Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR

HALOGEN

DISUSUN OLEH:

NAMA : IKRIMA DAROJAH

NIM : K1A022008

HARI, TANGGAL : SENIN, 19 SEPTEMBER 2022

ASISTEN : PUTRI CAROLINE

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

PURWOKERTO

2022
HALOGEN

I. TUJUAN
Mengetahui sifat sifat halogen dan senyawanya
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kata halogen berasal dari bahasa Yunani yang merupakan “unsur
yang menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam”. Golongan
Halogen (Golongan VIIA) merupakan unsur-unsur nonlogam yang
sangat reaktif. Unsur halogen terdiri dari unsur Fluor (F), Klor (Cl),
Brom (Br), Iod (I), dan Astatin (At). Astatin adalah unsur radioaktif
dengan waktu hidup (life time) yang sangat singkat dan mudah
meluruh menjadi unsur lain. Golongan halogen memiliki konfigurasi
elektron valensi ns2 np5 , dari F ke At titik didih dan titik lelehnya
semakin tinggi, energi ionisasi halogen tinggi, dan afinitas elektron
tinggi ( Nursanti, 2020).
Kereaktifan Halogen sangat tinggi, sehingga halogen ditemukan di
alam hanya dalam bentuk senyawa. Konfigurasi elektron halogen
adalah ns2 np5 , dan halogen kekurangan satu elektron untuk
membentuk struktur gas mulia yang merupakan kulit tertutup. Atom
halogen mengeluarkan energi bila menangkap satu elektron. Sehingga
perubahan entalpi reaksi X(g) + e → X- (g) bernilai negatif. Walaupun
afinitas elektron didefinisikan sebagai perubahan energi penangkapan
elektron, tanda positif biasanya digunakan. Agar konsisten dengan
perubahan entalpi, sebenarnya tanda negatif yang lebih tepat (Saito,
2008).
Unsur halogen selalu mempunyai bilangan oksidasi -1, kecuali
fluor yang selalu univalent. Unsur ini dapat mempunyai bilangan
oksidasi (+1), (+III) dan (+VII). Bilangan oksidasi (+IV) dan (+VI)
merupakan anomali, terdapat dalam oksida ClO2 , Cl2O6 , dan BrO3 .
Titik leleh dan titik didih bertambah jika nomor atom bertambah. Hal
ini karena molekul yang lebih besar mempunyai gaya tarik menarik
Van der Waals yang lebih besar. Energi ikatan X2 (kalor disosiasi)
berkurang jika atom bertambah besar. Kecenderungan ini hanya dapat

1
diamati untuk Cl2 , Br, dan I2. Energi ikatan F2 sangat rendah (158
kJmo-1), karena terjadi tolak menolak antara elektron tak-terikat. Hal
inilah yang menyebabkan F2 sangat reaktif (Sukmanawati, 2009).
Semua halogen membentuk senyawa stabil pada keadaan oksidasi
-1. Senyawa flour hanya memiliki satu keadaan osidasi yaitu -1,
sedangkan klor, brom, dan iod selain memiliki keadaan oksidasi lain,
yaitu +1, +3, +5, atau +7. Flour dan klor merupakan unsur yang
melimpah di alam. Flour secara luas terdapat dalam flourapatit
3Ca3(PO4)2.CaF2 dan dalam flourit, CaF2. Klormelimpah di lautan dan
terdapat dalam deposisi garam sebagai NaCl. Bromkurang begitu
melimpah, terdapat sebagai ion Br sebagairecovery (perolehan
kembali) air asin dan air laut tertentu. Iodium terdapat dalam
kosentrasi sangatsedikit sebagai ion I- dalam air laut,juga terdapat
sebagai natrium iodida, NaI dan sebagai natrium iodat, NaIO3
bersama-sama deposit garam nitrat (Sunarya, 2010).
Semua unsur halogen trdapat sebagai molekul diatomik yaitu F2,
Cl2, Br2, dan I2. Fluorin dan klorin berwujud gas, fluorin berwarna
kuning pucat dan klorin berwarna kuning kehijauan. Bromin mudah
menguap, cairan dan uapnya berwarna coklat-kemerahan. Iodin berupa
zat padat berwarna hitam mengkilap yang dapa menyublim
menghasilkan uap berwarna ungu. London di antara molekul halogen
yang makin meningkat dengan bertambahnya panjang ikatan.
Kereaktifan halogen dapat dipelajari dari jari-jari atomnya. Unsur
halogen, dar atas ke bawah memiliki jari-jari atom meningkat sehingga
gaya tarik inti terhadap penerimaan (afinitas) elektron makin lemah.
Kereaktifan halogen dapat juga dipelajari dari afinitas elketron. Makin
besar afinitas elektron, makin reaktif unsur tersebut. Unsur halogen
dari atas ke bawah dalam tabel periodik, memiliki afinitas elektron
yang makin kecil kereaktifannya. Oleh karena itu, unsur halogen
mudah menerima elektron maka unsur halogen merupakan oksidator
kuat (Sunarya, 2009).

2
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kimia unsur kali ini
adalah tabung reaksi, pembakar bunsen, kertas indicator, pipet
tetes.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
kalium klorida, kalium bromida, kalium iodida, larutan perak
nitrat, asam sulfat, kalium permanganate, larutan Hg2(NO3)2,
larutan HgCl2, karbon tetraklorida, natrium tiosulfat, besi (III)
sulfat..
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan pertama
1. Sebanyak 1 mL KCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Sebanyak 1 mL KBr dimasukkan ke dalam tabung reaksi
3. Sebanyak 1 mL KI dimasukkan ke dalam tabung reaksi
4. Sejumlah larutan 𝐴𝑔𝑁𝑂3 ditambahkan ke dalam 3 tabung
tersebut secara kualitatif
5. Sejumlah 𝐻2SO4 pekat ditambahkan ke dalam 3 tabung
tersebut secara kualitatif
6. Perubahan yang terjadi diamati
3.3.2 Percobaan kedua
1. Sebanyak 1 mL KCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Sebanyak 1 mL KI dimasukkan ke dalam tabung reaksi
3. Kedua tabung ditambahkan dengan Hg nitrat
4. Larutan berisi KCl ditambahkan KCl hingga berlebih,
diamati
5. Larutan berisi KI ditambahkan KI hingga berlebih,
diamati
3.3.3 Percobaan ketiga
1. Sebanyak 1mL KBr dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Sebanyak 1mL KI dimasukkan ke dalam tabung reaksi

3
3. Kedua tabung ditambahkan dengan 𝐻𝑔𝐶𝑙2
4. Larutan berisi KBr ditambahkan KI hingga berlebih
5. Larutan berisi KI ditambahkan KBr hingga berlebih,
diamati
3.3.4 Percobaan keempat
1. Larutan KCl, KBr, dan KI masing-masing sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam tabung berbeda
2. Larutan 𝐶𝑢𝑆𝑂4 ditambahkan
3. Ketiga tabung ditambahkan larutan natrium tiosulfat
4. Perubahan yang terjadi diamati
3.3.5 Percobaan kelima
1. Larutan KCl, KBr, dan KI masing-masing sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam tabung berbeda
2. Larutan 𝐾𝑀𝑛𝑂4 ditambahkan
3. Ketiga tabung ditambahkan larutan 𝐻2SO4
4. Perubahan yang terjadi diamati
3.3.6 Percobaan keenam
1. Larutan Fe2(SO4)3 2mL ditambahkan ke dalam 3 tabung
reaksi yang berbeda
2. Tabung A ditambahkan 2 ml KCl
3. Tabung B ditambahkan 2 ml KBr
4. Tabung C ditambahkan 2 ml KI diamati
5. Ketiga tabung ditambahkan larutan 1 ml NaOH
6. Perubahan yang terjadi diamati
3.3.7 Percobaan ketujuh
1. Larutan KCl, KBr, dan KI masing-masing sebanyak 1 mL
dimasukkan ke dalam tabung berbeda
2. Sebanyak 2 ml HCl ditambahkan ke dalam masing masing
larutan
3. Sebanyak 1 ml CCl4 ditambahkan ke dalam masing masing
larutan
4. Perubahan yang terjadi diamati

4
3.3.8 Percobaan kedelapan
1. Sebanyak 5 ml air dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi
2. Sebanyak 1 tetes brom dimasukkan ke dalam tabung reaksi
A
3. Sebanyak 1 butir yod dimasukkan ke dalam tabung reaksi B
4. Larutan di uji pH universal
3.3.9 Percobaan kesembilan
1. Sebanyak 1 ml CCl4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Sebanyak 1 tetes brom dimasukkan ke dalam tabung reaksi
A
3. Sebanyak 1 butir yod dimasukkan ke dalam tabung reaksi B
4. Perubahan yang terjadi diamati
3.3.10 Percobaan kesepuluh
1. Sebanyak 2 ml KCl dimasukkan ke dalam tabung reaksi A
2. Sebanyak 2 ml Kl dimasukkan ke dalam tabung reaksi B
3. Sebanyak 2 ml air brom dimasukkan ke dalam tabung reaksi
A dan B
4. Sebanyak 1 ml CCl4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi A
dan B
5. Perubahan yang terjadi diamati
3.4 Skema Kerja
(Terlampir)

5
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Tabel 1

Persamaan Reaksi Pengamatan

KI + AgNO3 KNO3 + AgI - Larutan berwarna putih keruh dan


terdapat endapan
AgI + H2SO4 AgSO4 + HI - Larutan menghasilkan kalor
KBr + AgNO3 KNO3 + AgBr - Larutan berwarna putih kekuningan
AgBr + H2SO4 AgSO4 + HBr dan terdapat endapan
- Larutan enghasilkan kalor
KCl + AgNO3 KNO3 + AgCl - Larutan berwarna putih
kekuningan dan terdpat endapan
AgCl + H2SO4 AgSO4 + HCl - Larutan menghasilkan kalor
Tabel 2

Persamaan Reaksi Sebelum + KCl/KI Setelah + KCl/KI

2KCl + Hg2(NO3)2 2KNO3 + Bening Tetap bening


Hg2Cl2
2KI + Hg2(NO3)2 2KNO3 + Hg2I2 Jingga bening Jernih,terdapat

endapan
Tabel 3

Persamaan Reaksi Sebelum + KBr/KI Setelah +


KBr/KI
2KBr + HgCl2 2KCl + HgBr2 Larutan berwarna bening Larutan
berwarna Jingga
menyala
2KI + HgCl2 2KCl + HgI2 Larutan berwarna jingga Larutan
menyala dan terdapat berwarna jingga
endapan berwarna kemerahan
jingga

6
Tabel 4
Persamaan Reaksi Sebelum + 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 Setelah + 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3
2KCl + CuSO4 →K2SO4 + CuCl2 Larutan bening Larutan bening
SO4 + CuCl2 + Na2S2O3 → K2S2O3 berwarna biru berwarna biru
+ CuSO4 + 2NaCl
2KBr + CuSO4 → K2SO4 + CuBr2 Larutan bening Larutan bening
K2SO4 + CuBr2 + Na2S2O3 → berwarna biru berwarna biru
K2S2O3 + CuSO4 + 2NaBr
2KI + CuSO4 →K2SO4 + CuI2 SO4 Larutan berwarna Larutan berwarna
+ CuI2 + Na2S2O3 → K2S2O3 + kuning kecokelatan putih susu
CuSO4 + 2NaI

Tabel 5

Persamaan Reaksi Pengamatan


2KCl + 2KMnO4 + 2H2SO4 → Larutan berwarna coklat kehitaman dan
2K2SO4 + 2MnSO4 + Cl2 + 4H2O terdapat endapan bening kekuningan
2KBr + 2KMnO4 + 2H2SO4 → Larutan berwarna cokelat kehitaman
2K2SO4 + 2MnSO4 + Br2 + 4H2O dan terdapat endapan bening coklat
2KI + 2KMnO4 + 2H2SO4 → 2K2SO4 Larutan berwarna kuning bening dan
+ 2MnSO4 + I2 + 4H2O terdapat endapan berwarna coklat
kehitaman
Tabel 6
Persamaan Reaksi Pengamatan
Sebelum NaOH Setelah + NaOH

Fe2(SO4)3 + 6KCl → Larutan berwarna Larutan berwarna kuning


2FeCl3 + 3K2SO4 kuning bening bening
Fe2(SO4)3 + 6KBr → Larutan berwarna Larutan berwarna kuning
2FeBr3 + 3K2SO4 kuning bening bening

7
Fe2(SO4)3 + 6KI → 2FeI3 Larutan berwarna merah Larutan berwarna merah
+ 3K2SO4 bening bening kehitaman
Tabel 7

Persamaan Reaksi Pengamatan


I2 + H2O →2HI + O2 Larutan bening tidak berwarna
pH = 6
I2 + CCl4 → 2Icl + CCl2 Larutan merah pekat

Br2 + H2O → 2HBr + O2 Larutan bening tidak berwarna


pH = 3
Br2 + CCl4 → 2BrCl + CCl2 Larutan bening tidak berwarna

Tabel 8

Persamaan Reaksi +KCl +KI

2Br2 + 2CCl4 + 2KCl → 2KBr + Tidak menyatu, Larutan terpisah


2CBr + 5Cl2 terdapat gumpalan menjadi dua
2Br2 + 2CCl4 + 2KI → 2KBr + atau endapan lapisan dan
2CBr + 4Cl2 + I dibawah terdapat gumpalan

8
4.2 Pembahasan
Halogen adalah anggota golongan unsur nonmetalik yang sangat
aktif, terdiri atas fluorin, bromin, iodin, klorin, atau astatin, yang
mempunyai sifat kimia yang sama antara satu dan lainnya (Cita, 2013).
Halogen merupakan satu-satunya unsur yang tergolong sebagai zat
pengoksidasi yang kuat atau bisa disebut sebagai oksidator yang kuat.
Oksidator merupakan zat lain dalam suatu reaksi redoks. Jadi oksidator
adalah zat yang mengalami reduksi. Sebaliknya, gas mulia sangat reaktif
sehingga dijumpai di alam hanya dalam bentuk unsurnya (Oxtoby, 1999).
Titik leleh dan titik didih bertambah jika nomor atom bertambah.
Hal ini karena molekul yang lebih besar mempunyai gaya tarik menarik
Van der Waals yang lebih besar. Energi ikatan X2 (kalor disosiasi)
berkurang jika atom bertambah besar. Kecenderungan ini hanya dapat
diamati untuk Cl2 , Br, dan I2 . Energi ikatan F2 sangat rendah (158 kJmo-
1), karena terjadi tolak menolak antara elektron tak-terikat. Hal inilah
yang menyebabkan F2 sangat reaktif. Energi ionisasi unsur halogen
sangat tinggi dan yang paling tinggi adalah fluor. Molekul halogen
berwarna karena menyerap sinar tampak sebagai hasil eksitasi. Unsur-
unsur ini adalah oksidator kuat dan mempunyai potensial elektrode
negatif (Sukmanawati, 2009).
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat sifat
halogen dan senyawanya. Praktikum halogen ini dilakukan sebanyak 8
langkah percobaan. Langkah pertama dilakukan dengan disiapkan
sebanyak 3 tabung reaksi. Sebanyak 1 mL KCl, 1 mL KBr, dan 1 mL KI
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
Sejumlah larutan AgNO3 ditambahkan ke dalam 3 tabung reaksi tersebut
secara kualitatif, kemudian ditambahkan H2SO4 ke dalam 3 tabung reaksi
tersebut secara kualitatif. Diamati yang terjadi.

9
Gambar 4.2.1
Hasil percobaan pertama
Persamaan reaksi yang terjadi yaitu :

Persamaan reaksinya yang ditambahkan AgNO3 :

KI + AgNO3 → KNO3 + AgI


KBr + AgNO3 → KNO3 + AgBr
KCl + AgNO3 → KNO3 + AgCl
(Utami, 2021)

Persamaan reaksinya yang ditambahkan H2SO4 :

AgI + H2SO4 → AgSO4 + HI

AgBr + H2SO4 → AgSO4 + HBr

AgCl + H2SO4 → AgSO4 + HCl

(Utami, 2021)

Percobaan pertama ini bertujuan untuk mengetahui


kereaktifan unsur halogen. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
pencapuran dengan KCl tidak memiliki endapan dibandingkan
endapan pada pencampuran KBr dan KI yang memiliki banyak
endapan. Endapan itu yang membedakan kereaktifan dari ketiga
larutan tersebut. Semakin sedikit endapan, maka akan semakin
reaktif. Kereaktifan unsur halogen, yaitu Cl > Br > I. kereaktifan
dipengaruhi oleh keelektronegatifan, ikatan halogen, dan jari- jari

10
atom (Keenan, 1994).
Penambahan AgNO3 berfungsi untuk mengendapkan anion-
anion yang berikatan dengan Ag+, adalah Cl-, Br-, dan I-. Garam
halida umumnya mudah larut dalam air kecuali dari kation Ag ,
Pb2+, Hg2+, dan Cu2+ yang menghasilkan endapan. Penambahan
H2SO4 ini pada suatu mekanisme reaksi membentuk reaksi
intermediete. Reaksi ini adalah senyawa yang pembentukannya
belum stabil dan bisa terlepas dari reaksinya. Tingkat kelarutan
dalam satu golongan dari yang tertinggi yaitu I > Br > Cl (Albert
Cotton, Geoffrey Wilkinson, 1989).
Langkah kedua dilakukan dengan dimasukkan sebanyak 1
mL KCl dan 1 mL KI ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Kedua
larutan ditambahkan Hg2(NO3)3. Tabung yang berisi KCl
ditambahkan KCl hingga berlebih dan tabung yang berisi KI
ditambahkan KI hingga berlebih. Diamati masing-masing tabung.

Gambar 4.2.2
Larutan +KI
Reaksi yang terjadi pada tabung I yaitu:
2KCl + Hg2(NO3)2 Hg2Cl2 + 2KNO3 (Qurniawati, 2018)
Berdasarkan reaksi tersebut diperoleh larutan berwarna
bening. Hasil ini sesuai dengan referensi bahwa Hg bereaksi cepat
dengan Cl (Hutagalung, 1985). Pada reaksi tersebut diperoleh
senyawa halogen yaitu Hg2Cl2. Nama senyawa dari Hg2Cl2 adalah
raksa raksa (II) klorida. Larutan ini berwarna putih bening dan
pada saat penambahan KCl larutan tetap bening karena larutan KCl
berwarna bening (Apriadi, 2018). Selain itu, reaksi tersebut juga

11
menghasilkan KNO3. Kalium nitrat termasuk senyawa ionik,
memiliki sifat polar, dan akan larut dalam air (Nurfadilah, 2019).
Reaksi pada tabung II yaitu:
2KI + Hg2(NO3)2 Hg2I2 + 2KNO3 (Qurniawati, 2018)
Berdasarkan reaksi tersebut diperoleh larutan larutan berwarna
oranye cerah. Hasil ini sesuai referensi yang menyatakan bahwa
Hg2I2 berwarna oranye kemerahan (Qurniawati,2018). Setelah
ditambahkan KI berlebih warna larutan memudar menjadi bening
dengan sedikit oranye.
Langkah ketiga dilakukan dengan dimasukkan sebanyak 1
mL KBr dan 1 mL KI ke dalam tabung reaksi berbeda. Kedua
larutan ditambahkan HgCl2. Tabung yang berisi KBr ditambahkan
KI hingga berlebih. Tabung yang berisi KI ditambahkan KBr
hingga berlebih. Diamati masing-masing tabung.
Reaksi yang terjadi pada tabung I yaitu:
2KBr + HgCl2 2KCl + HgBr2 (Qurniawati, 2018).
Tabung I diperoleh larutan berwarna bening. Hasil ini sesuai
dengan referensi yang menyatakan bahwa larutan tersebut tidak
berwarna karena menghasilkan KCl yang berwarna bening
(Qurniawati, 2018). Selain KCl senyawa halogen yang terbentuk
yaitu HgBr2. Setelah penambahan KI berlebih larutan menjadi
oranye cerah.
Reaksi yang terjadi pada tabung II yaitu:
2KI + HgCl2 2KCl + HgI2 (Qurniawati, 2018).
Tabung II diperoleh larutan berwarna oranye. Hasil ini sesuai
dengan referensi yang menyatakan bahwa larutan yang terbentuk
dari KI dan HgCl2 akan memiliki warna oranye (Qurniawati,
2018). Setelah penambahan KBr larutan menjadi bening sedikit
oranye. Hal ini dikarenakan penambahan KBr yang tidak berwarna
menyebabkan intensitas warna larutan berkurang (Nursanti, 2020).
Langkah keempat dilakukan dengan memasukkan larutan
KCl, KBr, dan KI masing-masing sebanyak 1mL ke dalam masing-

12
masing 3 tabung reaksi yang berbeda. Ketiga tabung tersebut
ditambahkan larutan CuSO4. Kemudian, ke dalam tiga tabung
tersebut ditambahkan larutan natrium tiosulfat. Perubahan yang
terjadi diamati.

Gambar 4.2.3
Hasil percobaan keempat

Persamaan reaksi ketika ditambahkan larutan CuSO4 :

2KCl + CuSO4 K2SO4 + CuCl2

2KBr + CuSO4 K2SO4 + CuBr2

2KI + CuSO4 K2SO4 + CuI2

(Utami, 2021)
Persamaan reaksi ketika ditambahkan natrium
tiosulfat :
K2SO4 + CuCl2 + Na2S2O3 K2S2O3 + CuSO4 +
2NaCl
K2SO4 + CuBr2 + Na2S2O3 K2S2O3 + CuSO4 +
2NaBr
K2SO4 + CuI2 + Na2S2O3 K2S2O3 + CuSO4 + 2NaI

(Utami, 2021)

13
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabung pertama
sebelum ditambahkan Na2S2O3 tidak terjadi reaksi. Begitu juga
saat setelah ditambahkan Na2S2O3 tetap tidak bereaksi. Hal itu
ditunjukkan dengan tidak adanya warna yang muncul. Pada tabung
kedua sebelum ditambahkan Na2S2O3 tidak terjadi reaksi. Begitu
pula saat setelah ditambahkan Na2S2O3 tetap tidak bereaksi. Hal
ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan warna. Pada
tabung ketiga sebelum ditambahkan dengan Na2S2O3 menghasilkan
warna kuning kecoklatan. Kemudian setelah ditambahkan
Na2S2O3 menghasilkan warna putih susu. Penambahan Na2S2O3
berfungsi sebagai reagensia agar hasil reaksi yaitu garamnya dapat
terlihat lebih jelas.
Menurut referensi, pada penambahan natrium tiosulfat pada
KCl tidak ada perubahan yaitu larutan tidak berwarna. Fungsi
penambahan natrium tiosulfat adalah untuk mengidentifikasi
kelarutan natrium tiosulfat dalam CuBr2. Sedangkan, fungsi
natrium tiosulfat pada larutan KCl yang dicampurkan dengan asam
sulfat untuk mempertahakan suatu larutan yang terbentuk (Petrucci,
1989). Fungsi penambahan natrium tiosulfat pada campuran
larutan KI dengan CuSO4 yaitu untuk mereduksi CuI2 menjadi ion
iodium yang tidak berwarna (Cotton, 1989).
Langkah kelima dilakukan dengan dimasukkan larutan
KCl, KBr, dan KI masing-masing sebanyak 1 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi berbeda dan ditambahkan KMnO4, kemudian
ke dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan H2SO4, diamati yang
terjadi.

14
Gambar 4.2.4
Hasil akhir larutan percobaan kelima
Reaksi yang terjadi pada tabung I yaitu:
10KCl + 2KMnO4 + 8H2SO4 5Cl2 + 2MnSO4 +
6K2SO4 +8H2O (Nursanti, 2020)
Tabung I diperoleh larutan berwarna ungu. Hasil ini tidak
sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa pada reaksi
tersebut diperoleh Cl2 yang mana Cl2 berwarna kuning
(Qurniawati, 2018).
Reaksi yang terjadi pada tabung II yaitu:
10KBr + 2KMnO4 + 8H2SO4 5Br2 + 2MnSO4 +
6K2SO4+ 8H2O (Nursanti, 2020)
Tabung II diperoleh larutan berwarna coklat. Hasil ini
sesuai dengan referensi yang menyataka bahwa Br2 berwarna
kecoklatan (Qurniawati, 2018).
Reaksi yang terjadi pada tabung III yaitu:
10KI + 2KMnO4 + 8H2SO4 5I2+ 2MnSO4 + 6K2SO4 +
8H2O (Nursanti, 2020).
Tabung III diperoleh larutan berwarna berwarna merah
kehitaman. Hal ini sesuai dengan referensi yang menyatakan
bahwa yang terbentuk pada suatu reaksi berwarna merah
kehitaman (Qurniawati, 2018).

Langkah keenam dilakukan dengan memasukkan larutan


Fe2(SO4)3 2mL ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda. Tabung A

15
ditambahkan KCl. Tabung B ditambahkan larutan KBr. Tabung C
ditambahkan larutan KI. Kemudian ke dalam ketiga tabung
tersebut ditambahkan larutan NaOH dan diamati yang terjadi.

Gambar 4.2.5
Persamaan reaksi ketika ditambahkan larutan Fe2(SO4)3 :

Reaksi pada tabung A yaitu:


Fe2(SO4)3 + 6KCl 3K2SO4 + 2FeCl3
(Yusnidar, 2018).
Reaksi pada tabung B yaitu:
Fe2(SO4)3 + 2KBr K2SO4 + 2FeSO4 + Br2
(Yusnidar, 2018).
Reaksi pada tabung C yaitu:
Fe2(SO4)3 + 2KI → K2SO4 + 2FeSO4 + I2 ( Yusnidar, 2018)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabung pertama
sebelum ditambahkan NaOH menghasilkan warna kuning bening.
Setelah ditambahkan NaOH tetap menghasilkan warna kuning
bening namun terdapat ada endapan. Pada tabung kedua sebelum
ditambahkan dengan NaOH warna larutan yatu kuning bening.
Setelah ditambahkan dengan NaOH berubah menjadi warna kuning
bening ada endapan. Pada tabung ketiga sebelum ditambahkan
dengan NaOH warna larutaan yaitu merah bening. Ketika
ditambahkan dengan NaOH warna larutan yaitu merah bening
kehitaman. Menurut referensi, penambahan NaOH digunakan
sebaga zat pengoksidasi. Larutan Fe2(SO4)3 yang ditambahkan
dengan KCl akan menghasilkan larutan warna kuning. Karena

16
larutan kuning ini berasal dari FeCl3 yang mengandung unsur Cl
(Svehla, 1979). Larutan Fe2(SO4)3 yang ditambahkan dengan KI
akan menghasilkan larutan yang berwarna merah. Karena warna
merah ini menandakan adanya ion I- (Cotton, 1989).

Langkah ketujuh dilakukan dengan dimasukkan larutan


KCl, KBr, dan KI masing-masing sebanyak 1 mL dimasukkan ke
dalam tabung reaksi berbeda dan ditambahkan 2 ml HCl, kemudian
ke dalam tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 ml CCl4, diamati
yang terjadi. Hasil pengamatan menunjukkan adanya perubahan
larutan pada ketiga tabung yang terbentuk menjadi dua fasa dan
larutan berubah menjadi jernih tidak berwarna.

Pada percobaan kedelapan dilakukan dengan memasukkan


sebanyak 5mL air dalam 2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama
ditambahkan 1 tetes brom dan tabung kedua ditambahkan 1 butir
yod Perubahan yang terjadi diamati. Lalu pH larutan dicek dengan
kertas indikator universal.

4.2.6

Hasil percobaan kedelapan

Reaksi yang terjadi yaitu:

Br2 + H2O →2HBr + O2 (Suyanta, 2014)

I2 + H2O →2HI + O2 (Suyanta, 2014)

17
Berdasarkan uji pH yang dilakukan diperoleh pH pada
larutan bromin dan air yaitu 3. Hal ini sesuai dengan referensi yang
menyatakan brom larut dalam air dan akan menghasilkan senyawa
asam HBr (Qurniawati, 2018). Pada uji pH larutan air dan yod
diperoleh pH 6. Hal ini sesuai dengan referensi (Qurniawati, 2018).

Langkah kesembilan dilakukan dengan memasukkan


masing- masing 1mL CCl4 ke dalam dua tabung yang berbeda.
Kemudian menambahkan 1 tetes Brom ke dalam tabung A dan 1
butir yod ke dalam tabung B. Setelah itu mengamati reaksi yang
terjadi.

Gambar 4.2.7
Hasil percobaan kesembilan

Persamaan reaksi yang terjadi :


Br2 + CCl4 →2BrCl + CCl2
(Qurniawati, 2018)
I2 + CCl4 → 2Icl + CCl2
(Qurniawati,2018)
Hasil dari percobaan kedelapan ini yaitu pada tabung A
larutan berubah menjadi 2 warna, pada bagian atas menghasilkan
warna yang jernih dan bagian bawah berwarna merah pekat.
Sedangkan pada tabung B warna larutan berwarna merah pekat.
Langkah kedelapan dilakukan dengan memasukkan
sebanyak 2 ml KCl dan 2 ml KI ke dalam 2 dalam 2 tabung reaksi.
Kedua tabung reaksi 2 ml ditambahkan air brom dan ditambahkan
1 ml CCl4. Perubahan yang terjadi diamati.

18
Gambar 4.2.8
Hasil percobaan kesepuluh
Persamaan reaksi yang terjadi:
2Br2 + 2CCl4 + 2KCl → 2KBr +2CBr + 5Cl2
(Suyanta,2014)
2Br2 + 2CCl4 + 2KI → 2KBr +2CBr + 4Cl2 + I
(Suyanta,2014)

Berdasarkan hasil pengamatan pada kedua tabung terdapat 2


lapisan. Berdasarkan persamaan reaksi, Br2 + KCl tidak
menghasilkan apapun, sedangkan Br2 tidak larut dalam KI karena
KI merupakan senyawa polar. Hal ini sudah sesuai dengan
referensi dimana terbentuknya 2 fasa pada larutan dikarenakan
perbedaan kepolaran. Larutan polar akan larut dalam pelarut polar
begitu juga dengan nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar.
Lapisan atas merupakan KCl yang memiliki massa jenis yang lebih
kecil dibandingkan larutan 8A sehingga tidak larut. Pada tabung
yang satunya, yaitu larutan 8A dan KI akan menghasilkan dua fase
juga. Namun, karena massa jenis KI lebih besar dari larutan 8A
sehingga larut. Perbedaan lapisan antara dua larutan disebabkan
adanya perbedaan kepolaran sehingga larutan membentuk lapisan
dengan massa jenis yang berbeda (Petrucci, 1992).

19
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Halogen jika direaksikan dengan perak nitrat maka akan
mengendap karena membentuk garam halide. Unsur Hg dapat
digunakan untuk mendeteksi ion iodide dengan membentuk warna
oranye. Asam/Basa kuat akan bereaksi dengan yang sama-sama kuat,
begitu juga untuk asam/basa lunak akan bereaksi dengan yang lunak
juga. KI ketika direaksikan dengan 𝐶𝑢𝑆𝑂4 akan membentuk CuI yang
berwarna cokelat dan ketika ditambahkan natrium tiosulfat akan
membentuk ion kompleks yang berwarna putih. Halogen dapat dibuat
dengan cara menambahkan KX (X adalah halidanya) dengan 𝐾𝑀𝑛𝑂4.
Urutan kekuatan asam pada halogen adalah dari atas ke bawah
semakin besar. Halogen yang kebanyakan nonpolar dapat larut dalam
larutan 𝐶𝐶𝑙4.

5.2 Saran
Praktikan harus lebih hati hati dalam melakukan percobaan
ini, selain itu juga diharapkan praktikan menggunkan doble masker
supaya meminimalisir hal hal yang tidak ingin terjadi. Alat alat
yang digunakan dalam praktikum juga sebaiknya ditambah supaya
praktikan tidak perlu lama menunggu pergsntian alat, dan supaya
bisa lebih efisien waktu

21
DAFTAR PUSTAKA

Apriadi, Sangging. (2018). Identifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas X Pada Topik


Reaksi Redoks. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia

Cita, D. W. (2013). Kualitas Air dan Keluhan Kesehatan Pengguna Kolan


Renang di Sidoarjo. Surabaya: Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Cotton and Wilkinson. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.
Nurfadillah, Kuantum., Rahardian, Zainul. (2019). Kalium Nitrat: Karakteristik
Senyawa Transpor Ion. Padang: Universitas Negeri Padang

Nursanti, Yuniarti Ida. (2020). Setiap Hubungan Perlu Chemistry. Indonesia:


Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus–Direktorat
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah–Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Oxtoby. (1999). Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga

Petrucci, R. (1992). Kimia Dasar Edisi 4th Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Qurniawati, Annik. (2018). Seri Pengayaan Pembelajaran Kimia: Kimia Unsur.
Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.

Saito, Taro. (1996). Kimia Anorganik (Ismunandar, Terjemahan). Jakarta: Portal


Pendidikan Gratis Indonesia

Sukmanawati, Wening (2009). KIMIA. Tangerang: PT Sekawan Cipta Karya.

Sunarya, Yayan., Agus, Setiabudi. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Sunarya, Y. (2010). Kimia Dasar 1: Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini.


Bandung: CV.Yrama Widya.

Suyanta. (2014). Buku Ajar Kimia Unsur. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

22
Yusnidar. (2018). Kimia Dasar. Jakarta: Edu Center Indonesia

23
LAMPIRAN

Skema Kerja

Percobaan pertama

Larutan KCl 1mL, KBr 1mL, dan KI 1mL

Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan larutan 𝐴𝑔𝑁𝑂3 ke 3 tabung tersebut

Ditambahkan H2SO4 pekat ke 3 tabung tersebut

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

Percobaan kedua

Larutan KCl 1mL dan KI 1mL

Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan Hg Nitrat ke dalam 2 tabung tersebut

Ditambahkan KCl berlebih ke tabung yang berisi KCl

Ditambahkan KI berlebih ke tabung yang berisi KI

Diamati perubahan yang terjadi


Hasil pengamatan

24
Percobaan ketiga

KNO3 dan Cu(NO3)2

Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda

Dipanaskan di atas pembakar spirtus

Diamati yang terjadi

Hasil pengamatan

Percobaan keempat

Larutan KBr 1mL dan KI 1mL

Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan larutan 𝐶𝑢𝑆𝑂4 ke 3 tabung tersebut

Ditambahkan larutan natrium tiosulfat ke 3 tabung tersebut

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

Percobaan kelima

Larutan KCl 1mL, KBr 1mL, dan KI 1mL

Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan larutan 𝐾𝑀𝑛𝑂4 ke 3 tabung tersebut

Ditambahkan larutan 𝐻2𝑆𝑂4 ke 3 tabung tersebut

Diamati yang terjadi

Hasil pengamatan

25
Percobaan keenam

Larutan Fe2(SO4)3 2mL

Dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan KCl ke dalam tabung A

Ditambahkan KBr ke dalam tabung B

Ditambahkan KI ke dalam tabung C

Ditambahkan larutan NaOH ke dalam 3 tabung terseb

Hasil pengamatan

Percobaan ketujuh

Larutan KCl 1 ml, KBr 1 ml, KI 1 ml

Dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan 2 ml HCl ke dalam 3 tabung reaksi tersebut

Ditambahkan 1 ml CCl4 ke dalam 3 tabung reaksi tersebut

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

26
Percobaan kedelapan

5 ml air
Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan 1 tetes brom ke dalam tabung reaksi a

Ditambahkan 1 butir yod ke dalam tabung reaksi B

Diuji pH universal

Hasil pengamatan

Percobaan kesembilan

1 ml CCl4

Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan 1 tetes brom ke dalam tabung reaksi A

Ditambahkan 1 butir yod ke dalam tabung reaksi B

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

27
Percobaan kesepuluh

2 ml KCl, 2 ml KI

Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda

Ditambahkan 2 tetes brom ke masing masing tabung reaksi

Ditambahkan 1 ml CCl4 ke dalam masing masing tabung reaksi

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan

28
Data Pengamatan

29
30
SOAL DAN JAWABAN

1. Apa perbedaan hasil reaksi oksidasi ion halide dengan menggunakan


𝑀𝑛𝑂2 dan 𝐾𝑀𝑛𝑂4?
Reaksi yang terjadi yaitu
2𝑋- + 𝑀𝑛𝑂2 + 4𝐻+ → 𝑋2 + 𝑀𝑛2+ + 2𝐻2𝑂
10𝑋- + 2𝑀𝑛𝑂4- + 16𝐻+ → 5𝑋2 + 2𝑀𝑛2+ + 8𝐻2𝑂
Jika dilihat perbedannya dari persamaan reaksi hanya berupa koefisien
namun KMnO4 merupakan oksidator yang paling besar dibandingkan
MnO2. Harga potensial MnO4- adalah 1,51 V, sedangkan MnO2 yaitu 1,23
V, sehingga ion halida akan lebih mudah tereduksi jika menggunakan
KMnO4.
2. Mengapa ion halida mudah dioksidasi dibandingkan dengan ion-ion lain
Karena nilai afinitas elektronnya yang lebih kecil dibandingkan energi
ionisasinya, maka akan lebih mudah bagi halogen untuk menyerap
elektron dibandingkan melepaskan elektron. Nilai afinitas elektron yang
rendah menunjukan bahwa halgen sangat reaktif dan mudah dioksidasi.
3. Tuliskan urutan kekuatan oksidator dari ion-ion halide!
Dari atas ke bawah semakin kecil. F>Cl>Br>I
4. Tuliskan urutan kekuatan keasaman dari asam-asam halide!
Dari atas ke bawah semakin asam. HI>HBr>HCl>HF
5. Mengapa klor dapat digunakan sebagai bahan pemutih?
Klor dapat digunakan sebagai bahan pemutih dikarenakan klor dapat
membentuk ion hipoklorit (ClO ) yang mudah mengangkat kotoran.
-

6. Tuliskan kekuatan kelarutan halogen dalam CCl . Jelaskan!


4

CCl merupakan senyawa non polar, sehingga akan larut dalam senyawa
4

non polar. Urutan kepolaran unsur halogen, semakin ke bawah semakin


non polar. Sehingga urutan kelarutan unsur halogen dalam senyawa CCl 4

yaitu F < Cl < Br < I

31

Anda mungkin juga menyukai