Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA

(SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL, AAS, DAN HPLC)

Laporan ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Analisis Fisikokimia

Dosen Pengampu :

Dr. Syulastri Effendi, M.Si

Oleh :
Ilham Ramadhan D1A220082
Sifa Fauziah
Rachel
Willa Tri Yulia

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL – GHIFARI
BANDUNG
2022
MODUL II

SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

I. Judul
Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif Asam Salisilat Dengan Spektrofotometer
Visibel (VIS)

II. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan agar praktikan menganisis dengan benar baik secara
kualitatif maupun kuantitatif bahan baku menggunakan instrument spektofotometer
Visibel.

III. Prinsip Dasar


Pengukuran intensitas cahaya elektromagnetik pada area energi sinar visible
berdasarkan adanya penyerapan energi radiasi oleh molekul analit

IV. Dasar Teori


Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup timggi karena
dapat digunakan sebagai bahan intermediet dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta pembuatan bahan baku untuk keperluan dalam
bidang industri farmasi. Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan
asam yang bersifat iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat
berbagai turunan yang digunakan sebagai obat luar/oles, yang terbagi atas 2 kelas,
ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam organik. (Supardani et al.,
2006)
Spektrofotometer Visible sama halnya dengan spektrometer UV, yaitu
pengukuran serapan cahaya di daerah visible (380· - 750 nm) oleh suatu senyawa.
Pada spektrofotometer ini yang digunakan sebagai sumber sinar atau energi adalah
cahaya tampak (visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-
750 nm, sehingga semua sinar yang didapat berwarna Sample yang dapat dianalisa
dengan metode ini hanya sampel yang memiliki warna. Oleh karena itu, untuk
sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dahulu dibuat berwarna dengan
menggunakan reagen spesifik (ligan) yang akan menghasilkan senyawa kompleks
berwarna.
Cahaya/sinar yang diserap merupakan komplemen dari warna yang tampak.
Bila dilakukan pengukuran dengan suatu spektrofotometer sinar visible, maka
larutan uji (sampel) yang diukur harus berwarna. Pada analisis campuran dua atau
lebih senyawa, bisa dilakukan tanpa pemisahan karena setiap senyawa yang
direaksikan dengan reagen spesifik, maka akan memiliki warna yang berbeda,
sehingga absorbansi masing-masing komponen yang diukur sudah cukup stabil dan
dan memiliki intensitasnya cukup tinggi. Intensitas warna yang tinggi berarti ion-
ion tersebut mempunyai nilai a (absorptivitas molar) cukup besar pada panjang
gelombang tertentu. Nilai absorbans tersebut intensitasnya sebanding dengan
konsentrasinya dan stabil, sehingga Hukum Lambert-Beer terpenuhi.
Persamaan Lamber beer :
A = - log T = ε.b.c Pers.(1)
Dimana :
A = Absorban
T = Transmitan
 = absorvitas molar (Lcm4 . mol-1 )
b = panjang sel (cm)
c = konsentrasi zat (mol/jam)
Reagen spesifik yang digunakan untuk pengukuran pada area panjang
gelombang visible, harus memiliki sifat-sifat berikut ini:
1. Stabilitas dalam larutan.
2. Pereaksi yang berubah sifatnya dalam beberapa jam, berfermentasi,
menyebabkan timbul mold (jamur) bila disimpan, maka harus dibuat baru
setiap kali akan analisis.
3. Pembentukan warna dengan larutan uji yang dianalisis harus cepat.
4. Reaksi harus berlangsung stoikiometri.
5. Pereaksi tidak menyerap cahaya dalam daerah spektrum dimana pengukuran
dilakukan.
6. Pereaksi harus selektif dan spesifik.
7. Tak boleh terjadi gangguan dari komponen-komponen lain.
8. Pereaksi yang digunakan harus memberikan warna yang dikehendaki.
Selain dari pada itu, apakah kepada larutan uji perlu tidaknya ditambahkan
pereaksi pembentuk warna, maka secara ideal larutan tersebut harus memiliki 5
sifat:
1. Warna stabil dalam waktu cukup lama.
2. Intensitas warna larutan harus cukup tinggi.
3. Warna larutan sebaiknya bebas dari pengaruh pH, suhu dan hal-hal lain.
4. Sistem yang berwarna itu harus memenuhi Hukum Lambert-Beer.
5. Hasil reaksi yang berwarna itu harus dapat larut dalam pelarut yang digunakan.
Untuk pengukuran larutan uji pada alat spektrofotometer visible ini sama hal
nya dengan spektrofotometer UV, yaitu bisa digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif penetapan kadar senyawa tunggal maupun untuk penetapan kadar
senyawa multikomponen.

V. Prosdur Praktikum
A. Alat dan bahan
1. Alat :
 Spektrofotometer UV
 Kuvet
 Pipet mikro 5 dan 10 mL
 Labu ukur 10 dan 100 mL
 Ball pipet
 Batang pengaduk
 Kaca arloji
 Gelas kimia 100, 250 mL
 Gelas ukur 10, 25 mL
 Spatula
 Pipet tetes
 Rak tabung
 Botol Semprot
2. Bahan :
 Asam salisilat
 HCl
 FeCl3
B. Prosedur Kerja
Analisis Kualitatif
a. Pembuatan Larutan Standar
1) Timbang dengan seksama 50 mg baku pembanding asam salisilat ke
dalam Iabu takar 100 mL
2) Larutkan dalam 5 mL methanol
3) Encerkan dengan air destilasi sampai tanda batas
4) Kocok Iarutan hingga homogen
5) Pipet 1 mL larutan standar tersebut, masukan ke dalam labu takar 10
mL
6) Tambahkan 1 mL FeCl3 5% dan 1 mL HCl 1%, encerkan dengan air
destilasi sampai tanda batas.
b. Pembuatan Larutan Uji
1) Timbang dengan seksama 50 mg sampel yang sudah disiapkan oleh
assisten praktikum
2) Masukan ke dalam labu takar 100 ml
3) Larutkan dalam 5 mL methanol, kocok larutan hingga homogen
4) Pipet 1 ml larutan tersebut ke dalam labu takar 10 ml
5) Encerkan dengan air destilasi hingga tanda batas
6) Kemudian pipet kembali 1 ml larutan hasil pengenceran tersebut dan
masukan ke dalam labu takar 10 mL
7) Tambahkan 1 mL FeCl3 5% dan 1 mL HCl 1%, encerkan dengan air
destilasi sampai tanda batas.
c. Pengujian Larutan
Uji Bandingkan spektrum Visible larutan standar dan larutan uji
pada area (400 – 75 nm). Spektrum Visible larutan standar dan larutan uji
harus menunjukkan panjang gelombang () yang memberikan absorbansi
maksimum dengan nilai yang sama.
Analisis Kuantitatif
a. Pembuatan Larutan Standar
1) Timbang dengan seksama 50 mg sampel yang sudah disiapkan oleh
assisten praktikum
2) Masukan ke dalam labu takar 100 ml
3) Larutkan dalam 5 mL methanol, Kocok larutan hingga homogen
(larutan stok baku pembanding 500 ppm)
4) Pipet larutan standar tersebut sebanyak 20 mL
5) Masukan ke dalam labu takar 100 ml, encerkan dengan air destilasi
sampai tanda batas. (larutan baku pembanding 100 ppm).
6) Pipet masing – masing Iarutan 1 ; 2 ; 3 ; 4 ; 5 dan 6 mL larutan baku
pembanding 100 ppm, masing -masing ke dalam ke dalam labu takar
50 mL
7) Tambahkan masing – masing 5 mL HCl 1% dan 5 mL FeCl3 5%
8) Encerkan dengan air destilasi hingga tanda batas. (Konsentrasi larutan
baku pembanding yang diperoleh masing – masing 2 ; 4 ; 6 ; 8 ; 10 ;
12 ppm).
b. Pembuatan Larutan Uji
1) Timbang dengan seksama 50 mg sampel yang telah disediakan oleh
assisten praktikum.
2) Masukkan ke dalarn labu takar 100 ml
3) Tambahkan 5 ml metanol kemudian encerkan dengan air destilasi
hingga tanda batas
4) Kocok larutan hingga homogen
5) Kemudian pipet 10 ml larutan, masukan ke dalam labu takar 50 mL
kemudian encerkan hingga tanda batas
6) Pipet kembali larutan uji sebanyak 2,5 mL
7) Masukan ke dalam labu takar 50 mL.
8) Tambahkan 5 mL HCl 1% dan 5 mL FeCl3 5%, encerkan dengan air
destilasi hingga tanda batas
c. Pengujian Larutan Uji
Cara Kurva Kalibrasi
Pada panjang gelombang absorban maksimum hasil pengujian
kualitatif, ukur absorbansl setiap larutan baku pembanding berserta larutan
blanko. Buat kurva kalibrasi berdasarkan data yang diperoleh dari
pembacaan standar dan blanko. Ukur larutan sampel pada panjang
gelombang maksimum, kemudian hitung konsentrasi sampel berdasasrkan
data absorbans yang diperoleh terhadap kurva kalibrasi baku pembanding
(berdasarkan persamaan regresi linear y = a+bx). Perhatikan faktor
pengenceran!
Cara One Point
Ambillah absorban salah satu larutan pernbanding kernudian
gunakan untuk menghitung konsentrasi larutan sarnpel dengan
menggunakan metode "One Point". (Perhatikan faktor pengenceran)
Cu = 𝐴𝑢 𝐴𝑠 x Cs
Cu = konsentrasi larutan uji
Cs =konsentrasi larutan standar
Au = Absorbans larutan uji
As = Absorbans larutan standar

VI. Hasil Percobaan


Data Pengamatan
50 mg
Perhitungan Bahan Konsentrasi larutan standar = = 500ppm
100 ml
Larutan Standar :
V1 . N1 = V2 . N2
500 . 20 = 100 . N2
10.000 = 100 .N2
10.000
N2 = = 100 ppm
100
Larutan baku pembanding :
 2 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 2
20
V1 = = 0,2 mL
100
 4 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 4
40
V1 = = 0,4 mL
100
 6 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 6
60
V1 = = 0,6 mL
100
 8 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 8
80
V1 = = 0,8 mL
100
 10 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 10
100
V1 = = 1 mL
100
 12 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 12
120
V1 = = 1,2 mL
100

Hasil Pengamatan
Konsetrasi Absorbansi
y= 2 ppm 0,08
4 ppm 0,076
6 ppm 0,092
8 ppm 0,149
10 ppm 0,114
12 ppm 0,181
Sampel 1 0,104
Sampel 2 0,102
Sampel 3 0.101
0,0244x + 0,0011
R² = 0,8276
r = 0,9097
Perhitungan Konsentrasi
 2 ppm
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,08 = 0,0244x + 0,0011
0,08 - 0,0011 = 0,0244 x
0,0789 = 0,0244x
x = 3,2336 ppm

3,2336 ppm
% rec = X 100 % = 161,68 %
2 ppm
 4 ppm
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,076 = 0,0244x + 0,0011
0,076 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 3,0697 ppm

3,0697 ppm
% rec = X 100 % = 76,74
4 ppm
 6 ppm
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,092 = 0,0244x + 0,0011
0,092 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 3,7254 ppm

3,7254 ppm
% rec = X 100 % = 62,09 %
6 ppm
 8 ppm
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,149 = 0,0244x + 0,0011
0,149 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 6,0615 ppm

6 , 0615 ppm
% rec = X 100 % = 75,77 %
8 ppm

 10 ppm
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,114 = 0,0244x + 0,0011
0,114 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 4,6270 ppm
4,6270 ppm
% rec = X 100 % = 46,27 %
10 ppm

 12 ppm
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,181 = 0,0244x + 0,0011
0,181 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 7,3730 ppm

ppm
% rec = X 100 % = 61,44 %
12 ppm

Kurva Baku Standar Asam Asetilsalisilat


0.2
0.18
0.16 f(x) = 0.0244285714285714 x + 0.00114285714285714
0.14 R² = 0.827641839204087
Absorbansi

0.12
0.1 Series1
0.08 Linear (Series1)
0.06
0.04
0.02
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi

Grafik Baku Stanar Asam Asetil Salisilat


Pertanyaan
a. Hitung konsentrasi larutan uji berdasarkan persamaan regresi linear!
Jawab.
Konsentrasi Lar.Uji berdasarkan regresi linear y = ax + b 0,587 =
 Sampel 1
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,102 = 0,0244x + 0,0011
0,102 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 4,2172 ppm
 Sampel 2
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,104 = 0,0244x + 0,0011
0,104 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 4,1351 ppm
 Sampel 3
y = ax + b
y = 0,0244x + 0,0011
0,101 = 0,0244x + 0,0011
0,101 - 0,0011 = 0,0244 x
x = 4,094 ppm

Rata-rata konsentrasi

42172+ 4,1351+ 4,094


Rata-rata konsentrasi =
3

= 4,1488 ppm

b. Hitung % recovey sampel! ( Jelaskan di pembahasan beserta alasannya)


Jawab
Konsentrasi Lar .Uji hasil pengukuran
% rec = x 100 %
konsentrasi Lar .Uji Teori
Sampel
10,372 ppm
% rec = X 100 % = 82,97 %
5 ppm

VII. Pembahasan
Spektrofotometri visible disebut juga spektrofotometri sinar tampak. Yang
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299–149 kJ/mol. Elektron pada keadaan
normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar
(ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron
tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi
atau menuju keadaan tereksitasi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda
dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau
cahaya yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut warna komplementer.
Misalnya suatu zat akan berwarna orange bila menyerap warna biru dari spektrum
sinar tampak dan suatu zat akan berwarna hitam bila menyerap semua warna yang
terdapat pada spektrum sinar tampak.
Pada praktikum kali ini tujuannya adalah untuk memahami prinsip kerja,
mengetahui bagaimana menggunakan dan cara kerja alat Spektrofotometri visible
dan dapat menganalisis bahan baku dengan benar baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Dengan cara membuat larutan standar, membuat larutan uji dan
pengujian larutan uji untuk pengujian kualitatif dan kuanitatif. Dengan konsentrasi
larutan baku pembanding yang masing-masing diencerkan menjadi konsentrasi 2
ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm.
Setelah diamati nilai regresi grafik dari alat Spektrofotomoeter visible
dengan grafik menggunakan excel dengan data yang sama mendapatkan hasil yang
berbeda yaitu R2 dari grafik alat 0,89500 sedangkan pada grafik excel 0,8276. Hal
ini dapat dianalisa sebagai perbedaan sumber dan cara perhitungannya.
Dikarenakan data pada alat langsung memproses data dari analisa larutan sehingga
hasilnya lebih spesifik dan menyebabkan angkanya lebih besar dibandingkan
menggunakan excel karena dari excel hanya memasukkan data saja. Pada
praktikum yang dilakukan kali ini kami mendapatkan hasil yang kurang memenuhi
hasil R2 yang seharusnya yaitu 0,99. Dikarenakan kemungkinan ada kesalahan
dalam menimbang bahan baku pembanding, kesalahan dalam pengocokan larutan
yang kurang homogen atau kesalahan dalam pemipetan, dan kesalahan dalam
mengukur skala pada labu ukur.
Pada praktikum ini didapatkan konsentrasi larutan larutan baku pembanding
2 ppm sebesar 3,2336 ppm, 4 ppm sebesar 3,0697 ppm, 6 ppm didapatkan sebesar
3,7254 ppm, 8 ppm didapat hasil 6,0615 ppm, 10 ppm didapat hasil 4,6270 ppm,
dan 12 ppm didapatkan hasil 7,3730 ppm. Dan didapatakan hasil konsentrasi
larutan uji berdasarkan regresi linear sebesar sampel 4,2172 ppm, sampel 4,1351
ppm, dan sampel 4,094 ppm dengan rata-rata konsentrasi sampel yaitu sebesar
4,1488 ppm dan hasil konsentrasi ini didapat melalui persamaan garis regresi y =
0,0244x + 0,0011. Untuk hasil % receovery didapatkan hasil untuk sampel 82,97 %
dengan hasil tidak memenuhi nilai ketentuan karena diperkirakan human error
yaitu kesalahan didapat karena kemungkinan kesalahan dalam pemipetan,
pengukuran, penimbangan bahan, dan kurang benar dalam pengadukan dan tidak
homogen.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1 Persamaan Regresi Linear yaitu y= 0,0244x + 0,0011.
2 Konsentrasi konsentrasi larutan baku pembanding 2 ppm sebesar 3,2336 ppm,
4 ppm sebesar 3,0697 ppm, 6 ppm didapatkan sebesar 3,7254 ppm, 8 ppm
didapat hasil 6,0615 ppm, 10 ppm didapat hasil 4,6270 ppm, dan 12 ppm
didapatkan hasil 7,3730 ppm.
3 Hasil konsentrasi larutan uji berdasarkan regresi linear sebesar sampel 1
4,2172 ppm, sampel 2 4,1351 ppm, dan sampel 3 4,094 ppm rata-rata
konsentrasi sampel yaitu sebesar 4,1488 ppm.
4 Kurva kalibrasi dari alat dengan R2 = 0,89500, kurva hasil dari perhitungan
excel dengan R2 = 0,8276.

IX. Daftar Pustaka


Modul Praktikum Analisis Fisikokimia

X. Lampiran

Gambar
MODUL III

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA)

I. Judul
Penentuan kadar tembaga (Ca) dengan metode spektrofotometri serapan atom
(SSA).

II. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat menentukan kadar logam dengan cara
spektrofotometri serapan atom (SSA).

III. Prinsip Dasar


Pengukuran intensitas cahaya berdasarkan kepada adanya penyerapan energi
cahaya oleh atom bebas.

IV. Dasar Teori


Elektron dalam atom bebas pada umumnya berada pada tingkat energi dasar
dan akan berpindah ke tingkat-tingkat energi yang lebih tinggi (tereksitasi) apabila
menyerap energi-energi yang sesuai. Sebagai contoh, atom Na dengan 1 (satu)
elektron di kulit terluar (3s1) pindah ke 3p, 3d, dsbnya yang energinya berada
didaerah UV dan visible. Dengan adanya penyerapan/absorpsi cahaya, maka
hukum absorpsi cahaya, Lambert-Beer, berlaku dan dapat digunakan dalam analisis
kuantitatif unsur-unsur logam dan metaloid. Sedangkan unusr-unsur non-logam
membutuhkan energi yang lebih besar sehingga jatuh pada daerah UV vakum,
sehingga sulit dalam peralatannya.
Energi eksitasi elektron ke tingkat-tingkat yang lebih tinggi merupakan
harga-harga tunggal karena tidak transisi lain disekitarnya, sehingga akan didapat
suatu spektrum garis, yang berbeda dengan spektrum molekul yang melebar.
Dengan demikian, nilai energi eksitasi merupakan nilai yang spesifik dari suatu
unsur.
Suatu keadaan tereksitasi tidak stabil sehingga mudah kembali ke tingkat
energi yang lebih rendah dengan melepaskan energi. Apabila energinya berupa
energi radiasi, maka energinya (sebagai panjang gelombang) dapat pula diukur
untuk keperluan analisis kualitatif dan kuantitatif. Metodenya disebut :
Spektrofotometri Emisi Atom. Untuk menghasilkan atom-atom bebas yang berasal
dari suatu senyawa/molekul, secara umum, dapat dilakukan dengan pemanasan
pada suhu tinggi (2000° – 3000°C) melalui pembakaran/nyala atau pemanasan
listrik. Peralatan utama dalam instrumen SSA yaitu : Sumber radiasi, Pengatom,
Pendeteksi radiasi (Detektor).
Sumber radiasi berupa lampu katode berongga (Hollow cathode lamp) dari
unsur yang akan dianalis. Ingat : energi/panjang gelombang yang diabsorpsi = yang
diemisikan. Untuk menghasilkan atom bebas dilakukan dalam pengatom (beberapa
cara). Salah satunya dengan nyala dari pembakaran asetilen–udara atau asetilen–
N2O. Larutan cuplikan akan tertarik oleh aliran udara melalui kapiler plastik ke
dalam ruang pengkabut (nebulizer) dan masuk ke nyala dimana terjadi atomisasi
dan menyerap dari sumber yang dilewatkan dan dideteksi oleh detektor.
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut menyebabkan
tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi. Dalam AAS, atom bebas berinteraksi
dengan berbagai bentuk energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi
kimia dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas
yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas. Radiasi yang
dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang gelombang yang
karakteristik untuk setiap atom bebas (Basset, 1994).
Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA), yaitu interpretasi penyerapan
radiasi oleh atom bebas sehingga elektron tereksitasi dari tingkat rendah ke tingkat
yang lebih tinggi dan dapat kembali ke keadaan semula (ground state). Panjang
gelombang yang diserap tiap atom berbeda-beda tergantung sifat unsurnya
(misalnya Fe pada besi menyerap pada 328,1 nm). Spektroskopi serapan atom
dapat menentukan kadar logam.
Pada Spektrometri Serapan Atom, sampel yang mengandung logam atom
didekomposisi menjadi uap atom bebas dengan suatu proses bernama atomisasi.
Umumnya bentuk atom logam atom ada dalam keadaan standar (ground state).
Atom yang berada dalam keadaan bebas dapat mengabsorbsi energi radiasi pada
panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan atom tersebut
untuk tereksitasi dari keadaan dasar (ground state). Serapan radiasi oleh atom
inilah yang akan diukur oleh instrumen dan hasilnya berupa garis-garis.
Bagian-bagian AAS adalah sebgai berikut (Day, 1986).
a. Lampu katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda
pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan
diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur
Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur.
Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus.
b. Tabung gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada
juga tabung gas yang berisi gas N 2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan
kisaran suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk
pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di
dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur
tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam
Spektrofotometri Serapan Atom.
c. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar
tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan
merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api.
d. Monokromator
Berkas cahaya dari lampu katoda berongga akan dilewatkan melalui celah
sempit dan difokuskan menggunakan cermin menuju monokromator.
Monokromator dalam alat SSA akan memisahkan, mengisolasi dan mengontrol
intensitas energi yang diteruskan ke detektor. Monokromator yang biasa
digunakan ialah monokromator difraksi grating.
e. Detektor
Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi
yang diserap oleh permukaan yang peka. Fungsi detektor adalah mengubah
energi sinar menjadi energi listrik, dimana energi listrik yang dihasilkan
digunakan untuk mendapatkan data. Detektor AAS tergantung pada jenis
monokromatornya, jika monokromatornya sederhana yang biasa dipakai untuk
analisa alkali, detektor yang digunakan adalah barier layer cell. Tetapi pada
umumnya yang digunakan adalah detektor photomultiplier tube.
Photomultiplier tube terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat
peka cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika
foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak menuju
anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang mampu
menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai menuju
anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk menambah
kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada instrumen utama
maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.
f. Sistem pembacaan
Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau
gambar yang dapat dibaca oleh mata.
g. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap
bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak
berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada
spektrofotometry serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam
ducting, agar asap yang dihasilkan tidak berbahaya.

V. Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
1) Alat spektroskopi serapan atom shimadzu AA 7000
2) Labu ukur
3) Gelas ukur
4) Beker gelas
5) Pipet tetes
6) Mikropipet
7) Alat penyaring
8) Spuit
2. Bahan :
1) Standar Ca 1000mg/L
2) Asam Klorid HCl
B. Prosedur Kerja
Analisis Kuantitatif
a. Pembuatan Larutan Standar
1) Pipet 10 mL larutan standar induk Ca 1000 mg/L, masukan ke dalam
labu ukur 100 mL
2) Kemudian tambahkan 10 mL larutan HCl 10%, encerkan sampai tanda
batas dengan air destilasi (konsentrasi baku pembanding 100 mg/L).
3) Pipet larutan stock baku pembanding 100 mg/L, masing -masing 2,5 –
5 – 7,5 – 10 dan 12,5 mL, masukan ke dalam labu takar 50 mL,
encerkan dengan air destilasi sampai tanda batas (konsentrasi baku
pembanding 5,10,15,20 dan 25 mg/L).
4) Ukur absorbansi larutan-larutan standar Ca, dan larutan blanko HCl
0,1% dengan alat AAS
5) Buat Kurva baku standar Ca (konsentrasi terhadap absorbansi) hitung
persamaan regresi linear kurva baku tersebut!
b. Pembuatan Larutan Uji
1) Pipet 10 mL sampel yang telah disediakan oleh assisten praktikum
2) Masukkan ke dalarn labu takar 100 ml,
3) Tambahkan 0,1 mL HCl 10% kemudian encerkan dengan air destilasi
hingga tanda batas, kocok larutan hingga homogen.
4) Ukur Absorbans larutan uji menggunakan instrument AAS.
5) Hitung konsentrasi sampel berdasarkan persamaan regresi linear larutan
baku pembanding!

VI. Hasil Percobaan


A. Perhitungan
1. Perhitungan pembuatan larutan standar Cu 100 ppm dalam 100 ml.
V1 . N1 = V2 . N2
10 . 1000 = 100 . N2
10.000 = 100 .N2
10.000
N2 = = 100 ppm
100

2. Perhitungan pengenceran larutan standar.


1) 5 mg/L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 25 . 5
125
V1 = = 1,25 mL
100
2) 10 mg/L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 25 . 10
250
V1 = = 2,5 mL
100
3) 15 mg/L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 25 . 15
375
V1 = = 3,75 mL
100
4) 20 mg/L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 25 . 20
500
V1 = = 5 mL
100
5) 25 mg/L
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 25 . 25
625
V1 = = 6,25 mL
100
B. Data Pengamatan
Konsetrasi Absorbansi
Ca 5 ppm 0,1597
Ca 10 ppm 0,3808
Ca 15 ppm 0,5978
Ca 20 ppm 0,811
Ca 15 ppm 1,1286
Sampel 0,5419

y = 0,2368x - 0,0948

R² = 0,9931

r = 0,9965

Perhitungan regresi linier.

1) 5 mg/L
y = ax + b
y = 0,2368x - 0,0948
0,1597 = 0,2368x - 0,0948
0,1597 - 0,0948 = 0,2368x
x = 0,2741 ppm

0,2741 ppm
% rec = X 100 % = 5,48 %
5 ppm
2) 10 mg/L
y = ax + b
y = 0,2368x - 0,0948
0,3808 = 0,2368x - 0,0948
0,3808 - 0,0948 = 0,2368x
x = 1,208 ppm

1,208 ppm
% rec = X 100 % = 12,08 %
10 ppm

3) 15 mg/L
y = ax + b
y = 0,2368x - 0,0948
0,5978 = 0,2368x - 0,0948
0,5978 - 0,0948 = 0,2368x
x = 2,1242 ppm

2,1242 ppm
% rec = X 100 % = 7,49 %
15 ppm
4) 20 mg/L
y = ax + b
y = 0,2368x - 0,0948
0,811 = 0,2368x - 0,0948
0,811 - 0,0948 = 0,2368x
x = 3,0245 ppm

3,0245 ppm
% rec = X 100 % = 15,12 %
20 ppm

5) 25 mg/L
y = ax + b
y = 0,2368x - 0,0948
0,181 = 0,2368x - 0,0948
0,181 - 0,0948 = 0,2368 x
x = 4,3657 ppm

4,3657 ppm
% rec = X 100 % = 17,46 %
25 ppm

Kurva Baku Larutan Ca


1.2

1 f(x) = 0.2368 x − 0.0948199999999999


R² = 0.993092185593397
0.8
Absorbansi

0.6 Series1
Linear (Series1)
0.4

0.2

0
5 10 15 20 25
Konsentrasi

Grafik Kurva Baku Larutan Ca

Tugas
a. Hitung konsentrasi larutan uji berdasarkan persamaan regresi linear!
y = ax + b
y = 0,2368x - 0,0948
0,5419 = 0,2368x - 0,0948
0,5419 - 0,0948 = 0,2368x
x = 1,8880 ppm
b. Hitung % recovey sampel! ( Jelaskan di pembahasan beserta alasannya)
Jawab
Konsentrasi Lar .Uji hasil pengukuran
% rec = x 100 %
konsentrasi Lar .Uji Teori
Sampel
1,8880 ppm
% rec = X 100 % = 62,93 %
3 ppm

VII. Pembahasan
Spektrofotometer Serapan Atom atau Atomic Absorption
Spectrophotometer (AAS) merupakan salah satu instrument yang dapat
menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif untuk menganalisa unsur-unsur logam
dan semi logam dalam jumlah renik (trace), AAS pada umumnya digunakan untuk
analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan
double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS.
Pada praktikum kali ini tujuannya adalah untuk memahami prinsip kerja,
mengetahui bagaimana menggunakan dan cara kerja alat AAS dan menentukan
konsentrasi suatu unsur logam dalam sampel. Digunakan
lampu katoda Ca yang digunakan untuk menganalisis Ca dalam suatu
sampel. Menggunakan lampu katoda Ca karena larutan standar yang digunakan
adalah larutan Ca dan sampel yang digunakan mengandung Ca. Lampu katoda ini
memiliki panjang gelombang 442,65 nm. Analisis ini juga dibantu dengan bantuan
dari udara dan asetilen (Air-Acetylene) untuk membuat nyala apinya. Lalu
membuat larutan standar Ca dari 100 ppm kemudian diencerkan menjadi
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm.
Setelah diamati, nilai regresi grafik dari alat AAS dengan grafik
menggunakan excel dengan data yang sama mendapatkan hasil yang berbeda, yaitu
R2 dari grafik alat 0,9965 sedangkan pada grafik excel 0,9931 Hal ini dapat
dianalisa sebagai perbedaan sumber dan cara penghitungannya. Dikarenakan data
pada alat langsung memproses data dari analisa larutan sehingga hasilnya lebih
spesifik dan menyebabkan angkanya lebih besar dibandingkan menggunakan excel
karena dari excel hanya memasukkan data saja. Pada praktikum yang didapat kali
ini kami menambahkan data konsentrasi 25 ppm 2 kali karena yang pertama
sebelum data terbaca larutan baku sudah di keluarkan maka di dapat data yang
kurang baik setelah di ulang di dapatkan nilai absorbansi yang lebih baik.
Pada praktikum ini, didapatkan konsentrasi larutan Ca 5 ppm sebesar
0,2741 ppm , Ca 10 ppm sebesar 1,208 ppm, Ca 15 ppm sebesar 2,1242 ppm, Ca
20 ppm sebesar 3,0245 ppm, Ca 25 ppm sebesar 4,3657 ppm dan konsentrasi
sampel sebesar 1,8880 ppm. Konsentrasi ini didapatkan melalui persamaan garis
regresi y = 0,2368x - 0,0948. Hasil % recovery yang didapatkan pada praktikum
kali ini adalah = 62,93 %, dengan hasil tidak memenuhi nilai ketentuan karena
diperkirakan human error yaitu kesalahan didapat karena kemungkinan kesalahan
dalam pemipetan, pengukuran, penimbangan bahan, dan kurang benar dalam
pengadukan dan tidak homogen.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Persamaan Regresi Linear yaitu y = 0,2368x - 0,0948
2. Konsentrasi larutan Ca 5 ppm sebesar 0,2741 ppm , Ca 10 ppm sebesar 1,208
ppm, Ca 15 ppm sebesar 2,1242 ppm, Ca 20 ppm sebesar 3,0245 ppm, Ca 25
ppm sebesar 4,3657 ppm
3. Konsentrasi sampel sebesar 1,8880 ppm
4. Kurva kalibrasi dari alat dengan R2 = 0,9965, kurva hasil dari perhitungan excel
dengan R2 = 0,9931

IX. Daftar Pustaka


Hendrayanti, Hilma. 2017 . Modul Praktikum Analisis Fisikokimia . Bandung :
Universitas Al-Ghifari Bandung.
Wulandari, Suci. 2015 . Analisis Instrumen . Padang : Kementrian Penindustrian
RI, Akademi Teknologi Industri.
Adela, Monika. 2017 . Flame-Spectroscopy-Spektrometri Seapan Atom (AAS).
Bandung : ITB.

X. Lampiran
Gambar
PRAKTIKUM III

High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

I. Judul
Penetapan Penetapan Analisis Kadar Paracetamol Dengan Metode Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/ High Performance Liquid Chromatogragy (HPLC)

II. Tujuan Praktikum


Memahami dan melakukan analisis kualitatif (penentuan senyawa) dan analisis
kuantitatif (penetapan kadar) terhadap analit dalam sampel dengan menggunakan
HPLC

III. Prinsip Dasar


Berdasarkan pemisahan komponen analit berdasarkan kepolarannya, setiap
campuran yang keluar akan terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas
peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran.

IV. Dasar Teori


High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan
perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom, yaitu suatu teknik
kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Kolom
sebagai fasa diam yang berisi partikel berukuran sangat kecil akan memberi luas
permukaan yang lebih besar, memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari
komponen-komponen dalam campuran.
Ciri dari teknik HPLC ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk
mengirim fase gerak ke dalam kolom, dengan memberikan tekanan tinggi, laju dan
efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan lebih besar. HPLC berupaya untuk
memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap fasa diam
tertentu.
Terdapat dua fase dalam metode kromatografi cair, yaitu:
 Fase normal: Fase gerak bersifat non polar dan fase diam bersifat polar
 Fase terbaik: Fase gerak bersifat polar dan fase diam bersifat non polar
HPLC menggunakan kromatografi fase terbaik, dimana fase diam yang
merupakan silika dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai
hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom
karbon 8 atau 18. Sedangkan untuk fase gerak menggunakan pelarut polar berupa
campuran air dan alcohol seperti methanol.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis menggunakan HPLC,
yaitu:
 Waktu retensi (tR) adalah waktu yang dibutuhkan zat terlarut dari saat waktu
injeksi sampai keluar puncak kromatogram
 Faktor kapasitas (k’) adalah ukuran kemampuan kolom mempertahankan
komponen sampel.
 Selektivitas (α) merupakan kemampuan sistem HPLC untuk memisahkan
senyawa yang berbeda.
 Efisiensi kolom jumlah plat teoritis (N) merefleksikan jumlah waktu senyawa
berpartisi antara dua fase selama melalui kolom dan menggambarkan efisiensi
kolom.
 Resolusi (Rs) atau daya pemisahan dua pita yang berdekatan didefinisikan
sebagai jarak antara dua puncak pita dibagi dengan luas rata-rata pita.
HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif didasarkan pada waktu
retensi untuk identifikasi. Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi
sampel dibandingkan dengan waktu retensi larutan standar.
HPLC juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif, yaitu penentuan
kadar dilakukan berdasarkan hubungan/korelasi menggunakan deret standar baku
pada waktu retensi tertentu, yaitu:
 Berdasarkan area kromatogram
 Berdasarkan tinggi puncak kromatogram
Deret standar baku kemudian dibuat kurva baku regresi, yang digunakan
sebagai pembanding dalam menentukan konsentrasi sampel.

y = intercept (a) + slope (b) x konsentrasi (x)


y = a + bx
y = puncak atau tinggi kromatogram

Hal yang perlu diperhatikan agar HPLC dapat digunakan untuk penentuan
kuantitatif adalah:
 Parameter percobaan antara sampel dan standar adalah sama
 Penentuan berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
V. Metode Praktikum
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
1) Instrumen HPLC
2) Labu ukur 50 mL
3) Labu ukur 10 mL
4) Pipet Tetes
5) Botol Vial
6) Mikropipet
7) Neraca Analitik
8) Spatula
9) Syringe Membrane
10) Filter 0,45 µL

2. Bahan :
1) Baku pembanding Paracetamol
2) Aqua bidest
3) Metanol pro HPLC

B. Prosedur Kerja
Sistem Kromatograf
Kolom : C-18
Detektor : UV, 272 nm
Fase Gerak : Aqua Bidest : metanol (60 : 40)
Laju Air : 1 mL/menit

a. Pembuatan Larutan Standar Parasetamol


1) Tirnbang 50 mg parasetamol, larutkan dengan fase gerak sampai larut,
masukkan ke dalarn labu takar 50 ml, tambahkan fase gerak sampai
batas (konsentrasi 1000 ppm).
2) Pipet larutan standar 1000 ppm sebanyak 5 mL, masukan ke dalam labu
takar 50 mL, encerkan dengan fasa gerak sampai tanda batas (100 ppm)
3) Larutan stock standar 100 ppm diencerkan, dibuat larutan standar
pembanding dengan konsentrasi masing-masing 5, 10, 15, 20 dan 25
ppm. Pengenceran menggunakan larutan fase gerak.

b. Pembuatan Larutan Uji


1) Sampel yang telah disiapkan oleh assisten praktikum, kemudian
diencerkan dengan fase gerak, masukkan dalam labu takar 100 ml,
tambahkan dengan fase gerak sampai tanda batas!
2) Ambil 1 mL larutan stock sampel yang telah dibuat, masukan ke dalam
labu takar 10 mL, encerkan sampai tanda batas menggunakan fase gerak
(pengenceran pertama).
3) Kemudian ambil kembali 1mL sampel dari pengenceran pertama,
masukan ke dalam labu takar 10 mL encerkan sampai tanda batas
menggunakan fase gerak (pengenceran kedua). Larutan siap untuk
diinjeksikan

c. Penentuan Kadar Paracetamol dalam sampel (kualitatif dan kuantitatif)


1) Injeksikan setiap larutan standar paracetamol ke dalam sistem HPLC,
catat waktu retensi kromatogram dan tinggi/lebar kromatogram
2) Buat kurva kalibrasi berdasarkan tinggi/lebar kromatogram setiap
larutan standar terhadp konsentrasi standar. (Diperoleh persamaan
regresi linear).
3) Injeksikan larutan sampel sebanyak 3 kali, amati kromatoram larutan
sampel, cata waktu retensi kromatogram sampel dan bandingkan dengan
waktu retensi kromatogram standar (analisis kualitatif)
4) Catat tinggi/lebar kromatogram sampel, bandingkan terhadap kurva
baku standar melalui persamaan regresi (analisis kuantitatif).

VI. Hasil Percobaan


a. Perhitungan
A. Perhitungan
1) Konsentrasi larutan standar paeacetamol.
Massa Paracetamol standar: 50 mg
Volume larutan: 50 ml
mg 50 mg
Ppm: : : 1000 ppm
L 0.05 L

2) Pembuatan pengenceran larutan standar kafein.


 5 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 5
100 V1 = 50
50
V1 = = 0,5 mL
100

 10 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 10
100 V1 = 100
100
V1 = = 1 mL
100

 15 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 15
100 V1 = 150
150
V1 = = 1,5 mL
100

 20 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 20
100 V1 = 200
200
V1 = = 2 mL
100

 25 ppm
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 100 = 10 . 25
100 V1 = 250
250
V1 = = 2,5 mL
100
b. Sampel Paracetamol

Konsentrasi (ppm ) Ketinggian Waktu retensi (menit)


Sampel 1 6723,3 6,39
Sampel 2 5789,5 7,14

c. Tabel deret larutan standar Paracetamol

No Konsentrasi Ketinggian Waktu retensi (menit)


(ppm)
1 10 21531,2 6,83
15 40053,2 6,87
2 20 52067,8 6,80
3 25 81020,3 5,30

d. Kurva Kalibrasi Paracetamol


Kurva Baku Paracetamol
90000
80000
70000 f(x) = 19048.19 x + 1047.64999999999
R² = 0.970739803520683
60000

ketingian 50000 Series1


40000 Linear (Series1)
30000
20000
10000
0
10 15 20 25
Konsentrasi

y = 19048x + 1047,7
R² = 0,9707
r = 0,9852

Berdasarkan persamaan regresi linier larutan standar, dapat dihitung konsentrasi


larutan sampel yaitu:

y = 19048x + 1047,7
sehingga,
sampel 1
y = ax + b
y = 19048x + 1047,7
6723,3 = 19048x + 1047,7
6723,3 – 1047,7 = 19048x
x = 0,2980 ppm
sampel 2
y = ax + b
y = 19048x + 1047,7
6723,3 = 19048x + 1047,7
6723,3 – 1047,7 = 19048x
x = 0,2489 ppm

Rata-rata konsentrasi

0,2980+0,2489
Rata-rata konsentrasi =
2

= 0,2735 ppm x 10 (faktor Pengenceran) = 2,735 ppm

Hitung % recovey sampel! ( Jelaskan di pembahasan beserta alasannya)


Jawab
Konsentrasi Lar .Uji hasil pengukuran
% rec = x 100 %
konsentrasi Lar .Uji Teori
2 ,735 ppm
% rec = X 100 % = 54,7 %
5 ppm
VII. Pembahasan
HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid Chromatography,
yaitu alat yang berfungsi mendorong analit melalui sebuah kolom dari fase diam
(yaitu sebuah tube dengan partikel bulat kecil dengan permukaan kimia tertentu)
dengan memompa cairan (fase bergerak) pada tekanan tinggi melalui kolom. HPLC
secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom.
Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah gravitasi, didukung
melalui tekanan tinggi sampai dengan 400 atm.
Waktu retensi adalah waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak
melalui kolom menuju detektor disebut sebagaiwaktu retensi. Waktu retensi diukur
berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan
ketinggian puncak maksimum pada grafik dari senyawa itu.
Cara kerja HPLC adalah sampel yang larut dalam fase gerak diinjeksikan ke
dalam kolom kromatografi dengan menggunakan syringe. Volume yang ditampung
adalah 0,2 ml, juk berlebih akan dikeluarkan. Fase gerak akan dialirkan dengan
menggunakan pompa. Sampel yang masuk dalam kolom akan didorong oleh fase
gerak sehingga zat-zat yang terkandung dalam sampel akan dianalisis dan bereaksi
dengan fase diam. Oleh detektor akan dibaca dan dihasilkan keluaran berupa grafik
dan data tinggi beserta luas puncak dalam bentuk angka.
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi kandungan paracetamol
dengan menggunakan metode HPLC. Percobaan penentuan kadar paracetamol
dilakukan dengan Analisa kualitatif dengan membandingkan waktu standar.
Sedangkan dengan cara Analisa kuantitatif dilakukan dengan menghitung
konsentrasi sampel berdasarkan luas area puncak kromatogram dengan metode
kurva kalibrasi dari larutan deret standar. Berdasarkan hasil yang diperoleh waktu
retensi pada konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan 25 ppm secara berturut-turut
yaitu 6,83, 6,87, 6,80, dan 5,30.
Kemudian untuk menghitung konsentrasi paracetamol dalam sampel
dilakukan terlebih dahulu dengan membuat kurva kalibrasi standar untuk
memperoleh nilai x. diperoleh nilai a yaitu y =19048x, nilai b 1047,7 dan nilai r
0,9852. Nilai r tersebut mendekati angka 1 sehingga dapat dikatakan bahwa kurva
membentuk garis linier. Hubungan konsentrasi dengan luas area yaitu sebanding
lurus, semakin tinggi konsentrasi kafein maka semakin tinggi luas areanya,
berdasarkan tabel hasil pengamatan.
Pada perhitungan konsentrasi sampel dilakukan dengan cara menggunakan
persamaan y =19048x + 1047,7 tadi berdasarkan kurva kalibrasi. Dimana nilai y
dimasukkan angka ketinggian kadar sampel paracetamol yaitu 0,2980 ppm, 0,2489
ppm dengan rata-rata 0,2735 ppm. Untuk hasil % receovery didapatkan hasil untuk
sampel 54,7 % dengan hasil tidak memenuhi nilai ketentuan karena diperkirakan
human error yaitu kesalahan didapat karena kemungkinan kesalahan dalam
pemipetan, pengukuran, penimbangan bahan, dan kurang benar dalam pengadukan
dan tidak homogen
Pada percobaan ini untuk konsentrasi 5 ppm tidak menunjukan adanya
kromatogram, hal ini terjadi karena pada saat melakukan pengamatan kurang teliti
dalam penimbangan bahan atau adanya zat pengotor lain yang masuk kedalam
larutan.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. HPLC berprinsip pada pemisahan senyawa berdasarkan distribusi analit pada
fase diam dan fase gerak dengan menggunakan tekanan. Fase geraknya, yaitu
cairan atau pelarut organik dan fase diamnya, yaitu cairan atau padatan.
2. Penetapan kadar paracetamol dalam sampel dapat dilakukan dengan
membedakan kromatogram kafein standar dengan kromatogram paracetamol
sampel dicari ketinggian yang sama atau menghitung konsentasi kadar sampel
paracetamol yaitu 0,2980 ppm, 0,2489 ppm dengan rata-rata 0,2735 ppm
3. Hubungan konsentrasi dengan luas area yaitu berbanding lurus. Semakin tinggi
konsentrasi paracetamol maka semakin tinggi luas areanya.

IX. Daftar Pustaka


Hendrayanti, Hilma. 2017 . Modul Praktikum Analisis Fisikokimia . Bandung :
Universitas Al-Ghifari Bandung.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta : Universitas
Indonesia.
Putra, Y Arif. 2017. Pemisahan Bahan Tambahan Pangan menggunakan Metanol-
Buffer Fosfat dan Metanol Buffer Asetat. Pekanbaru: Universitas Islam Riau.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
X. Lampiran

Gambar

HASIL KROMATOGRAM
5 ppm
(foto)
10 ppm
(foto)
15 ppm
(foto)
20 ppm
(foto)
25 ppm
(foto)

Anda mungkin juga menyukai