DISUSUN OLEH
INDRA ADINATA (105118020)
I. DASAR TEORI
Sinar matahari memiliki sifat yang mirip lampu, yaitu polikromatik.
Bila sinar matahari/lampu dikenakan pada prisma, maka sinar akan
mengalami pembiasan dan hasil yang diperoleh merupakan sinar
monokromatik dan disebut sebagai sinar tampak, menghasilkan warna nila,
ungu, jingga, merah, kuning, hijau, dan biru. Namun, sinar matahari masih
memiliki dua komponen yang tidak terlihat oleh mata, yaitu sinar ultraviolet
dan sinar inframerah karena tidak terletak pada spektrum sinar tampak.
Fenomena ini dapat dijelaskan dengan teori korpskuler yang menyatakan
bahwa radiasi elektromagnetik merupakan partikel yang berenergi disebut
foton. Energi foton berbanding langsung dengan frekuensi radiasi dan
dinyatakan dalam persamaan :
ℎ𝑐
𝐸 =ℎ𝑣= ……. (1.1)
𝜆
Δ𝐸 = 𝐸1 − 𝐸0 = ℎ 𝑣….. (1.2)
𝐴 = 𝜀 𝑏 𝑐….. (1.3)
dengan A merupakan absorbansi, b merupakan panjang sel/kuvet, dan c
merupakan konsentrasi spesi (Robinson et al., 2014).
Spektra saling tindih dari dua komponen dan spektrum campuran dua
komponen. Pada absorbansi maksimum dari komponen 1, yaitu λ1,
komponen 2 juga memiliki absorbansi sendiri; demikian juga pada
absorbansi maksimum dari komponen 2, yaitu λ2, komponen 1 juga
menyerap radiasi. Akibatnya, absorbansi total pada setiap panjang
gelombang, dengan menganggap bahwa nilai ε dan b konstan disimbolkan
sebagai k, dapat ditulis :
Pada λ1 :
Pada λ2 :
k22 A1−k12 A2
𝐶1 = …. (1.6)
k11 k22−k12 k21
k11 A2−k21 A1
𝐶2 = …. (1.7)
k11 k22−k12 k21
II. TUJUAN
1. Menentukan konsentrasi dua senyawa, CoCl2 dan NiCl2 tanpa
melakukan pemisahan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
III. METODOLOGI
3.1. Alat
• Spektrofotometer UV-Vis
• Pipet volumetrik
3.2. Bahan
• Larutan blanko CoCl2
• Larutan blanko NiCl2
• Deret larutan standar Co2+ dan Ni2+ dengan konsentrasi masing-
masing 0,15 M; 0,1125 M; 0,075 M; dan 0,0375 M.
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dari CoCl2 dan
NiCl2
Absorbansi larutan blanko CoCl2 dan NiCl2 yang tersedia
dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Data yang diperoleh ditulis dalam tabel.
Selesai
Selesai
3.3.3. Analisis Larutan Campuran
Selesai
0,2
y = -1,5467x + 0,2085
0,15 R² = 0,5396
Absorbansi
0,1
0,05
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16
-0,05
M CoCl2 (M)
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16
M CoCl2 (M)
Grafik 4.3. Absorbansi NiCl2 pada 395 nm
0,8
0,7
0,6 y = 5,1067x - 0,02
R² = 0,9999
Absorbansi
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16
M NiCl2 (M)
4.3. Perhitungan
4.3.1. Nilai k11, k12, k21, dan k22
Berdasarkan dari kemiringan grafik 4.1 sampai 4.4 (y =ax + b),
dapat ditentukan nilai k, sebagai berikut :
• k11 = 3,3653
• k12 = 0,0720
• k21 = -1,5467
• k22 = 5,1067
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum mengenai Analisis Simultan Multikomponen
dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, dilakukan analisis
konsentrasi CoCl2 dan NiCl2 dalam larutan campuran keduanya. Kedua
senyawa atau komponen yang akan dianalisis serapan atau absorbansinya,
haruslah tidak bereaksi (berinteraksi) satu sama lain dan absorbansi
campuran tersebut bersifat aditif (Sastrohamidjojo, 2019). Praktikum ini
dibagi menjadi tiga percobaan yang semuanya merupakan langkah-langkah
untuk menentukan konsentrasi CoCl2 dan NiCl2 masing-masing dalam
larutan campuran keduanya.
Pada percobaan pertama, ditentukan panjang gelombang
maksimum dari masing-masing larutan blanko CoCl2 dan NiCl2. Panjang
gelombang maksimum ini digunakan untuk menentukan nilai tetapan
absorptivitas dari kedua komponen. Awalnya, spektrofotometer UV-Vis
dipindai dengan rentang panjang gelombang 200 – 800 nm. Tetapi, karena
datanya terlalu panjang dan banyak, kami hanya mengambil rentang
panjang gelombang dari 355 – 550 nm. Panjang gelombang maksimum
terjadi Ketika nilai absorbansi maksimum (paling tinggi) terbaca oleh UV-
Vis. Berdasarkan data hasil percobaan, λ (panjang gelombang) maksimum
untuk CoCl2 adalah 510 nm dan untuk NiCl2 adalah 395 nm.
