Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AWAL

PERCOBAAN II

“ SPEKTRUM UV-VIS “

OLEH :

NAMA : BALGIS

STAMBUK : A 251 16 057

KELAS :C

KELOMPOK : IV ( Empat )

ASISTEN : FITRIANI MANDASARI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2018
PERCOBAAN II
SPEKTRUM UV-VIS

I. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari sifat ion logam
melalui karakteristik spektrum UV-VIS

II. Dasar Teori


Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di
daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu
senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital dasar yang berenergi
rendah ke orbital tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang
cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi
elektron. Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya
dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih
mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang
gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).
Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah istilah yang digunakan
ketika radiasi ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi oleh molekul yang
diukur. Alatnya disebut spektrofotometer UV-Vis. Spektrofotometer UV-Vis
(Ultra Violet-Visible) adalah salah satu instrumen yang digunakan dalam
menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer digunakan karena
kemampuannya dalam menganalisa banyak senyawa kimia serta
kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan
beberapa metode analisa (Herliani, 2008).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk
mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih
tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion
anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai
bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa
didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara
kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm,
sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-
800nm(Herliani, 2008).
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day,
2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400
nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm.
Pengukuran menggunakan spektrofotometer melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer
UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan
kualitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan sampel bisa ditentukan
dengan mengukur absorbansi sinar oleh sampel pada panjang gelombang
tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara
absorbansi dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan
transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer terdapat beberapa batasan, yaitu :
a. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
b. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang
yang sama.
c. Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut.
d. Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi.
e. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.
A= a . b . c atau A = ε . b . c
dimana :
A = absorbansi
b atau terkadang digunakan l = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga
umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis adalah interaksi yang terjadi
antara energy yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan
materi yang berupa molekul. Besar energy yang diserap tertentu dan
menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke keadaan tereksitasi
yang memiliki energy lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada daerah
ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik tetapi hanya pada system-
sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan p dan non
bonding electron. (Keenan,1984)
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hukum Lambert Beer, bila
cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media (larutan), maka sebagian
cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi
dipancarkan (It) (Keenan,1984)
Berdasarkan teori tersebut, pinsip kerja dari alat ini adalah suatau
cahaya monokromatik akan melalui suatu media yang memiliki suatu
konsentrasi tertentu, maka sakan membentuk spectrum cahaya, namun ketika
melewati monokromator, cahaya yang keluar hanya akan terdapat satu cahaya
yaitu yang sesuai dengan setting awal, misalnya warna hijau. Setelah keluar
dari monokromator, cahaya akan menembus sampel atau larutan yang
kemudian menuju detector dimana cahaya yang di hasilkan dari sampel akan
di ubah menjadi listrik yang kemudian akan terbaca hasil pada read out
(monitor). Spectrum cahaya yang dapat terlihat oleh mata terentang antara
400 nm sampai 800 nm. Pada tekhnik sptrofotometri, cahaya dari sumber
cahaya diuraikan menggunakan prisma sehingga di peroleh cahaya
monokromatis yang diserap oleh zat yang akan diperiksa. Cahaya
monokromatis merupakan cahaya satu warna dengan satu panjang
gelombang, sehingga cahaya yang diserap oleh larutan berwarna dapat diukur
(Keenan,1984)
Cara menggunakan Spektrofometer UV-VIS sebagai berikut (Mulyani,2005):
1. Putar tombol on-off (disebelah kira) kekanan. Biarkan 15 menit untuk
memanaskan alat. Atur tombol sampai menunjuk angka nol pada
petunjuk %T.
2. Putar tombol pengatur panjang gelombang (yang ada di sebelah atas alat)
untuk memilah panjang gelombang sesuai panjang gelombang yang
diinginkan.
3. Masukkan kuvet yang berisi paling sedikit 3 ml aquadest kedalam tempat
sampel (sebelum memasukkan kuvet, pastikan kuvet dalam keadaan
kering dengan mengeringkannya dengan kertas tissue (tutup penutup
sampel.
4. Putar tombol pengatur cahaya (tombol yang terletak disebelah kanan)
sehingga %T menunjuk angka 100 atau A menunjuk angka nol.
5. Angkat kuvet yang berisi aquadest deri tempat sampel dengan tutup.
Ganti isi kuvet dengan larutan lampu, baca serapannya.
6. Ganti larutan blanko dalam kuvet dengan larutan standar atau larutan uji,
baca serapannya.
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
A. Alat
1. Gelas kimia 25 ml
2. Pipet tetes
3. Spektronik 20
4. Kuvet
5. Botol semprot
6. Tissue
7. Rak tabung
B. Bahan
1. Aquades
2. Larutan CuSO4 0,1 M
3. Larutan CuCl2 0,1 M
4. Larutan CoCl2 0,2 M
IV. Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang diloakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapakan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Memasukan larutan CuCl2 0,2 M ke dalam kuvet sampai pada tanda batas.
3. Mengatur panjang gelombang pada spektronik 20 pada 470-510 nm.
4. Memasukkan larutan blanko (aquades) yang berada dalam kuvet ke dalam
spektronik 20.
5. Mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100.
6. Mengeluarkan larutan blanko (aquades), lalu mengatur ulang nilai transmitan
sampai menunjukkan angka 0.
7. Memasukkan larutan CuCl2 0,2 M ke dalam spektronik 20.
8. Mengamati nilai transmitan yang diperoleh pada setiap panjang gelombang.
9. Mengulangi langkah ke 4-8 untuk larutan CuSO4 0,1 M dengan panjang
gelombang 560-640 nm, larutan CoCl2 0,2 M dengan panjang gelombang
470-510 nm.
10. Mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel hasil pengamatan.
IV. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
A. Larutan CuCl4 0,2 M (470-510 nm)
No Panjang Gelombang (nm) T Absorban
1 470 0,55 0,26
2 480 0,58 0,76
3 490 0,47 0,32
4 500 0,41 0,38
5 510 0,35 0,45

B. Larutan CuSO4 0,1 M (560-640 nm)


No Panjang Gelombang (nm) T Absorban
1 560 0,98 0,0087
2 570 0,70 0,15
3 580 0,62 0,21
4 590 0,58 0,23
5 600 0,20 0,69
6 610 0,21 0,67
7 620 0,20 0,69
8 630 0,15 0,82
9 640 0,10 1

C. Larutan CoCl 0,2 M (470-510 nm)


No Panjang Gelombang (nm) T Absorban
1 470 0,21 0,67
2 480 0,20 0,69
3 490 0,18 0,74
4 500 0,16 0,79
5 510 0,15 0,82
VI. Perhitungan
A = -log T

1. Larutan CuCl2 (470 – 510 nm)


a. λ = 470 nm A = -log T
%T = 55% = -log 0,55
55
T = 100 = 0,55 = 1 –log 5,5

= 0,26
b. λ = 480 nm A = -log T
%T = 58% = -log 0,58
58
T = 100 = 0,58 = 1 –log 5,8

= 0,76
c. λ = 490 nm A = -log T
%T = 47% = -log 0,47
47
T = 100 = 0,47 = 1 –log 4,7

= 0,32
d. λ = 500 nm A = -log T
%T = 41% = -log 0,41
41
T = 100 = 0,41 = 1 –log 4,1

= 0,38
e. λ = 510 nm A = -log T
%T = 35% = -log 0,35
35
T = 100 = 0,35 = 1 –log 3,5

= 0,45
2. Larutan CoCl2 (470 – 510 nm)
a. λ = 470 nm A = -log T
%T = 21 % = -log 0,21
21
T = 100 = 0,21 = 1 –log 2,1

= 0,67
b. λ = 480 nm A = -log T
%T = 20% = -log 0,20
20
T= = 0,20 = 1 –log 2,0
100

= 0,69
c. λ = 490 nm A = -log T
%T = 18% = -log 0,18
18
T = 100 = 0,18 = 1 –log 1,8

= 0,74
d. λ = 500 nm A = -log T
%T = 16% = -log 0,16
16
T = 100 = 0,16 = 1 –log 1,6

= 0,79
e. λ = 510 nm A = -log T
%T = 15% = -log 0,15
15
T = 100 = 0,15 = 1 –log 1,5

= 0,82
3. Larutan CuSO4 (560 – 640)
a. λ = 560 nm A = -log T
%T = 98% = -log 0,98
98
T = 100 = 0,98 = 0,0087 = 0,01

b. λ = 570 nm A = -log T
%T = 70% = -log 0,7
70
T = 100 = 0,7 = 0,16

c. λ = 580 nm A = -log T
%T = 62% = -log 0,62
62
T = 100 = 0,62 = 0,21

d. λ = 590 nm A = -log T
%T = 58% = -log 0,58
58
T = 100 = 0,58 = 0,23

e. λ = 600 nm A = -log T
%T = 20% = -log 0,2
20
T = 100 = 0,2 = 0,69

f. λ = 610 nm A = -log T
%T = 21% = -log 0,21
21
T= = 2,1 = 0,67
100

g. λ = 620 nm A = -log T
%T = 20% = -log 0,2
20
T = 100 = 0,2 = 0,69

h. λ = 630 nm A = -log T
%T = 15% = -log 0,15
15
T = 100 = 0,15 = 0,82

i. λ = 640 nm A = -log T
%T = 10% = -log 0,1
10
T = 100 = 0,1 =1
VII. Pembahasan
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di
daerah ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu
senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital dasar yang berenergi
rendah ke orbital tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang
cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi
elektron. Molekul- molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih
pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya
dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih
mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang
gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).
Spectronic-20 adalah spectrofotometer absorpsi sinar tampak berkas
tunggal. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suat objek/kuvet yang berisi larutan blanko/sampel.Spektronik-
20 merupakan spektrometer visible yang susunannya menggunakan satu
berkas tunggal (single beam). Spektrofotometer jenis ini memiliki susunan
paling sederhana yang terdiri dari sumber sinar, monokromator, kisi difraksi
dan sistem pembacaan secara langsung. Cahaya putih dari lampu wolfram
difokuskan oleh lensa A ke celah masuk; lensa B mengumpulkan cahaya dari
celah masuk itu dan memfokuskan ke celah keluar setelah dipantulkan dan
didespersikan oleh kisi difraksi untuk memperoleh berbagai panjang
gelombang. Cahaya monokromatik yang menembus celah keluar melewati
sampel yang akan diukur dan jatuh ke tabung foto (Mulyani,2005).
Prinsip kerja dari spektrofotometer yaitu cahaya polikromatis dari
sumber cahaya masuk kedalam monokromator dan mengalami penguraiaan
menjadi cahaya monokromatis. Cahaya tersebut kemudian diteruskan melalui
sel yang berisi sampel. Cahaya sebagian diserap oleh sel dan sebagiannya lagi
diteruskan ke fotosel yang berfungsi untuk mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh fotosel memberikan sinyal
pada detektor yang kemudian diubah menjadi nilai serapan atau transmitans
dari zat yang dianalisis( Sumar, 1994).
Tujuan dari percobaan ini yaitu Mempelajari Sifat Ion Logam melalui
Karakterisasi Spektrum UV-VIS(Staf Pengajar Anorganik Fisik, 2016).
Prinsip dasar percobaan ini adalah berdasarkan bunyi hukum Lambert
Beer yang menyatakan bahwa apabila suatu senyawa monokromatik melalui
suatu media maka sebagian cahaya akan diserap, sebagian cahaya akan
dipantulkan dan sebagian cahaya lagi akan dipancarkan (Suminar,2001).
Prinsip kerja pada percobaan ini adalah berdasarkan pada spektronik
20 yaitu dengan memasukkan sampel yang berwarna pada panjang
gelombang tertentu yang ingin diidentifikasinilai transmitan dari setiap
sampel. Sinar dari sumber sina adalah sinar polikromatis maka dilewatkan
terlebih dahulu melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis
dilewatkan melalui kuvet yang berisi contoh maka akan menghasilkan sinar
yang ditransmitasikan dan diterima oleh detektor untuk diub ah menjadi
energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca
((Suminar,2001).
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa Transmitan dan
Absorbansi berbanding terbalik. Dimana semakin besar nilai transmitan yang
diperoleh maka semaki kecil nilai absorbansinya. Begitupun sebaliknya,
dimana semakin kecil nilai transmitannya, maka semakin besar nilai
absorbansinya. Dimana nilai absorbansi yang paling besar merupakan nilai 
max yang di peroleh. Jika dihubungkan dengan hokum Lambert Beer, yaitu
menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan
analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Untuk mengetahui apakah
suatu unsur memenuhi Hukum Beer atau tidak maka perlu ditentukan grafik
kalibrasi absorbansi vs konsentrasi. Hukum Beer hanya dapat dipenuhi jika
dalam range (cakupan) konsentrasi hasil kalibrasi berupa garis lurus, jadi kita
hanya bekerja pada linear range. Seringkali sampel yang dianalisa akan
memiliki absorbansi yang lebih tinggi dari pada larutan standar. Jika kita
berasumsi bahwa kalibrasi tetap linier pada konsentrasi yang lebih tinggi
(Hardjono, 2007).
A. Larutan CuSO4 0,1 M
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
memasukkan larutan CuSO4 0,1 M kedalam kuvet sampai pada tanda batas.
Setelah itu, mengatur panjang gelombang 560 pada spektronik 20 dan
memasukkan larutan blanko yang berada dalam kuvet kedalam spektronik 20.
Dimana blanko yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquades dimana
aquades ini bersifat jernih sehingga dapat meneruskan pancaran sinarnya serta
dilakukan pengkalibrasian yaitu untuk membersikan spectrometer 20 dari zat-
zat pengotor yang dapat menghalangi cahaya yang akan diteruskan. Kemudian
mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100. Langkah berikutnya
mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20, lalu mengatur
nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Fungsi dari mengatur nilai
transmitan agar mendapatkan hasil yang akurat, lalu absorbansi atau persen
transmitan dapat terbaca pada skala pembacaan. Dimana absorbansi merupakan
penyerapan energi cahaya sesuai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk
melakukan perubahan molekul dan transmitan adalah bagian dari cahaya yang
diteruskan oleh suatu larutan. Langkah selanjutnya memasukkan larutan
CuSO4 0,1 M ke dalam spektronik 20, langkah berikutnya yaitu melakukan
pengukuran kembali dengan panjang gelombang 570-640. Penggunaan larutan
CuSO4 dengan konsentrasi 0,1 M bertujuan untuk mencapai absorbansi
maksimum. Digunakan panjang gelombang maksimum dalam pengukuran
dikarenakan pada panjang gelombang maksimum maka kepekaannya juga akan
maksimal. Selain itu disekitar panjang gelombang maksimal akan diperoleh
bentuk kurva absorbansi yang datar dimana pada posisi tersebut Hukum
Lamber Beer terpenuhi (Basset, 1994).
Nilai yang diperoleh pada pengukuran absorbansi pada larutan CuSO4
0,1 M dengan panjang gelombang 560-640 nm , berturut-turut yaitu 0,0087 ,
0,15 , 0,21 , 0,23 , 0,69 , 0,67 , 0,69 , 0,82 , 1. Sedangkan untuk panjang
gelombang maksimalnya adalah 640 nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik,
2018).
B. Larutan CuCl2 0,2 M
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
memasukkan larutan CuCl2 0,2 M kedalam kuvet sampai pada tanda batas.
Setelah itu mengatur panjang gelombang 470 pada spektronik 20 dan
memasukkan larutan blanko yang berada dalam kuvet kedalam spektronik 20.
Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades tersebut dimasukkan kedalam
kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat spektroskopi UV-Vis.
Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100. Langkah
berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20, lalu
mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah
selanjutnya memasukkan larutan CuCl2 0,2 M ke dalam spektronik 20, langkah
berikutnya yaitu melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang
480-510 (Basset, 1994).
Percobaan ini, maka diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan
CuCl2 0,2 M, pada panjang gelombang dimulai dari 470-510 nm berturut-turut
adalah 0,26 ; 0,76 ; 0,32 ; 0,38 ; 0,45. Sedangkan panjang gelombang
maksimalnya adalah 480 nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
C. Larutan CoCl2 0,2 M
Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah
memasukkan larutan CoCl2 0,2 M kedalam kuvet sampai pada tanda batas.
Setelah itu mengatur panjang gelombang 470 pada spektronik 20 dan
memasukkan larutan blanko yang berada dalam kuvet kedalam spektronik 20.
Blanko yang digunakan adalah aquades, aquades tersebut dimasukkan kedalam
kuvet yang berfungsi untuk mengkalibrasi alat spektroskopi UV-Vis.
Kemudian mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka 100. Langkah
berikutnya mengeluarkan larutan blanko yang berada dalam spektronik 20, lalu
mengatur nilai transmitan sampai menunjukkan angka nol. Langkah
selanjutnya memasukkan larutan CoCl2 0,2 M ke dalam spektronik 20, langkah
berikutnya yaitu melakukan pengukuran kembali dengan panjang gelombang
480-510 (Basset, 1994).
Percobaan ini, maka diperoleh pengukuran nilai absorbansi larutan
CoCl2 0,2 M, pada panjang gelombang dimulai dari 470-510 nm berturut-turut
adalah 0,67 ; 0,69 ; 0,74 ; 0,79 ; 0,82. Sedangkan panjang gelombang
maksimalnya adalah 510 nm (Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik, 2018).
Dari percobaan yang telah dilakakukan ternyata masing-masing
memiliki nilai panjang gelombang maksimum yang berbeda-beda tergantung
panjang gelombang dan nilai absorbansinya. Masing-masing larutan memiliki
panjang gelombang yang berbeda-beda tergantung warna komplementer yang
dia serap Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan
panjang gelombang 400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149
kJ/mol. Elektron pada keadaan normal atau berada pada kulit atom dengan
energi terendah disebut keadaan dasar (ground-state). Energi yang dimiliki
sinar tampak mampu membuat elektron tereksitasi dari keadaan dasar menuju
kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi atau menuju keadaan tereksitasi.
Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda dengan cahaya yang ditangkap
oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau cahaya yang dilihat dalam
kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer. Misalnya suatu zat akan
berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum sinar tampak dan
suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang terdapat pada
spektrum sinar (Basset, 1994).
Percobaan yang dilakukan menggunakan panjang gelombang dengan
rentang yang berbeda-beda untuk setiap sampel agar penyerapan maksimum
dari suatu ion logam dapat terlihat dengan jelas. Sampel yang dapat dianalisis
dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Hal ini menjadi
kelemahan tersendiri dari metode spektrofotometri visible. Oleh karena itu,
untuk sampel yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna
dengan menggunakan reagen spesifik yang akan menghasilkan senyawa
berwarna. Reagen yang digunakan harus betul-betul spesifik hanya bereaksi
dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk senyawa berwarna
yang dihasilkan harus benar-benar stabil (Basset, 1994).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan
pengukuran menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering
disebut dengan spektrofotometri (Basset, 1994).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi (Harjadi, 1990).
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Sifat dari larutan CuSO4 memiliki warna biru dengan panjang gelombang
560-640 nm. λ maksimum yang diperoleh adalah 640 nm.
2. Sifat dari larutan CuCl2 memiliki warna biru tosca dengan panjang
gelombang 470-510 nm. λ maksimum yang diperoleh adalah 510 nm.
3. Sifat dari larutan CoCl2 memiliki warna merah dengan panjang gelombang
470-510 nm. λ maksimum yang diperoleh adalah 600 nm.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.
Chang, R. (2010). Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Day, R. (2002). Analitik Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Hardjono. (2007). Spektroskopi Edisi II. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Harjadi. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia

Keenan, Charles W.(1984).Kimia untuk Universitas .Jakarta : Erlangga.

Khopkar. (1990). Konsep Dasar Kimia Analisis. Jakarta: UI Press.

Mulyani, Sri.(2005).Kimia Fisika 2.Surabaya : Universitas Negeri Malang.

Staf Pengajar Kimia Anorganik Fisik. (2018). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik
Fisik. Palu: Universitas Tadulako.

Sudjadi.(1983). Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Sumar, Hendayang .(1994). Kimia Analitik Instrumen Edisi Kesatu Hal 139.
Semarang : Ikip Press.

Suminar.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern.Jakarta : Erlangga.

Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi ke-V. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai