Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM BIOKIMIA ONLINE

P3

PENETAPAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DENGAN METODE

LIEBERMANN-BURCHARD

DISUSUN OLEH :

NAMA : AFIFUDIN

NIM : 2008010080

GOLONGAN : B1

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK SINTESIS

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021
PRAKTIKUM P3

PENETAPAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DENGAN METODE

LIEBERMANN-BURCHARD

A. TUJUAN
Dapat menetapkan kadar kolesterol dalam darah atau serum secara spektroskopi menurut
metode Liebermann-Burchard

B. LATAR BELAKANG
Kadar kolesterol tinggi (Hiperkolesterolemia) adalah suatu kondisi jumlah
kolesterol darah melebihi batas normal >200 mg/dL (Fairuz Fikri, 2013). Kolesterol
merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di
dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya
aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada penyakit jantung coroner. Gangguan
yang terjadi pada darah disebabkan akibat rendahnya tingkat kolesterol plasma atau High
Density Lipoprotein (HDL) pada darah, yang dimana dapat menyebabkan terjadinya
perkembangan peradangan pada darah dan gangguan pada jantung (Laily, 2015).
Dislipidemia Didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan kadar graksi lipid dan plasma. Kelainan fraksi lipid
yang utama adalah kenaika kadar kolesterol total (K-total), kolesterol LDL dan atau
trigliserid, serta penurunan HDL. Diagnosis dislipidemia ditetapkan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium (Aman, 2019).
Berdasarkan laporan Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2002, tercatat sebanyak
4,4 juta kematian akibat hiperkolesterolemia atau sebesar 7,9 dari jumlah total kematian
(Agam, 2012). Data yang dihimpun oleh WHO dalam Global status report on non
communicable diseases tahun 2008 memperlihatkan bahwa faktor resiko
Hiperkolesterolemia pada wanita indonesia lebih tinggi yaitu 37,2% dibandingkan dengan
pria yang hanya 32,8%. prevalensi Hiperkolesterolemia pada kelompok usia 25-34 tahun
adalah 9,3% dan meningkat sesuai dengan pertumbuhan usia hingga 15,5% pada kelompok
usia 55-64 tahun (Ruth Grace, Aurika, Carolin, 2012).
Peningkatan Kolesterol meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Secara
global, sepertiga penyakit jantung iskemik disebabkan oleh kadar kolesterol yang tinggi.
Secara keseluruhan, peningkatan kolesterol diperkirakan menyebabkan 2,6 juta kamatian
(dari 4,5% total). Pengurangan 10% kolesterol serum pada pria berusia 40 tahun talah
dilaporkan menghasilkan 50% pengurangan penyakit jantung dalam 5 tahun. Pengurangan
kolesterol serum yang sama untuk pria berusisa 70 tahun dapat menghasilkan rata-rata 20%
penurunan kejadian penyakit jantung dalam 5 tahun kedepan. Pada tahun 2008 prevalensi
global meningkatkan kolesterol diantara orang-orang dewasa (≥ 5,0 mmol/l) adalah 39%
(37% untuk pria dan 40% untuk wanita). Secara global, rata-rata kolesterol total sedikit
berubah antara 1980 dan 2008, turun kurang dari 0,1 mmol/l per decade pada pria dan
wanita.
Dalam pencegahan sekunder, ada dua cara pengobatan msalah kolesterol yang dapat
dilakukan yaitu dengan pengobatan secara Farmakologis (dengan pemberian obat penurun
kadar kolesterol) dan non-farmakologis (dengan pengendalian berat badan, aktifitas fisik
yang teratur, meninggalkan kebiasaan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh, serta
peningkatan asupan serat). Penggunaan obat menurunkan kadar kolesterol dalam waktu
yang lama, memiliki efek samping yang serius seperti radang lambung, iritasi, kerusakan
hati, batu empedu dan kerusakan ginjal (Adib, 2009). Selain perawatan medis, pengobatan
tradisional juga bisa dilakukan untuk mencegah dan menurunkan kadar kolesterol yang
tinggi selain itu pengobatan tradisional juga ekonomis dan mudah diperoleh (Hembing,
2008)
Prevalensi peningkatan kolesterol total meningkat secara nyata sesuai dengan
tingkat pendapatan negara.

(WHO, 2020)
Dengan demikian diperlukan tenaga kesehatan termasuk mahasiswa farmasi yang mampu
melakukan tatalakasana dislipidemia khususnya kolesterol yang diawali dengan
kemampuan mengukur kadar kolesterol serum.
C. PRINSIP REAKSI
1. Prinsip Liebermann Burchard
Asam sulfat ditambahkan kedalam campuran yang berisi kolesterol, maka
molekul air akan berpindah dari gugus C3 kolesterol. Kolesterol kemudian teroksidasi
membentuk 3,5-Kolestrodiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang
mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna ini disebabkan karena
adanya gugus hidroksi (OH) dan kolesterol bereaksi dengan pereaksi Liebermann
Burchard sehingga meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang
berdekatan. Warna hijau ini menandakan hasil positif.
2. Metode CHOD PAP (KIT)
Metode kolorimetri Enximatik (Cholesterol Oksidase Methode/CHOD PAP) adalah
metode yang disyaratkan sesuai standar WHO/IPEC. Prinsip pemeriksaan kadar
kolesterol total metode kolorimetrik enzimatik adalah kolesterol ester diurai menjadi
kolesterol dan asam lemak menggunakan enzim kolesterol esterase. Kolesterol yang
terbentuk kemudian diubah menjadi Cholesterol 3-OH dan H2O2 oleh enzim kolesterol
oksidase. Hidrogen peroksida diubah menjadi zat yang berwarna merah. Intensitas
warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi kolesterol total yang dibaca pada
𝜆 500 nm.
Kolesterol ester + H2O CHP Kolesterol + Asam Lemak
Kolesterol + O2 CHO Kolesterol -3-OH + H2O2
2H2O2 + 4 Aminoantipirin + Fenol POD Quinonamine + 4H2O
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) Tabung Reaksi
b) Tabung Sentrifuge
c) Rak Tabung Reaksi
d) Pipet Ukur
e) Mikropipet
f) Gelas Pengaduk
g) Penangas air
h) Sentrifugator
i) Spektrofotometer UV-Vis
j) Beaker Glass
2. Bahan
a) Sampel (serum darah praktikan)
b) Pelarut campuran aseton : etanol (1:1 v/v)
c) Kloroform
d) Pereaksi Liebermann-Burchard (campuran asam asetat anhidra dan asam sulfat
e) pekat 30:1 )
f) Larutan stok/standar kolesterol 0,4 mg/ml
g) Reagen kit
E. CARA KERJA
Liebermann Burchard

Memasukkan 0,2 ml serum ke dalam tabung sentrifuga

Menambahakan pelarut campuran aseton-etanol sebanyak 10,0 ml,


kemudian diaduk dengan gelas pengaduk

Memanaskan tabung dalam penangas air sambil digojog hingga


pelarut mendidih

Mengambil tabung tersebut, dan dilakukan vortex selama 5 menit

Mendinginkan tabung tersebut pada suhu kamar lalu sentrifuga


selama 20 menit

Cairan supernatant yang didapat dituang ke tabung reaksi kering


Kemudian diuapkan di atas penangas air hingga kering

Sisa pengeringan didinginkan

Residu dilarutkan dalam 3,0 ml kloroform

Menambahkan 2,0 ml pereaksi, aduk sampai homogen

Cairan supernatant yang didapat dituang ke tabung reaksi kering


Kemudian diuapkan di atas penangas air hingga kering

Sisa pengeringan didinginkan


Worksheet P-3. PENETAPAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DENGAN
METODE LIEBERMANN-BURCHARD

NAMA : AFIFUDIN
NIM : 2008010080
GOL : B1

1. Pembuatan seri konsentrasi


Larutan standar yg digunakan: Larutan standar kolesterol dalam kloroform
Konsentrasi larutan standar yg digunakan : 2 mg/ml
Pereaksi yang digunakan : Lieberman Burchard (Asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat)
Warna larutan : Hijau
Standar CHCl3 Pereaksi Volume Konsentrasi Warna larutan
(ml) (ml) (ml) akhir akhir (mg/ml)
(ml)
Blangko 3 ml
Standar 1 0,8 2, 2 2,0 3 ml 0,533 Hijau
Standar 2 1,0 2,0 2,0 3 ml 0,667 Hijau
Standar 3 1,2 1,8 2,0 3 ml 0,8 Hijau
Standar 4 1,4 1,6 2,0 3 ml 0,933 Hijau
Standar 5 1,6 1,4 2,0 3 ml 1,067 Hijau

Perhitungan konsentrasi

Standar 1
𝑀 𝑥𝑉 = 𝑀 𝑥𝑉
2 𝑥 0,8 = 𝑀 𝑥 3
1,6
𝑀 =
3
𝑀 = 0,533 𝑚𝑔/𝑚𝑙
Standar 2
𝑀 𝑥𝑉 = 𝑀 𝑥𝑉
2 𝑥 1,0 = 𝑀 𝑥 3
2
𝑀 =
3
𝑀 = 0,667 𝑚𝑔/𝑚𝑙

Standar 3
𝑀 𝑥𝑉 = 𝑀 𝑥𝑉
2 𝑥 1,2 = 𝑀 𝑥 3
2,4
𝑀 =
3
𝑀 = 0,8 𝑚𝑔/𝑚𝑙

Standar 4
𝑀 𝑥𝑉 = 𝑀 𝑥𝑉
2 𝑥 1,4 = 𝑀 𝑥 3
2,8
𝑀 =
3
𝑀 = 0,933 𝑚𝑔/𝑚𝑙

Standar 5
𝑀 𝑥𝑉 = 𝑀 𝑥𝑉
2 𝑥 1,6 = 𝑀 𝑥 3
3,2
𝑀 =
3
𝑀 = 1,067 𝑚𝑔/𝑚𝑙
2. Persiapan sampel
Sampel yang digunakan Serum
Pelarut Campuran asam asetat dan etanol
Cara persiapan sampel 1. Masukkan campuran aseton-etanol sebanyak 10 ml kedalam
tabung sentrifuge
2. Tambahkan serum darah sebanyak 0,2 ml ke dalam tabung
sentrifuge
3. Panaskan di atas penangas air sambil digojok sampai
mendidih
4. Setelah mendididh, ambil tabung sentrifuge kemudian di
vortex selama 5 menit
5. Dinginkan pada suhu kamar. Setelah dingin kemudian
sentrifugasi kembali untuk memperoleh cairan supernatant
6. cairan supernatant diperoleh di tuangkan kedalam tabung
reaksi kering
7. Kemudian panasakan diatas penangas air, setelah itu di
peroleh residu lalu di dinginkan
8. Residu yang diperoleh kemudian dilarutkan dengan 2
mL kloroform
9. Tambahkan 2 mL asam asetat anhidrat dan asam sulfat
pekat dan aduk sampai homogen
10. Masukkan tabung reaksi di tempat yang gelap dan pada
suhu kamar
3. Penetapan kadar dalam sampel
Panjang gelombang : 655. nm
Data simulasi
Absorbansi
Blangko
Standar 1 0,405
Standar 2 0,465
Standar 3 0,532
Standar 4 0,598
Standar 5 0,672
Sampel 1 0,085
Sampel 2 0,081

KURVA BAKU ABSORBANSI VS KONSENTRASI AKHIR


0,8
0,672
0,7
0,598
0,6 0,532
0,465
0,5
Absorbansi

0,405
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
Konsentrasi Akhir (mg/mL)

Nilai a = 0,1344
Nilai b = 0,5
Nilai r = 0,999
Persamaan kurva baku : 𝑦 = 0,5 + 0,1344
Perhitungan kadar
Sampel 1=
Y = 0,5x + 0,1344
0,085 = 0,5x + 0,1344
0,085 - 0,1344 = 0,05x
X = - 0.0494/0,5
X = - 0,0988

Sampel 2=
Y = 0,5x + 0,1344
0,081 = 0,5x + 0,1344
0,081 - 0,1344 = 0,5x
X = - 0,0534/0,5
X = - 0,1068

Keterangan Kadar (mg/ml)


Sampel 1 - 0,0988
Sampel 2 - 0,1068
Rata-rata = ((- 0,0988) + (- 0,1068))/2
= - 0,2056/2
= - 0,1028 mg/ml
= - 10,28 mg/dl

Kesimpulan : Penetapan kadar kolesterol dalam darah menggunakan metode Lieberman-


Burchard yang dihasilkan adalah - 10,28 mg/dl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
darah memiliki kadar kolesterol normal, karena kadar kolesterol yang normal yaitu <200 mg/dl.
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kita membahas mengenai “Penetapan Kadar Kolesterol
Dalam Darah Dengan Metode Libermann-Burchard”. Kolesterol merupakan unsur penting
dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi
kolesterol dalam jumlah tinggi bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya
akan berdampak pada penyakit jantung koroner.
Hasil pada semua percobaan menunjukkan tingginya kolesterol. Hiperkolesterol
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah makanan. Makanan yang banyak
mengandung kolesterol dengan kadar lemak jenuh akan meningkatkan kadar kolesterol
LDL (Low Density Lipoproteins), Trigliserida, dan Lp(a) dalam darah. Lemak jenuh ini
berasal dari daging dan produk olahan susu yang akan meningkatkan kadar kolesterol darah.
Beberapa minyak tumbuhan juga diketahui memiliki kadar lemak jenuh yang tinggi seperti
minyak yang terbuat dari buah kelapa dan sawit Selain pola makan yang tidak seimbang,
faktor keturunan, kelebihan berat badan (obesitas), merokok serta jarang berolahraga
merupakan penyebab umum kolesterol tinggi.
Seperti yang tertera pada judul praktikum ini, metode uji yang digunakan adalah
Libermann-Burchard. Prinsip uji Libermann-Burchard untuk mengidentifikasi senyawa
golongan steroid salah satunya adalah kolesterol. Pereaksi Libermann-Burchard merupakan
campuran antara asam setat anhidrat dan asam sukfat pekat. Asam asetat anhidrat digunakan
untuk mengekstraksi kolesterol, memastikan media bebas air dan membentuk turunan asetil
dari steroid, asam sulfat pekat ditetesi melewati dinding akan mengahasilkan warna hijau
untuk senyawa steroid termasuk kolesterol.
Kolesterol sendiri merupakan lemak berwarna kekuningan dan berbentuk seperti
lilin yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan makanan yang
mengandung kolesterol berasal dari organ binatang, terutama bagian otak, kuning telur, dan
jeroan dan juga bahan makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan tidak mengandung
kolesterol. Kolesterol sangat diperlikan dalam berbagai proses metabolisme tubuh.
Misalnya sebagai pembentuk dinding sel, membuat asam empedu untuk mengemulsikan
lemak, selain itu juga dibutuhkan untuk membuat vitamin D dan sebagai bahan untuk
membuat hormon-hormon sex dan kortikostroid.
Pada praktikum ini menggunakan beberapa alat. Pertama yaitu sentrifugas klinis
yang berguna untuk memutar objek atau sampel dalam kecepatan tinggi, perputaran ini akan
membuat partikel yang akan jadi lebiih berat lalu terkumpul menuju dasar tabung
sentrifuga. Hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan sentrifugas adalah saat tabung
dimasukan harus saling berhadapan tidak boleh bersampingan jika dalam tabung sentrifuga
tidak penuh. Kedua, yaitu spektrofotometer visible berguna untuk mengukur transmitan
atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja dari
spektrofotometer adalah bila cahaya (monokrommatik maupun campuran) jatuh pada suatu
medium homogen, sebagaian dari sinar masuk akan dipantulkan sebagian diserap dalam
medium itu dan sisanya diteruskan. Alat laboratorium lain yang digunakan yaitu
mikropipet, pipet tetes, propipet, pipet ukur, penjepit kayu dan tabung.
Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan penetapan kadar secara libermann-
burchar, yaitu serum darah yang berfungsi yang digunakan sebagai sampel pada praktikum
kali ini, kemudian ada campuran asam asetat etanol yang digunakan sebagai pereaksi, dan
bahan yang terakhir adalah klorofom yang berfungsi sebagai pelarut.
Prosedur kerja pertama dalam praktikum ini, yaitu memasukan pelarut campuran
aseton-etanol sebanyak 10,0 ml ke dalam tabung sentrifuga yang tertutup. Tujuan dari
campuran aseton-etanol berfungsi untuk melarutkan lemak. Aseton ini bersifat polar karena
mengandung gugus karboksil. Kemudian tambahkan serum atau darah sebanyak 0,2 ml ke
dalam tabung sentrifuga dan diaduk dengan vortex. Vortex termasuk salah satu instrumen
yang lazim ditemukan di laboratorium, fungsi utamanya adalah untuk menyeragamkan
cairan dalam volume kecil. Kemudian masukan tabung sentrifuga ke dalam penanggas air
mendidih sambil digojok hingga pelarut mendidih, tujuan dari penggojokan tersebut agar
memisahkan kolesterol dengan suatu senyawa yang ada diserum tersebut, dan ambil tabung
sentrifuga dari penanggas air, lakukan penggojogan kembali selama 5 menit. Dinginkan
selama 20 menit di suhu kamar agar larutan didalam tabung terlihat terpisah dan masukan
ke dalam sentrifuga untuk mendapatkan cairan supernatan. Setelah itu cairan supernatan
dimasukan ke dalam tabung reaksi yang kering, cairan supernatan adalah subsantansi hasil
sentrifugi yang memiliki bobot jenis yang lebih rendah, dan diuapkan di penanggas air
hingga kering. Setelah itu didinginkan dan residu dilarutkan dalam 2 ml kloroform untuk
penetapan kadar selanjutnya, kloroform dibagian ini sebagai suatu pelarut. Residu sendiri
adalah segala sesuatu yang tertinggal, tersisa atau berperan sebagai kontaminan dalam suatu
proses kimia tertentuu.
Kemudian membuat larutan standar 2 mg/ml kolesterol dalam kloroform dan
membuat seri larutan standar dalam kloroform yang mengandung kolesterol dengan kadar
0,5 ml; 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml; blanko dibuat dengan klorofrom 3 ml. Tambahkan dalam
tabung reaksi dengan campuran asam asetat anhidrida asam sulfat pekat (pereaksi) sebanyak
2,0 ml dan aduk homogen. Inkubasi tabung reaksi pada tempat yang gelap pada suhu 37°C
selama 10 menit. Jika kurang dari 10 menit, reaksi yang terjadi tidak sempurna. Jika suhu
lebih rendah dari 37°C, misalnya pada suhu ruang, pengukuran absorbansi dapat bernilai
negatif karena reagen tidak bereaksi sempurna. Sedangkan jika suhu terlalu tinggi,
kolesterol yang merupakan salah satu senyawa lipid dikhawatirkan akan terdegenerasi dan
berubah struktur kimianya.
Ukur absorbansi pada panjang gelombang 655 nm. Hasil yang didapat dalam
praktikum ini pada bagian perhitungan konsentrasi dengan menggunakan rumus M1 . V1 =
M2 . V2. Pada standar 1 diperoleh hasil 0,533 mg/ml, standar 2 diperoleh hasil 0,667 mg/ml,
standar 3 diperoleh hasil 0,8 mg/ml, standar 4 diperoleh hasil 0,933mg/ml, dan terakhir
standar 5 diperoleh hasil 1,067mg/ml dan hasil warna pada kelima standar tersebut
berwarna hijau, yang mana warna hijau menandakan hasil positif.
Selanjutnya yaitu melakukan penetapan kadar pada sampel dengan panjang
gelombang 655 nm. Langkah pertama mencari grafik dan didapatkan suatu nilai a = 0,1344;
nilai b =0,5; nilai r = 0,999 dan persamaan kurva bakunnya adalah y = 0,5x + 0,1344.
Terakhir melakukan perhitungan pada kadar dengan mencari kedua sampel, dan didapatkan
hasil pada sampel 1 x = - 0,0988 mg/ml dan sampel 2 x = - 0,1068 mg/ml setelah itu kita
rata-ratakan hasil kedua sampel, yaitu 0,1028 mg/ml atau setara dengan 10,28 mg/dl. Dari
uji tersebut didapatkan kadar kolesterol dalam darah adalah - 10,28 mg/dl. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel darah memiliki kadar kolesterol normal, karena kadar kolesterol
yang normal yaitu <200 mg/dl.
Pada praktikum ini memiliki beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
sampel yaitu pengaruh suhu, waktu simpan sampel, kontaminan oleh kuman, uap dari tutup
cup sempel, paparan sinar matahari, penyimpanan serum dan waktu inkubasi yang kurang
baik Penyimpanan sampel serum untuk pemeriksaan kolesterol total dengan kisaran suhu 2
– 8℃ harus selalu diusahakan pada suhu 4℃ supaya stabilitas serum tidak berubah terutama
struktur lipoprotein yang ada di dalam sampel. Sebaiknya kita melakukan pemeriksaan
menggunakan serum segar karena dengan menggunakan serum segar kita dapat mengetahui
kadar kolesterol sebenarnya didalam tubuh, serum simpan bisa digunakan tetapi hasil dari
pemeriksaan serum simpan kurang bagus karena pengaruh terhadap kondisi sampel pada
saat penyimpanan akan merubah hasil dari pemeriksaan kolesteril. Adapun faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kolesteril secara teknis, yaitu kebersihan
alat yang digunakan, pemipetan yang kurang tepat, keterampilan petugas, gelembung udara
di spektrofotometer homogenitas yang kurang sempurna, waktu dan suhu inkubasi yang
kurang tepat.
G. KESIMPULAN
Pada prakikum biokimia kali ini dapat disimpulkan diantaranya :
1. Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode Libermann-Burchard.
Prinsip uji Libermann-Burchard untuk mengidentifikasi senyawa golongan steroid,
salah satunya adalah kolesterol. Pereaksi Libermann-Burchard merupakan campuran
antara asam setat anhidrat dan asam sukfat pekat. Perubahan menjadi warna hijau itu
artinya menandakan hasil yang positif. Warna ini disebabkan karena adanya gugus
hidroksi (OH) dari kolesterol bereaksi dengan preaksi Libermann-Burcard dan
meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan.
2. Kadar kolesterol merupakan salah satu indikasi bagi kesehatan tubuh dengan kadar
normal kolesterol di dalam darah adalah <200 mg/dL. Kadar kolesterol yang melampaui
batas normal disebut sebagai hiperkolesterolemia.
3. Penetapan kadar kolesterol dalam darah menggunakan metode uji Lieberman-Burchard
yang dihasilkan adalah - 10,28 mg/dl. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel darah
memiliki kadar kolesterol normal, karena kadar kolesterol yang normal yaitu <200
mg/dl.
DAFTAR PUSTAKA

Adib. M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.
Yogyakarta : Dianloka
Aman, Andi Makbul, dkk. (2019). Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. Jakarta:
PB Perhimpunan Endokrinologi Indonesia.
Fikri, Fairuz. (2013). Bahaya Kolesterol: Memahami, Mendeteksi, dan Mengontrol Kolesterol.
Yogyakarta : Kata hati.
Hembing, Wijayakusuma. (2008). Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta: Niga
Swadaya.
Laily Ieda Quantri. (2015). Pengaruh pemberian Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Murbei
(Morus Alba L.) Dengan Simvastatin terhadap kolesterol Total Tikus Putih
Hiperkolesterolemia. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ruth Grace Aurora, Aurika Sinambela, Carolina Hasiana Noviyanti. (2012). Peran Konseling
Berkelanjutan pada Penanganan Pasien Hiperkolesterolemia. J Indon Med Assoc.
Volum: 62, Nomor: 5 Mei 2012.
WHO. (2020). Global Heath Observatory Data.
LAMPIRAN
LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM BIOKIMIA ONLINE

P3

PENETAPAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DENGAN METODE

LIEBERMANN-BURCHARD

DISUSUN OLEH :

NAMA : AFIFUDIN

NIM : 2008010080

GOLONGAN : B1

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK SINTESIS

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2021

Anda mungkin juga menyukai