Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANORGANIK 1

SINTESIS SENYAWA TERMOKROMIK

Nama : Henggis Pastina

NIM : 118270028

Asisten : Evita Sari

Waktu : 06 Juni 2021 (08.00 WIB)

PROGRAM STUDI KIMIA

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari pembuatan senyawa termokromik Ag 2[HgI4]

1.2 Latar Belakang

Pada praktikum dan pengamatan kali ini membahas tentang sintesis


senyawa termokromik Ag2[HgI4] dengan memperhatikan adanya perubahan warna
saat suhu naik dan yang mengalami transisi fase yg mana menunjukan pita
transfer muatan di dalam permukaannya. Perubahan yang terjadi inilah yang akan
diamati oleh praktikan sebagai tanda dari adanya senyawa termokromik, dan
adapun faktor-faktor yang dijadikan sebagai penunjang terjadinya perubahan
warna pada senyawa termokromik seperti perubahan pH, adanya paparan cahaya
seperti pada cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu, dan perubahan
suhu atau thermometer pada lingkungan sekitar nya. Ada bahan organik dan
anorganik yang dapat kita gunakan untuk produksi bahan semacam ini. Di bawah
kategori bahan termokromik organik, ada dua pendekatan sebagai kristal cair dan
pewarna leuco. Kristal cair digunakan dalam aplikasi presisi, tetapi rentang
warnanya terbatas. Pewarna leuco, di sisi lain, kurang akurat tetapi dapat
digunakan dengan berbagai warna. Di bawah kategori bahan anorganik, kita dapat
mengatakan hampir semua senyawa anorganik adalah termokromik sampai batas
tertentu.

Adapun istilah lain dalam ilmu kimia yaitu photokromik, adapun


perbedaan anatar photokromik dan thermokromik Perbedaan utama antara
photochromic dan thermochromic adalah bahwa material photochromic menjadi
gelap setelah terpapar radiasi UV, sedangkan material thermochromic berubah
warna saat terjadi perubahan suhu. Selain itu, bahan fotokromik terutama terbuat
dari kaca, bahan polikarbonat dan plastik sedangkan bahan termokromik dapat
berupa senyawa organik atau senyawa anorganik. Senyawa termokromik pada
kehidupan sehari-hari biasanya dapat dilihat pada beberapa benda, seperti pada
botol susu bayi yang akan berubah warna ketika suhu pada botol tersebut
mengalami perubahan suhu, dan contoh lain senyawa termokromik pada
kehidupan sehari-hari yaitu pada batu baterai yang pengaplikasian nya pada
senyawa termokromik yaitu untuk mengantisipasi panas pada batrai saat suhu naik
sehingga dapat menyebabkan batu baterai tersebut meledak.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Zat Warna Termokromik

Zat warna termokromik adalah zat warna yang dapat meresponperubahan


suhu dengan cara perubahan warna.Jenis zat warna termokromik dibagi
menjadi dua jenis, yaitu reversibel atau warna kembali dan irreversibel atau
warna tidak kembali. Termokromik reversibel yang telah banyak digunakan
untuk tekstiladalah zat warna termokromik yang berbasis leuko dan kristal cair.
Zat warna termokromik jenis pewarna leuko pada umumnya berubah dari
berwarna menjadi tidak berwarna atau berwarna lain dengan peningkatan suhu.
Kristal cair menunjukkan 'permainan warna' dengan melewati seluruh spektrum
dengan peningkatan suhu. Dalam pengaplikasiannya, zat warna termokromik
memerlukan substrat yang berhubungan dengan sistem penghasil panas
misalnya melibatkan kontak kulit manusia atau sirkuit elektronik (Robert M
dkk,. 2007).

Telapak tangan merupakan bagian tubuh yang terdiri dari pembuluh


darah yang banyak, sehingga pada bagian ini suhunya menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan suhu pada bagian tubuh. Zat warna termokromik jenis
touch activated merupakan zat warna yang akan berubah warna saat disentuh
atau digosok. Warna akan hilang atau memudar ketika digosok atau disentuh,
sehingga warna lain di bawahnya akan muncul (warna pudar pada suhu 29 oC
/ 84 oF). Zat warna tersebut bersifat tidak larut dalam air dan tidak memiliki
afinitas terhadap serat alam maupun serat sintetis (DAitken, 1996).

Faktor penting dalam pengaplikasian zat warna termokromik jenis touch


activated pada kain kapas yaitu suhu ruang saat proses pengaplikasian
berlangsung, sensitifitas suhu serta sifat pigmen warna (Marjan Kooroshnia.,
2013). Pada dasarnya pigmen termokromik dapat berubah warna saat ada
pengaruh suhu yang karena struktur molekul pigmen termokromik tersebut
tidak stabil, sehingga struktur molekul berubah membentuk kromofor baru saat
terkena suhu. Hal tersebut yang menyebabkan warna berubah.

Penelitian mengenai termokromik cukup menarik perhatian dalam satu


hingga dua dekade terakhir. Namun demikian, belum banyak publikasi
mengenai termokromik jenis touch activated yang dibahas secara khusus. Di sisi
lain, produk tersebut telah dapat diperoleh di pasaran sebagai bahan komersial
yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi. Untuk melengkapi informasi
mengenai teknik aplikasi dan karakterisasi hasil pewarnaan menggunakan
termokromik komersial jenis touch activated, penelitian ini dilakukan. Tujuan
utamanya adalah untuk menganalisis karakteristik zat warna termokromik
komersial jenis touch activated dengan cara mengaplikasikannya pada kain
kapas 100% dengan metode pencapan serta mengevaluasi sifat-sifat hasil
pencapannya. Karena sifanya yang sangat peka terhadap panas, maka zat warna
termokromik jenis touch activated ini diaplikasikan dalam teknik pencapan
dengan menggunakan binder khusus yang dapat berpolimerisasi pada T kamar
tanpa adanya pemanasawetan
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat yang digunakan :

1. Gelas kimia 50 mL
2. Gelas ukur 25 mL
3. Botol semprot
4. Batang pengaduk
5. Pipet tetes

3.2 Bahan yang digunakan :

1. Perak (I) Nitrat


2. Kalsium iodide
3. Raksa (II) iodida

3.3 Diagram alir

A. Pembuatan Larutan HgCl2

Sampel HgCl2

- diambil 0.05 gram sampel


- Dimasukkan kedalam gelas kimia
- Ditambahkan 12,5 mL air
- Dilarutkan secara homogeny

Hasil

B. Pembuatan Larutan KI Jenuh

Sampel KI

- Dimasukkan kedalam gelas kimia


- Dilarutkan dengan aquades
- Dipastikan larutan benar-benar jenuh

Larutan KI
- ditambahkan dengan larutan HgCl2
- Diaduk
- Disaring dan dapatkan endapannya

Hasil endapan

- Dilarutkan dengan KI jenuh


- Ditambahkan larutan perak nitrat
- Disaring

Hasil
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data hasil pengamatan

No. Perlakuan Hasil Pengamatan


Padatan HgCl2 0.85 gr + 12.5 Larutan yang di dapatkan berwarna
1 aquadest kuning

Padatan KI + aquadest Larutan berwarna kuning


2
Larutran KI + larutan HgCl2 Larutan menjadi warna kuning
3 jingga
Larutan KI + HgCl2 disaring Endapan berwarna jingga
4
Endapan dilarutkan dalam KI Larutan kembali berwarna jernih
5 jenuh

Penambahan larutan perak nitrat Terbentuknya padatan kuning


6 dalam jumlah banyak

Disarinng kembali Diperoleh endapan kuning


7

4.2 Pembahasan

Pada percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan kali ini tentang
sintesis senyawa termokromik yang bertujuan untuk mempelajari dari senyawa
termokromik itu sendiri, Zat warna termokromik adalah zat warna yang dapat
merespon perubahan suhu dengan cara perubahan warna karena struktur
molekul pigmen termokromik tersebut tidak stabil. Pada percobaan kali ini yaitu
pencampuran antara larutan HgCl2 dengan kalium iodide dan terjadinya pertukan
ion yang mana membentuk merkuri iodide dan kalium iodide dan adanya endapan
kuning yang terbentuk setelah proses penyaringan, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:

HgCl2 + 2KI HgI2 + 2KCl


Selanjutnya percobaan yang dilakukan kembali menggunakan larutan jenuh KI
yang berwarna jernih dan bertujuan untuk menhasilkan kembali larutan merkuri
iodida , dan reaksi yang terjadi adalah :

HgI2 + 2KI K2[HgI4]

Darin larutan yang telah didapatkan tersebut ditambahkan lagi dengan larutan
perak (I) nitrat dan didapatkan pula padatan berwarna kuning yang dihasilkan dari
proses pencampuran dan pnyaringan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

K2[HgI4] + 2AgNO3 Ag2[HgI4] + 2KNO3

Setelah didapatkan padatan Ag2[HgI4] lalu dilakukan identifikasi senyawa


termokromik dengan cara dipanaskan, dan terjadi perubahan warna menjadi
jingga namun hanya saat suhu naik dan saat suhu turun maka kembali ke keadaan
semula, hal ini terjadi karena terjadinya peristiwa transisi fase. Larutan KI dan
larutan HgCl2 merupakan larutan yang tidak berwarna namun ketika keduanya
dicampurkan reaksi yang berlangsung menyebabkan terjadinya perubahan warna
kuning ke jinggan pada campuran larutan tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan kali ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Zat warna termokromik adalah zat warna yang dapat meresponperubahan


suhu dengan cara perubahan warna karena struktur molekul pigmen
termokromik tersebut tidak stabil,
2. karakteristik zat warna termokromik komersial jenis touch activated
3. terjadinya perubahan warna saat larutan KI ditambahkan dengan larutan
HgCl2

5.2 Saran

Saran saya terhadap praktikum logam transisi dan senyawa koordinasi ini
saya harap agar para asisten praktikum dapat lebih menjelaskan lagi secara detail
agar para raktikan (daring) dapat memahami materi secara lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Robert, M., dkk., Design Concepts For A Temperature Sensitive Environment


Using Thermocromic Color. Heriot Watt University, 2007.

Aitken D, Burkinshaw SM, Griffiths J, Towns AD. Textile applications of


thermochromic systems. Review of Progress in Coloration. 1996; 26: 1–8.

Kooroshina, Marjan. Leuco Dye Based Thermochromic Inks : Recipes As A


Guide For Designing Textile Surfaces. Swedish School Of Textiles At
UniversityOf Boras. 2013.

Pira, S. (2013).Thermochromic inks and reducing houseold food waste.


www.wrap.org.uk
LAMPIRAN
MSDS

Anda mungkin juga menyukai