Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

AE-2130 Material Pesawat dan Metode Manufaktur I


Modul C
Uji Impak

Oleh:

M. Naufal Yahya Ramadhan S.


13621048

Kelompok 06
13621056_Zevincent Queenata 13621083_Djoko Bayu Murtie
13621062_Evelio Christian Fresley
13621067_Dimas Yogastama Putra
13621069_Dimitri Viryan Nabil
13621081_Nigel Rafli Ardian

Tanggal Praktikum 23 November 2022


Tanggal Pengumpulan Laporan 5 Desember 2022
Asisten (NIM) Ulya Farqa Ramadina
(13719007)

LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI


PROGRAM STUDI TEKNIK DIRGANTARA
FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
Tujuan Praktikum

1. Menentukan nilai harga impak material aluminium dan baja untuk setiap temperatur.

Data Praktikum

Gambar 2. 1 Spesimen Uji Impak Alumunium dan Baja

Energi Awal : 300 J

Alumunium

Alumunium T(˚C) p(mm) t(mm) l(mm) h(mm) A(mm2) E(J)


1 25 60.82 9.41 9.43 7.41 69.876 10
2 40 61.30 9.53 9.51 7.53 71.610 67
3 80 60.20 9.68 9.53 7.68 73.190 54
4 -20 60.71 9.57 9.50 7.57 71.915 31
5 -40 59.25 9.54 9.51 7.54 71.705 24
Baja

Baja T(˚C) p(mm) t(mm) l(mm) h(mm) A(mm2) E(J)


1 25 61.31 10.01 10.04 8.01 80.420 140
2 40 61.17 9.97 10.02 7.97 79.859 118
3 80 60.27 10.03 9.92 8.03 79.658 106
4 -20 61.24 10.16 10.02 8.16 81.763 42
5 -40 60.63 10.04 9.97 8.04 80.159 0

Pengolahan Data

Grafik 3. 1 Hasil Uji Impak Urutan 1 dari Kanan

Pada percobaan kali ini nilai yang dicari adalah harga impak dari setiap specimen,
menggunakan persamaan:

𝐽 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐼𝑚𝑝𝑎𝑘 (𝐽)


𝐻𝐼 ( ) =
𝑚𝑚2 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑛𝑜𝑡𝑐ℎ (𝑚𝑚2 )

Alumunium 𝐽
HI (𝑚𝑚2 )

1 0.14311065315
2 0.93562351626
3 0.73780571116
4 0.43106445108
5 0.33470469283

Baja 𝐽
HI (𝑚𝑚2 )

1 1.74086048247
2 1.47760427754
3 1.33068869417
4 0.5136797818
5 0

1.8

1.6

1.4

1.2
HI

1
Alumunium
0.8
Baja
0.6

0.4

0.2

0
-60 -40 -20 0 20 40 60 80 100
T

Analisis Data

Dari kurva harga impak terhadap temperatur kedua spesimen memiliki nilai harga
impak yang semakin rendah jika temperatur turun dan semakin naik jika temperature semakin
meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh bentuk kristal dari setiap spesimen dimana alumunium
memiliki kristal FCC danbaja memiliki kristal BCC. Dari kedua kristal tersebut didapati
bahwa memiliki system slip yang berbeda. Pada BCC system slipnya relative lebih sedikit
dari pada FCC yang mempengaruhi gerakan atom pada saat terjadi deformasi, yang artinya
pada BCC gerakan atomnya terbatas sehingga tempat berdeformasi plastisnya relatif lebih
sedikit dari pada FCC. Selain itu akibat perbedaan temperatur dimana semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi harga impaknya maupun sebaliknya. Hal ini juga mempengaruhi
pergerakan atom pada kristal dimana semakin tinggi material dipanaskan maka pergerakan
atom akan semakin bebas, sehingga deformasi plastis juga semakin tinggi nilainya yang
menyebabkan material menjadi ulet, begitu pula sebaliknya yang menyebabkan material
semakin getas.

Pada setiap specimen dilakukan lima kali percobaan dalam beberapa temperatur.
Pada temperatur 25 ˚C, untuk alumunium dan baja mengalami patah ulet dimana dapat dilihat
dari permukaan patahannya yang sangat kasar dan tidak rata dimana sesuai dengan ciri-ciri
permukaan fibrous yang terjadi jika patahan ulet. Pada temperatur 40 derajat kedua patahan
masih mengalami patahan ulet, dapat dilihat bahwa pada patahannya tidak membuat
specimen terbagi menjadi dua dan permukaanyang dimilikinya juga fibrous. Pada temperatur
80 derajat kedua specimen juga masih mengalami patah ulet dimana semakin banyak bagian
yang masih menyatu pada specimen alumunium dan pada baja terjadi patahan yang
menyebabkan specimen menjadi dua bagian yang seharusnya patahan tidak menjadi dua hal
ini bisa diakibatkan karena terjadi kesalahan manufaktur dalam pembuatan specimen atau
karena dalam percobaan yang dilakukan tidak berada pada ruangan yang terisolasi. Pada
temperatur -20 derajat mulai terlihat kedua specimen mulai mengalami patahan getas karena
patahan yang dialami keduanya mulai terlihat lebih rata dan permukaannya tidak se-fibrous
dari permukaan specimen sebelum-sebelumnya. Pada temperatur -40 derajat specimen
memngalami patahan getas dimana permukaan patahan mengalami cleavage yang membuat
permukaan patahan menjadi rata dan mengkilap, serta patahan terbagi secara sempurna.
Gamabr patahan dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah.
Gambar 4. 1 Specimen yang Telah Diuji no. 1 dari Kanan

that Seperti yang telah dijelaskan dalam materi uji impak bahwa fibrous merupakan
permukaan patahan jika patahan mengalami patah ulet dan cleavage terjadi apabila patahan
merupakan patah getas. Perbedaannya dapat dilihat dengan mata telanjang dimana fibrous
terlihat lebih kasar permukaannya daripada cleavage yang terlihat lebih halus dan mengkilap.
Karena fibrous terjadi ketika patahan ulet maka jika dikaitkan dengan temperatur maka jika
material semakin panas patahannya akan menjadi semakin ulet dan karena semakin ulet
permukaan patahan akan menjadi fibrous. Begitu pula sebaliknya juka temperatur semakin
turun maka material semakin getas dan jika terjadi patahan permukaannya akan menjadi
cleavage.
Kesimpulan

1. Dari uji impak yang dilakukan didapat hasil harga impak dari alumunium untuk setiap
temperatur sebagai berikut:
𝐽
a. Untuk 25 ˚C, HI = 0.14311065315 𝑚𝑚2
𝐽
b. Untuk 40 ˚C, HI =0.93562351626 𝑚𝑚2
𝐽
c. Untuk 80 ˚C, HI = 0.73780571116 𝑚𝑚2
𝐽
d. Untuk -20 ˚C, HI =0.43106445108 𝑚𝑚2
𝐽
e. Untuk -40 ˚C, HI =0.33470469283 𝑚𝑚2

2. Dari uji impak yang dilakukan didapat hasil harga impak dari baja untuk setiap
temperatur sebagai berikut:
𝐽
a. Untuk 25 ˚C, HI = 1.74086048247 𝑚𝑚2
𝐽
b. Untuk 40 ˚C, HI =1.47760427754 𝑚𝑚2
𝐽
c. Untuk 80 ˚C, HI = 1.33068869417
𝑚𝑚2
𝐽
d. Untuk -20 ˚C, HI =0.5136797818 𝑚𝑚2
𝐽
e. Untuk -40 ˚C, HI =0 𝑚𝑚2

Daftar Pustaka

Calister, W. D., Rethwisch, D. G. Materials Science and Engineering An Introduction,


Tenth Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc., 2018

R.C. Hibbeler. Mechanics of Materials Ninth Edition. United States of America: Pearson
Prentice Hall, 2014.

Anda mungkin juga menyukai