Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM SINTESIS ORGANIK ANORGANIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021

Modul Praktikum: Sintesis CuSO4. 5H2O


Dosen Pengampu: Laily Isna Ramadhani, S.T., M.Eng.

Disusun oleh
Kelompok 2

Amanda Kusuma Astuti 201411067


Anisa Dwi Febrian 201411068
Annisa Nurazizah 201411069
Annisa Nurfadhila 201411070

Kelas: 1C-D3 Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tembaga (II) sulfat mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan


banyak manfaatnya di laboratorium maupun di lingkungan. Di lingkungan
garam tembaga banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai
larutan “Bordeaux” yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk pembasmi jamur
pada sayur dan tumbuhan buah, selain itu CuSO 4 banyak digunakan di kolam
renang sebagai pembunuh atau penghambat pertumbuhan ganggang atau
lumut, sehingga jika tembaga (II) sulfat ditambahkan ke dalam air kolam
renang menyebabkan air kolam berwarna jernih kebiru-biruan. Di
laboratorium garam tembaga (II) sulfat banyak digunakan untuk bahan
praktikum dalam beberapa modul, misalnya modul termokimia, stokiometri,
elektrokimia, gravimetrik. Oleh karena itu, untuk kebutuhan teknis dapat
disediakan oleh laboratorium dengan cara recovery tembaga menjadi tembaga
(II) sulfat pentahidrat, sehingga dapat memperkecil biaya.

1.2. Tujuan

Setelah mempelajari dan melakukan percobaan mahasiswa diharapkan


mampu:

1. Membuat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembaga

2. Mengenal sifat-sifat kristal tembaga(II) sulfat pentahidrat

3. Menganalisis produk dengan menghitung rendemen dan jumlah air


kristal (hidrat) secara stoikhiometri.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke


dalam golongan transisi. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin
karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal
ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam
waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka
dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan
pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut
dalam HNO3. Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya, yaitu kehilangan
empat molekul airnya pada 110 °C dan kelima-lima molekul air pada 150 °C.
Pada 650 °C, tembaga (II) sulfat mengurai menjadi tembaga (II) oksida
(CuO), sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2).

Tembaga (Cu) merupakan salah satu logam yang paling ringan dan
paling aktif. Cu+ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan
standar (baku). Hal ini bukan berarti larutan senyawa Cu (I) tidak mungkin
terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu
jika kita mencoba membuat (Cu+) cukup banyak pada larutan air, Cu 2+ akan
berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua juta
dikalikan pangkat dua dari Cu+. Disproporsionasi akan menjadi sempurna. Di
lain pihak jika Cu+ dijaga sangat rendah (seperti pada zat yang sedikit larut
atau ion kompleks mantap), Cu2+ sangat kecil dan tembaga (I) menjadi
mantap.
Tembaga (II) sulfat mempunyai banyak kegunaan di bidang industri
diantaranya untuk membuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan
senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan
dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk
anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelumit. Tembaga
sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru.
Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO4.5H2O
triklini. Pentahidratnya kehilangan 4 molekul air pada 1100 C dan yang ke
lima pada 1500C membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat
ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat
dengan H2SO4 encer, larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat
yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini
dibuat dengan memompa udara melalui campuran tembaga panas dengan
H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi
oleh empat molekul air pada setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan
keenam dari oktahedral ditempati oleh atom oksigen dari anion sulfat,
sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hidrogen salah satu sifat dari
logam tembaga yaitu tembaga tidak larut dalam asam yang bukan
pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut
dalam HNO3.
3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO3-(aq) → 3Cu2+(aq) + 2NO(g) + 4H2O

Logam tembaga dibuat dari tembaga sulfida (Cu2S) yang


dioksidasi dengan oksigen.

Cu2S + 2O2 → 2CuO + SO2

2CuO + Cu2S → SO2 + 4Cu

Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena 4

membentuk ion Cu(H2O)2+. Jika larutan ini ditambah amonia akan

menghasilkan ion Cu(NH3)42+ yang berwarna biru pekat. Senyawa CuCl2,


Cu2Br2, Cu2I2 sukar larut dalam air dengan Ksp masing-masing 1,9.10-7,
5.10-9, dan 1.10-12. Senyawa Cu2O dan Cu2S dapat dibuat langsung dari
unsurnya pada suhu tinggi. Kedua senyawa ini cenderung nonstoikiometrik
karena dapat pula sebagian membentuk CuO dan CuS.
Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah.
Sedangkan senyawa Cu (II) hidratnya biru dan anhidratnya abu-abu.
Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan
mengion yang berwarna gelap (biru gelap) yang terbentuk dengan larutan
amonia berlebihan. Cu digunakan buat kabel/kawat/peralatan listrik; dalam
logam-logam paduan; monel, perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel
untuk ketel dan lain-lain.
Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak
berwarna, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka mudah
dioksidasi menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari
tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air;
warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II)
[Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetraakuokuprat (II)
(yaitu, warna ion tembaga (II) dalam larutan air), adalah 500 μg dalam batas
konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga
(II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning).
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit
terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa). Bila dalam
keadaan basah dibiarkan terkena udara, tembaga (II) sulfida cenderung
teroksidasi menjadi tembaga (II) sulfat, dan karenanya menjadi dapat larut
dalam air. Banyak sekali panas yang dilepaskan pada proses ini.
Persamaan reaksi kristalisasi secara keseluruhan adalah:

Cu + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3 → CuSO4.5H2O + 2NO2 ↑ (berwarna


kuning coklat) Kristal CuSO4.xH2O yang terbentuk dari proses
kristalisasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kristal tembaga(II) sulfat pentahidrat [6]

Kristalisasi adalah proses pembentukan bahan padat dari pengendapan


larutan atau kristalisasi merupakan teknik pemisahan kimia antara bahan
padat-cair, di mana terjadi perpindahan massa dari suat zat terlarut dari cairan
larutan ke fase kristal padat. Karakter proses kristalisasi ditentukan oleh
termodinamika dan faktor kinetik, yang bisa membuat proses ini sangat
bervariasi dan sulit dikontrol. Seperti tingkat ketidakmurnian, metoda
penyamburan, desain wadah dan profil pendinginan bisa berpengaruh besar
terhadap ukuran, jumlah dan bentuk kristal yang dihasilkan. Pemisahan
dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya
dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal
dari zat terlarutnya. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair
yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian
produk hingga 100%. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam
keadaan atau kondisi lewat jenuh kondisi tersebut terjadinya karena pelarut
sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah
melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat
terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga kondisi lewat
jenuh dapat dicapai.
BAB III

METODOLOGI PENILITIAN

3.1. Alat dan Bahan

 Alat
Nama Alat jumlah Gambar
Gelas kimia 250 mL 1

Gelas ukur 50 mL 1

Corong 1

Kaca Arloji 1

Batang pengaduk 1
Hotplate 1

Pipet tetes 2

 Bahan
 Bahan
Nama Bahan Gambar
Limbah tembaga dari kabel bekas

Larutan H2SO4 pekat

Larutan HNO3 pekat


Aquades

Kertas saring

3.2. Langkah kerja

Membuat kristal CuSO4.5H2O

Sebanyak 30 mL air dimasukkan ke dalam gelas kimia, ditambahkan


11,9 mL H2SO4 pekat. 7 gram tembaga dimasukkan, ditambahkan 17,5 mL
HNO3 pekat, kemudian diaduk sehingga semua tembaga melarut.. Campuran
tersebut lalu dipanaskan (setelah gas berwarna coklat tua tidak keluar,
sehingga uap tidak lagi berwarna coklat muda). Ketika masih panas campuran
disaring (jika masih terdapat tembaga yang tidak melarut). Larutan disimpan
sehingga terbentuk kristal, lalu dicuci kristalnya dengan sedikit air, kemudian
dilarutkan ke dalam air sedikit mungkin dan kristalkan kembali. Dilakukan
sampai 3 kali sehingga kristal bebas dari nitrat. Berat kristal yang diperoleh
ditimbang.
Analisis kadar air dalam kristal CuSO4.xH2O

1. Menggerus kristal CuSO4.xH2O sampai bubuk

2. Menimbang berat kosong cawan penguap

3. Memasukkan kristal CuSO4.xH2O yang telah menjadi bubuk bubuk


ke dalam cawan penguap dan menimbang beratnya.
4. Memanaskan cawan penguap yang telah terisi bubuk kristal sampai
serbuk kristal menjadi berwarna putih.

5. Mendinginkan cawan penguap

6. Menimbang cawan penguap yang telah dingin berisi bubuk krstal


CuSO4.xH2O berwarna putih.

Gambar 2. Proses penguapan air Kristal

Diagram alir pembuatan senyawa kompleks CuSO4.5H2O


3.3. Uraian Keselamatan Kerja dan Potensi Bahaya

Bahan kimia yang digunakan pada percobaan ini adalah bahan kimia
yang bersifat korosif dan oksidator, maka dalam melakukan percobaan ini perlu
diperhatikan:

Hati-hati menangani asam sulfat dan asam nitrat pekat, asam sulfat
(H2SO4) adalah zat cair tak berwarna, beracun dan sangat korosif dan reaksi
dengan air bersifat eksotermis/eksplosif. Asam sulfat dapat menimbulkan luka
bakar pada kulit dan mata, serta dapat merusak pakaian.
- Asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan
merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar pada kulit
dan mata, serta dapat merusak pakaian.
- Limbah dikumpulkan dalam suatu tempat (jerigen yang tersedia)

- Kristal tembaga(II) sulfat pentahidrat dikumpulkan dalam suatu tempat


yang bersih.

3.4. Pengolahan Data

Tabel Pengamatan

No Prosedur Percobaan Data Pengamatan


1 Masukkan 30 mL air + 11,9 mL H2SO4 pekat ke dalam ……………………

beaker gelas 250 mL (a)


2 Masukkan 7 gram tembaga (limbah kawat) …………………….
Ke dalam beaker gelas (a)
3 Masukkan 17,5 mL HNO3 secara hati-hati ……………………..
4 Panaskan larutan, aduk (sampai volume larutan ½ dari volume ……………………..
awal)
5 Disaring ketika masih panas ……………………..
6 Filtrate disimpan di lemari asam, dibiarkan selama 2 hari ……………………..
7 Kristal yang terbentuk disaring dan didekantasi dengan
aquadest, kemudian timbang ………………………

Pengolahan dan Evaluasi Data


Menghitung rendemen CuSO4.5H2O

Diketahui
Massa Cu = 7 g

Massa kristal = a gram

BM CuSO4.5H2O = 249,55 g/mol

BA Cu = 63,55 g/mol

Ditanya: Rendemen = ….. %

Jawab:
Reaksi: Cu2+ + SO42- + 5H2O → CuSO4.5H2O

mol CuSO4.5H2O = mol Cu = b mol

Massa CuSO4.5H2O

= mol CuSO4.5H2O x BM CuSO4.5H2O

= b mol x 249,55 gram/mol

= c gram

Rendemen = c gram/5 gram x 100 % =...............%

Menghitung kadar air dalam kristal CuSO4.xH2O

Berat Cawan = 50 gram

Berat CuSO4.xH2O = 11,58 gram

Berat cawan + CuSO4.xH2O (basah) = 61,58 gram


Berat cawan + CuSO4 (kering) = 5 7 , 4 gram
Berat CuSO4 = 7,4 gram
CuSO4.xH2O ≈ CuSO4
BAB IV
PEMBAHASAN

 Anisa Dwi Febriani (201411068)

Pada praktikum Sintesis Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat


Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari limbah kabel ini bertujuan untuk Membuat kristal
tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembaga, Mengenal sifat-sifat kristal
tembaga(II) sulfat pentahidrat, Menganalisis produk dengan menghitung
rendemen dan jumlah air kristal (hidrat) secara stoikhiometri.

Pada proses sintesis ini membutuhkan aquades sebagai pencuci dalam


pembentukan kristal, larutan HNO3 berfungsi sebagai pelarut, dan larutan H2SO4
sebagai pereaksi Pada proses pencampuran, aquades yang pertama dimasukan ke
dalam gelas kimia, lalu H2SO4, dilanjut dengan limbah tembaga, lalu yang
terakhir dimasukan adalah HNO3. Setelah semua bahan tercampur dan uap
kecoklatan sudah tidak ada, lalu bahan dipanaskan dan diaduk untuk mempercepat
reaksi. Pemanasan ini juga bertujuan untuk mendapatkan hasil endapan kristal.

Didapatkan hasil kristal CuSO4.5H2O berwarna biru dengan bentuk


bongkahan kecil seperti batu yaitu tembaga (II) sulfat yang mengandung air atau
hidratnya dengan massanya adalah 11,58 gram sedangkan setelah dikeringkan
kristal berubah warna menjadi agak memutih dan massa yang didapat adalah 7,4
gram. Jika dihitung massa CuSO4.5H2O sesuai teoritis adalah 27,475 gram.
Perhitungan hasil yield atau rendemennya sebesar 42,16%. Pada perhitungan
kadar air dalam senyawa CuSO4.5H2O didapatkan hasil kadar air dengan cara:

Berat H2O = Berat CuSO4.5H20 sebelum dikeringkan – CuSO4.5H20 setelah


dikeringkan

= 11,58 gram – 7,4 gram

= 4,18 gram

Sehingga dapat diketahui koefisien dari airnya sendiri dengan cara


koef h 20 mol H 20
=
KOEF CuSO 4 mol CuSO 4

x 0,2322
= =
1 0,4625

x= 5,0205 -> x= 5

Jadi reaksi yang didapat adalah

Cu2++H2SO4+2HNO3+5H2O  CuSO4.5H2O+2N02
BAB V

KESIMPULAN

 Anisa Dwi Febriani (201411068)

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Massa kristal yang diperoleh pada percobaan ini adalah 11,58 gram saat
belum dikeringkan dan 7,4 gram gram ketika sudah dikeringkan.

2. Didapatkan rendemen dan yield CuSO4.5H2O sebesar 27,475 gram dan


42,16%

3. Koefisien kadar air dalam kristal didapat dari perbandingan koefisien dan
mol air dengan CuSO4, sehingga didapat x dalam CuSO4.xH2O adalah 5 dan
menjadi CuSO4.5H2O
DAFTAR PUSTAKA

1. Keenan, Kleinfelter, Wood. 1992. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2.


Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
2. Dickey, R. D. 1972. Identification and Correction of Copper
Deficiency of Rhododendron Simsi ‘George Lindley Taber’ Cuttings.
http://www.google.com. Diakses, 24 November 2008.
3. Petrucci, Ralph H, 1987, alih bahasa Suminar Ahmadi, Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3, Penerbit Erlangga
4. Shevla, G. 1990. Analisis Organik Kualitatif Makro Dan Semimakro.
PT. Kalman Media Pustaka. Jakarta.Jakarta.
5. http://www.Pembuatan_CuSO4.5H2«Annisanfushie’s_Weblog.html

6. Ratu F, Mentik Hulupi, “Recovery logam Tembaga (Cu) dengan


Metoda Elektrodeposisi dan Pembuatan Tembaga (II) Sulfat secara
Presipitasi dari Limbah Tembaga Laboratorium Kimia Terapan MKU
Polban”, Polban, 2011.

Anda mungkin juga menyukai