KIMIA DASAR
Tim Penyusun :
1. Chairunisa Ayu Saputri, S.Si., M.Pd
2. Erna Agung Rakhmawati., S.Pi., M.Si
PROGRAM STUDI D3
FARMASI
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN SUNAN GIRI
PONOROGO
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat, karunia, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga buku
panduan praktikum kimia dapat tersusun dengan baik. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Buku panduan ini
merupakan arahan untuk penyelenggaraan praktikum mata kuliah Kimia pada
Program Studi D3 farmasi. Penyusunan buku panduan praktikum ini merupakan
sebuah proses pengawalan implementasi kurikulum baru yang akan berlaku mulai
tahun akademik 2017/2018. Kurikulum baru yang telah dikembangkan yaitu
kurikulum berbasis kompetensi mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI). Praktikum mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
rangka capaian pembelajaran pada program studi D3 farmasi
Panduan praktikum mata kuliah Kimia ini berisi tentang materi, bahan dan
alat – alat yang dibutuhkan dalam praktikum serta cara kerja untuk menjalankan
praktikum. Penyusunan buku panduan praktikum ini bertujuan untuk
mempermudah mahasiswa dan digunakan untuk acuan dalam pelaksanaan
praktikum. Penyusunan buku panduan praktikum ini belum sempurna, masih
sangat banyak kekurangannya. Untuk itu, kami mohon masukan dari para
pembaca supaya panduan praktikum ini selanjutnya tersusun dengan lebih baik.
Semoga buku panduan praktikum ini dapat membantu memperlancar kegiatan
praktikum mahasiswa.
1. Tujuan praktikum
2. Dasar Teori
1. Alat ukur yaitu alat yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui volume,
keasaman larutan, panas dan lain sebagainy macam-macam alat ukur
diantaranya labu ukur, erlenmeyer, pipet ukur, gelas ukur, pH universal dan
timbangan analitik.
2. Alat pemanas yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan bahan atau larutan
sebelum diteliti. Contoh alat pemanas adalah lampu busen dan hot plate.
3. Alat gelas yaitu peralatan laboratorium yang terbuat dari kaca yang digunakan
dalam percobaan ilmiah beberapa alat gelas yang biasa digunakan adalah gelas
arloji, corong, pipet volume, tabung reaksi, dan buret.
4. Alat bantu lainnya yaitu alat yang digunakan untuk menunjang alat lainnya
seperti spatula, statif, kaki tiga, dan bola karet(Andi, 2007).
5. Hasil pengamatan
No Nama alat gambar Fungsi
PRAKTIKUM II
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN DENGAN BERBAGAI MACAM
KONSENTRASI
1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui teknik dasar pembuatan larutan
b. Mengetahui pembuatan dan perhitungan larutan dengan konsentrasi tertentu dalam
bentuk molaritas
c. Mengetahui teknik dan perhitungan pengenceran larutan
2. DASAR TEORI
Pembuatan larutan dan pengenceran adalah salah satu kegiatan dasar yang dilakukan
dilaboratorium. Kegiatan ini termasuk kegiatan yang hampir selalu dilakukan di dalam
laboratorium. Untuk menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di
lakukan berbagai cara tergantung pada tujuan penggunaannya. Satuan yang digunakan
untuk menentukan kepekaan larutan adalah molaritas, normalitas, persen berat, persen
volume, atau sebagainya. Untuk memperkecil konsentrasi suatu larutan maka dilakukan
pengenceran, dengan cara menambahkan pelarut.
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati
adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase
larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat
misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut,
larutan gula dalam air, dan lain-lain (Faizal, 2011).
Konsentrasi larutan dalam kimia menurut Gunadarma (2011), dinyatakan sebagai
berikut
1) Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Gr 1000
Molaritas Zat = x
Mr v
2) Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter larutan.
Gr ekivalen
N=
liter larutan
3) Molalitas (m)
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam setiap kilogram larutan.
gr 1000
m= x
Mr p
4) Persen massa (%b/b)
Adalah berat bahan yang terkandung dalam 100 gram larutan.
gr
%(massa) = x 100 %
100 gr
5) Persen volume (%v/v)
Adalah volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
ml
%(volume) = x 100 %
100 ml
6) Persen berat per volume %(b/v))
Adalah berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan.
gr
%(b/v) = x 100 %
100 ml
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan
senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak
boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan
sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan
asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit
(Brady, 2000). Persamaan pengenceran yang digunakan adalah:
V1. M1 = V2. M2
4. Langkah Kerja
a. Membuat larutan NaCl 0,1 M sebanyak 100 mL
Ditimbang NaCl dan sukrosa menggunakan neraca analitik sesuai perhitungan
(konsultasikan hasil perhitungan kepada asisten laboratorium/dosen)
Dimasukkan aquades sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia 100 ml.
Dimasukkan NaCl kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi aquades.
Diaduk menggunakan batang pengaduk.
Dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml menggunakan corong kaca.
Dibilas gelas kimia 100 ml menggunakan aquades dan bilasannya di masukkan
kedalam labu ukur 100 ml.
Tepatkan hingga tanda batas labu ukur dengan hati-hati. Perhatikan meniskus
larutan
Ditutup labu ukur 100 ml dan di bolak-balik sambil dipegang tutupnya hingga
tercampur rata.
b. Membuat larutan NaCl 0,1m sebanyak 100 mL
Ditimbang NaCl dan sukrosa menggunakan neraca analitik sesuai perhitungan
(konsultasikan hasil perhitungan kepada asisten laboratorium/dosen)
Dimasukkan aquades sebanyak 50 ml kedalam gelas kimia 100 ml.
Dimasukkan NaCl kedalam gelas kimia 100 ml yang berisi aquades.
Diaduk menggunakan batang pengaduk.
Dipindahkan kedalam labu ukur 100 ml menggunakan corong kaca.
Dibilas gelas kimia 100 ml menggunakan aquades dan bilasannya di masukkan
kedalam labu ukur 100 ml.
Tepatkan hingga tanda batas labu ukur dengan hati-hati. Perhatikan meniskus
larutan
Ditutup labu ukur 100 ml dan di bolak-balik sambil dipegang tutupnya hingga
tercampur rata.
2 NaCl 0.1m
3 Sukrosa 10%
4 Sukrosa 0,1 N
5 Pengenceran CH3COOH
PRAKTIKUM III
ANALISA KATION
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu
unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah
satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-
ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa
pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini
dilakukan untuk mengetahui jenis anion atau kation suatu larutan. Regensia golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen
sulfida, ammonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas
apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik
kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion
termasuk dalam lebih dari satu golongan (Keenan, 1999).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau
contoh. Pada pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan
mengidentifikasi sejumlah unsur Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan
banyak suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Prosedur yang biasa digunakan
untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sampel
(contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan
yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada. Kesulitan yang lebih besar
dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk
ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan,
selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji
spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan
menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang kan memberikan larutan atau endapan
berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu (Underwood,
1992).
Kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan :
1. Kation-kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila
ditambahkan dengan asam klorida (HCl). Yaitu Ag⁺, Pb²⁺, dan Hg²⁺ yang akan
mengendap sebagai campuran AgCl, Hg2Cl2, dan PbCl2. Pengendapan ion-ion
golongan I harus pada temperatur kamar atau lebih rendah karena PbCl2 terlalu
mudah larut dalam air panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu
banyak ditambahkan. Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan PbCl2 melarut, karena
Ag⁺ dan Pb²⁺ membentuk kompleksi dapat larut (Keenan,1984:20).
2. Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah Merkurium (II), Tembaga, Bismut, Kadnium, Arsenik (II), Arsenik (V),
Stibium (III), Stibium (V), Timah (II), Timah (III), dan Timah (IV). Keempat ion
yang pertama merupakan sub golongan 2A dan keenam yang terakhir sub golongan
2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan 2A tak dapat larut dalam amonium
polisulfida. Sulfida da (II).
3. Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak. Kation-kation
golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III), Aluminium, Zink, dan
Mangan (II).
4. Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-
kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium
klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah
Kalsium, Strontium, dan Barium.
5. Kation-kation golongan V merupakan kation-kation yang umum tidak bereaksi
dengan reagensia golongan sebelumnya. Yang termasuk anggota golongan ini adalah
ion-ion Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium, dan Hidrogen
(Vogel,1985:203-204).
3. Alat dan Bahan
Asam klorida encer, logam-logam kation, tabung reaksi, ammonia, asam sulfida,
ammonium karbonat, natrium hidroksida, kalium iodide, kalium kromat, asam
sulfat
4. Langkah Kerja
1) Kation Golongan I
a. Pemeriksaan Pendahuluan
c. Reaksi penetapan
2) Kation Golongan II ( As3+, As5+, Sn2+, Sn4+, Cu2+, Pb2+, Hg2+, Cd2+)
a. Pemeriksaan Pendahuluan
c. Reaksi penetapan
3) Kation Golongan III (Fe2+, Fe3+, Al3+, Zn2+, Ni2+, Co2+, Mn2+)
a. Pemeriksaan Pendahuluan
c. Reaksi penetapan
a. Pemeriksaan Pendahuluan
c. Reaksi Penetapan
c. Reaksi Penetapan
5. HASIL PENGAMATAN
Catat pengamatan dalam bentuk tabel, reaksi yang terjadi serta hasil
pengamatan
PRAKTIKUM IV
ANALISA ANION
1. Tujuan Praktikum
2. Dasar Teori
Salah satu cara penggolongan anion adalah pemisahan anion berdasarkan kelarutan
garam-garam perak, garam-garam kalsium, barium dan seng. Selain itu ada cara
penggolongan anion menurut Bunsen, Gilreath dan Vogel. Bunsen menggolongkan
anion dari sifat kelarutan garam perak dan garam bariumnya, warna, kalarutan garam
alkali dan kemudahan menguapnya. Gilreath menggolongkan anion berdasarkan pada
kelarutan garam-garam Ca, Ba, Cd dan garam
peraknya. Sedangkan Vogel menggolongkan anion berdasarkan pada proses yang
digunakan dalam identifikasi anion yang menguap bila diolah dengan asam dan
identifikasi anion berdasarkan reaksinya dalam larutan. Identifikasi anion yang
menguap bila diolah dengan asam dibagi dua lagi yaitu anion membentuk gas bila
diolah dengan HCl encer atau H2SO4 encer, dan anion yang membentuk gas atau uap
bila diolah dengan H2SO4 pekat.
Ada pula identifikasi anion berdasarkan reaksi dalam larutan, yaitu anion yang
diidentifikasi dengan reaksi pengendapan dan dengan reaksi redoks. Reaksi
pengendapan umumnya terjadi saat proses pemisahan yang kemudian dilanjutkan
dengan uji identifikasi, namun tidak ada jenis anion tertentu yang termasuk dalam
kelompok reaksi pengendapan karena hal tersebut sesuai dengan uji lanjutannya.
Pembentukan endapan karena adanya senyawa baru setelah bereaksi. Banyak sekali
reaksi yang di gunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan
endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan dari suatu fase padat keluar dari larutan
endapan, mungkin berupa Kristal (kristalin) atau koloid dan dapat dikeluarkan dari
larutan dengan penyaringan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh
dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah
sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada
berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu
dan pada komposisi pelarutnya.
4. Langkah Kerja
Analisa penggolongan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Natrium nitrit + asam klorida encer uap coklat
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Kalium permanganate + asam sulfat encer +hydrogen sulfida warna ungu hilang +
endapan belerang
Reaksi penetapan
Analisa penggolongan
Reaksi penetapan
5. Hasil pengamatan
Catat pengamatan dalam bentuk tabel, reaksi yang terjadi serta hasil pengamatan