 2 1 3

Dari beberapa contoh di atas, terlihat bahwa untuk menentukan jumlah domain
elektron dalam satu molekul, kita harus mengetahui struktur lewis molekulnya.

Hibridisasi

Bentuk molekul dapat diramalkan dengan teori domain elektron. Namun demikian,
teori tersebut tidak menjelaskan bagaimana suatu molekul dapat memperoleh bentuknya.
Sebagai contoh, teori domain elektron meramalkan molekul metana (CH 4) berbentuk
tetrahedron dengan 4 ikatan C-H yang ekivalen.

Pada tingkat dasar, atom karbon mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut:

6C = 1s2 2s2 2p2

Dengan konfigurasi elektron seperti itu, atom karbon hanya dapat membentuk 2
ikatan kovalen (hanya elektron tunggal yang dapat dipasangkan untuk membentuk ikatan
kovalen). Oleh karena atom karbon membentuk 4 ikatan kovalen, dapat dianggap bahwa 1
elektron dari 2s dipromosikan ke orbital 2p, sehingga atom karbon mempunyai 4 elektron
tunggal sebagai berikut:

6C = 1s2 2s2 2p2 menjadi 6C = 1s2 2s1 2p3

Namun demikian, keempat elektron tersebut tidaklah ekivalen. Untuk menjelaskan hal
ini, maka dikatakan bahwa ketika atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan atom
hidrogen, orbital 2s dan ketiga orbital 2p mengalami pembastaran (hibridisasi) membentuk 4
orbital yang setingkat. Orbital hibridanya ditandai dengan sp 3 untuk menyatakan asalnya,
yaitu 1 orbital s dan 3 orbital p.

Berbagai tipe hibridisasi diberikan dalam tabel berikut:

Orbital asal Orbital hibrida Bentuk orbital hibrida Gambar


s, p Sp Linier

Ikatan Kimia 17
s, p, p sp2 Segitiga sama sisi

s, p, p, p sp3 Tetrahedron

s, p, p, p, d sp3d Trigonal bipiramida

s, p, p, p, d, d sp3d2 Oktahedron

Untuk lebih memahami konsep hibridisasi dan bentuk molekul, perhatikan contoh
soal berikut.

1. Molekul NH3 diketahui berbentuk pyramidal trigonal dengan tiga ikatan N – H yang
ekivalen dan sudut ikatan H – N – H = 107°. Bagaimanakah tipe hibridisasi dalam
molekul NH3?

Jawab:

N (nomor atom = 7) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut.

7N: 1s2 2s2 2p3

Atom N mempunyai 3 elektron tunggal pada orbital 2p. Dengan konfigurasi seperti itu,
atom N dapat membentuk tiga ikatan kovalen yang ekivalen dengan tiga atom H. Namun
demikian, mengingat sudut ikatan yang mendekati sudut tetrahedron, maka orbital 2s dan
2p dari atom N harus mengalami hibridisasi membentuk empat orbital hibrida sp 3 yang

Ikatan Kimia 18
ekivalen. Tiga orbital berisi elektron tunggal, satu orbital berisi sepasang elektron.
Elektron tunggal digunakan membentuk ikatan dengan atom H. Bentuk tetrahedron agak
terganggu dengan adanya pasangan elektron bebas.

2. Molekul PCl5 diketahui berbentuk bipiramida trigonal. Bagaimanakah bentuk hibridisasi


dalam molekul itu?

Jawab:

P (nomor atom = 15) mempunyai konfigurasi elektron sebagai berikut:

15P : (Ne) 3s2 3p3

Agar dapat membentuk lima ikatan kovalen, maka satu elektron dari orbital 3s harus
dipromosikan ke orbital 3d. Selanjutnya, orbital 3s, ketiga orbital 3p dan 1 orbital 3d
mengalami hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d yang berbentuk bipiramida
trigonal.

15P : (Ne) 3s2 3p3 3d0

Promosi menjadi

15P : (Ne) 3s1 3p3 3d1

Hibridisasi

sp3d 3d

F. KEPOLARAN SENYAWA KOVALEN


Pada pembentukan ikatan kovalen tidak terjadi adanya kutub listrik positif dan negatif
seperti pada ikatan ion, sebab terjadinya ikatan karena pemakaian pasangan elektron bersama.
Meskipun demikian, dalam kenyataannya ada senyawa yang berikatan kovalen, tetapi dapat
tertarik oleh medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan kovalen ada yang
menimbulkan kutub-kutub muatan listrik.
Terjadinya kutub listrik dalam iktan kovalen disebut dengan peristiwa polarisasi
ikatan (Inggris, polar = kutub). Peristiwa terjadinya polarisasi ikatan ini disebabkan adanya

Ikatan Kimia 19
perbedaan kekuatan gaya tarik terhadap pasangan elektron yang digunakan bersama.
Besarnya kekuatan gaya tarik elektron dari suatu atom dinyatakan sebagai harga
elektronegatifan.
Atom yang memiliki harga keelektronegatifan lebih besar akan menarik pasangan
elektron lebih dekat padanya, sehingga atom tersebut menjadi lebih negatif daripada atom
yang kurang kuat gaya tariknya. Makin besar perbedaan harga keelektronegatifan antara
kedua atom yang berikatan, makin polar ikatannya. Atom-atom yang tidak mempunyai
perbedaan keelektronegatifan, ikatannya merupakan ikatan nonpolar. Dengan demikian,
kepolaran suatu senyawa dapat ditentukan dari perbedaan keelektronegatifan atom – atom
yang membentuk suatu senyawa kovalen.

1. Senyawa kovalen non polar


Jika dua atom non logam sejenis (diatomik) membentuk suatu senyawa kovalen,
misalnya H2, N2, Br2, dan I2 maka ikatan kovalen yang terbentuk memiliki keelektronegatifan
yang sama atau tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan. Ikatan kovalen ini dinamakan
ikatan kovalen nonpolar.
Dalam pembentukan molekul I2, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan
secara seimbang oleh kedua inti atom iodin tersebut. Oleh karena itu, tidak akan terbentuk
muatan (tidak terjadi pengutuban atau polarisasi muatan ).

Molekul I2 bersifat non polar karena tidak terjadi pengutuban muatan

Adapun ciri – ciri ikatan kovalen nonpolar, sebagai berikut :


1) Momen dipol = 0
2) Atom pusat mengikat jenis atom yang sama dan atom pusat tidak memiliki
pasangan elektron bebas
3) Bentuk molekulnya simetris.
Contoh :H2, N2, BeCl2, CH4, BCl3, dan PCl5

2. Senyawa kovalen polar


Senyawa kovalen dikatakan polar jika senyawa tersebut memiliki perbedaan
keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan kovalen terjadi
pengutuban muatan. Ikatan kovalen tersebut dinamakan ikatan kovalen polar.
Dalam pembentukan molekul HF, kedua elektron dalam ikatan kovalen digunakan
tidak seimbang oleh inti atom H dan inti atom F sehingga terjadi pengutuban atau polarisasi
muatan.

Ikatan Kimia 20
Molekul HF bersifat polar karena terjadi pengutuban muatan

Perbedaan keelektronegatifan atom H dan atom F cukup besar yaitu sekitar 1,9.
Adapun ciri-ciri ikatan kovalen polar, sebagai berikut:
1) Momendipol > 0
2) Atom pusat mengikat jenis atom yang berbeda atau atom pusat memiliki
pasangan elektron bebas
3) Bentuk molekul asimetris
Contoh: HCl , H2O, NH3, CHCl3

G. GAYA TARIK ANTARMOLEKUL

Dalam keadaan gas, pada suhu tinggi dan tekanan yang relatif rendah, molekul-
molekul seperti air (H2O), gas hidrogen (H2), hidrogen klorida (HCl) benar-benar berdiri
sendiri, tidak ada gaya tarik antarmolekul. Akan tetapi, pada suhu yang relatif rendah dan
tekanan yang relatif tinggi, yaitu mendekati titk embunnya, terdapat suatu gaya tarik menarik
antar molekul. Gaya tarik-menarik antarmolekul itulah yang memungkinkan suatu gas dapat
mengembun. Gaya tarik-menarik antarmolekul itu pula yang mengikat molekul-molekul
dalam zat cair atau zat padat. Sebaliknya, untuk mencairkan suatu zat padat atau untuk
menguapkan suatu zat cair diperlukan energi untuk mengatasi gaya tarik menarik
antarmolekul, makin kuat gaya tarik antar molekul makin banyak energi yang diperlukan
untuk mengatasinya, makin tinggi titik cair atau titik didihnya. Jadi titik cair atau titik didih
menggambarkan kuatnya gaya tarik-menarik antarmolekul.

