Disusun Oleh :
A. JUDUL PRAKTIKUM
Pengaruh formulasi terhadap laju disolusi
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memahami profil disolusi obat dalam beragai
kondisi pH.
2. Untuk melihat pengaruh formulasi sediaan obat terhadap laju
disolusi.
C. LATAR BELAKANG
Obat adalah suatu zat yang digunakan orang untuk menghilangkan
rasa sakit, menghambat atau mencegah penyakit yang menyerang.
Suatu obat yang diberikan kepada pasien harus melalui banyak
proses didalam tubuh. Bahan obat yang digunakan dengan cara
apapun juga harus memiliki daya larut air untuk kemanjuran
terapeutiknya.
Disolusi merupakan suatu proses perpindahan molekul obat dari
bentuk padat kedalam larutan suatu media (cairan tubuh), pada saat
obat melarut partikel-partikel padat memisah dari molekul demi
molekul yang akan bercampur dengan cairan dan tampak menjadi
bagian dari cairan tersebut.
Disolusi merupakan salah satu uji yang wajib digunakan dalam
berbagai bentuk sediaan farmasi, yang diberi secara oral seperti
suspense, emulsi, larutan kaplet, kapsul, dan tablet. Laju disolusi juga
sangan diperlukan karena menyangkut tentang waktu yang dibutuhkan
untuk pengelepasan obat dalam bentuk sediaan dan diabsorpsi
didalam tubuh. Jadi, semakin cepat disolusinya maka semakin cepat
pula obat atau sediaan memberikan efek kepada tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
Sediaan farmasi dengan pemberian oral untuk mencapai
konsentrasi terapeutik dipengaruhi oleh kecepatan disolusi dan
ketersediaan hayati. Pemberian obat secara oral adalah rute
pemberian obat yang paling banyak digunakan karena kemudahan
pemberiannya. Obat generic yang beredar di Indonesia banyak dalam
bentuk sediaan oral dan mendorong perusahaan obat untuk
memproduksi obat yang bioekivalen. Tetapi, terdapat hambatan utama
yaitu, obat yang termasuk Biopharmaceutis Classification Ststem
(BCS) kelas II (kelarutan rendah dan permeabilitas tinggi) memiliki
bioavailibilitas oral yang rendah karena kelarutan obat yang rendah
dalam cairan gastrointestinal menyebabkan dan menunjukkan bahwa
absorpsi yang rendah pula (Reynelda Juliani, 2019).
Disolusi merupakan suatu proses dimana suatu bahan kimia atau
obat jadi larut dalam suatu pelarut. Disolusi dapat didefinisikan sebagai
proses terlarutnya suatu solid. Bentuk sediaan farmasetik padat
terdispersi dalam cairan setelah dikonsumsi seseorang kemudian akan
terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media
biologis, diikuti dengan absorpsi sistemik dan menunjukkan respon
klinis (Siregar, 2010).
Uji disolusi yang diterapkan pada sediaan obat untuk mengukur
serta mengetahui jumlah zat yang aktif terlarut dalam media pelarut
yang diketahui volumenya pada waktu dan suhu tertentu (Santi Sinala,
2016).
Kelarutan dan laju disolusi obat dapat ditingkatkan dengan
berbagai metode yang sudah banyak dilaporkan seperti pembuatan
disperse padat, pembuatan prodrug, kompleks inkulsi obat dengan
membawa dan memodifikasi senyawa menjadi bentuk garam, solvat
dan kokristal (Zaini, 2011).
Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling banyak digunakan
dibandingkan dengan sediaan obat dalam bentuk lain kerena mudah
dan praktis dalam penggunaannya (Nadya Nurul Zaman, 2020).
Tablet salah satu sediaan yang banyak mengalami perkembangan
dari segi formulasinya. Selain mengandung zat aktif, dalam pembuatan
tablet diperlukan bahan tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat,
penghancur, pelicin, dan pewarna. Bahan pengikat berperan penting
dalam pembuatan tablet yaitu untuk menjadikan penyatuan bersama
dari partikel serbuk dalam sebuah butir granulat ( Elya Melinda, 2019).
Paracetamol adalah salah satu obat antiinflamasi non-steroid
(NSAID) dan paling sering diresepkan. Indikasi umum digunakan
sebagai analgesik dan antipiretik pada kasus demam, sakit kepala,
nyeri, dan sakit ringan lainnya (Denis, 2022).
B. URAIAN BAHAN
1. Paracetamol (FI Edisi III Hal. 37)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Asetaminopen, Paracetamol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau rasa sedikit
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus
cahaya, simpan pada suhu ruangan
terlindung dari kelembaban dan panas.
Khasiat : Analgetikum; antipiretikum.
2. HCL (FI Edisi III Hal. 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Pemerian : Cairan, tidak berwarna, berasap bau
merangsang jika diencerkan dengan
2 bagian air asap dan bau hilang
Khasiat : Zat tambahan
3. Aquadest (FI Edisi III Hal. 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
C. PERHITUNGAN BAHAN
1. HCl
V1 . V1 = V2 . N2
V1 . 12 N = 1000 ml . 0,1 N
1000 mL .0,1 N
V1 =
12 N
V = 4,3 ml
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Series2
0.6
Linear (Series2)
0.4
0.2
0
2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi PCT Baku (μg/mL)
Konsentrasi PCT
No Absorbansi
Baku (μg/mL)
1 4 0.507
2 6 0.608
3 8 0.717
4 10 0.825
5 12 0.987
6 14 1.134
A. Perhitungan Kadar
y = 0,0626x + 0,2332
a. Paten
1) Menit ke-5 : 0,276
y = 0,0626x + 0,2332
0,276 = 0,0626x + 0,2332
0,276 – 0,2332 = 0,0626x
0,0428 = 0,0626x
X = 0,0428 / 0,0626
= 0,683 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 4,098 µg
= 0,004 mg
2) Menit ke- 10 : 0,387
y = 0,0626x + 0,2332
0,387 = 0,0626x + 0,2332
0,387 – 0,2332 = 0,0626x
0,1538 = 0,0626x
X = 0,1538 / 0,0626
= 2,456 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 14,73 µg
= 0,014 mg
3) Menit ke- 15 : 0,456
y = 0,0626x + 0,2332
0,456 = 0,0626x + 0,2332
0,456 – 0,2332 = 0,0626x
0,2228 = 0,0626x
X = 0,2228 / 0,0626
= 3,559 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 21,35 µg
= 0,021 mg
4) Menit ke- 20 : 0,560
y = 0,0626x + 0,2332
0,560 = 0,0626x + 0,2332
0,560 – 0,2332 = 0,0626x
0,3268 = 0,0626x
X = 0,3268 / 0,0626
= 5,220 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 31,32 µg
= 0,031 mg
5) Menit ke- 25 : 0,687
y = 0,0626x + 0,2332
0,687 = 0,0626x + 0,2332
0,687 – 0,2332 = 0,0626x
0,4538 = 0,0626x
X = 0,4538 / 0,0626
= 7,249 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 43,49 µg
= 0,043 mg
6) Menit ke- 30 : 0,792
y = 0,0626x + 0,2332
0,792 = 0,0626x + 0,2332
0,792 – 0,2332 = 0,0626x
0,5588 = 0,0626x
X = 0,5588 / 0,0626
= 8,926 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 53,55 µg
= 0,053 mg
b. Generik
1) Menit ke- 5 : 0,389
y = 0,0626x + 0,2332
0,389 = 0,0626x + 0,2332
0,389 – 0,2332 = 0,0626x
0,1558 = 0,0626x
X = 0,1558 / 0,0626
= 2,4888 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 14,93 µg
= 0,014 mg
2) Menit ke- 10 : 0,491
y = 0,0626x + 0,2332
0,491 = 0,0626x + 0,2332
0,491 – 0,2332 = 0,0626x
0,2578 = 0,0626x
X = 0,2578 / 0,0626
= 4,118 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 24,70 µg
= 0,024 mg
3) Menit ke- 15 : 0,589
y = 0,0626x + 0,2332
0,589 = 0,0626x + 0,2332
0,589 – 0,2332 = 0,0626x
0,3558 = 0,0626x
X = 0,3558 / 0,0626
= 5,683 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 34,09 µg
= 0,034 mg
4) Menit ke- 20 : 0,645
y = 0,0626x + 0,2332
0,645 = 0,0626x + 0,2332
0,645 – 0,2332 = 0,0626x
0,4118 = 0,0626x
X = 0,4118 / 0,0626
= 6,578 µg/ml x 6 kali (Fp)
= 39,46 µg
= 0,039 mg
2) T2 = 10 menit
0,024
%disolusi = × 100 %
0,555
= 4,324%
3) T3 = 15 menit
0,034
%disolusi = × 100 %
0,555
= 6,126%
4) T4 = 20 menit
0,039
%disolusi = ×100 %
0,555
=7,027%
5) T5 = 25 menit
0,045
%disolusi = ×100 %
0,555
= 8,108%
6) T6 = 30 menit
0,057
%disolusi = × 100 %
0,555
=10,270%
BAB V
PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA