Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Kimia Dasar

ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI LARUTAN TEMBAGA

INDRIANI NOVIAGEL

H021201007
LABORATORIUM KIMIA DASAR
UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
Laporan Praktikum Kimia Dasar

ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI LARUTAN TEMBAGA

Disusun dan diajukan oleh:

INDRIANI NOVIAGEL

H021201007

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 05 Desember 2020

Asisten, Praktikan,
HENDRIANUS LAYUK ADA’ INDRIANI NOVIAGEL
NIM. H031 17 1012 NIM. H021 20 1007
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di alam semesta ini sangat banyak ditemukan unsur-unsur. Ada yang

bersifat logam, semilogam dan nonlogam.Dan letaknya pun juga berbeda-beda.

Ada yang di tanah, udara, air, dan lain-lain. Seorang analis perlu untuk

mengetahui banyak konsentrasi unsur-unsur logam tersebut. Pentingnya bagi

seorang analis adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk menganalisis

suatu penyakit, bahkan juga berguna untuk menciptakan suatu produk yang

berguna bagi masyarakat luas. Namun, proses analisis tersebut tidaklah mudah,

karena membutuhkan keahlian tertentu (Keenan, 1984). Tembaga (Cu) merupakan

salah satu logam berat yang banyak dimanfaatkan di industri kimia. Ion Cu (II)

dapat dianalisis dengan beberapa metode salah satunya yaitu spektrofotometri

UV-Vis yang memiliki keuntungan reaksinya cepat, sensitif, dan selektif (Pratiwi

dan Sunarto, 2018).

Spektrofotometer UV-VIS adalah salah satu metode instrument yang

paling sering diterapkan dalam analisis kimia untuk mendeteksi senyawa

(padat/cair) berdasarkan absorbansi foton. Agar sampel dapat menyerap foton

pada daerah UV-VIS (panjang gelombang foton 200 nm-700 nm), biasanya

sampel harus diperlakukan atau derivatisasi, misalnya penambahan reagen dalam

pembentukan garam kompleks dan lain sebagainya. Unsur diidentifikasi melalui


senyawa kompleksnya (Irawan, 2019). Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan

agar praktikan dapat mengetahui cara menentukan konsentrasi larutan dengan

spektrofotometer, serta mengetahui cara kerja dari spektrofotometer

1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi

terhadap kepekatan larutan CuSO4, pengaruh konsentrasi terhadap nilai

absorbansi, dan pengaruh konsentrasi terhadap panjang gelombang.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. menentukan panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4.

2. membuat kurva kalibrasi larutan CuSO4.

3. menentukan konsentrasi tembaga dalam sampel larutan menggunakan

spektrofotometer.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah mengencerkan CuSO4 dengan aquades.

Ada lima sampel larutan CuSO4, yaitu larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,05;

0,1; 0,15; 0,2; dan 0,25 M. Dari keempat larutan ini kemudian dibandingkan

kepekatannya satu sama lain. Kemudian tiap larutan dimasukkan ke dalam

spektrofotometer, untuk diukur nilai absorbansi dan panjang gelombang

maksimumnya. Dalam hal ini, digunakan aquades sebagai larutan blanko atau

referens.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan

untuk mengukur energi relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan

atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer

dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi

dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating atau celah

optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi

melewatkan trayek pada panjang gelombang tertentu (Dachriyanus, 2004).

Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif,

tetapi dapat juga untuk analisa kualitatif. Panjang gelombang yang digunakan

untuk melakukan analisis kuantitatif suatu zat biasanya merupakan panjang

gelombang dimana zat yang bersangkutan memberikan serapan yang maksimum

(1, maks), sebab keakuratan pengukurannya akan lebih besar (Kirkiewicz, 2004).
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu

daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang cahaya

yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti. Spektrum

elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang luas dari sinar

gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada panjang gelombang

mikro (Dachriyanus, 2004).

Spektrum absorbsi dalam daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak

umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul

dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka

mengandung electron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi

ke tingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi

tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam

satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau

panjang gelombang pendek, diperlukan eksitasinya. Keuntungan utama metode

spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk

menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. (Dachriyanus, 2004).

2.2 Absorbansi

Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut

akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat energi

yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang gelombang cahaya yang

diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan elektron tereksitasi

ke orbital yang lebih tinggi. Sistem yang bertanggung jawab terhadap absorbsi

cahaya disebut dengan kromofor (Dachriyanus, 2004).


Kromofor yang menyebabkan eksitasi dari σ ke σ* adalah sistem yang

mempunyai elektron σ pada orbital molekul. Senyawa-senyawa yang hanya

mempunyai orbital σ adalah senyawa organic jenuh yang tidak mempunyai

pasangan elektron bebas. Transisi dari σ ke σ* ini akan menghasilkan serapan

pada

λmaks sekitar 150 nm. Transisi dari n ke σ* menyerap pada λmaks kecil dari 200

nm, yang diberikan oleh sistem yang mempunyai elektron yang tidak berikatan

dan adanya orbital σ pada molekul. Senyawa-senyawa yang hanya mengandung n

dan orbital σ pada molekul adalah senyawa organik jenuh yang mengandung satu

atau lebih pasangan elektron bebas di dalam molekul (Dachriyanus, 2004).

Kromofor yang memberikan transisi dari π ke π* menyerap pada λmaks

kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi). Kromofor ini merupakan tipe transisi dari

sistem yang mengandung elektron π pada orbital molekulnya. Sedangkan

kromofor yang memberikan transisi dari n ke π* memberikan serapan pada λmaks

300 nm (Dachriyanus, 2004).

2.3 Hukum Lambert-Beer

Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang

mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang

dapat diukur adalah transmittansi atau absorbansi. Cahaya yang diserap diukur

sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur sebagai

transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum Beer yang

berbunyi, “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya)

yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi

eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.


Secara kualitatif, absorpsi cahaya dapat diperoleh dengan pertimbangan

absorbsi cahaya pada cahaya tampak. Kita melihat objek dengan pertolongan

cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Apabila cahaya polikromatis (cahaya

putih) yang mengandung seluruh spektrum panjang gelombang melewati daerah

tertentu dan menyerap panjang gelombang tertentu, maka medium itu tampak

berwarna. Karena panjang gelombang yang diteruskan sampai ke mata, maka

panjang gelombang inilah yang menentukan warna medium. Warna ini disebut

warna yang komplementer terhadap warna yang diabsorpsi (Masrukan, 2012).

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan CuSO4

0,15 M, larutan CuSO4 yang belum diketahui konsentrasinya, dan kertas grafik

atau program excel.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu spektrofotometer

UV/VIS, labu takar 50 mL, pipet ukur 5 mL, erlenmeyer 100 mL dan karet

penghisap (bulb pipet filter).

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

Disediakan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,15 M dan aquades sebagai

blanko atau referens. Dimasukkan larutan CuSO 4 ke dalam kuvet 1 dan aquades

ke dalam kuvet 2 dengan volume masing-masing 1mL sel kuvet. Dimasukkan


kuvet yang berisi aquades ke dalam tempat sel alat, atur hingga serapan (A)

menunjukkan nol. Diganti blanko dengan kuvet yang berisi larutan CuSO 4, diukur

serapannya pada panjang gelombang awal 400 nm. Dilakukan tahap sebelumnya

untuk pengukuran absorbansi larutan pada deretan panjang gelombang 400-700

nm. Dibuat grafik hubungan panjang gelombang dengan absorbansi.

3.3.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dibuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,05, 0,10, 0,15, 0,20,

dan 0,25 M. Jika serapan larutan tersebut terlampau tinggi, dibuat larutan yang

lebih encer, atau jika serapan larutan terlampau rendah, dibuat larutan baru yang

sedikit lebih pekat. Diukur serapan masing-masing deretan larutan tersebut pada

panjang gelombang maksimum. Digunakan aquades sebagai blanko atau referens.

Dibuat kurva yang menghubungkan antara konsentrasi larutan CuSO4 dengan

absorbansi

terukur setelah pengukuran selesai.

3.3.3 Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

Diminta larutan CuSO4 yang belum diketahui konsentrasinya oleh

praktikan kepada asisten. Dimasukkan larutan tersebut ke dalam kuvet, lalu diukur

serapannya pada panjang gelombang maksimum. Diatur serapan blanko atau

referens hingga menunjukkan angka nol sebelum pengukuran sampel


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan

4.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

Tabel 4.1 Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum larutan CuSO4


No. Panjang Gelombang Absorbansi (A)
1. 410 0,312
2. 420 0,343
3. 430 0,354
4. 440 0,361
5. 450 0,372
6. 460 0,369
7. 470 0,332

4.1.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Tabel 4.2 Hasil pengukuran absorbansi larutan standar


Ukuran pada lamda max 450
No Larutan CuSO4
Absorbansi Transmitansi
1 0,05 M 0,393 4,045 x 10-1
2 0,1 M 0,602 2,500 x 10-1
3 0,15 M 0,817 1,524 x 10-1
4 0,2 M 1,027 9,397 x 10-2
5 0,25 M 1,204 6,251 x 10-2

4.1.3 Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

Tabel 4.3 Hasil pengukuran absorbansi sampel larutan CuSO4


No. Sampel Absorbansi Konsentrasi (M)
1. A 0,970 0,19
4.2 Grafik

4.2.1 Grafik Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Grafik Penentuan λ Maksimum


0.38
0.37
0.36
0.35
Absorbansi

0.34
0.33
0.32
0.31
0.3
0.29
0.28
400 410 420 430 440 450 460 470 480

λ (nm)

Grafik 4.1 Grafik penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang maksimum larutan tembaga adalah 450 nm.

4.2.2 Grafik Penentuan Kurva Kalibrasi Standar


Kurva Kalibrasi Standar CuSO4
1.4
1.2
f(x) = 4.09 x + 0.19

Absorbansi
1 R² = 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Konsentrasi (M)

Grafik 4.2 Kurva Kalibrasi Larutan CuSO4


4.3 Pembahasan

Penentuan panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan

CuSO4 0,15 M yang diukur dengan deret panjang gelombang 410-470 nm dan

diukur absorbansinya. Hasil yang didapatkan berturut-turut yaitu 0,312; 0,343;

0,354; 0,361; 0,372; 0,369; dan 0,332. Dengan melihat data yang ada dapat

disimpulkan bahwa panjang gelombang maksimum yaitu 450 nm karena memiliki

nilai absorbansi tertinggi.

Dari data yang telah didapatkan, selanjutnya dibuat kurva hubungan antara

konsentrasi (M) dan absorbansi (A). Dari kurva tersebut didapatkan persamaan

linear y = 4,094x + 0,1945 dan R2 = 0,9988. Persamaan ini digunakan untuk

menghitung kadar tembaga yang ada didalam sampel. Dimana (y) menyatakan

nilai pengukuran absorbansi dan (x) menyatakan kadar CuSO 4 dalam sampel.

Setelah dilakukan perhitungan diperoleh konsentrasi (X) CuSO 4 yang terdapat

dalam sampel adalah sebesar 0,19 M.

Pada percobaan ini juga dilakukan analisis penentuan kadar CuSO 4 dalam

suatu sampel secara spektrofotometri. Pada percobaan pertama, terlebih dahulu

dibuat larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; dan 0,25 M, dari
larutan induk CuSO4 0,15 M. Kemudian dilakukan absorbansi pada ketiga larutan

dengan deretan panjang gelombang 400-700 nm. Dan didapat hasil absorbansinya

berturut-turut . Dari data tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi

larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. panjang gelombang maksimum serapan larutan CuSO4 adalah 450 nm.

2. kurva kalibrasi larutan standar CuSO4 memiliki persamaan regresi

y = 4,094x + 0,1945 dan R2 = 0,9988.

3. konsentrasi sampel tembaga dalam sampel larutan menggunakan

spektrofotometer adalah 0,19 M.

5.2 5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Praktikum

Saran untuk praktikum adalah seharusnya penuntun praktikum lebih

dilengkapi lagi agar praktikan tidak terlalu bingung mencari bahan laporan.
5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten adalah tetap mempertahankan kedisiplinan dan tetap

menjadi asisten yang senantiasa membagi ilmu.

DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus., 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi,


Universitas Andalas, Padang.

Irawan, A., 2019, Kalibrasi Spektrofotometer sebagai Penjamin Mutu Hasil


Pengukuran dalam Kegiatan Penelitian dan Pengujian, Indonesian Journal
of Laboratory, 2, (1); 1-9.

Keenan, C.W., 1984, Kimia untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.

Kirkiewicz, 2004, Spectroscopic Investigation of Oil Pollution on the Surface and


at Various Depths of the Odra River, Scientific Journals, 1, (1); 2392-0378.

Masrukan, 2012, Analisis Zr Dalam Paduan Zr (6%) Melalui Pengukuran


Senyawa Zr-Arsenazo III Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS, Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Tangerang Selatan.

Pratiwi, N.A., dan Sumarto, 2018, Perbandingan Validasi Metode Analisis Ion
Tembaga (II) tanpa Pengompleks dan Dengan Pengompleks Na-
Dietilditiokarbamat secara Spektrofotometri UV-VIS, Jurnal Kimia Dasar,
3, (7); 96-105.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan CuSO4

CuSO4

- Disediakan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,15 M dan aquades

sebagai blanko atau referens.

- Dimasukkan larutan CuSO4 ke dalam kuvet 1 dan aquades ke dalam

kuvet 2 dengan volume masing-masing 1mL sel kuvet.

- Dimasukkan kuvet yang berisi aquades ke dalam tempat sel alat, atur

hingga serapan (A) menunjukkan nol.

- Diganti blanko dengan kuvet yang berisi larutan CuSO 4, diukur

serapannya pada panjang gelombang awal 400 nm.

- Dilakukan tahap sebelumnya untuk pengukuran absorbansi larutan pada

deretan panjang gelombang 400-700 nm.

- Dibuat grafik hubungan panjang gelombang dengan absorbansi.


Hasil
2. Pembuatan Kurva Kalibrasi

CuSO4
- Dibuat deretan larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,05, 0,10, 0,15, 0,20,

dan 0,25 M.

- Diukur serapan masing-masing larutan dengan panjang gelombang

maksimum.

- Digunakan aquades sebagai blangko.

- Dibuat kurva yang menghubungkan antara konsentrasi larutan CuSO4

dengan absorbansi yang telah diukur.

Hasil

3. Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4

CuSO4
- Dinyalakan spektrofotometri UV-Vis hingga cahaya indikator berwarna

hijau
- Diletakkan sampel pada sampel compertement yang telah dipreparasi

dan telah dimasukkan ke dalam kuvet.

- Menetralkan spekrofotometer.

- Dibaca dan dicatat hasil pengukuran data absorbansi.


Hasil

Lampiran 2. Dokumentasi Percobaan

Gambar 1. Pengukuran absorbansi larutan CuSO4 dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis
Lampiran 3. Perhitungan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Setelah Linier


No Konsentrasi Absorbansi (Y) X2 Y2 XY
. (X)
1. 0,05 M 0,393 0,0025 0,154449 0,01965
2. 0,10 M 0,602 0,01 0,362404 0,0602
3. 0,15 M 0,817 0,0225 0,667489 0,12255
4 0,20 M 1,027 0,04 1,054729 0,2054
5. 0,25 M 1,204 0,0625 1,449616 0,301
∑ 0,75 M 4,043 0,1375 3,688687 0,7088

n ( ∑ XY )−( ∑ X ) (∑Y )
Slope (a) =
n ( ∑ X 2 )−(∑ X )2

5 ( 0,7088 )−( 0,75)(4,043)


=
5 ( 0,1375 )−¿ ¿

3,544−3,03225
=
0,6875−0,5625

0,51175
=
0,125
= 4,094

( ∑ X 2 ) ( ∑ Y )−( ∑ X )( ∑ XY )
Intercept (b) = 2
n ( ∑ X 2 )− (∑ X )

( 0,1375 ) (4,043)−(0,75)(0,7088)
=
5 ( 0,1375 ) −¿ ¿

0,5559125−0,5316
=
0,6875−0,5625

0,0243125
=
0,125

= 0,1945

R2 = 0,9988

Jadi persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi standar CuSO4 adalah

y = 4,094x + 0,1945 dan R2 = 0,9988.

Berdasarkan persamaan regresi linear maka konsentrasi sampel CuSO4

dengan absorbansi sebesar 0,970 adalah

y = ax + b

0,970 = 4,094x + 0,1945

0,970−0,1945
x =
4,094

0,7755
x =
4,094

x = 0,19 M

Anda mungkin juga menyukai