Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN LENGKAP

“PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INTRUMEN “

PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM SAMPEL


MINUMAN BERVITAMIN

NAMA : Arif Budiman S

NIS/KELOMPOK : 185818/B1.2

KELAS : 4.B

PEMBIMBING : Hasbukin Nur, ST.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SMAK MAKASSAR

2021
LAPORAN LENGKAP
“Praktikum Analisis Instrumen”
Nama : Arif Budiman Suherman
Kelas : XIII.B
Nis/kelompok : 185818/B1.2
Tanggal mulai praktek : Selasa, 14 September 2021
Tanggal selesai praktek : Selasa, 14 September 2021

Judul penetapan : Penetapan Kadar Asam Askorbat Dalam Sampel


Minuman Bervitamin
Tujuan penetapan : Untuk Menentukan Kadar Asam Askorbat Dalam
Sampel Minuman Bervitamin
Dasar prinsip : Sampel masuk melalui injeksi didorong oleh fase gerak
dengan bantuan pompa ke dalam kolom, didalam
kolom terjadi pemisahan berdasarkan sifat kimia
(kepolaran, titik didih dan ukuran partikel) dan sifat
fisika. Hsil pemisahan diteruskan ke detector dan
diubah sinyal-sinyal elektrik menjadi bentuk
kromatogram

Landasan teori :

Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Tswett pada tahun 1903, ia


menggunakannya untuk pemisahan senyawa-senyawa berwarna dan nama
kromatografi diambil dari senyawa-senyawa yang berwarna. Senyawa berwarna
yang digunakan Tswett sebagai sampel adalah pigmen-pigmen daun, karena
warnanya maka cepat terlihat lokasinya dalam kolom. Saat ini kromatografi tidak
lagi digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa berwarna saja. Senyawa-
senyawa tidak berwarna dapat dilihat melalui fluoresensi dalam sinar ultraviolet.
Pada dasarnya semua teknik kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa diam
(stationary) dan fasa gerak (mobile); pemisahan-pemisahan tergantung pada
gerakan relative dari dua fasa ini.

Perlu diperhatikan bahwa fasa gerak yang digunakan tidak mempunyai efek
terhadap fasa diam atau hanya sangat lemah diserap oleh fasa diam. Salah satu
jenis kromatrografi yang sering digunakan adalah HPLC. HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) atau biasa juga disebut dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang
diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam
sediaan farmasetik.

HPLC menggunakan prinsip kromatografi (pemisahan) dengan menggunakan


fase gerak cair yang dialirkan melalui kolom yang merupakan fase diam menuju
ke detektor dengan bantuan pompa. Sampel dimasukkan ke dalam aliran fase
gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan senyawa-
senyawa dalam kolom akan keluar atas dasar kepolaran yang berbeda, sehingga
akan mempengaruhi kekuatan interaksi antara senyawa terhadap fase diam.

Senyawa-senyawa yang kurang kuat interaksinya dengan fase diam akan


keluar terlebih dahulu, dan sebaliknya senyawa yang berinteraksi kuat dengan
fase diam akan keluar lebih lama. Senyawa yang keluar dari kolom akan
dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram. Dari
kromatogram tersebut akan dapat di identifikasikan waktu retensi (tR) dan luas
area/tinggi puncak. Informasi tR digunakan untuk analisis kualitatif, sedangkan
informasi luas area atau tinggi puncak untuk analisis kuantitatif.

Senyawa yang terkandung di dalam vitamin C adalah asam askorbat yang


memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah berperan dalam biosintesis kolagen,
norepiperin, hormon peptida dan tirosin (Chebrolu, K.K, dkk., 2012). Selain itu,
juga berperan dalam absorbsi Fe, aktivitas respon imun, penyembuhan luka dan
osteogenesis (Febrianti N, dkk., 2016). Asam askorbat juga dapat berperan
sebagai antioksidan yang merupakan satu mekanisme pertahanan yang paling
penting untuk melawan radikal bebas. (Andarwulan N, dkk., 2012; Ruiz, dkk.,
2016; Louarme L & Billaud C., 2012; Cocetta G., 2012; Febrianti N, dkk., 2016)

Salah satu sumber asam askorbat adalah buah-buahan, diantaranya terkandung


dalam kiwi, mangga, jeruk, jambu, apel, pepaya, dan lain-lain. Selain pada buah-
buahan, asam askorbat juga terkandung dalam sayuran seperti tomat, brokoli,
peterseli, peperoni, kubis dan lain-lain (Ruiz, B.G., dkk, 2016). Hasil penelitian
Febrianti N, dkk (2016) menunjukkan bahwa kandungan Jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada Volume 17 Nomor 1 Februari 2017 28 asam askorbat dalam buah-
buahan tropis secara berurutan dari yang tertinggi adalah buah alpukat, jeruk,
strawberi, jambu, apel, pepaya dengan konsentrasi masingmasing 119,8; 96,8;
66,65; 49,86; 49,57; 48,4 (mg/100 g) serta pada asam jawa yang setara dengan
mangga yaitu 41,06 mg/100

Asam askorbat merupakan senyawa yang mudah mengalami oksidasi atau


degradasi. Faktor-faktor yang menyebabkan degradasi asam askorbat diantaranya
adalah suhu dan pH. Penelitian Herbig A L & Renard C., 2017 menyatakan bahwa
degradasi asam askorbat terjadi pada rentang temperatur 40-60 °C dan degradasi
tersebut tidak dipengaruhi oleh konsentrasi awal dari asam askorbat.

Salah satu cara untuk mencegah degradasi asam askorbat diantaranya adalah
dengan menambahkan gula. Hal ini sejalan dengan hasi penelitian Rojas &
Gerschenson (2001) yang mengemukakan bahwa penambahan fruktosa dan
glukosa dapat meningkatkan stabilitas dari vitamin C pada rentang temperatur 24-
45 °C dan berkurang pada rentang 70-90 °C. Selain faktor suhu, oksidasi dari
asam askorbat juga dipengaruhi oleh faktor derajat keasaman atau pH.

Kestabilan asam askorbat lebih tinggi pada pH yang rendah. Bode,


Cunningham & Rose (1990) dalam Herbig A.L & Renard C (2017) menyatakan
bahwa degradasi asam askorbat lebih cepat pada pH 7-8 dibandingkan pada pH 3-
5. Akhir-akhir ini, untuk memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
vitamin C nya, banyak produsen yang memproduksi dan menjual sari buahbuahan
dalam bentuk minuman kemasan. Akan tetapi, proses penyimpanan,
pendistribusian dan penjualannya menyebabkan minuman kemasan tersebut
terkena panas dan terpapar oleh sinar matahari, padahal seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa asam akorbat mudah mengalami oksidasi atau
degradasi terutama ketika terkena panas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kandungan asam askorbat yang
signifikan antara minuman kemasan sebelum dengan setelah dibiarkan terpapar di
bawah sinar matahari.

Alat dan Bahan :

A. Alat :

1. HPLC LC20 6. Pipet tetes


2. Gelas piala 500 ml 7. Pipet volume 2 ml
3. Gelas piala 100 ml 8. Labu ukur 50 ml, 100 ml
4. Erlenmeyer 250 ml dan 500ml
5. Micro Buret 50 ml 9. Pengaduk kaca
10. Spatula 15. Neraca analitik digitial
11. Labu semprot 16. Kuas
12. Klem statif 17. Bulb
13. Corong gelas 18. Spoit
14. Botol vial 19. Syringer filter

B. Bahan :

1. Sampel minuman 4. Methanol (LC grade)


bervitamin 5. Ultrapure water (LC
2. Aquadest grade)
3. Asam askorbat

Prosedur Kerja :

A. Pembuatan larutan stock (1000 ppm)


1. Diperhatikan kebersihan area kerja dan alat yang akan digunakan
2. Ditimbang standar asam askorbat ± 0,5 gram contoh kedalam gelas piala
100ml
3. Dilarutkan dengan aquades hingga larut sempurna
4. Dimasukkan kedalam labu ukur 500ml, di impitkan, lalu dihomogenkan
B. Pembuatan larutan deret standar
1. Dihitung jumlah volume (ml) larutan stock (hitung ppm sebenarnya)
yang dibutuhkan untuk membuat deret standar (50 ml) dengan
konsentrasi
*100 ppm
*250 ppm
*500 ppm
2. Digunakan mikroburet untuk membuat larutan standar sesuai dengan
hasil perhitungan
3. Menyaring deret standar yang akan digunakan dengan kertas saring
membrane (gunakan penyaring membrane model spoit)
C. Pembuatan larutan sampel
1. Dibuat pengenceran tertentu dari sampel sehingga diperkirakan
konsentrasi smpel
masuk kedalam range deret standar (pengenceran 50 kali)
(labu100ml/50= 2 ml)
2. Melakukan injeksi larutan deret standar dan sampel kedalam HPLC

Data Pengamatan :

a. Bobot sampel (Ws) : 0,2499 g


b. Vol. larutan induk : 500 ml
c. Vol. larutan standar : 50 ml
d. Bobot/vol. sampel : 100 ml
100
e. Pengenceran : = 50
2
f. Panjang gelombang : 254 nm

Perhitungan :

A. Konsentrasi sebenarnya dari larutan standar


249.9 mg
ppm sebenarnya = =999,6 mg/L
0,5 l

B. Deret standar
v 2. c 2 50 ml ∙ 100 ppm
Standar 100 ppm = v 1= = =5,02ml
c1 999,6 ppm

v 2. c 2 50 ml ∙ 250 ppm
Standar 2 = v 1= = =12,50 ml
c1 999,6 ppm

v 2. c 2 50 ml ∙ 5 00 ppm
Standar 3 = v 1= = =25,01ml
c1 999,6 ppm

C. Konsentrasi sampel = fp ∙ konsentrasi penunjukn instrumen


= 50 ∙ 183,438 mg/L
= 9171,90 mg/L
1 liter = 9171,90 mg/L
0,14 liter = x mg
x mg ∙ L = 9171,90 mg ∙ 0,14 l (kali silang)
x = 1284,07 mg/kemasan
Jika Dalam 1 liter larutan terdapat 9171,90 mg/L , maka dalam 1
botolminuman bervitamin (14 ml) terdapat 1284,07 mg/kemasan

Pembahasan :

Pada praktikum ini dilakukan penetapan asam askorbat dalam sampel

minuman bervitamin. Didapatkan hasil pemeriksaan dengan membandingkan nilai

absorbansi dari kalibrasi standar yang dibuat sebanyak 3 standar yaitu 100 ppm,

250 ppm dan 500 ppm. Dan diperoleh persamaan regresi linear Y=

0.0000150112x+0,220895, Retention Time (RT) yaitu 1,429 menit, luas area

12205357, tinggi puncak 1543094, dan konsentrasi 183,438. Konsentrasi senyawa

yang didapatkan berdasarkan ketinggian puncak, walaupun nilai luas lebih presisi.

Namun dalam beberapa contoh luas area sangat kecil sehingga area puncak

digunakan untuk mengurangi kesalahan jika ada perubahan kecil pada variasi

waktu mulai dan akhir puncak.


Kemudian untuk menentukan hasil sebenarnya dari sampel maka konsentrasi hasil

penunjukan instrumen HPLC dikalikan dengan fp dari larutan baku yang dibuat

sehingga didapatkan 9171,90 mg/L dan hasil ini dihitung lagi untuk mendapatkan

jumlah sebenarnya dari asam askorbat yang terkandung dalam sebotol minuman

bervitamin sehingga didapatkan hasil akhir 1284,07 mg/ kemasan. Hasil tersebut.

tidak sesuai dengan Kadar vitamin C dengan tabel komposisi pada Botol

minuman bervitamin yaitu 1000 mg. Hal tersebut dikarenakan beberapa sifat khas

dari vitamin C atau Asam Askorbat seperti mudah menguap pada suhu tinggi,

Sifat asam askorbat adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika

merupakan kristal murni. Selain itu, asam askorbat mudah rusak oleh pH, cahaya

dan temperatur. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7.5 masih stabil

apabila tidak ada katalisator Oleh Karena itu pihak indsutri membuat

kadarVitamin C lebih tinggi sehingga asupan vitamin C yang sampai ke

konsumen dapat terpenuhi.

Kesimpulan :
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa kadar asam askorbat dalam

sampel minuman bervitamin sebesar 1284,07 mg/kemasan.

Makassar, 12 Oktober 2021


Pembimbing Praktikan

(Hasbukin Nur, ST) (Arif Budiman Suherman)


Daftar pustaka

Tamrin,dkk. 2020. Melaksankan praktikum analisis Instrumen.SMK SMAK


Makassar. Makassar

Asare, Aaron T., Robert Agbemafle., Genevieve E. Adukpo., Emmanuel


Diabor and Kingsley A. Adamtey. 2013.  Assessment Of Functional
Properties And Utritional Composition Of Some Cowpea (Vigna
Unguiculata L.) Genotypes In Ghana. ARPN Journal of Agricultural
and Biological Science Vol. 8, No. 6, June 2013 ISSN 1990-6145

Hadi, Saeful. 2012  Pengambilan Minyak Atsiri Bunga Cengkeh (Clove Oil)
Menggunakan Pelarut N-Heksana Dan Benzena. Jurnal Bahs. an Alam
Terbarukan ISSN 2303-0623. Vol. 1 No. 2 Desember 2012)

Standar Nasional Indonesia Nomor 2973-2011 tentang standar Mutu biskuit


tahun 2011

Legowo, A. M., Nurwantoro, Sutaryo. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit


Universitas Diponegoro, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai