Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS MAKANAN DAN MINUMAN

Kelompok 1 Kelas E D4 TLM JASUS

Disusun Oleh:

Julystia P.E Mole G1C21900

Nur Azizah G1C219138

Noven

Rifaldy U, Siombiwi G1C219183

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2019-2020
A. Judul Praktikum :
Penetapan Kadar Chromium (Cr) dalam sampel air
B. Hari / Tanggal :
Jumat / 24 Januari 2020
C. Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat menentukan kadar logam chromium didalam sampel air
dengan metode spektrofotometri
2. Mahasiswa dapat menghitung rumus mencari konsentrasi logam Cr
D. Prinsip Praktikum :

Kadar chromium didalam sampel air direaksikan dengan reagen


diphenilcarbozide untuk membentuk senyawa warna kompleks merah ungu
yang kemudian dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540
nm untuk memperoleh nilai absorbansi kemudian dimasukan kedalam rumus
perhitungan untuk mendapat nilai konsentrasi.

E. Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat
1. Burret dan Statif
2. Pipet Ukur
3. Pipet Pasteur
4. Karet Penghisap
5. Labu Ukur 50 ml
6. Labu Ukur 100 ml
7. Kuvet
8. Spektrofotometer
b. Bahan
1. Akuades
2. Larutan Baku Cr
3. Reagen Diphenylcarbazide
4. Sampel Air
5. Tissue

1
F. Prosedur Kerja / Tahapan Praktikum
a. Pembuatan Blanko
Masukan Akuades sebanyak 45 ml kedalam labu ukur 50 ml
b. Pembuatan Baku
1. Buat larutan baku dari konsentrasi 100 ppm menjadi konsentrasi 10
ppm dengan cara pengenceran, dengan rumus :
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
100.10 =V 2.100
V 2 = 10 ml
Pipet sebanyak 10 ml larutan baku konsentrasi 100 ppm dan masukan
kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan akuades sampai volume 100 ml.
2. Buat larutan baku dari konsentrasi 10 ppm menjadi konsentrasi 0,1 –
0,5 ppm, dengan cara pengenceran

Konsentrasi (ppm) Volume Baku 10 ppm

0,1 0,5 ml

0,2 1,0 ml

0,3 1,5 ml

0,4 2,0 ml

0,5 2,5 ml

3. Masukan larutan baku 10 ppm kedalam masing - masing labu ukur (50
ml) dengan volume sesuai konsentrasi yang akan dibuat.
4. Tambahkan akuades pada masing – masing labu ukur sampai volume
menjadi 45 ml / sama dengan volume blanko.
c. Persiapan sampel
1. Pipet 10 ml sampel air dan masukan kedalam labu ukur 50 ml
2. Tambahkan akuades sebanyak 35 ml sehingga volume sampel sama
dengan volume blanko dan baku.

2
d. Setelah blanko, baku dan sampel siap dengan volume yang sama,
kemudian dilanjutkan dengan :
1. Tambahkan 2,5 ml reagen diphenycarbazide ke dalam masing –
masing, blanko, baku dan sampel.
2. Tambahkan akuades sampai volume tepat 50 ml kedalam masing –
masing labu ukur blanko, baku dan sampel
3. Homogenkan blanko, baku dan akuades
4. Tuang tiap – tiap larutan kedalam kuvet
5. Siapkan alat spektrofotometer, atur panjang gelombang pada 540 nm
6. Lap dan bersihkan kuvet terlebih dahulu sebelum memasukan kedalam
alat spektrofotometer
7. Baca absorbansi blanko, baku dan sampel pada alat spektrofotometer
8. Catat hasil absorbansi blanko, baku dan sampel yang diperoleh

G. Hasil Praktikum (Gambar/Tabel))


a. Tabel nilai absorbansi

No Larutan Nilai Absorbansi


1 Blanko 0
2 Baku 0,1 0,002
3 Baku 0,2 0,280
4 Baku 0,3 0,382
5 Baku 0,4 0,489
6 Baku 0,5 0,652
7 Sampel 1 0,236
8 Sampel2 0,285

b. Rumus perhitungan
Absorbansi Sampel
x konsentrasibaku x Pengenceran Sampel
Absorbansi Baku
 Sampel 1

3
0,236 50
x 0,2 x =0,842
0,280 10
 Sampel 2
0,285 50
x 0,2 x =1,017
0,280 10

 Rata – rata konsentrasi kromoium dalam sampel air = 0,929

c. Gambar Praktikum

H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas diperoleh sampel air 1 mengandung kadar
logam kromium (Cr) 0,842 mg/L dan sampel air 2 yaitu 1,017 mg/L
berdasarkan PERMENKES kadar minimum logam Cr dalam air adalah < 0,05
mg/L, maka sampel air ini tidak dapat diminum.

4
A. Judul Praktikum
Penetanapan Kadar Nitrogen Dioksida ( NO 2) dalam sampel air
B. Hari / Tanggal : Jumat / 24 Januari 2020
C. Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat menentukan kadar logam nitrogen dioksida didalam
sampel air dengan metode spektrofotometri
2. Mahasiswa dapat menghitung rumus mencari konsentrasi ( NO 2)
D. Prinsip Praktikum :
Kadar nitrogen dioksida ( NO 2) didalam sampel air direaksikan dengan
reagen gries untuk membentuk senyawa warna kompleks yang dapat
dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 520 nm untuk
memperoleh nilai absorbansi kemudian dimasukan kedalam rumus
perhitungan untuk mendapat nilai konsentrasi.
E. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat
1. Burret dan Statif
2. Pipet Ukur
3. Pipet Pasteur
4. Karet Penghisap
5. Labu Ukur 50 ml
6. Labu Ukur 100 ml
7. Kuvet
8. Spektrofotometer
b. Bahan
1. Akuades
2. Larutan Baru ( NO 2)
3. Reagen Gries (dalam bentuk serbuk)
4. Sampel Air
5. Tissue

5
F. Prosedur Kerja / Tahapan Praktikum
a. Pembuatan Blanko
Masukan Akuades sebanyak 45 ml kedalam labu ukur 50 ml
b. Pembuatan Baku
1. Buat larutan baku dari konsentrasi 100 ppm menjadi konsentrasi 10
ppm dengan cara pengenceran, dengan rumus :
V 1 . N 1 =V 2 . N 2
100.10 =V 2.100
V 2 = 10 ml
Pipet sebanyak 10 ml larutan baku konsentrasi 100 ppm dan masukan
kedalam labu ukur 100 ml, tambahkan akuades sampai volume 100 ml.
2. Buat larutan baku dari konsentrasi 10 ppm menjadi konsentrasi 0,1 –
0,5 ppm, dengan cara pengenceran

Konsentrasi (ppm) Volume Baku 10 ppm

0,1 0,5 ml

0,2 1,0 ml

0,3 1,5 ml

0,4 2,0 ml

0,5 2,5 ml

3. Masukan larutan baku 10 ppm kedalam masing - masing labu ukur (50
ml) dengan volume sesuai konsentrasi yang akan dibuat.
4. Tambahkan akuades pada masing – masing labu ukur sampai volume
menjadi 45 ml / sama dengan volume blanko.
c. Persiapan sampel
1. Pipet 10 ml sampel air dan masukan kedalam labu ukur 50 ml
2. Tambahkan akuades sebanyak 35 ml sehingga volume sampel sama
dengan volume blanko dan baku.

6
d. Setelah blanko, baku dan sampel siap dengan volume yang sama,
kemudian dilanjutkan dengan :
1. Tambahkan sejumput reagen gries ke dalam masing – masing, blanko,
baku dan sampel.
2. Tambahkan akuades sampai volume tepat 50 ml kedalam masing –
masing labu ukur blanko, baku dan sampel
3. Homogenkan blanko, baku dan akuades
4. Tuang tiap – tiap larutan kedalam kuvet
5. Siapkan alat spektrofotometer, atur panjang gelombang pada 520 nm
6. Lap dan bersihkan kuvet terlebih dahulu sebelum memasukan kedalam
alat spektrofotometer
7. Baca absorbansi blanko, baku dan sampel pada alat spektrofotometer
8. Catat hasil absorbansi blanko, baku dan sampel yang diperoleh
G. Hasil Praktikum (Gambar/Tabel)
a. Tabel nilai absorbansi

No Larutan Nilai Absorbansi


1 Blanko 0
2 Baku 0,1 0,119
3 Baku 0,2 0,193
4 Baku 0,3 0,214
5 Baku 0,4 0,316
6 Baku 0,5 0,430
7 Sampel 1 0,196
8 Sampel2 0,191

b. Rumus perhitungan
Absorbansi Sampel
x konsentrasibaku x Pengenceran Sampel
Absorbansi Baku

 Kadar NO2 dalam Sampel 1

7
0,196 50
x 0,2 x =1,0155
0,193 10

 Kadar NO2 dalam Sampel 2


0,191 50
x 0,2 x =0,989
0,193 10

 Rata – rata konsentrasi kromoium dalam sampel air = 1,002

c. Gambar Praktikum

H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas diperoleh sampel air 1 mengandung kadar
logam NO2 sebesar 1,0155 mg/L dan sampel air 2 yaitu 0,989 mg/L
berdasarkan PERMENKES kadar minimum logam NO2 dalam air adalah 1
mg/L, jika dirata – ratakan hasilnya diperoleh kadar sebesar 1,002 mg/L, dan
sudah berada diatas batas maksimum yang diperbolehkan, maka sebaiknya
sampel air ini tidak diminum.

8
A. Judul Praktikum
Penetapan Kadar Klorida
B. Hari / Tanggal : Jumat / 31 Januari 2020
C. Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat menentukan kadar klorida dalam sampel air dengan
menggunakan metode titrasi argentometri mohr
2. Mahasiswa dapat menghitung rumus mencari kadar klorida
D. Prinsip Praktikum :
Dalam suasana netral sedikit basa (pH 7-10) klorida dapat diendapkan oleh
larutan perak nitrat
E. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat
1. Burret dan Statif
2. Corong
3. Beaker Glass
4. Erlenmeyer
5. Pipet volume
6. Pipet Tetes
b. Bahan / reagen
1. AgNO3 ,
2. K 2 CrO 4
3. NaCl
4. MgO
F. Prosedur Kerja / Tahapan Praktikum
a. Standarisasi Larutan AgNO3
1) Pipet 10,0 mL NaCl kedalam Erlenmeyer, tambah dengan sedikit
serbuk MgO dan 1 mL indikator K 2 CrO 4 5%
2) Titrasi dengan larutan AgNO3hingga terbentuk endapan merah bata
(kocok kuat)

9
3) Catat volume AgNO3 yang dibutuhkan

b. PK Klorida
1) Pipet klorida 50,0 mL sampel kedalam Erlenmeyer, tambah dengan
sedikit serbuk MgO dan 1 mL indikator K 2 CrO 4 5%
2) Titrasi dengan larutan AgNO3hingga terbentuk endapan merah bata
(kocok kuat)
3) Catat volume yang dibutuhkan
G. Hasil Praktikum (Gambar/Tabel))
a. Standarisasi Larutan AgNO3

Volume NacL 0,0199 Volume AgNO3


N (mL)
10,00 9,9 mL
10,00 9,7 mL
Volume rata-rata 9,8 mL

V NaCl . N NaCl = V AgNO3. N AgNO3


V NaCl . N NaCl
N AgNO3 =
V AgNO3

10,00. 0,0199
N AgNO3 =
9,8

= 0,0203 N

b. PK Klorida

Volume Sampel Volume AgNO3 0,0203 N


(mL) (mL)
50,00 2,5
50,00 2,3
Volume rata-rata 2,4

10
1000
(V . N ) AgNO 3 . BACl =………..mg/L BA Cl = 35,45
V Sampel

Kadar klorida sampel 1

1000
(2,5 . 0,0203) . 35,45 = 35,981 mg/L
50

Kadar klorida sampel 2

1000
(2,3 . 0,0203) . 35,45 = 33, 103 mg/L
50

Kadar klorida dalam sampel air sebesar = 34,542 mg/L

c. Gambar Praktikum

H. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada penetapan kadar klorida
dalam sampel air diperoleh hasil sampel 1 mengandung kadar klorida 35,981
mg/L dan sampel 2 sebesar 33,103 mg/L, sedangkan kadar rata-rata dari
sampel adalah 34,542 mg/L. Berdasarkan PERMENKES No
492/MENKES/per/IV/2010 batas maksimum untuk klorida adalah sebesar

11
250 mg/L. Jadi dapat disimpulkan hasil klorida yang ada didalam sampel
masih dibawah batas maksimum dan masih diperbolehkan untuk diminum.

A. Judul Praktikum
Penetapan Kadar Dissolved Oksigen (Oksigen Terlarut)
B. Hari / Tanggal : Jumat / 31 Januari 2020
C. Tujuan Praktikum :
1. Mahasiswa dapat menentukan kadar oksigen terlarut dalam sampel air
dengan menggunakan metode titrasi iodometri
2. Mahasiswa dapat menghitung rumus mencari kadar oksigen terlarut
D. Prinsip Praktikum :

Oksigen terlarut dapat ditetapkan kadarnya dengan cara winkler. Prinsip


dari PK DO cara winkler adalah reaksi pembebasan iodium (iodometri) yang
ekivalen dengan O2 yang ada dengan mengukur I 2 dengan larutan.

E. Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat
1. Burret dan Statif
2. Corong
3. Beaker Glass
4. Erlenmeyer
5. Pipet volume
6. Pipet Tetes

c. Bahan / reagen
1. KIO 3
2. Na2 S2 O3
3. H2SO4
4. KI
5. Amylum
F. Prosedur Kerja / Tahapan Praktikum
a. Standarisasi larutan Na2S2O3

12
1) 10,0 mL KIO3 ke dalam stop erlenmeyer
2) Tambahkan 5 mL H2SO4 2 N dan 5 mL KI 5%
3) Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan cepat,
kocok perlahan)
4) Tambahkan 1 mL indikator amylum → biru
5) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat)
6) Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
b. PK oksigen terlarut
1) Masukkan sampel air ke dalam botol winkler hingga tumpah
2) Tambahkan 1,0 mL MnSO4 dan 1,0 mL pereaksi oksigen
3) Tutup botol winkler, homogenkan, diamkan 15 menit di tempat
gelap
4) Larutan dalam botol winkler dibagi 2:
a) Bagian beningan dipindah ke dalam stop erlenmeyer
 Tambah dengan 1 mL H2SO4 pekat
 Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan
cepat, kocok perlahan)
 Tambah 1 mL indikator amylum → biru
 Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat)
b) Bagian endapan tetap di dalam botol winkler o
 Tambah dengan 1 mL H2SO4 pekat o
 Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan
cepat, kocok perlahan)
 Tambah 1 mL indikator amylum → biru
 Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat
5) Catat volume total Na2S2O3 yang dibutuhkan (baik beningan maupun
endapan)

13
c. Menera botol winkler
1) Isi botol winkler dengan air hingga tumpah
2) Tutup botol. Tutup dibuka, beri tanda pada miniskus
3) Keluarkan air didalam botol
4) Isi kembali botol dengan air menggunakan buret hingga tanda
miniskus
5) Catat volume air → volume tera

G. Hasil Praktikum (Gambar/Tabel))


a. Standarisasi Larutan Na2S2O3

Volume KIO3 0,1000 N (mL) Volume Na2S2O3 (mL)

10,00 10,3

10,00 10,2

Volume rata-rata 10,2

V KIO3 x N KIO3 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3

V KIO 3 x N KIO 3
N Na2S2O3 = =…N
V Na2 S 2O 3

10,00 x 0,1000
N Na2S2O3 = = 0,0980 N
10,2

b. PK Oksigen terlarut

Volume tera (mL) Volume Na2S2O3 0, ....... N (mL)

74,0 5,6

14
65,4 5,9

Kadar oksigen terlarut sampel 1

1000
= (V. N) 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 x 8 = ........ mg/L
Volume Tera−2

1000
= ( 5,6 . 0,1 N ) . 8=62,22mg / L
74−2

Kadar oksigen terlarut 2


1000
= (V. N) 𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 x 8 = ........ mg/L
Volume Tera−2

1000
= ( 5,9 . 0,1 N ) . 8=74,44 mg/ L
65,4−2

• Kadar oksigen terlarut dalam sampel sebesar =68,33 mg/L

c. Gambar Praktikum

H. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada penetapan kadar


oksigen terlarut (DO) dalam sampel air diperoleh hasil sampel 1 mengandung

15
kadar DO 62,22 mg/L dan sampel 2 sebesar 74,44mg/L, sedangkan kadar
rata-rata dari sampel adalah 68,33 mg/L. Berdasarkan PERMENKES No
492/MENKES/per/IV/2010 kadar DO yang baik adalah > 6 ppm.