Setelah ditentukan nilai λ maksimum dari kedua senyawa,
maka pada percobaan kedua, spektrofotometri UV-Vis diatur untuk
memindai absorbansi pada panjang gelombang 395 nm dan 510 nm. Lalu,
deret larutan standar CoCl2 dan NiCl2 masing-masing diukur pada panjang
gelombang NiCl2 (395 nm) dan CoCl2 (510 nm). Hasil dari pengukuran ini,
ditabulasikan dalam tabel 4.2. Kemudian, setelah didapat nilai absorbansi
pada setiap panjang gelombang kedua komponen, dibuat grafik antara
konsentrasi pada deret standar kedua komponen terhadap nilai
absorbansinya. Nilai tetapan absorptivitas, k merupakan kemiringan dari
grafik tersebut. Grafik 4.1 merupakan grafik antara deret larutan standar
CoCl2 dengan variasi konsentrasi terhadap absorbansinya pada panjang
gelombang 395 nm. Grafik tersebut merupakan grafik yang non-linear
karena diukur pada panjang gelombang serapan/absorbansi NiCl2. Grafik
4.1 cenderung menurun sehingga menyebabkan nilai k21 yang merupakan
tetapan absorptivitas senyawa CoCl2 pada panjang gelombang NiCl2
menjadi negatif, yaitu -1,5467. Kemudian, ketika diplotkan grafik 4.2 yang
merupakan grafik antara deret larutan standar CoCl2 dengan variasi
konsentrasi terhadap absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm,
berbentuk hampir linear karena diukur pada panjang gelombang
serapan/absorbansi CoCl2. Hal ini menyebabkan nilai k11 (tetapan
absorptivitas senyawa CoCl2 pada panjang gelombang NiCl2) adalah
3,3653.
Fenomena yang sama terjadi juga untuk NiCl2. Ketika dibuat
grafik antara deret larutan standar NiCl2 dengan variasi konsentrasi
terhadap absorbansinya pada panjang gelombang 395 nm yang merupakan
panjang gelombang serapan NiCl2, grafik 4.3 menunjukan bentuk yang
linear. Hal ini berdampak pada nilai k22 yang merupakan tetapan
absorptivitas senyawa NiCl2 pada panjang gelombang NiCl2 memiliki nilai
yang cukup tinggi, yaitu 5,1067. Sedangkan, ketika dibuat grafik antara
deret larutan standar NiCl2 dengan variasi konsentrasi terhadap
absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm yang merupakan panjang
gelombang serapan CoCl2, grafik 4.4 menunjukan bentuk yang non-linear,
yaitu cenderung meningkat secara tajam. Hal ini berdampak pada nilai k22
yang merupakan tetapan absorptivitas senyawa NiCl2 pada panjang
gelombang CoCl2 menjadi kecil, yaitu 0,072.
Berdasarkan data-data yang telah didapat sebelumnya,
konsenstrasi masing-masing senyawa dalam larutan campuran dapat
ditentukan. Sebelumnya, kedua senyawa yang akan dicampurkan memiliki
konsenstrasi dan volume masing-masing 0,15 M dan 5 mL. Sehingga, rasio
(v/v) dari CoCl2 dan NiCl2 adalah 1:1. Setelah itu, spektrofotometer UV-Vis
dipindai pada panjang gelombang 395 nm dan 510 nm untuk dideteksi nilai
absorbansi larutan campuran tersebut. Setelah nilai absorbansi (A) terbaca
oleh alat, maka kita dapat menentukan konsentrasi masing-masing
senyawa tersebut dengan menggunakan persamaan 1.6 dan 1.7. Dari hasil
perhitungan, didapat konsentrasi CoCl2 adalah 0,1073 M dan NiCl2 adalah
0,1077 M. Hal ini cukup berbeda dengan konsentrasi teoretis masing-
masing senyawa ketika dicampurkan, yaitu 0,075 M. Tentunya, banyak
sekali penyebab kesalahan atau error ini terjadi. Mungkin, telah terjadi
serapan oleh kuvet atau wadah sampel, mengingat kuvet yang digunakan
oleh kami adalah kuvet dari gelas plastik. Selain itu, kemungkinan yang lain
adalah adanya kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan
absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, Namun, hal ini dapat diatur
dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat
yang digunakan (melalui pengenceran atau pemekatan) (Putri, 2017).
Artinya, pengaturan konsentrasi pada deret larutan standar yang dianalisis,
masih sedikit kurang sesuai dengan sensitivitas spektrofotometer UV-Vis.
UV-Vis digunakan karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu
panjang gelombang dari sinar putih dapat terseleksi, cara penggunaannya
sederhana dan mudah, serta dapat menganalisis larutan dengan
konsentrasi yang sangat kecil. Tetapi, tidak ada instrumen yang sempurna.
UV-Vis ini juga memiliki kelemahan, yaitu absorbansi dapat dipengaruhi
oleh pH larutan, kebersihan kuvet, suhu, dan adanya zat pengganggu,
hanya dapat dipakai pada daerah ultraviolet dengan panjang gelombang
>190 nm, pemakaian hanya pada gugus fungsi yang mengandung electron
valensi dengan energi eksitasi yang rendah, serta sinar yang masuk harus
bersifat polikromatik (Fdokumen, 2016).
VI. KESIMPULAN
1. Konsentrasi CoCl2 pada larutan campuran dua komponen adalah
0,1073 M dan konsentrasi NiCl2 pada larutan campuran yang sama
adalah 0,1077 M.
VII. REFERENSI