100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
282 tayangan8 halaman
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dalam suatu sampel menggunakan metode Bradford. Metode Bradford bekerja dengan mengikat zat warna Coomassie Blue G-250 pada protein sehingga mengubah warna larutan. Praktikum ini melibatkan pembuatan kurva standar dari BSA dan pengukuran absorbansi sampel untuk menghitung kadar protein. Hasilnya menunjukkan hubungan yang linier antara konsentrasi BSA dengan absorbansi. Kadar protein
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dalam suatu sampel menggunakan metode Bradford. Metode Bradford bekerja dengan mengikat zat warna Coomassie Blue G-250 pada protein sehingga mengubah warna larutan. Praktikum ini melibatkan pembuatan kurva standar dari BSA dan pengukuran absorbansi sampel untuk menghitung kadar protein. Hasilnya menunjukkan hubungan yang linier antara konsentrasi BSA dengan absorbansi. Kadar protein
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar protein dalam suatu sampel menggunakan metode Bradford. Metode Bradford bekerja dengan mengikat zat warna Coomassie Blue G-250 pada protein sehingga mengubah warna larutan. Praktikum ini melibatkan pembuatan kurva standar dari BSA dan pengukuran absorbansi sampel untuk menghitung kadar protein. Hasilnya menunjukkan hubungan yang linier antara konsentrasi BSA dengan absorbansi. Kadar protein
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PENDAHULUAN Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukkan dan pertumbuhan tubuh. Protein merupakan polipeptida yang mempunyai bobot molekul dari 5000 hingga satu juta (Poedjiadi dan Supriyanti 2007). Metode analisis protein dapat dilakukan dengan uji kualitatif. Untuk mengetahui keberadaan atau jenis protein dalam suatu bahan, sedangkan uji kuantitatif dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan proteindalam suatu bahan. Beberapa jenis uji yang dilakukan pada protein diantaranya uji ninhidrin, uji biuret,xantoprotein, Uji Hopkins-Cole, Uji Heller, Uji Koagulasi Panas, Uji Asam Sulfosalisilat, Uji Orto-Tolidin, Uji Benzidin, Uji Guaiac, Uji Bradford (Bintang 2010). Uji protein yang digunakan dalam praktikum ialah penggunaan metode uji Bradford. Metode Bradford ialah suatu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan protein di dalam suatu larutan dengan menggunakan zat warna Coomassie Blue G-250 sebagai pengikat protein (Bradford 1976). Zat warna tersebut akan mengikat protein dan mengubah warna pada larutan yang mengandung protein tersebut dari warna kemerahan menjadi warna kebiruan. Panjang gelombang yang digunakan 595 nm. Hal itu dikarenakan zat warna yang diikat oleh bagian hidrofobik protein ialah bentuk anionnya yang nilai absorbansi maksimumnya berada pada panjang gelombang terebut (Bradford 1976). Metode ini hanya digunakan untuk mendeteksi protein yang memiliki konsentrasi hingga 20 L. Praktikum bertujuan menentukan kadar protein dalam suatu sampel dengan metode spektrofotometri dengan menggunakan kurva standar. Praktikum juga dapat mempraktikan prinsip metode Bradford dalam analisis protein.
METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum dilakukan pada hari Senin, 10 Maret 2014 pukul 08.00-11.00 WIB di Laboratorium Pendidikan-1 Biokimia, Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spektrofotometer 20, neraca analitik, gelas piala, dan pipet. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain reagen Bradford, BSA,NaCl, dan sampel protein. Prosedur Percobaan Pembuatan kurva standar. Dua belas tabung reaksi yang bersih dan kering di siapkan. Kemudian pada tabung 1, dicampurkan larutan BSA 0L dan NACL 100L. Tabung 2 dicampurkan larutan BSA 10L dan NaCl 90L. Tabung 3 dicampurkan larutan BSA 20L dan NaCl 80L. Tabung 4 dicampurkan larutan BSA 30L dan NaCl 70L. Tabung 5 dicampurkan larutan BSA 50L dan NaCl 50L. Tabung 6 dicampurkan larutan BSA 100L dan NaCl 0L. kemudian, tambahkan 5 ml reagen Bradford pada setiap tabung, lalu dikocok dan dibiarkan selama selang waktu lima menit hingga satu jam. Pada tabung 1, digunakan sebagai larutan blanko. Kemudian, baca pada absorbans 595nm untuk setiap tabung. Terakhir, kurva standar dibuat antara absorbans 595nm dan rata-rata konsentrasi protein. Penentuan konsentrasi protein sampel. Praktikum ini dilakukan dengan mengencerkan terlebih dahulu 0,5 ml suatu sampel protein dengan 4,5 ml aquades. Lalu, dipipet kedalam dua tabung reaksi masing-masing sebanyak 0,05 ml dan 2,5ml reagen Bradford. Kemudian kedua tabung larutan diukur nilai absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah hasil percobaan yang dilakukan terhadap pembuatan kurva standar dan analisis kadar protein.
Contoh Perhitungan : Konsentrasi BSA tabung 2 V 1 X M 1= V 2 X M 2 0,01 ml x 1 mg/ml = 0,1 ml x M 2 M 2 = 0,1 mg/ml
Gambar 1 Hubungan konsentrasi BSA dengan Absorbansi
Tabel 2 Analisis kadar protein Sampel Absorbansi terukur Absorbansi terkoreksi [Protein] (mg/ml) 1 0,883 0,189 2, 071 2 0,984 0,290 2,743
Contoh Percobaan Faktor Pengenceran (FP)=
Kadar protein sampel Y= a + bx Y = 1.5047x - 0.1227 0,189 = 1.5047x- 0.1227 0,3117 = 1.5047x x = 0,2071 x FP x = 0,2071 x 10 x = 2,071 mg/ml Metode Bradford ialah suatu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan protein di dalam suatu larutan dengan menggunakan zat warna Coomassie Blue G-250 sebagai pengikat protein. (Bradford 1976). Prinsip metode Bradford adalah pengikatan zat warna oleh protein. Zat warna tersebut akan mengikat protein dan mengubah warna pada larutan yang mengandung protein tersebut dari warna kemerahan menjadi warna kebiruan. Ikatan yang terjadi antara zat warna Coomassie Blue G-250 dan protein dapat terjadi dikarenakan adanya gaya van der walls antara keduanya. Gaya van der walls dapat terjadi karena adanya bagian protein yang bersifat hidrofobik mengikat bagian dari zat warna Coomassie Blue G-250( penyusun reagen Bradford) yang bersifat non polar sehingga mengakibatkan zat warna tersebut melepaskan elektronnya ke bagian hidrofobik protein. Selain itu, antara zat warna dan protein juga terdapat kekuatan ionik yang memperkuat ikatan antara keduanya dan membuat zat warna tersebut menjadi stabil. Hal ini lah yang digunakan pada metode Bradford untuk menentukan kadar protein di dalam suatu larutan (Bradford 1976). Reagen Bradford yang digunakan pada percobaan ini dibuat dengan cara melarutkan 100 mg Coomassie Brilliant Blue G-250 dalam 50 ml etanol 95% dan 100 ml 85% (w / v) asam fosfat. Kemudian diencerkan sampai 1 L dengan akuades. Reagen harus disaring melalui Whatman no. 1 filter kertas dan kemudian disimpan dalam botol kuning pada suhu kamar. Reagen yang disimpan harus disaring terlebih dahulu sebelum digunakan. (Rosenberg 2004) Penggunaan NaCl digunakan sebagai tamabahan pada larutan Bovine Serum Albumin (BSA) yang berfungsi sebagai pelarut protein yang akan diukur. Jika NaCl yang ditambahkan ke dalam larutan Bovine Serum Albumin (BSA) semakin banyak maka protein yang larut akan semakin banyak pula. Hal ini mengakibatkan pengompleksanantara protein dan zat warna Coomassie Brilliant Blue G-250dalam reagen Bradford akan semakin sedikit terjadi. Jadi, jika penambahan NaCl semakin banyak maka nilai absorbansi larutan tersebut semakin kecil(Khopkar 2007). Pada tabel 1, dapat terlihat seiring berkurangnya volume NaCl pada tabung satu hingga tabung enam, nilai absorbansi yang terukur semakin besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khopkar. Kesalahan yang terjadi dapat diakibatkan dari pengocokkan yang belum homogen. Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar yang menghubungkan antara nilai absorbansi dengan konsentrasi larutan Bovine Serum Albumin (BSA) adalah Y= 1,5047x 0,1227dengan r 2 sebesar 0,9209. Ketepatan data dapat dilihat dari nilai r 2 yang diperoleh. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kesalahan selama percobaan. Nilai absorbansi sampel ulangan pertama adalah sebesar 0,189 dengan nilai konsentrasi sampel sebesar 2,071 mg/mL. Nilai absorban sampel ulangan kedua adalah sebesar 0,290 dengan nilai konsetrasi sampel sebesar 2,743 mg/mL. Penentuan kadar protein terlebih dahulu praktikan melakukan pengenceran larutan. Hal ini disebabkan karena sebelum pengenceran nilai absorbansi semakin besar. Faktor pengenceran yang didapat adalah 10. Kemudian dikali dengan nilai x pada persamaan regresi, lalu didapat kosentrasi protein mg/ml. Selain menggunakan metode Bradford, terdapat berbagai cara dalam penentuan kadar protein. Refraktori (menyelupkan refraktomer menurut Pulrich) dengan standar kadar protein n = 0,002/ 1% protein, sangat cepat pelaksanaannya dan hanya memerlukan sedikit bahan, namun tidak spesifik jadi hanya baik untuk pengenalan protein. Uji biuret, metode ini untuk penentuan konsentrasi dengan cara meneteskan protein ke dalam larutan CuSO4 dari berbagai macam konsentrasi. Penentuan kekeruhan dengan Nephelometer yaitu penentuan intensitas kekeruhan dengan memberikan standar sulfosalsilat pada larutan protein, namun metode ini jarang digunakan. Fotometri (reaksi warna), yaitu dengan meneteskan biuret atau fenol ke dalm larutan protein, reaksi warna akan menjadi biru dari reagenisa biuret dan reduksi asam heteropoli. Penyisaan basah menurut Kjeldahl merupakan metode analitik klasik sehingga perlu persiapan lama dan N dari non protein ikut dalam perhitungan. Selain itu, penentuan kadar protein yang menggunakan dengan metode Lowry akan memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi protein yang ditera. Dalam percobaan kali ini akan digunakan metode Bradford yang menggunakan suatu pereaksi pewarna yang mampu mengikat protein di dalam sampel (Kusnawidjaja, 2007). Keuntungan dari metode ini adalah pereaksi yang digunakan sangat sederhana serta mudah disiapkan. Selain itu kompleks warna biru pada larutan yang diberi reagen Bradford sangat cepat terbentuk dan bersifat stabil. Kestabilan warna biru coomassie ini karena adanya inteaksi antara lapisan hidrofobik dari protein dengan bentuk anion dari zat warna Coomassie Brilliant Blue G-250 yang menstabilkan bentuk anion tersebut (adanya gaya van der walls) (Bradford 1976). Selain itu, uji Bradford juga sangat menguntungkan karena nilai akurasi dan presisi data yang didapatkan cukup tinggi serta untuk menjamin keakuratan data sampel yang berada di luar jangkauan dapat dilakukan uji ulang yang hanya membutuhkan beberapa menit saja. Hal itu membuat keefektifan kerja sangat cepat. Kelemahan utama metode Bradford adalah reagen khususnya dapat mengakibatkan perbedaan respon tes untuk jenisprotein yang berbeda. Hal itu membuat kita harus teliti dalam memilih protein yang akan di ujikan. Sebaiknya protein yang akan diuji ialah protein yang memberikan nilai absorbansi mendekati konsentrasi sampel protein yang diujikan. uji ini kurang akurat untuk asam protein dasar.Selain itu kelemahan lainnya ialah kurangnya sensitivitasterhadap sampel yang hanya memiliki sedikit kandungan protein.(Bradford 1976)
SIMPULAN Kadar protein yang didapat adalah pada ulangan pertama 2,071 mg/ml, pada ulangan kedua 2,743 mg/ml .praktikan menggunakan kurva standar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel yang nilai absorbansinya telah diketahui. Prinsip metode Bradford ialah pengikatan zat warna Coomassie Blue G-250 dengan protein. DAFTAR PUSTAKA Bintang Maria.2010.Biokimia teknik Penelitian. Jakarta(ID) : Erlangga. Bradford MM .1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye binding. Analitical Biochemistry72 , 248-254. Khop Rosenberg I.M. 2004. Protein Analysis and Purification: Benchtop techniques. Massachusetts General Hospital: Bostonkar, S. 2007. Konsep Dasar Biokimia. Jakarta(ID) : UI Press. Kusnawidjaja K. 2007. Petunjuk Praktikum Biokimia. Universitas Negeri Yogyakarta(ID): Yograkarta. Poedjiadi A dan Supriyanti FMT. 2007.Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi. Jakarta(ID): UI Press.