Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA

ACARA IV

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPECTROFOTOMETRI

OLEH

NAMA : ZYAHWA SABINA MRP

NIM : E1A021068

KELAS : III/C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
ACARA IV

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPECTROFOTOMETRI

A. Pelaksanaan Praktikum

1. Tujuan praktikum : menentukan kadar protein dalam


sampel dengan metode Biuret.

2. Hari, tanggal praktikum : Senin, 14 November 2022

3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi I FKIP,


Universitas Mataram.

B. Landasan Teori
Protein adalah suatu senyawa organic yang mempunyai molekul-
molekul komplek, terdiri dari unsure-unsur N, C, H, O, S dan kadang-
kadang terdapat P. protein mempunyai berat molekul yang tinggi, yang
bervariasi antara 20.000 sampai 20.000.000, dan apabila di hidrolisa akan
menghasilkan asam-asam amino. Jalannya hidrolisa protein menghasilkan
asam amino dengan bentuk RCH(NH2)COOH, dimana pada waktu
hidrolisa gugus amino di bebaskan dari jumlah yang sama. Maka unit-unit
dalam suatu gugus molekul protein digabungkan oleh suatu golongan
peptida antara suatu gugus karbokail dari satu asam amino dan gugus
amino lainnya. ( Lukmana, 2017 :2)
Protein mempunyai berbagai peran/fungsi menurut jenisnya masing-
masing. Protein yang berperan sebagai struktur atau pembentuk tubuh di
anataranya adalah te yang merupakan jaringan ikat berserat, dan
mempunyai struktur padat serta kekuatan besar. Elastin terdiri dari rantai
polipeptida panjang yang tersusun secara acak, dan dapat di tarik hingga
batas tertentu namun lebih mudah robek di bandingkan dengan kolagen.
Mikroprotein merupakan hasil sekresi mukosa. Keratin adalah jenis
protein berserat yang tidak larut dari sel-sel ektodermal hewan.
( Subandiyono,dkk. 2016: 96).
T Telur merupakan salah satu produk hewani yang berasal dari ternak
tt dan telah dikenal sebagai bahan pangan sumber protein yang bermutu
tinggi. Telur sebagai bahan pangan mempunyai banyak kelebihan
misalnya, kandungan gizi telur yang tinggi, harganya relatif murah bila
dibandingkan dengan bahan sumber protein lainnya Telur banyak
dikonsumsi dan diolah menjadi produk olahan lain karena memiliki
kandungan gizi yang cukup lengkap. Kandungan protein pada telur
terdapat pada putih telur dan kuning telur ( Ramdhani dkk, 2018: 54).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spektrofotometeri.
b. Kamera hp.
c. pipet volum 5 ml dan 15 ml.
d. Gbyyyty6 buah tabung reaksi dalam rak.

2. Bahan

a. pereaksi biuret ( 1,5mg CuSO4.5H2O, 6 g NaK tartrat, 500 ml


H2O+300ml NaOH 10%.
b. Kertas label.
c. Larutan albumin (BSA) 2 g/100 ml (2%).
d. Sampel 0.5 % (putih telur, tahu atau ekstrak daging atau yg
lainnya).
D. Langkah Kerja
1. Isilah tabung reaksi dengan komposisi pelarut sebagai berikut:

N Volume BSA 2% (ml Volume aquades Konsentrasi


o Larutan BSA induk) (ml) protein

1. 0,5 9,5 0,1

2. 1 8,0 0,2
3. 1,5 8,5 0,3

4. 2,0 8,0 0,4

5. 3,0 7,0 0,5

2. Ambil setiap standar dan sampel sebanyak 3 ml masukkan ke tabung


reaksi
3. Tambahkan 3 ml pereaksi Biuret pada setiap tabung reaksi di atas,
diaduk (vortex)
4. Diamkan (inkubasi) larutan tersebut selama 15 menit pada suhu kamar
5. Dibuat larutan blanko (6 ml pereaksi Biuret)
6. Tentukan serapan standar dan sample (termasuk blanko) pada ƛ max
450 nm
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
a. Larutan standar

No BSA Aquades Kadar Warna Absorbansi


(ml) (ml) protein

Sebelum Sesudah

1. 0,5 9,5 0,1 0,101

2. 1,0 9,0 0,2 0,101


3. 1,5 8,5 0,3 0,151

4. 2,0 8,0 0,4 0,136

5. 3,0 7,0 0,5 0,172

b. Sampel

No Sampel Kadar Warna Absorbansi


protein

Sebelum Sesudah

1. Putih 0 0,172
telur (blanko)

2. Tahu 0,4 0,23


2. Grafik

0.16 Absorbansi
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55

F. Pembahasan
Pada percobaan praktikum penuntuan kadar protein dengan metode
biuret ini bertujuan untuk menentukan kadar protein yang ada pada sampel
dengan menggunakan metode biuret. Prinsip dari percobaan yaitu
berdasarkan pengukuran serapan cahaya oleh ikatan komplek peptide
berwarna ungu yang terjadi dalam suasana basa. Dalam suasana basa, ion
Cu2+ akan membentuk senyawa kompleks dengan ikatan peptide suatu
protein atau yang biasa di sebut ikatan kompleks Cu peptida dengan
absorbansi maksimal pada 540 nm. Metode biuret di gunakan karena
pelaksanannya yang mudah dan bahannya murah dan mudah di dapatkan.
Jika menggunakan metode lainnya akan membutuhkan waktu yang lebih
lama, bahan yang di gunakan juga mudah korosif dan membutuhkan
waktu yang tinggi sehingga pada penggunaan skala laboratorium metode
biuret lebih efektif dan mudah di bandingkan dengan metode lainnya.
Sebelum menentukan kadar protein dalam sampel tahu dan telur, di
lakukan proses pembuatan larutan standar, preparasi sampel , penentuan
panjang gelombang maksimum kemudia pengukuran absorbansi larutan
dan sampel, menentukan kurva standar kemudian menentukan kadar
protein dalam sampel tahu dan telur. Larutan standar yang di buat
sebanyak 5 konsentrasi yaitu 0,5 ml, 1,0 ml, 1,5 ml, 2,0 ml, 3,0 ml .
Larutan standard an sampel yang telah di buat serta blanko yang berisi
aquades saja, masing-masingnya di tambahkan dengan 4 ml, reagen biuret
penambahan reagen biuret bertujuan untuk membuat larutan jadi berwarna,
mengingat syarat sampel yang dapat di ukur dengan biuret adalah
berwarna, adanya warna pada larutan setelah penambahan biuret terjadi
karena adanya reaksi reduksi ion kupri Cu2+menjadi ion kupro Cu+.
Setelah penambahan reagen biuret, warna larutan akan menjadi biru.
Reagen biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida
(berupa larutan) dan tembaga sulfat. Secara teori, larutan akan berubah
menjadi warna ungu karena terbentuknya senyawa kompleks setelah
penambahan reagen biuret dalam suasanan basa dengan penambahan
larutan NaOH. Sehingga larutan tetap berwarna biru, tidak berubah
menjadi ungu. Adapun reaksi yang terjadi antara protein dengan reagen
biuret dengan suasana basa.
Sebelum di lakukan pengukuran, semua sampel di homogenkan
dengan mixer vortex supaya stabil. Setelah itu di lakukan uji kestabilan
terhadap larutan sampel dari 0-35 menit. Dari uji kestabilan di peroleh
hasil bahwa larutan stabil pada waktu 35 menit dengan rata absorbansi
0,172. Setelah uji kestabilan, di tentukan panjang gelombang maksimum
dengan mengukur salah satu larutan standar kemudian di gunakan untuk
mengukur absorbansi larutan. Penentuan panjang gelombang maksimum
di lakukan pada rentang 430-465 nm, dan di peroleh panjang gelombang
maksimum 445nm, setelah panjang gelombang maksimum di peroleh,
kemudian di lakukan pengukuran absorbansi larutan standard an sampel
pada panjang gelombang maksimum tersebut.

G. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan serta pembahasan
maka dapat disimpulkan untuk menentuan kadar protein pada
makan maka diperlukan alat yang disebut spectrometri UV-Vis.
Namun sebelum menentukan kadar protein pada suatu makanan
makanan dilakukan pembuatan larutan standar, preparasi sampel
dan penentuan panjang gelombang maksimum. Lalu masing-
masingnya ditambah larutan 4ml reagen biuret agar larutan yang
sudah dicampurkan tersebut berubah warna. Perubahan warna
terjadi ketika reagen biuren dicampurkan karena terjadinya reduksi
yang terjadi antara ion kurpri Cu2+ menjadi ion kupri Cu+.
2. Saran
Untuk sarannya tidak ada karena praktikum ini sudah cukup
baik begitupun dengan co-asst nya.

DAFTAR PUSTAKA

Lukmana Anang. 2017. Denaturasi protein. Jurnal kimia dan kemasan.


Vol (1),1-12.

Subandiyono & Hatuti Sri. 2016. Buku ajar nutrisi ikan. Semarang.

Ramdhani Nurfijirin & Herlina, dkk. 2018. Perbandingan kadar protein pada
telur ayam dengan metode spektrofotometri sinar tampak. Jurnal ilmiah
farmasi. Vol 6,(2), 53-56.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai