Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA UNSUR

TEMBAGA

DISUSUN OLEH:

NAMA : HANI SYAHIDAH

NIM : K1A022060

HARI, TANGGAL : RABU, 16 MARET 2022

ASISTEN : ARYA WIRYAWAN HARISH

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

PURWOKERTO

2022
TEMBAGA

I. Tujuan
Mengetahui sifat-sifat tembaga dan senyawanya.

II. Tinjauan Pustaka


Unsur I B mempunyai bilangan oksidasi yang berbeda, ini
menunjukan sifat paramagnetisme dan warna berbeda pada senyawanya,
dan memebentuk ion kompleks. Unsur-unsur I B menunjukan sifat
khusus logam, dapat ditempa, dapat diregang, daya hantar listrik dan
panas yang baik. Tembaga (Cu) merupakan logam teringan yang paling
aktif, tembaga esensial bagi kehidupan jika dalam jumlah yang kecil,
dan akan bersifat racun jika berjumlah banyak, terutama bagi bakteri,
alga, dan fungi. Diantara banyaknya senyawa tembaga yang digunakan
sebagai pestisida adalah asetat basa, karbonat, klorida, hidroksida, dan
sulfat. Secara komersil senyawa tembaga yang teroenting adalah
CuSO4.5H2O, selain untuk bidang pertanian CuSO4 juga digunakan
untuk baterai dan penyepuhan, pembuatan garam tembaga lainnya,
perminyakan, karet, dan industri baja (Petrucci, 1987).
Tembaga memiliki elektron s tunggal diluar kulit 3d yang terisi,
agak kurang umum dengan golongan alkali keculai dalam stoikiometri
formal tingkat oksidasi +1. Dalam melindungi elektron s dari muatan
inti, kulit d yang terisi jauh kurang efektif daripada kulit gas mulia
sehingga potensial pengionan pertama Cu lebih tinggi dari golongan
alkali, kaerna elektron-elektron pada kulit d juga dilibatkan dalam ikatan
logam, panas penyubliman dan titik leleh tembaga juga jauh lebih tinggi
dari alkali. Faktor-faktor ini bertanggung jawab bagi sifat lebih mulia
tembaga, pengaruhnya adalah membuat lebih kovalen dan memberikan
energi kisi yang lebih tinggi yang tidak dilampaui oleh Cu+ yang lebih
kecil jari-jarinya. Potensial pengionan Cu yang kedua dan ketiga sangat
jauh lebih rendah daripada potensial pengionan pada alkali yang kedua
dan ketiga. Tembaga tidak melimbah namun terdistribusi secara luas

2
sebagai logam dalam sulfida arsenida, klorida, dan karbonat (Cotton dan
Wilkison, 1989).
Tembaga diekstraksi dengan cara pemanggangan dan peleburan
oksidatif atau pencucian dengan bantuan mikroba yang diikuti oleh
elektrodeposisi dari larutan sulfat. Tembaga digunakan dalam aliasi
seperti kuningan dan bercampur sempurna dengan emas, tembaga
sangan lambat dalam teroksidasi superfisial dalam uap udara, kadang-
kadang menghasilkan lapisan hijau hidrokso karbonat dan hidrokso
sulfat (dari SO2 dalam atmosfer). Tembaga mudah larut dalam asam
nitrat dan asam sulfat dengan adanya oksigen, tembaga juga bisa larut
dalam KCN atau amonia dengan adanya oksigen. Senyawa tembaga
adalah diamgnetik kecuali yang di mana warna yang dihasilkan dari pita
anion dan pemindahan muatan ia tidak berwarna. Kestabilan relatif
tembaga sanagt bergantung kuat kepada sifat anion dan ligan lain yang
ada dan cukup beragam dengan pelarut atau sifat atom tetangganya
dalam kristal (Cotton dan Wilkison, 1989).
CuCl atau CuCN merupakan satau-satunya senyawa yang stabil
terhadap air namun sangat tidak larut terhadap air. Ketidakstabilan
terhadap air ini ada kaitannya dengan besarnya energi kisi dan solvasi
dan tetapan pembentukan yang tinggi bagi kompleks ion Cu 2+, sehingga
turunan ionik Cu+ tidak stabil. Senyawaan kupro biner, oksida dan
sulfida lebih stabil daripada senyawaan CuII yang bersangkutan pada
suhu tinggi. Cu2O dibuat sebagai bubuk kuning dengan reduksi diawasi
dari larutan basa garam kupri dengan hidrazin atau kristal merah dengan
dekomposisi termal CuO, Cu2S adalah padatan kristal hitam yang idbuat
dengan pemanasan tembaga dan sulfur tanpa ada udara. Jenis kompleks
kupro yang paling umum adalah kompleks dengan ligan halida
sederhana atau amina yang hampir tidak pasti tetrahedral (otton dan
Wilkison, 1989).
Kebanyakan senyawa CuI cukup mudah teroksidasi menjadi CuII,
namun oksidasi menjadi CuIII adalah sulit. Terdapat kimiawi larutan
Cu2+ yang dikenal baik dan sejumlah besargaram berbagi anion

3
didapatkan, banyak diantaranya larut dalam air menambah
perbendaharaan kompleks. CuII cenderung mengalami distorsi bila
diletakkan dalam lingkungan yang memungkinkan simetri kubus
(oktahedrak atau tetrahedrak biasa). Kekhasan distorsi oktahedron
adalah terdapat empat ikatan Cu-L pendek dalam bidang, dan dua ikatan
trans panjang, dalam batas tertentu pemanjangan ini menyebabkan
situasi yang tidak dapat dibedakan dengan koordinasi segoempat seperti
ditemukan dalam CuO dan banyak kompleks diskretCuII, jadi pada
kasus koordinasi oktahiedral yang terdistorsi secara tetragonal dan
koordinasi segiempat tidak dapat dengan jelas dibedakan. Prolis nitrat
atau garam okso lainnya akan diperoleh kristal hiatam CuO yang diatas
800oC ia terdekomposisi menjadi Cu2O, bongkahan endapan biru
diperoleh sebagai hidroksidanya dengan pemanbahan NaOH kepada
larutan Cu2+, pemanasan larutan kotor akan medehidrasinyamenjadi
oksida. Hidroksida mudah larut dalam asam kuat dan juga dalam NaOH
pekat, yang akan menghasilkan anion biru tua, dalam larutan amonia
terbentuk kompleks tetraamina berwarna biru tua (Cotton dan Wilkison,
1989).

4
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kimia unsur kali
ini adalah tabung reaksi, gelas beker, corong, pipet tetes, penjepit
tabung, gelas ukur, dan pembakar.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan pada praktikum kimia unsur
kali ini adalah tembaga, kalium tartrat, glukosa, tembaga (II) oksida,
tembaga (II) klorida, asam klorida, asam sulfat, asam nitrat, asam
klorida pekat, natrium hidroksida, larutan tembaga (II) sulfat, kalium
iodide, natrium tiosulfat.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Percobaan Pertama
1. Sekeping logam tembaga dijepit dan dipanaskan
pada nyala pembakar.
2. Diamati apa yang terjadi.
3.3.2 Percobaan Kedua
1. Larutan HNO3 dimasukan kedalam tabung reaksi
sebanyak 2 ml.
2. Sekeping logam tembaga dimasukan kedalam tabung
reaksi yang berisi HNO3 encer.
3. Dipanaskan tabung reaksi yang berisi larutan HNO3
encer dan satu keping logam.
4. Diamati gas yang dihasilkan.
3.3.3 Percobaan Ketiga
1. Larutan NaOH encer diamsukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Larutan amonia dimasukkan kedaalm tabung reaksi.
3. Larutan HCl pekat dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.

5
4. Ditambahkan larutan CuSO4 sebanyak 2 ml kedalam
tabung reaksi yang berisi NaOH encer, amonia, HCl
pekat.
5. Diamati apa yang terjadi.
3.3.4 Percobaan Keempat

1. Sebanyak 1 g Na₂CO₃ dan 40 mL aquades

dimasukkan kedalam8,6g Natrium sitrat, disebut


larutan A.
2. Sebanyak 5 mL akuades dimasukkan ke dalam 0,8 g

CuSO₄ 5H₂O, disebut larutan B.

3. Larutan B dimasukkan ke dalam larutan A.


4. Ditambahkan aquades sampai volume larutan 50 ml
(LarutanBenedict).
5. Sebanyak 5 ml larutan larutan benedict dan 1 g
glukosaditambahkan ke dalam 3 tabung reaksi.
6. Ketiga tabung dipanaskan sampai terbentuk endapan
dan diamati
7. Endapan dibiarkan mengendap semua, kemudian
didekantasi dandicuci dengan aquades. Diamati apa
yang terjadi
8. HCl encer ditambahkan ke dalam endapan tabung 1 ;

H₂SO₄ ditambahkan kedalam endapan tabung 2;

HNO₃ ditambahkankedalam endapan tabung 3.

Diamati
3.3.5 Percobaan Kelima

1. HCl encer, H₂SO₄ encer, dan HNO₃ dimasukkan ke

dalamtigatabung reaksi yang berbeda.


2. Sebanyak 0,1 g CuO ditambahkan ke dalam masing-
masing tabungreaksi yang berbeda dengan perlahan-
lahan sampai asam berlebih.

6
3. Campuran dipanaskan dan diamati apa yang terjadi
3.3.6 Percobaan Keenam
1. Sebanyak 0,5 g CuO dimasukkan ke dalam tabung
reaksi.
2. Ditambahkan 5-10 mL HCl pekat.
3. Dipanaskan dan diamati warna larutan.
4. Ditambahkan 1 g Cu.
5. Didihkan selama 5 menit.
6. Larutan disaring dan filtratnya dimasukkan ke
dalamgelas kimiayang berisi air sebanyak 200 mL.
7. Diamati apa yang terjadi.
3.3.7 Percobaan Ketujuh
1. Sebanyak 3 Ml larutan KI dimasukkan ke dalam3

mLlarutanCuSO₄.

2. Diamati apa yang terjadi.


3. Larutan natrium tiosulfat ditambahkan sampai
larutan menjadi jernih dan diamati endapan yang
terbentuk.
3.3.8 Percobaan Kedelapan

1. Dimasukkan CuCl₂ anhidrat ke dalam tabung reaksi.

2. Dipanaskan.
3. Diamati gas yang dihasilkan dan bentuk residunya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Cotton dan Wilkson. 1989. Kimia Anorganik Dasar VI. Press, Jakarta.

Petrucci. 1987. Kimia Dasar Jilid II. Erlangga, Jakarta.

8
Lampiran

3.4 Skema Kerja

3.4.1 Percobaan Pertama

Sekeping logam tembaga

Dijepit dan dipanaskan pada nyala pembakar


Diamati apa yang terjadi

Hasil

3.4.2 Percobaan Kedua

Tabung reaksi berisi 2 mL HNO₃ encer

Dimasukkan sekeping logam tembaga


Dipanaskan dan diamati gas yang
dihasilkan

Hasil

3.4.3 Percobaan Ketiga

2 mL CuSO₄

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Tabung 3 Tabung 1
Tabung 1
Ditambahkan NaOH Ditambahkan Ditambahkan
Tabungencer
1 amonia HCl pekat

Diamati apa yang Diamati apa yang Diamati apa


terjadi terjadi yang terjadi

Hasil

9
3.4.4 Percobaan Keempat

Larutan A Larutan B

( 8,6 g natrium sitrat + 1 g (0,8 g Cu SO₄ 5H₂O + 5 mL


Na₂CO₃ + 40 mL aquades) aquades)

Dimasukkan larutan B ke dalam

larutan A
Ditambahkan aquades sampai volume

larutan mencapai 50 mL

Larutan Benedict

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3


Ditambahkan 5 mL Ditambahkan 5 mL Ditambahkan 5
larutan benedict dan larutan benedict dan mL larutan
1 g Glukosa 1 g Glukosa benedict dan 1
g Glukosa
Dipanaskan sampai Dipanaskan sampai
terbentuk endapan terbentuk endapan Dipanaskan
dan diamati dan diamati sampai
Endapan dibiarkan Endapan dibiarkan terbentuk
mengendap, kemudian mengendap, kemudian endapan dan
didekantasi dan dicuci didekantasi dan dicuci diamati
dengan aquades dengan aquades
Endapan dibiarkan
Ditambahkan HCl Ditambahkan H₂SO₄ mengendap,
encer lalu diamati encer lalu diamati kemudian
didekantasi dan
dicuci dengan
aquades

Ditambahkan HNO₃
encer lalu diamati

Hasil

10
3.4.5 Percobaan Kelima

0,1 gram CuO

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

Ditambahkan HCl Ditambahkan H₂SO₄ Ditambahkan


encer secara perlahan encer secara HNO₃ encer
perlahan secara perlahan
Dipanaskan dan
diamati apa yang Dipanaskan dan Dipanaskan dan
terjadi diamati apa yang diamati apa yang
terjadi terjadi

Hasil

3.4.6 Percobaan Keenam


0,5 gram CuO

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 5-10mL HCl pekat
Dipanaskan dan diamati warna larutan
Ditambahkan 5-10mL
Ditambahkan HCl pekat
1 gram Cu
Ditambahkan 5-10mL HCl pekat
Dididihkan selama 5 menit
Larutan disaring dan diambil filtratnya
Kemudian filtratnyaa dimasukkan ke
dalam 200 mL gelas kimia
Diamati apa yang terjadi

Hasil

11
3.4.7 Percobaan Ketujuh
3 mL larutan CuSO₄

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 3 mL larutan KI
Diamati apa yang terjadi
Ditambahkan larutan natrium tiosulfat sampai
larutan menjadi jernih

Diamati warna endapan yang terbentuk

Hasil

3.4.8 Percobaan Kedelapan

CuCl₂ anhidrat

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi

Dipanaskan

Diamati gas yang dihasilkan dan bentuk


residunya

Hasil

12
13

Anda mungkin juga menyukai