KELOMPOK 3:
Fadilah Afifah
Khairatun Melina
Kurnia Lensa Audia
Sebtina Siallagan
Sri Tia Simamora
Yariski Sipayung
II. TUJUAN
JURNAL II
Judul : PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C BUAH APEL (Malus
sylvestris Mill.)
Jurnal : Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional
Vol & halaman : Vol 3 (2), 90-94
Tahun : 2018
Penulis : Latief Abdul Maajid, Sunarmi dan Ag. Kirwanto
JURNAL III
Judul : ANALISIS VITAMIN C PADA BUAH PEPAYA, SIRSAK, SRIKAYA DAN LANGSAT YANG
TUMBUH DI KABUPATEN DONGGALA
Jurnal : Jurnal Akademika Kimia 3(3), 58–65.
Vol & halaman : Vol 3(3): 58-65
Tahun : 2014
Penulis : Cresna, Mery Napitupulu dan Ratman
IV. ALAT DAN BAHAN
IV.1 ALAT IV.2 BAHAN
NO NAMA ALAT JUMLAH NO NAMA BAHAN RUMUS KIMIA JUMLAH
1 Kalorimeter 1 buah 1 Larutan dye - 100 mg dan 30 mL
2 Kuvet 1 buah (indofenol)
3 Pipet ukur 10 ml dan 20ml 2 buah 2 2,6 dikloro - 100 mg
indofenol
4 Blender 1 buah
3 Sari buah - 100 gr
5 Gelas ukur 100 ml 1 buah
4 Asam ascorbat C6H8O6 100 mg
6 Tabung reaksi 6 buah standar
7 Labu ukur 100 ml 1 buah
5 Larutan asam HPO3 6 gr dan 20 mL
8 Kertas saring 2 buah metapospat 6%
6 Larutan asam HPO3 2 gr dan 20 mL
metapospat 2%
7 Natrium NaHCO₃ 84 mg
bikarbonat
8 Aquades H2O 1 Liter
V. PROSEDUR KERJA
A. PEMBUATAN LARUTAN
1. Asam Metapospat (HPO3) 2 %
NO PROSEDUR KERJA
1 Melarutkan 2 gr HPO3 dalam labu ukur 100 mL dengan aquadest hingga tanda batas.
3. Larutan Dye
NO PROSEDUR KERJA
1 Melarutkan 100 mg 2.6-diklorofenol; indofenol dan 84 mg NaHCO₃ dalam aquades panas
2 Mendinginkan dan mengencerkan larutan hingga 100 L1
3 Menyaring dan mengambil 25 Ml larutan
4 Memasukkan ke dalam labu ukur 500 mL dan mengencerkan dengan aquades hingga tanda batas
4. Larutan Standar
NO PROSEDUR KERJA
1 Menimbang 100 mg C6H8O6 dan melarutkan dalam labu ukur dengan HPO3 2% hingga tanda batas
2 Mengambil 4 mL larutan dan mengencerkan dengan HPO3 2% dalam labu ukur hingga tanda batas
B. PENYEDIAAN SAMPEL
NO PROSEDUR KERJA
1 Menimbang 100 gram sampel buah dan mencampurkan dengan 50 mL HPO3 6% dan mengaduk dalam blender
2 Memasukkan campuran dalam labu ukur 100 mL dan mengencerkan dengan HPO 3 6% hingga tanda batas
3 Menyaring dan mensentrifuge campuran untuk memisahkan supernatan dan endapan
JURNAL 1
JURNAL 2
JURNAL 3
VI.2 Pembahasan
JURNAL 1
Vitamin C atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak dikonsumsi
sebagai antioksidan.
• Kadat vitamin C pada cabai merah besar keriting diperoleh dengan cara
mengonversi data absorbsi pada tabel ke 2 kedalam bentuk konsentrasi ( ppm ) yang
diperoleh berturut-turut sebesar 4,478; 4,478; 4,434 ppm dan didapatkah hasil rata-
rata sebesar 4,463 ppm, yaitu 0,4463 % b/b. Asam askorbat yang direkomendasikan
untuk dikonsumsi oleh orang dewasa kira-kira 45 mg/hari untuk 40 g cabai segar.
Kebutuhan vitamin C dapat terpenuhi jika konsumsi cabai besar merah sebanyak
1000 g8.
• kandungan asam askorbat pada cabai merah besar dapat digunakan dalam industri
farmasi. Cabai merah berpotensi sebagai sumber vitamin C. Asam askorbat bersifat
termolabile. Oleh karena itu konsumsi cabai disarankan dalam keadaan segar. Hal
ini menunjukkan bahwa metode spektrofotometer UV-Vis mampu memberikan hasil
pengukuran kadar vitamin C yang hampir sama dengan nilai nutrisi yang terdapat
dalam cabai merah.
JURNAL 2
• Terdapat perbedaan pengaruh yang bermakna dari nilai rata-rata kadar vitamin C setiap
kelompok perlakuan. Hal ini membuktikan bahwa kandungan vitamin C buah apel dipengaruhi
oleh lama penyimpanan. Penurunan kadar vitamin C secara nyata pada penelitian ini dikarenakan
vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar
sehingga kadar vitamin C berkurang. Proses kerusakan atau penurunan vitamin C ini disebut
oksidasi. Secara umum reaksi oksidasi vitamin C ada dua macam yaitu oksidasi spontan dan tidak
spontan. Proses oksidasi spontan adalah proses oksidasi yang terjadi tanpa menggunakan enzim.
Sedangkan proses oksidasi tidak spontan yaitu reaksi yang terjadi dengan penambahan enzim
• Pada penelitian ini reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi spontan yaitu dengan adanya
pengaruh dari udara sekitar. Mekanisme oksidasi spontan terjadi sebagai berikut : monoanion
asam askorbat bereaksi dengan molekul oksigen menghasilkan radikal anion askorbat dan H2O
yang diikuti pembentukan dehidro asam askorbat dan hydrogen peroksida. Dehidro asam
askorbat (asam Ldehidroaskorbat) merupakan bentuk oksidasi dari asam L-askorbat yang masih
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Namun asam L-dehidroaskorbat bersifat sangat labil dan
dapat mengalami perubahan menjadi 2.3-L-diketogulonat (DKG).DKG yang terbentuk sudah
tidak mempunyai keaktifan vitamin C lagi sehingga jika DKG tersebut sudah terbentuk maka
akan mengurangi bahkan menghilangkan vitamin C yang ada dalam produk
JURNAL 3
• Saat proses titrasi untuk menentukan kadar vitamin C, pada titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna pada ekstrak sampel dimana warna putih menjadi biru
Reaksi : Amilum + I2 → I2 + amilum
Dari data hasil dapat dilihat bahwa keempat buah tersebut mengalami penurunan kadar
vitamin C setiap hari saat dilakukan penyimpanan.
• Pada penelitian ini reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi spontan yaitu dengan adanya
pengaruh dari udara sekitar. Mekanisme oksidasi spontan terjadi sebagai berikut:
monoanion asam askorbat merupakan sasaran penyerangan oksidasi oleh molekul oksigen
menghasilkan radikal anion askorbat dan H2O yang diikuti pembentukan dehidro asam
askorbat dan hydrogen peroksida. Dehidro asam askorbat (asam L-dehidroaskorbat)
merupakan bentuk oksidasi dari asam L-askorbat yang masih mempunyai keaktifan
sebagai vitamin C. Namun asam L-dehidroaskorbat bersifat sangat labil dan dapat
mengalami perubahan menjadi 2.3-L-diketogulonat (DKG). DKG yang terbentuk sudah
tidak mempunyai keaktifan vitamin C lagi sehingga jika DKG tersebut sudah terbentuk
maka akan mengurangi bahkan menghilangkan vitamin C yang ada dalam produk
Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar vitamin C pada setiap jenis buah-
buahan sehingga tiap jenis buah dan setiap daerah memiliki kadar vitamin C yang berbeda :
Faktor Lingkungan
Temperatur
merupakan faktor luar dari tanaman yang
bagi pertumbuhan tanaman,
banyak berpengaruh terhadap sifat buah/hasil
temperatur lingkungan yang optimum
tanaman (komposisi, tekstur, warna dan
demikian yang tentunya pula
kenampakannya). Faktor lingkungan hidup
berpengaruh terhadap pembuahan
terbagi menjadi dua hal, yaitu faktor iklim
atau produktivitas hasilnya
dan faktor tanah.
Badriyah, L., & Manggara, A. B. (2015). PENETAPAN KADAR VITAMIN C PADA CABAI MERAH
(Capsicum annum L.) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UVVIS. Jurnal
Wiyata, 2(1), 25–28.
Maajid, L. A., Sunarmi, S., & Kirwanto, A. (2018). PENGARUH LAMA PENYIMPANAN
TERHADAP KADAR VITAMIN C BUAH APEL (Malus sylvestris Mill.). Jurnal Kebidanan
Dan Kesehatan Tradisional, 3(2), 90–94.
Napitupulu, M. (2014). ANALISIS VITAMIN C PADA BUAH PEPAYA, SIRSAK, SRIKAYA DAN
LANGSAT YANG TUMBUH DI KABUPATEN DONGGALA. Jurnal Akademika Kimia, 3(3), 58–65.