Ada tiga jenis gaya tarik-menarik antarmolekul, yaitu gaya tarik-menarik dipol sesaat-
dipol terimbas atau gaya dispersi atau gaya London, gaya tarik-menarik dipol-dipol, serta
ikatan hidrogen. Dua yang pertama secara bersama-sama disebut gaya-gaya van der Waals.

1. Gaya Tarik Menarik Dipol Sesaat-Dipol Terimbas (Gaya London)

Antarmolekul nonpolar terjadi tarik-menarik yang lemah akibat terbentuknya


dipol sesaat.

Gaya antamolekul jenis ini dikarenakan elektron senantiasa bergerak dalam orbital.
Perpindahan elektron dari suatu daerah ke daerah lainnya menyebabkan suatu molekul yang
secara normal bersifat nonpolar menjadi polar sehingga terbentuk suatu dipol. Dipol yang
terbentuk dengan cara itu disebut dipol sesaat karena itu dapat berpindah milyaran kali dalam

Ikatan Kimia 21
satu datik. Pada saat berikutnya dipol itu hilang atau bahkan sudah berbalik arahnya. Suatu
saat yang mungkin terjadi digambarkan pada gambar berikut:

(a) (b) (c)

a) Keadaan normal. Molekul nonpolar mempunyai sebaran muatan (awan elektron) yang
simetris.
b) Keadan sesaat. Perpindahan elektron menghasilkan dipole sesaat.
c) Dipol terimbas. Dipol sesaat pada molekul sebelah kiri mengimbas molekul sebelah
kanan. Hasilnya adalah gaya tarik dipol sesaat-dipol terimbas.

Dipol sesaat pada suatu molekul dapat mengimbas molekul disekitarnya sehingga
membentuk suatu dipol terimbas. Hasilnya adalah suatu gaya tarik menarik antarmolekul
yang lemah. Penjelasan teoritis mengenai gaya-gaya ini dikemukakan oleh Fritz London dari
Jerman pada tahun 1928. Oleh karena itu diebut gaya London (disebut juga gaya dispersi)

Kemudian suatu molekul untuk membentuk dipol sesaat atau untuk mengimbas suatu
dipol disebut polarisabilitas. Polarisabilitas berkaitan dengan massa molekul relatif (Mr) dan
bentuk molekul. Pada umumnya, makin banyak jumlah elektron dalam molekul makin mudah
mengalami polarisasi. Oleh karena jumlah elektron berkaitan dengan massa molekul relatif
maka dapat dikatakan bahwa makin besar massa molekul relatif makin kuat gaya London.
Misalnya, radon (Ar Rn = 222) mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan helium (Ar
He = 4); 221 K untuk radon dibandingkan 4 K untuk helium. Molekul yang bentuknya
panjang lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan molekul yang kecil, kompak, dan
simetris. Misalnya, normal pentana mempunyai titik cair dan titik didih yang lebih tinggi
dibandingkan neopentana, kedua zat itu memiliki massa molekul relatif yang sama besar.

Gaya dispersi (gaya London) adalah gaya relative lemah. Zat yang molekulnya
bertarikan hanya berdasarkan gaya London mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah
dibandingkan dengan zat lain yang massa molekul relatifnya kira-kira sama. Jika molekul-
molekulnya kecil, zat-zat itu biasanya berbentuk gas pada suhu kamar. Contohnya adalah
hidrogen (H2), nitrogen (N2), metana (CH4), gas-gas mulia seperti (He) dan sebagainya.

2. Gaya Tarik Dipol-Dipol

Molekul yang sebaran muatannya tidak simetris bersifat polar dan mempunyai dua
ujung yang berbeda muatan (dipol). Dalam zat polar, molekul-molekulnya cenderung
menyusun diri dengan ujung (pol) positif berdekatan dengan ujung (pol) negatif dari molekul
didekatnya. Sususnan molekul seperti itu menghasilkan suatu gaya tarik-menarik, yang
disebut gaya tarik dipol-dipol. Gaya tarik dipol-dipol lebih kuat dibandingkan gaya dispersi
(gaya London), sehingga zat polar cenderung mempunyai titik cair dan titik diih lebih tinggi
dibandingkan zat nonpolar yang massa molekulnya kira-kira sama. Contohnya adalah normal
butana dan aseton.

Ikatan Kimia 22
Nonpolar : Normal butana : Mr = 58 ; tc = -138,360C ; td = -0,50C
Polar : Aseton : Mr = 58 ; tc = -94,80C ; td = 56,20C

Gaya-gaya antarmolekul, yaitu gaya dispersi (gaya London) dan gaya dipol-dipol,
secara kolektif disebut gaya van der Waals. Gaya dispersi terdapat pada setiap zat, baik polar
maupun nonpolar. Gaya dipol-dipol yang terdapat pada zat polar menambah gaya dispersi
dalam zat itu. Dalam membandingkan zat-zat yang mempunyai massa molekul relatif (Mr)
kira-kira sama, adanya gaya dipol-dipol dapat menghasilkan perbedaan sifat yang cukup
nyata. Contohnya adalah normal butana dan aseton yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi,
dalam membandingkan zat dengan massa molekul relatif (Mr) yang berbeda jauh, gaya
dispersi menjadi lebih penting. Contohnya adalah HCl dengan HI; HCl (momen dipol = 1,08)
lebih polar daripada HI (momen dipol = 0,38); kenyataannya HI mempunyai titik didih yang
lebih tinggi daripada HCl.

HCl : Mr = 36,5 ; td = 188,1 K

HI : Mr = 128 ; td = 237,8 K

Fakta di atas menunjukkan bahwa gaya van der Waals dalam HI lebih kuat daripada HCl.
Berarti, lebih polarnya HCl tidak cukup untuk mengimbangi kecenderungan peningkatan
gaya dispersi akibat pertambahan massa molekul dari HI

3. Ikatan Hidrogen

Antara molekul-molekul yang sangat polar dan mengandung atom hidrogen terjadi ikatan hidrogen

Titik didih senyawa “hidrida” dari unsur-unsur golongan IVA, VA, VIA, dan VIIA
diberikan pada gambar di bawah ini. Prilaku normal ditunjukkan oleh “hidrida” dari unsur-
unsur golongan IVA, yaitu titik didih meningkat sesuai dengan penambahan massa molekul.
Kecenderungan itu sesuai dengan yang diharapkan karena dari CH 4 ke SnH4 massa molekul
relatif meningkat sehingga gaya van der Waals juga makin kuat.

Akan tetapi tiga kekecualian terlihat yakni HF, H2O dan NH3. Ketiga senyawa itu
mempunyai titik didih yang luar biasa tinggi dibandingkan anggota lain dalam kelompoknya.
Fakta itu menunjukkan adanya gaya tarik-menarik antar molekul yang sangat kuat dalam
senyawa-senyawa tersebut. Gaya apakah itu? Walaupun molekul HF, H 2O dan NH3 bersifat
polar.

Gambar 3. Titik didih hidrida unsur-unsur golongan IVA, VA, VIA dan VIIA.

Ikatan Kimia 23
Perilaku yang luar biasa dari senyawa-senyawa yang disebutkan di atas disebabkan
oleh ikatan lain yang disebut ikatan hidrogen. Oleh karena unsure F, O, dan N sangat
elektronegatif maka ikatan F—H, O—H, dan N—H sangat polar, atom H dalam senyawa-
senyawa itu sangat positif. Akibatnya, atom H dari satu molekul terikat kuat pada atom unsur
yang sangat elektronegatif (F, O, atau N) dari molekul tetangganya melalui pasangan elektron
bebas pada atom unsur berkeelektronegatifan besar itu.

Ikatan hidrogen yang kuat terbentuk hanya dalam molekul yang mempunyai ikatan F
—H, O—H, atau N—H. Kelihatannya, sepasang elektron bebas dalam sebuah atom kecil
lebih efektif daripada dalam atom besar dalam hal menarik atom H. Misalnya, walaupun N
dan Cl mempunyai keelektronegatifan yang hampir sama, nitrogen (atom yang lebih kecil)
membentuk ikatan hidrogen yang jauh lebih kuat dibandingkan Cl (atom yang lebih besar).
Ikatan hidrogen terdapat dalam NH3, tetapi tidak dalam HCl.

Ikatan hidrogen jauh lebih kuat dari pada gaya-gaya van der Waals. Energi untuk
memutuskan ikatan hidrogen adalah sekitar 15 sampai 40 kJ/mol, sedangkan untuk gaya van
der Waals adalah sekitar 2 sampai 20 kJ/mol. Itulah sebabnya mengapa zat yang mempunyai
ikatan hidrogen mempunyai titik cair dan titik didih yang relatif tinggi.

H. IKATAN LOGAM

Kulit terluar unsur logam relatif kosong karena elektron valensinya berjumlah sedikit.
Hal ini memungkinkan berpindahnya elektron dari satu atom ke atom yang lain. Elektron
valensi mengalami penyebaran yang cukup berarti karena kemudahan untuk berpindah sangat
besar.

Akibat penyebaran tersebut, elektron valensi menjadi berbaur dan menyerupai awan
elektron atau lautan elektron yang membungkus ion positif di dalam atom. Sehingga struktur
logam dapat dibayangkan sebagai pembungkusan ion-ion positif oleh awan atau lautan
elektron.

Struktur yang demikian dapat digunakan untuk menjelaskan sifat-sifat khas logam
seperti daya hantar listrik, daya tempa, dan daya tarik. Akibat awan elektron valensinya yang
mudah mengalir, maka logam juga bersifat sebagai konduktor yang baik. Penyebaran dan
pergerakan elektron valensinya yang cukup besar membuat logam ketika ditempa atau ditarik
hanya mengalami pergeseran pada atom-atom penyusunnya, sedangkan ikatan yang terbentuk
tetap.

Logam mempunyai sifat-sifat fisis yang khas, diantaranya:


 Mempunyai ikatan logam sangat kuat dan sukar diputuskan,
 Titik didih dan titik leleh sangat tinggi,
 Mengkilap,
 Dapat ditempa dan diregangkan menjadi kawat,
 Penghantar panas dan listrik yang baik.

Ikatan Kimia 24
I. SIFAT FISIS SENYAWA ION, SENYAWA KOVALEN, DAN LOGAM

Beberapa sifat fisis senyawa ion, senyawa kovalen, dan logam dapat dijelaskan
sebagai berikut :

1. Sifat Fisis Senyawa Ion


Beberapa sifat fisis senyawa ion, antara lain:
a. Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi. Secara umum, senyawa ion
mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi karena kuatnya gaya elektrostatis
yang ditimbulkan antara ion positif dan ion negatif.
b. Keras tetapi rapuh. Apabila senyawa ion dipukul, akan terjadi pergeseran posisi
ion positif dan negatif, dari yang semula berselang-seling menjadi berhadapan
langsung. Hal ini menyebabkan ion positif bertemu dengan ion positif, dan ion
negatif bertemu dengan ion negatif sehingga terjadi gaya tolak-menolak. Inilah
yang menyebabkan Kristal senyawa ion bersifat rapuh.
c. Berupa padatan pada suhu ruang.
d. Larut dalam pelarut air, tetapi umumnya tidak larut dalam pelarut organik. Pada
saat kristal senyawa ion dimasukkan ke dalam air, maka molekul-molekul air akan
menyusup di antara ion positif dan ion negatif sehingga gaya elektrostatis akan
melemah, dan akhirnya terpecah.
e. Tidak menghantarkan listrik dalam fasa padat, tetapi menghantarkan listrik dalam
fasa cair. Zat dikatakan dapat menghantarkan listrik apabila terdapat ion-ion yang
dapat bergerak bebas membawa muatan listrik.
2. Sifat Fisis Senyawa Kovalen
Beberapa sifat fisis senyawa kovalen, antara lain:
a. Berupa gas, cairan, atau padatan lunak pada suhu ruang
b. Bersifat lunak dan tidak rapuh
c. Memiliki titik didih dan titik leleh yang rendah
d. Umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
e. Pada umumnya tidak menghantarkan listrik.

3. Sifat Fisis Logam


Beberapa sifat fisis logam, antara lain:
a. Berupa padatan pada suhu ruang
Pada umumnya logam pada suhu kamar berwujud padat, kecuali raksa (Hg)
berwujud cair.
b. Bersifat keras tetapi lentrur/tidak mudah patah jika ditempa
Adanya elektron-elektron bebas menyebabkan logam bersifat lentur. Hal ini
dikarenakan elektron-elektron bebas akan berpindah mengikuti ion-ion positif yang
bergeser sewaktu dikenakan gaya luar.
c. Memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi
Diperlukan energi dalam jumlah besar untuk memutuskan ikatan logam yang
sangat kuat pada atom-atom logam.
d. Pengahantar listrik yang baik

Ikatan Kimia 25
Hal ini disebabkan terdapat elektron-elektron bebas yang dapat membawa muatan-
muatan listrik jika diberi suatu beda potensial.
e. Mempunyai permukaan yang mengkilap
f. Memberi efek fotolistrik dan efek termionik
Apabila elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup dari
luar, maka akan dapat menyebabkan terlepasnya elektron pada permukaan logam
tersebut. Jika energi yang datang berasal dari berkas cahaya maka disebut efek
fotolistrik, tetapi jika berasal dari pemanasan maka disebut efek termionik.

Ikatan Kimia 26
INSTRUMEN PENILAIAN

PETUNJUK:

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan disertai penjelasan dari jawaban yang anda
pilih

1. Atom X memiliki nomor atom 20 dan atom Y memiliki omor atom 9, senyawa yang
terbentuk antara X dan Y adalah .............
a. X2Y d. XY
b. XY2 e. X2Y2
c. X2Y3

2. Unsur A terdapat dalam golongan nitrogen dan unsur B memiliki nomor atom 12, maka
senyawa yang akan terbentuk dari kedua unsur tersebut adalah ........
a. AB d. A3B2
b. A2B e. A3B
c. A2B3

3. Suatu atom X memiliki konfigurasi elektron 2, 8,8,3. Jika unsur X berikatan, maka
senyawa yang mungkin terbentuk adalah ................
a. X2(SO4)3 d. HX3
b. BaX e. HX4
c. X3Br

4. Atom 8C dapat berikatan dengan atom 17Cl menurut aturan lewis. Senyawa tersebut
adalah ...............
a. CCl3 d. C2Cl3
b. CCl2 e. C3Cl5
c. CCl4

5. Suatu unsur dengan nomor atom 35 paling mudah membentuk ikatan ionik dengan unsur
yang memiliki nomor atom .......
a. 16 d. 20
b. 17 e. 28
c. 19

6. Metana adalah gabungan dari 1 atom C dan 4 atom H yang berikatan secara .....
a. Kovalen rangkap
b. Kovalen tunggal
c. Ionik
d. Kovalen koordinasi
e. Hidrogen

Ikatan Kimia 27
7. Pasangan berikut ini yang merupakan senyawa kovalen adalah .....
a. NaBr dan MgBr2 d. CaCl2 dan MgO
b. NaCl dan HF e. P2O5 dan N2O5
c. HCl dan H2O

8. Gas karbon dioksida yang dibutuhkan tumbuhan hijau untuk berfotosintesis terdiri atas
satu atom karbon dan 2 atom oksigen. Keduanya berikatan secara ....
a. Ionik d. Kovalen koordinasi
b. Kovalen tunggal e. Hidrogen
c. Kovalen rangkap

9. Perhatikan struktur lewis HNO3 berikut!

Ikatan kovalen koordinasi ditunjukkan oleh nomor .............


a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3

10. Keelektronegatifan Br, H, dan F masing-masing adalah 2,8 ; 2,1 ; dan 4,0. Urutan
kepolaran yang makin besar dari senyawa berikut ini adalah .......
a. BrF, HBr, HF d. HBr, HF, BrF
b. HBr, BrF, HF e. HF, HBr, BrF
c. HF, BrF, HBr

11. Ikatan yang terdapat pada senyawa amonia dan BF3adalah ......
a. Ikatanh ionik d. Ikatan kovalen
b. Ikatan logam e. Ikatan van der waals
c. Ikatan hidrogen

12. Ikatan kovalen koordinasi terdapat pada senyawa ........


a. C3H8 d. NaBr
b. H2O e. NaCl
c. HNO3

13. Berikut ini pasangan senyawa yang memiliki ikatan kovalen adalah ...........
a. NH3 dan KCl d. CO2 dan H2S
b. NaBr dan HCl e. H2S dan NaCl
c. H2O dan KCl

14. Berikut ini yang merupakan konfigurasi elektron gas mulia adalah ......
Ikatan Kimia 28
a. 2,2 d. 2,8,8,2
b. 2, 8, 6 e. 2, 8, 8, 4
c. 2, 8, 8

15. Atom Mg dengan nomor atom 12 dapat membentuk ion dengan muatan ......
a. -2 d. +2
b. -1 e. 0
c. +1

16. Diketahui unsur-unsur dengan nomor atom sebagai berikut: 8X, 9Y, 11Q, 16R, dan 19Z.
Pasangan unsur yang dapat membentuk ikatan ion adalah ......
a. X dan Y d. Y dan Q
b. R dan X e. Y dan X
c. Q dan Z

17. Ikatan elektrovalen mudah terjadi antara unsur-unsur yang .........


a. Titik didihnya tinggi
b. Selisih keelektronegatifannya besar
c. Selisih energi ionisasinya kecil
d. Energi ionisasinya sama
e. Keelektronegatifannya sama

18. Pasangan senyawa dibawah ini yang keduanya merupakan senyawa ion adalah ......
a. KCl dan HCl d. NaCl dan KBr
b. CH4 dan NH3 e. SO2 dan HCl
c. H2O dan KI

19. Ikatan yag terdapat dalam molekul Br2 adalah ikatan .........
a. Van der waals d. Kovalen polar
b. Kovalen non polar e. Kovalen koordinasi
c. Elektrovalen

20. Dari pasangan-pasangan senyawa di bawah ini yang mempunyai ikatan kovalen pada
kedua senyawanya adalah ......
a. NH3-KCl d. HF-LiCl
b. NaCl-KBr e. CO2-BaCl2
c. H2O-CCl4

21. Molekul di bawah ini yang paling polar adalah ............


a. HF d. H2O
b. HCl e. CH4
c. NH3

22. Ikatan kovalen pada senyawa berikut ini yang tidak mengikuti kaidah oktet adalah .......

Ikatan Kimia 29
a. CH4 d. H2O
b. CH3Cl e. BF3
c. NH3

23. Pasangan unsur berikut ini yang dapat membentuk ikatan kovalen adalah ......
a. 17X dan 11Y d. 19A dan 35B
b. 20M dan 16T e. 6R dan 17Q
c. 12P dan 17Q

24. Berikut ini senyawa yang memiliki ikatan kovalen koordinasi adalah ......
a. H2O d. C2H4
b. HF e. CH4
c. NH4 +

25. Pasangan senyawa di bawah ini yang keduanya merupakan senyawa ion adalah .....
a. CH4 dan NH3 d. SO2 dan HCl
b. KCl dan HCl e. H2O dan KBr
c. NaCl dan MgBr2

Ikatan Kimia 30
DAFTAR PUSTAKA

Nafiyanto, Indra., Siti Nurnahari, dan Siswadi. Tanpa Tahun. Buku Ajar Acuan Pengayaan
Kimia Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1. Solo. Sindunata
Purba, Michael. 2002. Kimia 1A Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga
Purba, Michael. 2006. Kimia 1A Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga
Purba, Michael dan Sunardi. 2006. Kimia Jilid 2 Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta.
Erlangga
Sudarmo, Unggul. 2004. Kimia SMA 1 Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga
Susilo. Tanpa Tahun. Bahan Ajar Kimia Untuk SMA/MA X-A. Tanpa Nama Tempat.
Gunung Ilmu.
Susilowati, Endang. 2005. Sains Kimia Prinsip dan Terapannya 1A Untuk SMA dan MA
Kelas 1. Solo. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Tim Penyusun HaKa MJ. Tanpa Tahun. Kimia Untuk SMA Kelas X Semester 1. Solo. HaKa
MJ.
Wismono, Jaka, dkk. 2004. Kimia dan Kecakapan Hidup 1A Untuk Kelas 1 SMA. Ganeca
Exact

Ikatan Kimia 31

Anda mungkin juga menyukai