A. Judul Praktikum : Penetapan kadar zat organik


B. Hari / Tanggal :
C. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui kadar zat organik dalam suatu
sampel air.
D. Prinsip Praktikum
Jumlah miligram KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik di
dalam satu liter air dengan pendidihan selama 10 menit.
E. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat
a) Buret
b) Corong
c) Statif
d) Beaker glass
e) Erlenmeyer
f) Pipet volum
g) Pipet tetes
2. Bahan
a) KMnO4
b) H2C2O4
c) H2SO4
F. Prosedur Kerja / Tahapan Praktikum
1. Standarisasi larutan KMnO4
 Pipet 10,0 mL H2C2O4 ke dalam erlenmeyer
 Tambah dengan 5 mL H2C2O4 2N
 Panaskan hingga suhu < 80 oC
 Titrasi panas panas dengan KMnO4 hingga warna merah muda

16
 Catat volume KMnO4 yang dibutuhkan
2. Pencucian erlenmeyer
 Tuang 100 mL aquades ke dalam erlenmeyer yang akan digunakan
 Tambah 5 mL H2SO4 8 N dan tetes demi tetes KMnO4 hingga laruta
berwarna merah muda
 Panasakan hingga mendidih. Apabila selama pemanasan warna merah
muda menghilang, tambahkan kembali dengan KMnO4
3. PK zat organik
 Pipet 50,0 mL sampel ke dalam erlenmeyer yang telah dicuci
 Tambah 5 mL H2SO4 8 N dan 10,0 mL KMnO4
 Panaskan hingga 10 menit setelah mendidih. Apabila selama
pemanasan warna merah muda menghilang, tambahkan kembali
masing-masing dengan 10, 0 mL KMnO4 (catat KMnO4 total yang
ditambahkan)
 Setelah 10 menit dari mendidih, tambahkan 10,0 mL H2C2O4 hingga
larutan jernih. Apabila belum jernih, tambah kembali dengan masing-
masing 10,0 mL H2C2O4.
 Setelah larutan jernih, titrasi panas-panas dengan KMnO4 hingga
merah muda
 Catat volume KMnO4 yang dibutuhkan

G. Hasil Praktikum (Gambar / Tabel)


1. Standarisasi Larutan KMnO4

Volume H2C2O4 0,0 N (mL) Volume KMnO4 (mL)


10,00 mL
10,00 mL
Volume rata-rata mL

V H2C2O4 x N H2C2O4 = V KMnO4 x N KMnO4

17
V H 2 C 2O 4 . N H 2C 2O 4
N KMnO4 = …………….
V KMnO 4

10,00 X 0,0108
N KMnO4 = = 0,011
9,8

H. Kesimpulan

18
A. Judul Praktikum : Penetapan kadar NaCl dalam margarin
B. Hari / Tanggal :
C. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui kadan NaCl dalam margarin
D. Prinsip prakrikum : dalam suasana netral sedikit basa (pH 7-10)
klorida daoat diendapkan oleh larutan perak nitrit.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Buret
b) Corong
c) Statif
d) Beaker glass
e) Erlenmeyer
f) Pipet volume
g) Pipet tetes
2. Bahan
a) AgNO3
b) NaCl
c) MgO
d) K2CrO4
F. Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N
a) Pipet 10,0 mL NaCl 0,1000 N ke dalam erlenmeyer, tambah dengan
sedikit serbuk MgO dan 1 mL indikator K2CrO4 5%
b) Titrasi dengan larutan AgNO3 hingga terbentuk endapan merah bata
(kocok kuat)
c) Catat volume AgNO3
2. PK NaCl dalam margarin
a) Timbang dengan seksama 3-5 gram sampel ke dalam erlenmeyer
b) Larutkan dengan 50-100 mL aquadest panas
c) Tambah dengan sedikit serbuk MgO dan 1 mL indikator K2CrO4 5%

19
d) Titrasi selagi hangat dengan larutan AgNO3 hingga terbentuk endapan
merah bata (kocok kuat)
e) Catat volume AgNO3 yang dibutuhkan

G. Hasil Pratikum (Gambar/ Tabel)


1. Standarisasi larutan AgNO3

Volume NaCl 0,0 N (mL) Volume AgNO3 (mL)


10,00 10
10,00 10
Volume rata-rata 10

V Nacl x N NaCl = V AgNO3 x N AgNO3


𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3= 𝑉 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝐶𝑙 = …………….
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3
𝑁 𝐴𝑔𝑁𝑂3= 10 x 0,1000 N = 0,1N
10

2. PK NaCl dalam margarin

Berat sampel (mL) Volume AgNO3 0,.....N (mL)


10,00 mL
10,00 mL
Volume rata-rata mL

Kadar NaCl sampel 1


(V . N ) AgNO 3 x 0,585
= = ........ %
G sampel x 0,1

20
(12,4 x 0,1) x 0,585
= = 1,93 %
3,763 x 0,1

Kadar NaCl sampel 2


(V . N ) AgNO 3 x 0,585
=( = ........ %
G sampel x 0,1

(12,8 x 0,1)x 0,585


= = 2,08 %
3 , 595 x 0,1

H. Kesimpulan
1,93+2,08
Kadar NaCl dalam sampel sebesar = 2,005 %
2

21
A. Judul Praktikum : Penetapan kadar gula sebelum inversi
B. Hari / Tanggal :
C. Tujuan : Untuk mengetahui kadar gula sebelum dan
sesudah inversi
D. Prinsip Praktikum : Sampel ditambah dengan luff schroo berlebih,
sisan luff schrool selanjutnya ditirasi dengan
larutan natrium tiosulfat
E. Alat dan Bahan Praktikum
1. Alat
a) Buret
b) Corong
c) Statif
d) Beaker glass
e) Erlenmeyer
f) Pipet volum
g) Pipet tetes
2. Bahan
a) KIO3
b) Na2S2O3
c) H2SO4
d) KI
e) Luff schrool
f) amylum
F. Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan Na2S2O3
a) Pipet 10,0 mL KIO3 ke dalam stop erlenmeyer
b) Tambahkan 5 mL H2SO4 2 N dan 5 mL KI 5%
c) Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan cepat,
kocok perlahan)
d) Tambahkan 1 mL indikator amylum biru

22
e) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat)
f) Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
2. pengenceran sampel
a) Timbang 1 gram sampel ke dalam labu takar 250 mL, tambah dengan
aquades hingga tanda batas, homogenkan (larutan A)
b) Ambil 25,0 mL larutan A, masukkan dalam labu takar 100 mL,
tambah dengan aquades hingga tanda batas, homogenkan (larutan B)
3. Penetapan kadar gula sebelum inversi
a) Pipet 25,0 mL larutan B ke dalam stop erlenmeyer
b) Tambah dengan 25,0 mL luff schroll
c) Hubungkan dengan pendingin tegak, panaskan hingga 10 mL setelah
mendidih
d) Dinginkan, tambah 25 mL H2SO4 6 N (perlahan) dan juga 15 mL KI
20%
e) Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan cepat,
kocok perlahan)
f) Tambahkan 1 mL indikator amylum biru
g) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat)
h) Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
i) Lakukan penetapan blangko
G. Hasil Praktikum (Gambar / Tabel)
1. Standarisasi larutan

Volume KIO3 0,0 N (mL) Volume Na2S2O3 (mL)


10,00 mL
10,00 mL
Volume rata-rata mL

V KIO3 x N KIO3 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3

23
V KIO 3 X N KIO 3
N Na2S2O3 = =
Na 2 S 2O 3
10 x 0,1
N Na2S2O3 = = 0,10 N
9,55

2. PK gula sebelum inversi

Berat sampel (g) Volume Na2S2O3 (mL)


1,0114 18,0
1,449 19,6
Blangko 23,6
 Dihitung selisih Na2S2O3 blangko dan sampel
N Na 2 S 2 O3
= (V titrasi Blangko - V titrasi sampel) = ........ Ml
0,1

1.
0,102
= (23,6 - 18) = 5,6 Ml
0,1
Kesetaraan  14,2

2.
0,1
= (23,6 – 19,6) = 4 Ml
0,1

Kesetaraan  9,95

 Kadar gula sebelum inversi (sebagai glukosa)


f 1x p1
x 100 %=… %
B x 1000

24
14,2 x 10
1. x 100 %=14 %
1,0114 x 1000

9,95 x 10
2. x 100 %=6,86 %
1,449 x 1000

H. Kesimpulan

14 %+ 6,86 %
Kadar gula sebelum inversi dalam sampel sebesar = 10,43%
2

25
A. Judul Praktikum : Penetapan kadar bilangan peroksida pada minyak
B. Hari / Tanggal :
C. Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui kadar bilangan peroksida
D. Prinsip Praktikum : Minyak atau lemak dilarutkan dlam campuran
Asam asetat kloroform dan KI, lalu dititrasi
dengan natrium tiosulfat
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Buret
b) Corong
c) Statif
d) Beaker glass
e) Erlenmeyer
f) Pipet volum
g) Pipet tetes
2. Bahan
a) KIO3
b) Na2S2O3
c) H2SO4
d) KI
e) CH3COOH
f) CHCI3
g) Amylum
F. Prosedur Kerja
1. Standarisasi larutan Na2S2O3
a) Pipet 10,0 mL KIO3 ke dalam stop erlenmeyer
b) Tambahkan 5 mL H2SO4 2 N dan 5 mL KI 5%
c) Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan cepat,
kocok perlahan)
d) Tambahkan 1 mL indikator amylum biru

26
e) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat)
f) Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
2. Penetapan kadar bilangan peroksida
a) Timbang 5 gram minyak ke dalam stop elenmeryer, tambah dengan 30
mL campuran CH3COOH:CHCl3 (3:1), dan ditambah 0,5 mL KI
jenuh
b) Diamkan 30 menit di tempat gelap, tambah 30 mL aquades, kocok
perlahan
c) Titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna kuning muda (tetesan cepat,
kocok perlahan)
d) Tambahkan 1 mL indikator amylum biru
e) Lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang
(tetesan perlahan, kocok kuat)
f) Catat volume Na2S2O3 yang dibutuhkan
G. Hasil Praktikum (Gambar / Tabel)
1. Standarisasi larutan Na2S2O3

Volume KIO3 0,0..N (mL) Volume Na2S2O3 (mL)


10,00 9,2
10,00 8,6
Rata-rata 8,9

V KIO3 x N KIO3 = V Na2S2O3 x N Na2S2O3


V KIO 3 X N KIO 3
N Na2S2O3 = =
Na2 S 2O 3
10 X 0,01
N Na2S2O3 = = 0,0112 N
8,9
2. PK bilangan peroksida

Berat sampel (g) Volume Na2S2O3 (mL)


5,0900 9,5
5,0114 9,8

27
Kadar bilangan peroksida sampel 1
(VxN )Na 2 S 2 O3
x 0,08 x 100
0,01
gram sampel = ....... mg O2/100

(9,5 x 0,0112) Na2 S 2 O 3


x 0,08 x 100 = 16,72 mg O2/100
0,01
5,09

Kadar bilangan peroksida sampel 2


(VxN )Na 2 S 2 O3
x 0,08 x 100
0,01
gram sampel = ....... mg O2/100

(9,8 x 0,0112) Na2 S 2O 3


x 0,08 x 100 = 17,521 mg O2/100
0,01
5,0114

H. Kesimpulan

16,72+17,521
Kadar bilangan peroksida pada minyak adalah = 17,1205 mg
2
O2/100

28
A. Judul Praktikum : Identifikasi pewarna
B. Hari / Tanggal :
C. Tujuan : untuk mengetahui jenis pewarna dalam sampel
D. Prinsip Praktikum : warna sampel akan diabsorbsi oleh bulu domba,
Selanjutya dilarutkan dalam amonia lalu
dipisahkan dengan kromatografi kertas
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Beaker glass
b) Pipet ukut
c) Pipet tetes
d) Cawan porselin
2. Bahan
a) Asam Asetat
b) Amonia
c) Bulu domba
F. Prosedur Kerja
1. Sebanyak 50 mL dimasukkan dalam beker dan diasamkan dengan asam
asetat
2. Masukkan bulu domba ke dalam beker, dipanaskan hingga warna sampel
pudar (terserap bulu domba)
3. Pindahkan bulu domba ke cawan porselen, tambah NH4OH 12,5% hingga
terendam, panaskan hingga warna bulu domba luntur
4. Buang bulu domba, lanjutkan pemanasan hingga pekat, eluasikan

Eluen

5 mL NH4OH p + 95 mL aquades + 2 g trinatrium sitrat

G. Hasil Praktikum

29
 Jarak eluensi :
 Blanko :
 Sampel :

 Interpretasi

jarak noda
RF balu pengawet =
jarak eluensi

30
A. Judul Praktikum : Identifikasi pemanis dan pengawet
B. Hari / Tanggal :
C. Tujan : untuk mengetahui sampel yang mengandung
Pemanis dan pengawet
D. Prinsip Praktikum : sampel diektraksi dengan dietil, hasil dari ektraksi
dilakukan pemisahan dengan kromatografi lais
tipis, diamati noda yang terbentuk
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Corong pisah
b) Statif
c) Beaker glass
d) Pipet ukur
e) Pipet tetes
f) Cawan porselin
2. Bahan
a) Buffer Ph 10
b) Eter
c) Heksane
d) Asam asetat
e) NH4OH
F. Prosedur Kerja
1. Identifikasi pengawet
a) Sebanyak 50 mL sampel ditambah 20 mL buffer pH 10 dalam corong
pisah
b) Diektraksi dengan 25 mL eter
c) Lapisan eter diambil, disaring dengan Na2SO4 anhidrat, diuapkan
hingga pekat, lalu dieluasi

Eluen

heksan : asam asetat = 96 : 4

31
2. Identifikasi pemanis
a) Sebanyak 50 mL sampel ditambah 10 mL H2SO4 50% dalam corong
pisah
b) Diektraksi dengan 25 mL eter
c) Lapisan sampel diambil, ditambah degan 5 mL NaOH 50% dan 25
mL etil asetat, diekstraksi kembali
d) Hasil ekstraksi (lapisan etil asetat) ditampung di cawan porselen,
diuapkan hingga mengental lalu di eluasi

Eluen

n butanol : etanol : NH4OH : aquades = 40:4:1:9

G. Hasil Praktikum

Jarak eluensi : 7,0 cm

Blanko : 0,8 cm

Sampel : 0,8 cm

1. Identifikasi pengawet
jarak noda
RFbaku =
jarak eluasi
0,8
RFbaku = = 0,11428
7,0

jarak noda
RFsampel =
jarak eluasi
0,8
RFsampel = = 011428
7,0
0,11428 – 0,11428 = 0

2. Identifikasi pemanis
jarak noda
RFbaku 1 =
jarak eluasi

32
jarak noda
RFsampel 1 =
jarak eluasi

Gambar:

H. Kesimpulan
1. sampel 1 positif mengandung pengawet karena selisih antara sampel
dengan baku tidak > 0,2

33
34
A. Judul Praktikum : identifikasi phenobarbital dan diazepam
B. Hari / Tanggal :
C. Tujan : untuk mengetahui sampel yang mengandung
Phenobarbital dam diazepam
D. Prinsip Praktikum : sampel diektraksi dengan etanol /metanol,
selanjutnya dipisah dengan KLT dan diamati
noda yang terbentuk
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a) Corong pisah
b) Statif
c) Beaker glass
d) Pipet ukur
e) Pipet tetes
f) Cawan porselin
2. Bahan
a) Metanol
b) Etanol
c) Amonia
d) klorofrm
F. Prosedur Kerja
1. Identifikasi phenobarbital
a) Sampel dilarutkan di dalam etanol
b) Sampel dieluasikan pada plat KLT

Eluen

etil asetat : metanol : ammonia pekat = 85 : 10 : 5

2. Identifikasi diazepam
a) Sampel dilarutkan di dalam metanol
b) Sampel dieluasikan pada plat KLT

35
Eluen

Kloroform : metanol =10 ; 1

G. Hasil Praktikum
1. Identifikasi phenobarbital
jarak noda
RFbaku phenobarbital =
jarak eluasi
3,1
RFbaku phenobarbital = = 0,44
7,0

jarak noda
RFbaku sampel 1 =
jarak eluasi
2,7
RFbaku sampel 1 = = 0,38
7,0

jarak noda
RFbaku sampel 2 = (tidak terbentuk noda pada sampel 2)
jarak eluasi
0,44 – 0,38 = 0,06

2. Identifikasi diazepam
jarak noda
RFbaku diazepam =
jarak eluasi
jarak noda
RFb sampel 1 =
jarak eluasi
jarak noda
RFbsampel 2 =
jarak eluasi

Gambar

36
H. Kesimpulan
 Sampel yang mengandung phenobarbital adalah sampel 1 karena selisih
antara sampel 1 dengan baku tidak > 0,2
 Sampel yang mengandung diazepam adalah..........

37

Anda mungkin juga menyukai