Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM TEKNIK

LABORATORIUM

PEMBUATAN LARUTAN STOK

Oleh:

Anjas Happy Prayoga (171510501024)


Evi Cristian Purba (171510501071)
A’idah Mar’atus Sholikhah (171510501169)

GOLONGAN/KELOMPOK
B/2a

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Larutan merupakan suatu campuran yang sifatnya homogen yang terdiri
dari dua atau lebih zat. Campuran dalam larutan dapat dibedakan menjadi dua
komponen yaitu zat terlarut dan zat pelarut yang didalamnya terjadi interaksi
untuk dapat menjadi homogen (Kowalik et al., 2019). Zat terlarut disebut solut
memiliki jumlah zat lebih sedikit dalam suatu larutan dan zat pelarut disebut
solvent yang jumlahnya lebih banyak dalam suatu larutan. Kegiatan penelitian di
laboratorium untuk menunjang beberapa penelitian yang dilakukan diperlukan
pembuatan larutan stok. Larutan stok merupakan larutan yang memiliki tingkat
konsentrasi lebih pekat/tinggi dari kosentrasi yang seharusnya dalam suatu media.
Tujuan dalam pembuatan larutan stok untuk memudahkan dalam kegiatan
penelitian tanpa harus melakukan penimbangan berulang kali sebelum membuat
media (Harahap dkk., 2019). Larutan stok pada kegiatan penelitian di
laboratorium digunakan untuk pembuatan media kultur jaringan dan
menumbuhkan bakteri.
Konsep larutan memiliki perbedaan konsentrasi zat didalamnya yaitu
konsentrasi tinggi dan konsetrasi rendah. Konsentrasi merupakan kandungan
banyaknya zat yang ada dalam suatu larutan dan dibagi dengan volume total dari
larutan tersebut. Konsentrasi pada larutan merupakan kandungan zat atau senyawa
yang dilarutan pada pelarut yaitu air dengan menunjukkan nilai kepekatannya,
semakin tinggi zat atau senyawa yang dilarutan nilai kepekatan juga semakin
tinggi (Putra, 2010). Pembuatan larutan stok ditentukan dengan berapa konsentrasi
yang akan dibuat dengan memperhitungan persen konsentrasi, ppm, ppb,
molaritas, molalitas, normalitas, serta perhitungan pengenceran larutan.
Persen konsentrasi terbagi menjadi dua yaitu persen berat dan persen
volume. Persen berat menunjukkan dalam 1% menyatakan dalam konsentarsi 1
gram zat terlarut yang ada dalam volume 100 ml larutan. Persen volume
menunjukkan dalam 1% menyatakan dalam konsentrasi 1 ml zat terlarut yang ada

dalam volume 100 ml larutan. Perhitungan dari persen berat yaitu

. Perhitungan dari persen volume yaitu


. ppm atau parts per million dan ppb atau parts per

billion merupakan perbandingan konsentrasi dalam suatu larutan antara zat


terlarut dan zat pelarutnya. Ppm pada massa zat terlarut dibagi dengan satu juta
gram larutan sedangkan ppb pada massa zat terlarut dibagi dengan satu miliar zat
terlarut.
Perhitungan dalam pembuatan larutan juga menghitung berapa molaritas,
molalitas, dan normalitas. Molaritas merupakan konsentrasi dari jumlah mol zat
terlarut yang ada dalam satu liter larutan, yang memiliki satuan molar (Roniyus,
2005). Perhitungan molaritas yaitu dengan membagi mol zat terlarut (n) dengan

volume larutan (v) dengan rumus matematika . Molalitas merupakan

konsentrasi dari banyaknya mol zat pelarut yang terdapat dalam 1000 gram atau 1
kg zat pelarut atau larutan yang memiliki satuan m atau molal, molalitas pada
larutan didasarkan pada berapa kilogram zat pelarutnya (Sunberg, 1986).
Normalitas merupakan jumlah mol zat yang ekivalen dengan zat terlarut per
volume larutan.
Pembuatan larutan stok melalui beberapa tahapan dari perhitungan dan
penimbangan massa zat yang akan dilarutkan, kemudian dilakukan pelarutan
menggunakan zat pelarut. Larutaran stok memiliki konsentrasi yang tinggi dan
tujuannya untuk disimpan untuk memudahkan pembuatan larutan pada suatu
penelitian yang akan dilakukan nantinya. Larutan stok yang akan digunakan
dalam suatu kegiatan penelitian diperlukan tahapan pengenceran sesuai
konsentrasi yang diinginkan. Pengenceran larutan stok bertujuan untuk
mendapatkan konsentrasi yang lebih kecil sesuai kebutuhan. Menurut Pratama
dkk., (2015) pembuatan larutan kerja untuk suatu penelitian dengan melakukan
pengenceran standar pada larutan stok yang sudah dibuat, pengenceran standar
larutan yaitu dengan membandingkan konsentrasi larutan 1 dan volume larutan 1
dengan konsentrasi larutan 2 dan volume larutan 2. Secara rumus pengenceran
larutan yaitu M1.V1=M2.V2. Pengenceran dari larutan stok dalam pembuatan
larutan tersebut membutuhkan perbandingan dari zat terlarut dan zat pelarut
contohnya dengan menggunakan perbandingan 1:5 maka dalam pemipetan
dibutuhkan 100 μL. reagen stok A serta 400 μL pengencer B (Fishel, 2010).

1.2 Tujuan
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara perhitungan kepekatan
(konsentrasi) dari larutan kimia yang akan dibuat.
METODOLOGI

2.1 Alat
1. Modul praktikum
2. Alat tulis
3. Magnetic stearer
4. Gelas piala
5. Erlenmeyer
6. Aluminium foil
7. Sudip
8. Gelas ukur
9. Timbangan analitik
10. Label

2.2 Bahan
1. Garam (NaCl)
2. Gula (Sukrosa)

2.3 Metode
A. Pembuatan Larutan 1 M Sukrosa (Larutan A) dan 0.3 M Nacl (Larutan B)
sebanyak 250 ml
i. Timbang NaCl sebanyak 2,63 gram dan sukrosa sebanyak 58,19 gram
ii. Masukkan bahan yang telah ditimbang tersebut ke dalam gelas piala
bersih berukuran 250 ml, ditambahkan aquades atau air bebas ion 200
ml, selanjutnya dilakukan pengadukan hingga larut merata.
iii. Memindahkan larutan tersebut ke dalam gelas media yang telah dibilas
dengan aquades, sebelumnya dilakukan penambahan air hingga
volumenya tepat 250 ml sebelum dipindahkan ke gelas media
iv. Tutup gelas media dengan tutup yang sesuia. Lalu beri label
v. Membersihkan alat-alat yang telah digunakan menggunakan air
B. Pembuatan larutan 100 ppm Sukrosa dan 50 ppm M NaCl sebanyak 1 ml
dengan menggunakan larutan stock
1. Ambil larutan A sebanyak 2,63 ml dan larutan B sebanyak 58,19 ml
2. Masukkan larutan A ke dalam microtube pertama dan tambahkan air
sebanyak 150 ml. masukkan larutan B ke dalam microtube lainnya dan
tambahkan air sebanyak 200 ml
3. Berikan label pada tutup microtube

C. Pembuatan Larutan 2% Sukrosa dan 2% NaCl sebanyak 1 ml


1. Ambil larutan A sebanyak 399 ml dan larutan B sebanyak 68 ml
2. Masukkan larutan A ke dalam microtube pertama dan tambahkan air
sebanyak 631 ml . masukkan larutan B ke dalam microtube lainnya dan
tambahkan air sebanyak 932 ml
3. Berikan label pada tutup microtube

HASIL PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Terlampir
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh data massa sukrosa
yang harus ditimbang untuk membuat larutan 0,85 M sukrosa sebanyak 200 ml
ialah sebanyak 58,191 gr, dengan persentase konsentrasi nya adalah 29,09%, dan
ppm nya sebesar 290.550 ppm. Volume larutan stok yang dibutuhkan untuk
pengenceran di dalam 1 ml larutan dengan menggunakan persen konsentrasi ialah
sebesar 0,068 ml atau setara dengan 68 l, dengan volume pelarut sebesar 932 l.
Volume larutan stok yang dibutuhkan untuk pengenceran di dalam 1 ml larutan
dengan menggunakan ppm ialah sebesar 0,00034 ml atau setara dengan 0,34 l
dengan volume pelarut sebesar 999,66 l.

3.2 Pembahasan
Larutan stok adalah larutan yang berisi satu atau lebih komponen media
yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi komponen tersebut dalam
formulasi media yang akan dibuat (Sandra, 2005). Pembuatan media biasanya
akan memakan waktu yang banyak dan kurang efisien apabila dilakukan dengan
menimbang masing-masing komponen bahan yang akan dijadikan media,
disamping itu tingkat akurasinya juga kurang, sehingga permasalahan tersebut
dapat diatasi dengan menyediakan larutan stok (Hendaryono dan Wijayani, 2000).
Berdasarkan praktikum pembuatan larutan stok yang telah dilakukan dapat
dikatakan bahwa massa zat yang akan dilarutkan adalah hal penting yang harus
diketahui sebelum melakukan pelarutan. Massa dapat diketahui apabila molnya
(jumlah zat) juga sudah diketahui. Pembuatan larutan sukrosa 0,85 M dengan Mr
342,3 gr/mol dapat dilakukan dengan menghitung mol terlebih dahulu yaitu
dengan persamaan mol = volume x molaritas, kemudian setelah nilai mol
didapatkan, maka mol dan Mr sukrosa kembali di substitusi ke persamaan massa
= mol x Mr, sehingga diperoleh massa dari sukrosa sebesar 58,191 gr.
Proses pembuatan larutan stok sukrosa dapat dilanjutkan setelah
mengetahui massa sukrosa yang akan dilarutkan. Sukrosa sebanyak 58,191 gr
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass lalu kemudian ditambahkan
aquades sebanyak 190 ml, dan kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic
stirrer. Setelah larut merata, larutan dipindahkan kedalam gelas media dan
menambahkan aquades hingga volumenya tepat 200 ml dan kemudian
menutupnya. Larutan harus dipastikan terlarut secara merata agar pada saat
disimpan tidak terjadi endapan. Larutan yang telah mengalami pengendapan
biasanya harus dipanaskan terlebih dahulu untuk kemudian dapat digunakan
kembali (Hendaryono dan Wijayani, 2000).
Larutan stok memiliki kepekatan yang tinggi, sehingga tidak
memungkinkan apabila digunakan secara langsung sebagai media tanam secara
in-vitro. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pengenceran untuk mengurangi
tingkat kepekatan konsentrasinya (Astuti, 2014). Praktikum kali ini melakukan
kegiatan pengenceran yaitu dengan mengencerkan larutan stok menjadi larutan
2% sukrosa sebanyak 1 ml. Tahap awal yang dilakukan adalah dengan
menghitung persen konsentrasi sukrosa yaitu sebesar 29,09 %, lalu kemudian
disubstitusikan ke persamaan VI.M1=V2.M2, sehingga diperoleh hasil V2 yaitu
volume larutan stok yang harus diambil adalah sebesar 0,068 ml atau setara
dengan 68 l. Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan volume pelarut yang
akan ditambahkan ialah sebesar 932 l, yang diperoleh dari pengurangan antara
banyaknya larutan yang akan dibuat dengan volume larutan stok yang akan
diambil.
Praktikum kali ini juga melakukan pembuatan larutan 100 ppm sukrosa
sebanyak 1 ml. Langkah awal yang dilakukan ialah menghitung ppm sukrosa
yaitu sebesar 290.955 ppm. Setelah itu disubstitusikan ke persamaan
V1.M1=V2.M2 sehingga diperoleh volume larutan stok yang harus diambil
adalah sebanyak 0,00034 ml atau setara dengan 0,34 l. Dengan demikian
diperoleh volume pelarut yang harus ditambahkan yaitu sebanyak 999,66 l.
Kegiatan pengenceran menyebabkan terjadinya perubahan konsentrasi menjadi
lebih rendah dari konsentrasi awal.
KESIMPULAN

1. Massa adalah hal penting yang harus diketahui dalam pembuatan larutan stok,
dan untuk mengetahui nilai massa harus terlebih dahulu mengetahui nilai mol.
2. Massa sukrosa yang diperlukan untuk membuat larutan 0,85 M sukrosa dalam
200 ml larutan adalah sebesar 58,191 gr.
3. Volume larutan stok yang diambil atau dipipet untuk membuat larutan 2%
sukrosa dalam 1 ml larutan adalah sebanyak 68 l, dan menambahkan pelarut
sebanyak 932 l.
4. Volume larutan stok yang diambil atau dipipet untuk membuat larutan 100
ppm dalam 1 ml larutan adalah sebanyak 0,34 l, dan menambahkan pelarut
sebanyak 999,66 l.
5. Pengenceran menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi larutan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Puji. 2014. Induksi Tunas dan Perakaran Bambu Kuning Bambusa
vulgaris Secara in vitro. Ilmiah Biologi, 2(2):109-114
Fishel, L. A. 2010. Dilution Confusion: Conventions for Defining a Dilution.
Chemical Education, 87(11): 1183-1185.

Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 2000. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:


Kanisius
Harahap, F., A. Hasanah, H. Insani, N. K. Harahap, M. D. Pinem, S. Edi, H.
Sipahutar, dan R. Silaban. 2019. Kultur Jaringan Nanas. Surabaya: Media
Sahabat Cendekia.

Kowalik, B., J. O. Daldrop, J. Kappler, J.C. F. Schulz, A. Schlaich, and R. R.


Netz. 2019. Memory-Kernel Extraction for Different Molecular Solutes in
Solvents of Varying Viscosity in Confinement. Physical Review, 100(1): 1-
15.

Pratama, D. S., P. Pirdaus, Rinawati, S. L. Sagala dan I. R. Suhelmi. 2015.


Validasi Metode Analisis Logam Na, K, Mg dan Ca pada Air Tua (Bittern)
Menggunakan Microwave Plasma-Atomic Emission Spectrometer (MP-
AES). Standarisasi, 17(3): 187-198.

Putra, A. M. 2010. Analisis Produktivitas Gas Hidrogen dan Gas Oksigen pada
Elektrolisis Larutan KOH. Neutrino, 2(2): 141-154.

Roniyus, M. S. 2005. Analisis dan Pemodelan Ketergantungan Indeks Bias


Larutan Terhadap Konsentrasi Zat Terlarut. Sains Teknologi, 11(2): 84-88.

Sunberg, R. J. 1986. A Simple Procedure to Convert Parts Per Million (PPM) to


Molarity (MJ). Chemical Education, 63(8): 714.

Sandra, Edhi. 2005. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumahan. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Hendaryono, D.P.S. dan A. Wijayani. 2000. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta:
Kanisius
Sandra, Edhi. 2005. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumahan. Jakarta: Agromedia
Pustaka
Harahap, F., A. Hasanah, H. Insani, N. K. Harahap, M. D. Pinem, S. Edi, H.
Sipahutar, dan R. Silaban. 2019. Kultur Jaringan Nanas. Surabaya: Media
Sahabat Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai