Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN


FARMAKOKINETIKA
“ABSORBSI OBAT PER ORAL SECARA IN SITU”

DOSEN PENGAMPU :
apt. SITI AISIYAH, S.Farm., M.Sc.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


1. MAYA AGUSTINA WIJAYANTI (27216710A)
2. MUHAMAD GHAZI YUSGHIFARI ZALDI (27216712A)
3. GEMA GALGANI RENGGA (27216713A)
4. SALSABILLA NUR ZAHIRAH (27216717A).
5. FADLY A. K UMBU EDA (27216723A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2023
I. TUJUAN
● Memahami prinsip absorbsi obat dan faktor-faktor yang mempengaruhi
absorbsi
● Mengetahui pengaruh pH terhadap absorbsi obat melalui difusi pasif in situ
● Melakukan uji absorbsi obat secara peroral dengan model in situ
II. DASAR TEORI
Absorpsi obat per oral in situ adalah proses penyerapan obat di dalam tubuh
manusia yang terjadi setelah obat dikonsumsi melalui mulut dan kemudian berada
di dalam saluran pencernaan. Setelah obat terabsorpsi, maka obat tersebut akan
didistribusikan ke seluruh bagian tubuh dan bertujuan untuk menghasilkan efek
terapeutik yang diinginkan. Proses absorpsi obat per oral in situ dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti sifat fisik dan kimia obat, keadaan saluran pencernaan,
interaksi obat dengan makanan atau minuman, dan dosis obat. Obat yang memiliki
sifat larut dalam air akan lebih mudah diserap dibandingkan obat yang tidak larut
dalam air. Keadaan saluran pencernaan seperti pH lambung, kecepatan
pengosongan lambung, motilitas usus, dan luas permukaan absorpsi juga
mempengaruhi proses absorpsi obat.

Percobaan absorbsi obat secara in situ melalui usus halus didasarkan atas
penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah larutan obat
dengan kadarter tentu dilewatkan melalui lumen usus halus secara perfusi dengan
kecepatan tertentu. Cara ini dikenal pula dengan nama teknik perfusi, karena usus
dilubangi untuk masuknya ujung kanul, satu kanul dibagian ujung atas usus untuk
masuknya sampel cairan percobaan dan satulagi bagian bawah untuk keluarnya
cairan tersebut. Cara ini didasarkan atasasumsi bahwa obat yang dicobakan stabil,
tidak mengalami metabolisme dalam lumen usus, sehingga hilangnya obat dari
lumen usus akan muncul dalam darah atau plasma darah, atau dengan perkataan
lain hilangnya obat dari lumen usus tersebut adalah karena proses absorbsi. Bagi
obat-obat yang berupa asam lemah atau basa lemah, pengaruh PH terhadap
kecepatan absorbsi sangat besar, karena PH akan menentukan besarnya fraksi obat
dalam bentuk tak terionkan. Bentuk ini yang dapat terabsorbsi secara baik melalui
mekanisme difusi pasif.
Metode ini dapat digunakan untuk mempelajari berbagai factor yang dapat
berpengaruh pada permeabilitas dinding usus dari berebagal macam obat.
Pengembangan lebihlanjutdapatdigunakan untuk merancang obat dalam upaya
mengoptimalkan kecepatan absorbsinyamelalui pembentukan prodrug, khususnya
untuk obat-obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorbsi. Melalui
metode ini akan dapat diungkapkan pula besarnya permeabilitas membran usus
terhadap obat melalui lipoid pathway, pori, dan aqueous boundary layer.

Metode ini dapat digunakan untuk mempelajari berbagai factor yang dapat
berpengaruh pada permeabilitas dinding usus dari berebagal macam obat.
Pengembangan lebih lanjut dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya
mengoptimalkan kecepatan absorbsinya melalui pembentukan prodrug, khususnya
untuk obat-obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorbsi.

Metode Trough and Trough merupakan salah satu cara pengobatan in situ.
Cara ini dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi, setelah
larutan obat dialirkan melalui lumen intestine yang panjangnya tertentu dan
kecepatan alirnya tertentu pula.

III. ALAT DAN BAHAN


● ALAT

Timbangan analitik Pipet volume dan pompa


Gelas ukur Pipet Tetes
Labu takar Spektrofotometer UV-Vis
Beaker glass Stopwatch
Alat bedah Spuit injeksi

● BAHAN
Paracetamol KH2PO4
NaCl Lar. NaOH 2N
HCl P Aquadest
2 ekor tikus
IV. CARA KERJA
● Pembuatan 2L CLB
1. Timbang 40 gr NaCl masukkan labu takar 2L, larutkan dengan
sedikit aquadest
2. Tambahkan 140mL HCL P
3. Tambah aquadest sampai tanda batas.
● Pembuatan 2L CUB
1. Timbang 13,6 gr KH2PO4 larutkan dalam 500mL air
2. Tambahkan 380mL NaOH 0,2N dan 800mL air
3. Atur pH larutan menjadi 7,4 dengan penambahan larutan NaOH 2N
4. Masukkan labu takar 2L
5. Tambahkan aquadest sampai tanda batas.
● Pembuatan Larutan Induk Paracetamol dalam CLB/CUB
1. Timbang 50mg Paracetamol
2. Masukkan labu takar 50mL
3. Tambahkan CLB/CUB sampai tanda batas (Lar A)
4. Pipet 5mL larutan, masukkan dalam labu takar 50mL
5. Tambahkan CLB/CUB sampai tanda batas. (Lar B)
6. Hitung konsertrasi mg.% Paracetamol.
● Pembuatan Kurva Baku
1. Buat seri pengenceran larutan B dengan konsentrasi 2ppm, 4ppm,
6ppn, 8ppm, 10ppm, 12 ppm.
2. Baca absorbansi pada lamda max Paracetamol dalam CLB dan CUB
3. Hitung regresi linier nya
● Percobaan Absorbsi pada tikus teranastesi.
1. Siapkan 2 ekor tikus
2. Puasakan tikus selama 24 jam, hanya diberi minum.
3. Lakukan anastesi tikus menggunakan eter.
4. Bedah sepanjang linea Medina tikus sampai terlihat jelas bagian
ususnya.
5. Cari bagian lambung, ukur 15cm ke arah anal menggunakan benang,
ikat. (Titik A)
6. Ukur 20 cm dari titik A ke arah anus menggunakan benang, ikat.
(Titik B)
7. Lubangi bagian titik A dan titik B
8. Bersihkan usus tikus dengan cara dialiri menggunakan NaOH dari
titik A ke titik B hingga bersih.
9. Alirkan 10mL larutan A dari titik A ke titik B, tampung hasil aliran.
Hitung waktu alir yang dibutuhkan.
10. Saring hasil aliran, ambil 1mL tambahkan larutan CUB/CLB hingga
100mL.
11. Baca nilai absorbansi.
12. Hitung nilai Papp

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


● DATA PENIMBANGAN
 PCT CLB
Kertas : 0,2871
K + Pct : 0,3368
K + Sisa : 0,2881
Pct = 0,0487 gr  48,7mg
 PCT CUB
Kertas : 0,2965
K + Pct : 0,3483
K + Sisa : 0,2937
Pct = 0,054 gr  54mg

● DATA KONSENTRASI
KONSENTRASI PCT CLB KONSENTRASI PCT CUB

Lar A 1000ppm Lar B 100ppm Lar A 1000ppm Lar B 100ppm

48,7 mg V1×N1=V2×N2 54 mg V1×N1=V2×N2


× 100 % × 100 %
50 mL 5× 97,4 = 50 × 50 mL 5×109,2 =
= 97,4mg.% N2 = 109,2mg.% 50×N2
N2 = 9,74mg.% N2 = 10,92mg.
%

● DATA KURVA BAKU


CLB CUB
Volume
Konsentrasi Absorbansi Konsentrasi Absorbansi
1 ml 0,1948 0,293 0,2184 0,194
2 ml 0,3896 0,331 0,4368 0,349
3 ml 0,5844 0,610 0,6552 0,538
4 ml 0,7792 0,688 0,873 0,724
5 ml 0,974 0,881 1,092 0,902
6 ml 1,1688 0,954 1,31 1,097
Persamaan A : 0,1228 A : -0,00207
Kurva B : 0,7381 B : 0,083
Baku
R : 0,9828 R : 0,9995
Perhitungan kurva baku CLB Perhitungan Kurva Baku CUB
a) V1 N1 = V2 N2 a) V1 N1 = V2 N2
1 . 9,74 = 50. N2 1 . 10,92 = 50. N2
N2 = 0,1948 N2 = 0,2184

b) V1 N1 = V2 N2 b) V1 N1 = V2 N2
2 . 9,74 = 50. N2 2 . 10,92 = 50. N2
N2 = 0,3896 N2 = 0,4368

c) V1 N1 = V2 N2 c) V1 N1 = V2 N2
3. 9,74 = 50. N2 3. 10,92 = 50. N2
N2 = 0,5844 N2 = 0,6552

d) V1 N1 = V2 N2 d) V1 N1 = V2 N2
4. 9,74 = 50. N2 4. 10,92 = 50. N2
N2 = 0,7792 N2 = 0,8736

e) V1 N1 = V2 N2 e) V1 N1 = V2 N2
5. 9,74 = 50. N2 1 . 10,92 = 50. N2
N2 = 0,975 N2 = 0,1,092
f) V1 N1 = V2 N2
● IDENTITAS HEWAN
6. 9,74 = 50. N2 PENELITIAN f) V1 N1 = V2 N2
No N2 = 1,1688
Panjang Usus Diameter 2 . 10,92Alir
Lama = 50. N2
Kecp Alir
N2 = 1,31
Hewan
1. CLB 20 cm 1,2 cm 50 detik 0,2 mL/dtk
2. CUB 20 cm 1 cm 79 detik 0,126mL/dtk
Kecepatan Alir CLB
V 10 mL
= =0,2 mL/dtk
t 50 dtk
Kecepatan Alir CUB
V 10 mL
= =0,126 mL /dtk
t 79 dtk
● DATA PENENTUAN KADAR OBAT SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
Lamda maks = 243nm
Larutan Awal Larutan Akhir Fak.
Hewa
Absorban Konsentra Absorban Konsentra Pengencera
n
si si si si n
1.
0,811 0,957 0,200 0,0974 -
CLB
2.
0,828 34,433 0,700 32,89 -
CUB
Konsentrasi Awal Konsentrasi Akhir
CLB CLB
0,811 = 0,1228 + 0,7381 x 0,200 = 0,1228 + 0,7381 x
X = (0,811 – 0,1228) / 0,7381 X = (0,200 – 0,1228) / 0,7381
X= X=

CUB CUB
0,828 = -0,00207 + 0,083 x 0,700 = -0,00207 + 0,083 x
X = (0,828 + 0,00207) / 0,083 X = (0,700 + 0,00207) / 0,083
X= X=
● ANALISIS DATA
Papp CLB Papp CUB
Q Co Q Co
Papp= ×∈ Papp= ×∈
2 rl C1 2 rl C1
0,2 0,957 0,126 34,433
¿ ×∈ ¿ ×∈
2× 0,6 ×20 0,0974 2× 0,5× 20 32,89
0,2 0,126
¿ ×9,82 ¿ ×∈1,04
24 20
mL mL
¿ 0,018 ¿ 0,00018
dtk . cm dtk . cm
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan percobaan absorbsi paracetamol peroral.
Percobaan dilakukan dalam dua kondisi uji yaitu pada kondisi asam menggunakan
cairan lambung buatan (CLB) tanpa enzim pH 1,2 dan pada kondisi basa
menggunakan cairan usus buatan (CUB) tanpa enzim pH 7,4 kadar paracetamol
diukur menggunakan metode spektrofotometri.
Absorpsi obat per oral in situ adalah proses penyerapan obat di dalam tubuh
manusia yang terjadi setelah obat dikonsumsi melalui mulut (per oral) dan
kemudian berada di dalam saluran pencernaan. Selama proses ini, obat akan
melewati dinding saluran pencernaan dan masuk ke dalam sistem peredaran darah
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada data
penimbangan paracetamol CLB 48,7mg dengan konsentrasi Larutan A 1000ppm
adalah 97,4mg.% dan pada larutan B 100 ppm adalah 9,74mg.% .Dan pada data
identitas hewan uji CLB memiliki panjang usus 20 cm, diameter 1,2 cm , dan
lama alir 50 detik dengan kecepatan alir 0,2 mL/dtk.
Penentuan kadar obat CLB secara spektrofotometri didapatkan untuk larutan
awal absorbansi 0.811 dan konsentrasi 0,957 dan pada laruran akhir absorbansi
didapatkan hasil pada absorbansi 0,200 dan pada konsentrasi didapatkan hasil
0,0974. Dan pada Papp CLB didapatkan hasil 0,018 mL/dtk.cm.

Dan pada data penimbangan paracetamol CUB 54 mg dengan konsentrasi


Larutan A 1000 ppm adalah 109,2mg.% dan pada larutan B 100 ppm
adalah10,92mg. Dan pada data identitas hewan uji CLB memiliki panjang usus 20
cm, diameter 1 cm , dan lama alir 79 detik dengan kecepatan alir 0,126 mL/dtk.
Penentuan kadar obat CLB secara spektrofotometri didapatkan untuk
larutan awal absorbansi 0.828 dan konsentrasi 34,433 dan pada laruran akhir
absorbansi didapatkan hasil pada absorbansi 0,700 dan pada konsentrasi didapatkan
hasil 32,89. Dan pada Papp CLB didapatkan hasil 0,00018 mL/dtk.cm.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan absorbsi
paracetamol diusus dan dilambung berbeda hal ini karena perbedaan antara PH usus
yang asam dan lambung yang basa, dimana peracetamol merupakan obat
parasetamol memiliki pH antara 5.5-6.5. Hal ini mengartikan bahwa parasetamol
bersifat asam lemah dan hampir mendekati netral/ basa, asorbsi parasetamol lebih
cepat dalam pH basa dibandingkan dengan pH asam.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa bahan obat
yang digunakan adalah paracetamol dengan mengunakan medium CLB dan CUB
(pH 1,2 dan 7,4) dengan konsentrasi 1000, 100 dan 10.

Dapat disimpulkan bahwa Absorpsi obat per oral in situ terjadi secara
bertahap dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sifat kimia obat, keadaan
saluran pencernaan, dan interaksi obat dengan makanan atau minuman yang
dikonsumsi bersamaan. Setelah obat terabsorpsi, maka obat tersebut akan
didistribusikan ke seluruh bagian tubuh dan bertujuan untuk menghasilkan efek
terapeutik yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Katzung, B. G., & Trevor, A. J. (Eds.). (2020). Basic & Clinical Pharmacology.
McGraw-Hill Education.

Brunton, L. L., Hilal-Dandan, R., & Knollmann, B. C. (Eds.). (2021). Goodman &
Gilman's: The Pharmacological Basis of Therapeutics. McGraw Hill
Professional.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai