Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

BIOKIMIA I

PERCOBAAN II

ANALISIS KUANTITATIF PROTEIN

DISUSUN OLEH

NAMA : ANINDA KURNIA ILAHI

NIM : E1M018005

KELAS : 5/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
PERCOBAAN II

ANALISIS KUANTITATIF PROTEIN

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : Untuk menentukan kadar protein dengan
metode Biuret dan untuk menentukan
konsentrasi protein sampel.
2. Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 4 November 2020
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Dasar Bersama, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Mataram

B. LANDASAN TEORI
Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan
pangan selain lemak dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino
yang mengandung unsur- unsur C, H, O dan N dalam ikatan kimianya. Molekul
protein juga mengandung fosfor, belerang dan ada beberapa jenis protein yang
mengandung tembaga. Protein sangat mudah mengalami perubahan fisis maupun
aktivitas biologis yang disebabkan oleh kandungan protein berupa polipeptida
dengan BM ( berat molekul ) yang beragam (Winarno, 1984: 118).
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah
analisis yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu
bahan pangan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan reaksi Xantoprotein,
reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida dan reaksi Sakaguchi.
Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kuantitatif protein
dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry,
metode spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV (Dyah,
2011: 46-47).
Metode penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan dengan berbagai
metode misalnya metode Kjeldahl, metode Spektrofotometri UV-VIS, dan
metode Dumas termodifikasi. Dengan metode Kjeldahl tidak memberikan
pengukuran protein sesungguhnya, karena tidak semua nitrogen dalam makanan
bersumber dari protein, penggunaan asam sulfat pada suhu tinggi berbahaya, dan
metode ini membutuhkan waktu lama. Sedangkan Dumas termodifikasi harga
alat dan bahan yang dibutuhkan mahal, serta harus memisahkan protein dari
makromolekul lain yang tidak ingin dianalisis. Maka dari itu diperlukan metode
yang lebih sederhana yaitu metode biuret dengan Spektrofotometri UV-Vis,
karena metoda ini sangat spesifik terhadap protein, juga tidak mendeteksi
nitrogen dari komponen nonprotein dan lebih cepat pengerjaannya di bandingkan
metode lain (Fendri, dkk, 2019: 120)
Metode biuret didasarkan pada prinsip zat yang mengandung dua atau
lebih ikatan peptida dapat membentuk kompleks berwarna ungu dengan garam
Cu dalam larutan alkali. Metode biuret ini merupakan metode yang baik untuk
menentukan kandungan larutan protein karena seluruh protein mengandung
ikatan peptida. Pengujian secara biuret ini sampel harus berupa larutan, jadi
sampel terlebih dahulu dibuat menjadi larutan.Sampel berupa padatan harus
dihaluskan terlebih dahulu dibuat menjadi larutan.Untuk hasil yang lebih baik
maka menggunakan kontrol positif dan kontrol negatif sebagai pembanding
(Purnama, dkk, 2019: 54)
Pada prinsip kerja biuret, yaitu menguji ada atau tidak adanya protein
dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen NaOH dan CuSO 4 berdasarkan
ada atau tidaknya ikatan peptida (ikatan peptida harus 2 atau lebih). Dimana ion
Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida
yang menyusun protein dan membentuk senyawa kompleks berwarna biru hingga
ungu. Setelah direaksikan dengan sampel, warna yang terbentuk mudah pudar,
hal ini dikarenakan ion Cu2+ mengikat 2 ikatan peptida dan jika lama dibiarkan
ikatan tersebut semakin lemah (tidak stabil) sehingga itu yang menyebabkan
warnanya jika dibiarkan lama akan memudar (Agustin, 2010: 79).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas plastik
b. Kuvet
c. Mikropipet
d. Rak kuvet
e. Spektrofotometer
f. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Aquades
b. Label
c. Larutan control 2
d. Larutan pereaksi 1
e. Larutan sampel plasma
f. Larutan standar total protein
g. Parafilm
D. LANGKAH KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diberi label “B” pada kuvet kosong, kemudian disesuaikan volume
mikropipet sesuai yang diinginkan.
3. Diambil 1000 mikroliter larutan reagen 1 dan dimasukkan ke dalam kuvet
“B”.
4. Diambil 20 mikroliter aquades dan dimasukkan ke dalam kuvet berisi
reagen 1, kemudian dicampur sampai rata.
5. Diberi label “Std” untuk kuvet standar.
6. Dimasukkan 1000 mikroliter larutan reagen 1 ke dalam kuvet “Std”.
7. Dimasukkan 20 mikroliter total protein standar ke dalam kuvet “Std”.
8. Diberi label “C2” pada kuvet kosong, kemudian dimasukkan 1000
mikroliter larutan reagen 1 ke dalamnya.
9. Dimasukkan 20 mikroliter larutan control ke dalam kuvet “C2” dan
dicampur sampai rata.
10. Diberi label “C3” pada kuvet kosong dan dimasukkan 1000 mikroliter
larutan reagen 1 ke dalamnya.
11. Dimasukkan 20 mikroliter larutan control 3 ke dalam kuvet “C3” dan
dicampur sampai rata.
12. Diberi label “S” pada kuvet kosong, kemudian dimasukkan 1000 mikroliter
larutan reagen 1 ke dalamnya.
13. Dimasukkan 20 mikroliter larutan plasma ke dalam kuvet “S” dan
dicampur sampai rata.
14. Diberi kertas parafilm pada mulut kuvet, kemudian di kocok perlahan
untuk mencampurkan larutan di dalam kuvet agar tercampur rata.
15. Diinkubasi kelima kuvet tersebut selama 30 menit.
16. Disiapkan alat spektrofotometer terlebih dahulu.
17. Ditekan F1 untuk mengubah persentase pembacaan menjadi pembacaan
absorbansi.
18. Ditekan “go to wl” untuk mengubah panjang gelombang, kemudian
dimasukkan panjang gelombang yang diinginkan dan tekan tombol Enter.
19. Dimasukkan kuvet “B” ke dalam spektrofotometer kemudian ditekan
tombol auto zero.
20. Dimasukkan kuvet “Std” ke dalam spektrofotometer tanpa mengeluarkan
kuvet “B” di dalamnya.
21. Diukur absorbansi cairan di dalam kuvet, kemudian pengukuran absorbansi
dilanjutkan dengan kuvet C2, C3 dan S.

E. HASIL PENGAMATAN
Data Pengukuran Standar Protein

Konsentrasi standar (ppm) Absorban


0 0,076
6,25 0,125
12,5 0,202
25 0,290
37,5 0,371
50 0,437
62,5 0,526

Data Sampel

Sampel Absorban
I 0,321

0,322

0,319

II 0,421

0,422

0,420

F. ANALISIS DATA
1. Tabel
Konsentrasi standar (ppm) Absorban terbaca Absorban terkoreksi
0 0,076 0
6,25 0,125 0,049
12,5 0,202 0,126
25 0,290 0,214
37,5 0,371 0,295
2. 50 0,437 0,361
62,5 0,526 0,45
Grafik

Kurva Standar
0.5
0.45
0.4 f(x) = 0.01 x + 0.02
R² = 0.99
0.35
0.3
Absorban

0.25 Absorban
0.2 Linear (Absorban)
0.15
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi

Perhitungan konsentrasi protein :


 Sampel I
0,321+ 0,322+0,319
y =
3
= 0,321
Absorban : y = 0,0071x + 0,0181

0,321 = 0,0071x + 0,0181

0,0071x = 0,321 - 0,0181

0,0071x = 0,3029
x = 42,662 ppm

 Sampel II
0,421+ 0,422+0,420
y =
3
= 0,421
Absorban : y = 0,0071x + 0,0181
0,421 = 0,0071x + 0,0181
0,0071x = 0,421 - 0,0181
0,0071x = 0,4029
x = 56,746 ppm

G. PEMBAHASAN
Tes protein total adalah tes yang berguna untuk mengevaluasi fungsi
hati dan mendeteksi berbagai gangguan yang berhubungan dengan masalah
hati, masalah ginjal, dan juga masalah gizi. Metode yang digunakan dalam uji
protein total adalah uji fotometri menurut metode Biuret. Dalam pengujian ini,
larutan Tembaga Sulfat biru digunakan sebagai indikator dan akan berubah
menjadi warna violet (ungu pucat) atau ungu jika terdapat protein yang dapat
larut. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi. Kisaran normal
untuk kadar protein dalam darah adalah antara 6,0-8,3 g / DI.
Pengukuran kadar protein dapat dilakukan dengan metode biuret
karena metode ini didasarkan pada pengukuran serapan cahaya berwarna ungu
dari protein yang bereaksi dengan pereaksi biuret dimana yang membentuk
kompleks adalah protein dengan ion Cu2+ yang terdapat dalam pereaksi
biuret dalam suasana basa yang menjadi Cu+, semakin tinggi intensitas
cahaya yang diserap oleh spektrofotometer, maka semakin tinggi pula
kandungan protein yang terdapat dalam zat tersebut. Keuntungan dari metode
biuret ini adalah bahan yang digunakan relatif murah akan tetapi kelemahan
dari metode ini adalah sensitivitas terhadap bahan yang diidentifikasi rendah
sehingga diperlukan bahan dalam jumlah yang tidak sedikit.
Pada penentuan konsentrasi protein sampel, larutan sampel protein
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diukur nilai absorbannya.
Pengukuran dilakukan dua kali. Nilai absorban yang diperoleh digunakan
untuk menentukan konsentrasi sampel. Konsentrasi sampel ditentukan dengan
memasukkan nilai absorban ke persamaan garis yang sudah diperoleh pada
percobaan pertama.
Berdasarkan percobaan pembuatan kurva standar, untuk menghitung
nilai dari transmitan atau absorban dasar didapatkan nilai absorban yang
semakin menaik. Kenaikan nilai absorban seharusnya semakin meningkat
seiring dengan kenaikan konsentrasi, namun ternyata pada praktikum ini
tidak demikian.. Hal ini dapat disebabkan ketidaksesuaian takaran dalam
pencampuran larutan yang akan diukur nilai absorbannya. Sedangkan pada
percobaan penentuan konsentrasi protein sampel menggunakan kurva standar
pada percobaan sebelumnya. Digunakan konsentrasi protein sampel yang
sama, kemudian setelah dimasukkan ke persamaan kurva standar didapatkan
dua nilai absorban yang tidak terlalu berbeda jauh.

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum, landasan teori, hasil pengamatan
dan pembahasan dapat disimpulkan, bahwa:
a. Tes protein total adalah tes yang berguna untuk mengevaluasi fungsi
hati dan mendeteksi berbagai gangguan yang berhubungan dengan
masalah hati, masalah ginjal, dan juga masalah gizi.
b. Kadar protein dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan beberapa
metode, salah satunya yaitu dengan metode biuret karena didasarkan
pada pengukuran serapan cahaya berwarna ungu dari protein yang
bereaksi dengan pereaksi biuret.
c. Metode Biuret menggunakan prinsip spektrofotometri untuk melihat
nilai absorban.
d. Konsentrasi sampel dapat ditentukan setelah membuat kurva standar
dari percobaan.
e. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi.
2. Saran
Saya menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saya mengharapkan kritik atau saran dari ibu
dosen, guna membangun kesempurnaan atau kelengkapan laporan ini
sehingga menjadi lebih baik lagi. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Ni Putu. 2010. Ilmu Kimia Pangan. Denpasar: Universitas Pendidikan

Nasional.

Dyah, Roro. 2011. Reaksi Uji Protein. Makasar : Universitas Hassanudin

Fendri, Sandra Tri Juli, Ifmaily dan Sylda Rakmah Syarti. 2019. “Analisis Protein

Pada Rinuak, Pensi dan Langkitang dengan Spektrofotometri UV-Vis”.


Jurnal

Katalisator. 4(2): 119-124.

Purnama, Robby Candra, Agustina Retnaningsih dan Indah Aprianti. 2019.

“Perbandingan Kadar Protein Susu Cair UHT Full Cream Pada Penyimpanan

Suhu Kamar dan Suhu Lemari Pendingin Dengan Variasi Lama Penyimpanan

Dengan Metode Kjeldhal”. Jurnal Analis Farmasi. 4(1): 50-58.

Winarno, F. G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai