Anda di halaman 1dari 19

Penentuan Kadar Vitamin C

KELOMPOK 3:

Fadilah Afifah
Khairatun Melina
Kurnia Lensa Audia
Sebtina Siallagan
Sri Tia Simamora
Yariski Sipayung

PENDIDIKAN BOLOGI C 2018


I. JUDUL

Penentuan Kadar Vitamin C

II. TUJUAN

 Untuk Dapat Menentukan kadar Vitamin C Pada Cabai Merah (Capsicum


annum L.) Menggunakan Metode Spektrofotometri Uvvis
 Untuk Mengetahui Pengaruh Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C
Buah Apel
 Untuk mengetahuai vitamin c pada buah pepaya, sirsak, srikaya dan
langsat yang tumbuh di kabupaten donggala
 Untuk mengetahui ciri-ciri buah yang mengandung vitamin C
 Untuk Mengetahui Struktur Kimia Vitamin C
III. IDENTITAS JURNAL
JURNAL I
Judul : PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA CABAI MERAH (Capsicum annum L.)
MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UVVIS
Jurnal : Jurnal Wiyata
Vol & halaman : Vol 2 (1), 25-28
Tahun : 2015
Penulis : Lailatul Badriyah dan Algafari B. Manggara

JURNAL II
Judul : PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C BUAH APEL (Malus
sylvestris Mill.)
Jurnal : Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional
Vol & halaman : Vol 3 (2), 90-94
Tahun : 2018
Penulis : Latief Abdul Maajid, Sunarmi dan Ag. Kirwanto

JURNAL III
Judul : ANALISIS VITAMIN C PADA BUAH PEPAYA, SIRSAK, SRIKAYA DAN LANGSAT YANG
TUMBUH DI KABUPATEN DONGGALA
Jurnal : Jurnal Akademika Kimia 3(3), 58–65.
Vol & halaman : Vol 3(3): 58-65
Tahun : 2014
Penulis : Cresna, Mery Napitupulu dan Ratman
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1 ALAT IV.2 BAHAN
NO NAMA ALAT JUMLAH NO NAMA BAHAN RUMUS KIMIA JUMLAH
1 Kalorimeter 1 buah 1 Larutan dye - 100 mg dan 30 mL
2 Kuvet 1 buah (indofenol)
3 Pipet ukur 10 ml dan 20ml 2 buah 2 2,6 dikloro - 100 mg
indofenol
4 Blender 1 buah
3 Sari buah - 100 gr
5 Gelas ukur 100 ml 1 buah
4 Asam ascorbat C6H8O6 100 mg
6 Tabung reaksi 6 buah standar
7 Labu ukur 100 ml 1 buah
5 Larutan asam HPO3 6 gr dan 20 mL
8 Kertas saring 2 buah metapospat 6%
6 Larutan asam HPO3 2 gr dan 20 mL
metapospat 2%
7 Natrium NaHCO₃ 84 mg
bikarbonat
8 Aquades H2O 1 Liter
V. PROSEDUR KERJA
A. PEMBUATAN LARUTAN
1. Asam Metapospat (HPO3) 2 %
NO PROSEDUR KERJA
1 Melarutkan 2 gr HPO3 dalam labu ukur 100 mL dengan aquadest hingga tanda batas.

2. Asam Metapospat (HPO3) 6 %


NO PROSEDUR KERJA
1 Melarutkan 6 gr HPO3 dalam labu ukur 100 mL dengan aquadest hingga tanda batas.

3. Larutan Dye
NO PROSEDUR KERJA
1 Melarutkan 100 mg 2.6-diklorofenol; indofenol dan 84 mg NaHCO₃ dalam aquades panas
2 Mendinginkan dan mengencerkan larutan hingga 100 L1
3 Menyaring dan mengambil 25 Ml larutan
4 Memasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan mengencerkan dengan aquades hingga tanda batas
4. Larutan Standar
NO PROSEDUR KERJA
1 Menimbang 100 mg C6H8O6 dan melarutkan dalam labu ukur dengan HPO3 2% hingga tanda batas
2 Mengambil 4 mL larutan dan mengencerkan dengan HPO3 2% dalam labu ukur hingga tanda batas
B. PENYEDIAAN SAMPEL
NO PROSEDUR KERJA
1 Menimbang 100 gram sampel buah dan mencampurkan dengan 50 mL HPO3 6% dan mengaduk dalam blender
2 Memasukkan campuran dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkan dengan HPO 3 6% hingga tanda batas
3 Menyaring dan mensentrifuge campuran untuk memisahkan supernatan dan endapan

C. PEMBUATAN KURVA STANDAR


NO PROSEDUR KERJA
1 Memasukkan larutan C6H8O6 berturut-turut kedalam 6 tabung reaksi sebanyak 1.0; 2.0 ;3.0 ;4.0 ;5.0 ;6.0 mL
2 Mengencerkan dengan HPO3 2% hingga volume larutan 5.0 mL
3 Menambahkan larutan dye 10 mL dengan cepat kemudian mengocok larutan
4 Mengukur absorbans larutan dengan segera menggunakan kalorimeter pada panjang gelombang 518 nm
D. PENGUKURAN SAMPEL
NO PROSEDUR KERJA
1 Memasukkan ekstrak sampel sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering
2 Menambahkan 10 mL larutan dye
3 Mengukur absorbans dengan kalorimeter pada panjang gelombang 518 nm
4 Menggunakan kurva standar, menentukan konsentrasi C6H8O6 pada sampel
5 Menghitung kandungan asam ascorbat (C6H8O6) dalam sampel dengan menggunakan rumus.
VI. HASIL PERCOBAAN/ REAKSI
VI.1 Tabel Hasil Percobaan

JURNAL 1
JURNAL 2
JURNAL 3
VI.2 Pembahasan

JURNAL 1
Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi
sebagai antioksidan.
• Kadat vitamin C pada cabai merah besar keriting diperoleh dengan cara
mengonversi data absorbsi pada tabel ke 2 kedalam bentuk konsentrasi ( ppm ) yang
diperoleh berturut-turut sebesar 4,478; 4,478; 4,434 ppm dan didapatkah hasil rata-
rata sebesar 4,463 ppm, yaitu 0,4463 % b/b. Asam askorbat yang direkomendasikan
untuk dikonsumsi oleh orang dewasa kira-kira 45 mg/hari untuk 40 g cabai segar.
Kebutuhan vitamin C dapat terpenuhi jika konsumsi cabai besar merah sebanyak
1000 g8.

• kandungan asam askorbat pada cabai merah besar dapat digunakan dalam industri
farmasi. Cabai merah berpotensi sebagai sumber vitamin C. Asam askorbat bersifat
termolabile. Oleh karena itu konsumsi cabai disarankan dalam keadaan segar. Hal
ini menunjukkan bahwa metode spektrofotometer UV-Vis mampu memberikan hasil
pengukuran kadar vitamin C yang hampir sama dengan nilai nutrisi yang terdapat
dalam cabai merah.
JURNAL 2
• Terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna dari nilai rata-rata kadar vitamin C setiap
kelompok perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa kandungan vitamin C buah apel dipengaruhi
oleh lama penyimpanan. Penurunan kadar vitamin C secara nyata pada penelitian ini dikarenakan
vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar
sehingga kadar vitamin C berkurang. Proses kerusakan atau penurunan vitamin C ini disebut
oksidasi. Secara umum reaksi oksidasi vitamin C ada dua macam yaitu oksidasi spontan dan tidak
spontan. Proses oksidasi spontan adalah proses oksidasi yang terjadi tanpa menggunakan enzim.
Sedangkan proses oksidasi tidak spontan yaitu reaksi yang terjadi dengan penambahan enzim

• Pada penelitian ini reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi spontan yaitu dengan adanya
pengaruh dari udara sekitar. Mekanisme oksidasi spontan terjadi sebagai berikut : monoanion
asam askorbat bereaksi dengan molekul oksigen menghasilkan radikal anion askorbat dan H2O
yang diikuti pembentukan dehidro asam askorbat dan hydrogen peroksida. Dehidro asam
askorbat (asam Ldehidroaskorbat) merupakan bentuk oksidasi dari asam L-askorbat yang masih
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Namun asam L-dehidroaskorbat bersifat sangat labil dan
dapat mengalami perubahan menjadi 2.3-L-diketogulonat (DKG).DKG yang terbentuk sudah
tidak mempunyai keaktifan vitamin C lagi sehingga jika DKG tersebut sudah terbentuk maka
akan mengurangi bahkan menghilangkan vitamin C yang ada dalam produk
JURNAL 3

• Saat proses titrasi untuk menentukan kadar vitamin C, pada titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna pada ekstrak sampel dimana warna putih menjadi biru
Reaksi : Amilum + I2 → I2 + amilum
Dari data hasil dapat dilihat bahwa keempat buah tersebut mengalami penurunan kadar
vitamin C setiap hari saat dilakukan penyimpanan.

• Penurunan kadar vitamin C tersebut disebabkan adanya peningkatan kegiatan enzim


asam askorbatoksidase yang berperan dalam perombakan vitamin C akibat lamanya
penyimpanan. Dengan lama penyimpanan 2 sampai 3 hari, asam askorbat oksidase yang
berperan dalam perombakan vitamin C, aktivitasnya menurun. Reaksi perombakan
vitamin C tersebut masih berlangsung tetapi berjalan lambat, sehingga terjadi
penurunan kadar vitamin C. Hal ini berarti aktivitas enzim yang berperan dalam
perombakan vitamin C masih berlangsung terus dengan bertambahnya waktu
penyimpanan. Noor (1992) mempertegas bahwa intensitas pengaruh enzim tersebut
tergantung pada jumlahnya yang terdapat pada bahan, lama pengaruhnya dan kondisi
kerja enzim
Lanjutan…..

• Hasil analisis penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan lama penyimpanan


berpengaruh terhadap kadar vitamin C pada buah papaya, srikaya, sirsak dan langsat.
Kadar vitamin C pada penyimpanan 3 hari mengalami perubahan dibandingkan hari
pertama. Hal ini dikarenakan vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh
temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang. Proses
kerusakan atau penurunan vitamin C ini disebut oksidasi. Dimana reaksi oksidasi adalah
reaksi yang melepaskan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion dalam reaksi
kimia. Secara umum reaksi oksidasi vitamin C ada dua macam yaitu proses oksidasi
spontan dan proses oksidasi tidak spontan. Proses oksidasi spontan adalah proses
oksidasi yang terjadi tanpa menggunakan enzim atau katalisator. Sedangkan proses
oksidasi tidak spontan yaitu reaksi yang terjadi dengan adanya penambahan enzim atau
katalisator, misal enzim glutation. Enzim ini adalah suatu tripeptida yang terdiri dari
asam glutamat, sistein, dan glisin
Lanjutan…..

• Pada penelitian ini reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi spontan yaitu dengan adanya
pengaruh dari udara sekitar. Mekanisme oksidasi spontan terjadi sebagai berikut:
monoanion asam askorbat merupakan sasaran penyerangan oksidasi oleh molekul oksigen
menghasilkan radikal anion askorbat dan H2O yang diikuti pembentukan dehidro asam
askorbat dan hydrogen peroksida. Dehidro asam askorbat (asam L-dehidroaskorbat)
merupakan bentuk oksidasi dari asam L-askorbat yang masih mempunyai keaktifan
sebagai vitamin C. Namun asam L-dehidroaskorbat bersifat sangat labil dan dapat
mengalami perubahan menjadi 2.3-L-diketogulonat (DKG). DKG yang terbentuk sudah
tidak mempunyai keaktifan vitamin C lagi sehingga jika DKG tersebut sudah terbentuk
maka akan mengurangi bahkan menghilangkan vitamin C yang ada dalam produk

• Vitamin C dapat terbentuk sebagai asam L-askorbat dan asam L-dehidroaskorbat,


keduanya mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam askorbat sangat mudah
teroksidasi secara reversible menjadi asam L-dehidroaskorbat. Asam L-dehidroaskorbat
secara kimia sangat labil dan mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam L-
diketogulonat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi
Lanjutan…..

• Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling


sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi
manusia. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan
kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2
di udara menjadi asam dehidroaskorbat. Vitamin ini merupakan fresh
food.Vitamin C pada tumbuhan merupakan metabolit sekunder, karena
terbentuk dari glukosa melalui jalurasam D-glukoronat dan L-gulonat.
Pada manusia, binatang menyusui tingkat tinggi,dan marmot, biosintesis
ini tidak terjadi, karena adanya hambatan biosintetik yang sifatnya
genetik antara L-golonolakton dan 2keto-L-gulonolakton sehingga untuk
spesiestersebut vitamin C merupakan faktor pentingdalam makanan
(Manitto, l98l). Asam askorbat mudah bereaksi dengan O2 di udara,
adapun reaksinya sebagai berikut : C6H8O6 + 2 O2 → 3 CO2 + 4 H2O
Lanjutan…..

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar vitamin C pada setiap jenis buah-
buahan sehingga tiap jenis buah dan setiap daerah memiliki kadar vitamin C yang berbeda :

Faktor Lingkungan
Temperatur
merupakan faktor luar dari tanaman yang
bagi pertumbuhan tanaman,
banyak berpengaruh terhadap sifat buah/hasil
temperatur lingkungan yang optimum
tanaman (komposisi, tekstur, warna dan
demikian yang tentunya pula
kenampakannya). Faktor lingkungan hidup
berpengaruh terhadap pembuahan
terbagi menjadi dua hal, yaitu faktor iklim
atau produktivitas hasilnya
dan faktor tanah.

Sinar atau cahaya matahari


Sinar matahari banyak berpengaruh pada perpaduan zat makanan dalam jaringan tanaman
melalui fotosintesis. Contoh: pada buah tanaman yang banyak menerima sinar matahari
kandungan vitamin C nya akan lebih tinggi dibanding dengan buah yang tanamannya kurang
memperoleh sinar matahari. Namun cahaya yang dibutuhkan tumbuhan tidak selalu sama pada
setiap tanaman.
Lanjutan…..

Musim, Tempat / Daerah


Pertumbuhan Zat Makanan Faktor Tingkat Kemasakan
/ Hara

Dianjurkan kepada para Hasil Tanaman Buah atau


petani untuk melakukan hasil tanaman berbeda-beda
pemupukan dengan dosis tingkat kemasakannya yang
yang memadai sesuai dengan diperlukan konsumen, ada
yang diperlukan (pemupukan pada tingkat masih muda,
berimbang bijaksana), agar tingkat mendekati masak dan
diperoleh hasil tanaman yang tingkat masak.
lebih baik sifat dan mutunya.
VII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian penentuan kadar vitamin C pada cabai merah (Capsicum annum L.) dengan
menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis didapatkan hasil bahwa kadar vitamin C sebesar 4,463 ppm atau
0,4463 % b/b.
2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada buah apel semakin turun
seiring dengan lamanya masa penyimpanan pada suhu ruang. Oleh karena itu disarankan agar masyarakat dapat
mengkonsumsi buah apel yang masih segar dan tidak menyimpan buah apel pada suhu ruang untuk mendapatkan
vitamin C yang cukup.
3. Kadar vitamin C pada buah pepaya berturut-turut adalah hari pertama 46,89 mg, hari kedua 34,6 mg, dan hari
ketiga 22,88 mg. Pada buah langsat kadar vitamin C hari pertama 82,28 mg, hari kedua 61,31 mg, dan hari ketiga
37,14 mg. Pada buah srikaya diperoleh kadar vitami C hari pertama 49,83 mg, hari kedua 35,2 mg, dan hari
ketiga 20,46 mg. Dan pada buah sirsak di peroleh kadar vitamin C pada hari pertama 62,42 mg, hari kedua 33,44
mg, dan hari ketiga 23,14 mg.
4. Ciri-ciri buah yang mengandung vitamin C yaitu, mudah larut dalam air, tidak selalu berwarna kuning dan
Biasanya memiliki rasa asam.
5. Struktur kimia vitamin C adalah
DAFTAR PUSTAKA

Badriyah, L., & Manggara, A. B. (2015). PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA CABAI MERAH
(Capsicum annum L.) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UVVIS. Jurnal
Wiyata, 2(1), 25–28.
Maajid, L. A., Sunarmi, S., & Kirwanto, A. (2018). PENGARUH LAMA PENYIMPANAN
TERHADAP KADAR VITAMIN C BUAH APEL (Malus sylvestris Mill.). Jurnal Kebidanan
Dan Kesehatan Tradisional, 3(2), 90–94.
Napitupulu, M. (2014). ANALISIS VITAMIN C PADA BUAH PEPAYA, SIRSAK, SRIKAYA DAN
LANGSAT YANG TUMBUH DI KABUPATEN DONGGALA. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 58–65.

Anda mungkin juga menyukai