Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KIMIA AN-ORGANIK

Carolina Sisca
H0910024
Kelas ITP – B

Program S1 - Ilmu dan Teknologi Pangan


Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2010/2011

1
ACARA I
PEMBUATAN LARUTAN DAN STANDARISASINYA

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu
sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing
komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan. Sedangkan
suatu sistem yang heterogen disebut campuran. Biasanya istilah larutan
dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut, misalnya padatan
atau gas. Dengan kata lain larutan tidak hanya terbatas pada cairan saja.
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan
kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Terkadang ketika kita membuat
larutan, kita tidak dapat membuat larutan dengan konsentrasi sesuai
keinginan kita. Untuk itu perlu adanya standarisasi dengan larutan standar.
Caranya adalah jika ingin menentukan konsentrasi larutan asam, maka
memerlukan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya. Begitu
juga sebaliknya.
Air merupakan komponen utama dalam bumi yang memiliki
keunikannya sendiri. Setiap insan di bumi pasti membutuhkan air. Tanpa
air, makhluk hidup tidak dapat menunjang kegiatan hidupnya. Salah satu
manfaatnya adalah sebagai pelarut. Namun, air sangat rentan untuk
tercemar. Mengapa? Karena air sangat mudah melarutkan berbagai zat,
seperti zat-zat pencemar. Dengan adanya zat pencemar yang terlarut dalam
air, maka air tersebut tidak dapat dikonsumsi karena derajat keasaman
(pH) air akan berubah. Padahal pH air yang layak untuk dikonsumsi
sekitar 6,5 – 9,2. Sehingga tak heran, jika di daerah perkotaan dan industri,
kebutuhan air bersih dan sehat sangat sukar diperoleh. Sebab di daerah
seperti itu, air sudah tercemar oleh limbah, sampah, dan kotoran rumah
tangga.

2
Masalah di atas menjadi salah satu alasanbetapa pentingnya kita
mempelajari kimia. Di dalam kimia, kita dapat mempelajari larutan dan
standarisasinya. Melalui bab tersebut, kita bisa membuka pengetahuan
tentang bagaimana bisa suatu larutan yang tercampur zat lain dapat
berubah pHnya. Selain itu, dalam bidang pertanian, larutan dan
standarisasinya dapat berguna. Untuk mengetahui apakah air dalam sungai,
danau, sudah tercemar atau belum, dapat digunakan standarisasi dengan
larutan standar. Sehingga, diharapkan, kita dapat memakai pengetahuan
ini untuk mengembangkan kehidupan yang lebih baik.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara I, Pembuatan Larutan dan
Standarisasinya adalah sebagai berikut :
a. Membuat larutan 0,1 N HCl dan larutan NaOH 0,1 N
b. Standarisasi HCL dan NaOH
c. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl

B. Tinjauan Pustaka
Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan dalam larutan
adalah pelarut. Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinakan zat terlarut
(solute). Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan lerutan
dala air atau aqueous. Larutan yang ,engandung zat terlarut dalam jumlah
banyak dinamakan larutan pekat. Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan
dinamakan larutan encer(Day,1996).
Dalam pembahasan mengenai prinsip Le Chatelier diketahui bahwa
penambahan kalor kedalam sistem pada kesetimbangan (dengan
meningkatkan suhu) merangsang proses penyerapan kalor atau proses
endoterm. Jika zat terlarut mempunyai entalpi (kalor) pelarut endoterm,
kelarutannya meningkat menurrut suhu. Sebaiknya, apabila zat terlarut
mempunyai entalpi (kalor) pelaurt endoterm, ia akan menujukkan penurunan
kelarutan jika suhunya meningkat (atau, proses pengendapannya adalah
endoterm)(Ralph,1992).

3
Bila laju reaksi maju dan reaksi balik sama besar dan konsentrasi
reaktan dan produk tidak lagi berubah seiring berjalannya waktu, maka
tercapailah kesetimbangan kimia (chemical equilibrium). Kesetimbangan
kimia merupakan proses dinamik. Ini dapat diibaratkan dengan gerakkan para
pemain ski di suatu resor yang ramai, di mana jumlah pemain ski yang dibawa
ke atas gunung dengan menggunakan lift kursi sama dengan jumlah pemain
ski yang turun berseluncur(Raymon,2005).
Ada dua cara untuk memyatakan konsentrasi larutan yaitu jumlah berat
zat yang terkandung dalam sejumlah berat tertentu zat pelarutnya. Jumlah
berat zat yang terkandung dalam volum tertentu larutannya(Saroyo,1983).
Cara yang tepat untuk menentukan sifat asam dan sifat basa adalah
dengan menggunakan zat penunjuk yang disebut indikator. Indicator asam
basa adalah zat yang dapat berbeda warna jika berada dalam lingkungan asam
atau llingkunga basa(Anonim1,2010).
Buret merupakan alat yang digunakan untuk menunjang adanya titrasi
asam basa.Tabung kaca bertanda ukuran dengan sebuah cerat pada ujungnya
untuk mengeluarkan cairan dengan volume tertentu ( misalnya dalam titrasi ).
Alat ini terdiri dari Statif, klem, Klep(Anonim2,2010).
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut,
yang dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan
komponen yang utama yang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan
komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui
pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung
dalam keadaan tercampur(Dina,2010).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat
terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau
dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh
beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per
million, ppm)(Anonim3,2010).

4
Kondisi pH larutan pada suatu ekstraksi pelarut merupakan salah satu
faktor yang penting. Hal ini disebabkan karena karakteristik spesies ligan
sangat dipengaruhi oleh kondisi pH larutan(Hastuti,2001).
Untuk penambahan larutan secara berdikit – dikit digunakan buret,
yaitu suatu tabung gelas yang diberi tanda tera untuk volume dan cerat untuk
mengatur cairan yang dikeluarkan agar dapat mengalir cepat atau menetes
lambat sesuai dengan kebutuhan. Dengan mencatat letak meniskus larutan
dalam buret sebelum dititrasi dan setelah pelaksanaannya dapat diketahui
volume yang terpakai. Agar teliti, maka diameter tabung harus benar – benar
merata sepanjang buret. Di samping itu, bagian dalam buret harus bersih dari
kotoran bersifat lemak atau minyak sehingga cairan dapat membasahi dinding
dalam secara merata. Bila tidak, maka ada cairan yang tertinggal sebagai tetes
yang menempel setelah meniskus turun. Volume tetes – tetes tersebut tak
mungkin diketahui sehingga volume yang terpakai sebenarnya juga tak
mungkin diketahui dengan pasti (Haziran,2010).
Larutan standar glukosa dan fruktosa dibuat dengan konsentrasi.
Adapun konsentrasi masing-masing 5 % b/v. Cara pembuatannya yang
pertama kali adalah menimbang 1 kg masing-masing senyawa. Lalu
dimasukkan ke dalam labu ukur 20 ml. kemudian ditambah aquades sampai
tanda batas (Ratnayani,2008).

C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Praktikum acara I ini diadakan pada hari Kamis, 30 September 2010,
pukul 7.00 – 9.00 WIB. Tempat praktikum dilaksanakan di Laboratorium
Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

5
2. Alat
a. Gelas ukur
b. Labu takar
c. Erlenmeyer
d. Pengaduk
e. Pipet
f. Biuret
g. Statif
h. Corong
i. Gelas piala
3. Bahan
a. HCl pekat
b. Na2B4O7 . 10H2O sebanyak 0,4 gram
c. Na2CO3 sebanyak 0,7 gram
d. Indikator MO ( Methyl Orange )
e. Aquades
4. Cara Kerja
a. Membuat larutan HCl 0,1 N

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Mengambil x ml HCl pekat, dan memasukkannya ke dalam labu


takar 100 ml

Mengisi dengan akuades sampai tanda garis (+ 100ml)

Mengaduk hingga larutan menjadi homogen dan memindahkan


keErlenmeyer

6
b. Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B4O7 . 10H2O)

Menimbang 0,4 gram Borax murni menggunakan neraca digital


dengan ketelitian 2 digit di belakang koma.

Memasukkan0,4 gram Borax murnike dalam Erlenmeyer dan


melarutkannya dengan 50 ml aquades

Menambahkan 2-3 tetes indikator MO ( Methyl Orange ). Sehingga


larutan berwarna kuning.

Menyiapkan larutan HCl ( larutan standar ) yang telah


dibuatsebelumnya

Menuangkan larutan HCl tersebut ke dalam buret

Mengatur klep pada buret dengan cara membuka perlahan-lahan


klep. Sehingga jatuhnya tetesan HCl tidak mengalir deras, tetapi
setetes demi setetes.

Setelah larutan HCl yang keluar sudah stabil, segera memegang


Erlenmeyer ( berisi larutan borax ) dan meletakkan di bawah
tetesan HCl

Lalu segera mengamati dan mencatat hasil pengukuran volume


larutan HCl dalam buret

Sementara itu, Erlenmeyer yang berisi larutan borax, digoyang-


goyang terus sampai terjadi perubahan warna menjadi orange

Jika telah terjadi perubahan warna, tutup klep, sehingga larutan HCl
tidak mengalir keluar

Mencatat Hasil volume larutan HCl

7
c. Pembuatan larutan NaOH 0,1 N

Menimbang 2 gram NaOH menggunakan neraca digital dengan


ketelitian 2 digit di belakang koma

Memasukkan 2 gram NaOH ke dalam gelas ukur, dan


menambahkan 10 ml aquades

Mengaduk sampai NaOH larut

Mengambil 5,4 ml larutan NaOH, dan memasukkan ke dalam gelas


ukur yang lain

Menambahkan aquades sampai 1 liter

8
d. Standarisasi larutan NaOH

Menimbang 0,1 gram asam oksalat ( C2H2O4 . 2 H2O )

Memasukkan 0,1 gram asam oksalat ke dalam Erlenmeyer ukuran


250 ml

Menambahkan 25 ml aquades ke dalam Erlenmeyer, lalu diaduk


sampai larut

Menambahkan 2-3 tetes indikator Phenolphtalein

Menyiapkan larutan NaOH yang telah dibuat

Menuangkan larutan NaOH tersebut ke dalam buret

Mengatur klep pada buret dengan membuka perlahan-lahan klep.


Sehingga jatuhnya tetesan NaOH tetes demi tetes

Memegang Erlenmeyer ( berisi larutan asam oksalat ) dan


meletakkan di bawah tetesan NaOH

Mengamati dan mencatat hasil pengukuran volume larutan NaOH


dalam buret

Menggoyang-goyang erlenmeyer sampai berubah warna menjadi


bening pink

Jika telah terjadi perubahan warna, tutup klep, sehingga larutan


NaOH tidak mengalir keluar

9
e. Penentuan kadar Na2CO3 dengan HCl

Menimbang 0,75 gram Na2CO3menggunakan neraca digital


dengan ketelitian 2 digit di belakang koma

Memasukkan ke dalam labu takar 50 ml

Menambahkan aquades sampai tanda batas ke dalam larutan


Na2CO3 50 ml

Mengambil 10 ml Na2CO3 dan memasukkannya ke dalam


Erlenmeyer

Menambahkan indikator MO ( Methyl Orange ) sebanyak 2-3 tetes

Menitrasi dengan 0,1 N HCl yang telah dibuat

Mentukan kadar Na2CO3 dengan rumus

10
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Pembuatan 0,1 N HCl
V HCl Berat Jenis HCl Kadar HCl X ml HCl Pekat
100 ml 1,19 g/ml 37 % 0,8289 ml
Sumber : Laporan Sementara

36,5 .VHCl
Rumus : XHCl =
10 . k . L

Keterangan :VHCl = volume 0,1 N HCl yang diinginkan (ml)


K = berat jenis HCl (g/ml)
= 1,19 g/ml
L = kadar HCl pekat (%)
Perhitungan :
Diketahui : VHCl = 100 ml
L = 37 %
36,5 .VHCl
XHCl =
10 .k .L
36,5 .10
= 10 .1,19 .37
365
=
440,3

= 0,83 ml
Tabel 1.2 Standarisasi 0,1 N HCl dengan Borax (Na2B4O7 . 10H2O)
m
Warna Proses +
Borax V HCl (ml) Warna Awal Warna Akhir
Mo
(gr)
0,4 22,6 kuning kuning orange tua
Sumber : Laporan Sementara
gram Borax .Koef.HCl .1000
Rumus :NHCl =
BM Borax .V HCl
Keterangan :NHCl = normalitas HCl (N)
BM Borax = massa rumus Borax
VHCl = volume HCl (L)

11
Perhitungan :
Diketahui : gram Borax = 0,4 gram
VHCl = 26 ml
Koef. HCl =2
BM Borax = 382
gram Borax .Koef.HCl .1000
NHCl = BM Borax .V HCl

0,4.2
= 1000
382.22,6
=0,1 N
Tabel 1.3 Standarisasi 0,1 N NaOH dengan Asam Oksalat (C2H2O4.2H2O)
m Asam
Oksalat V NaOH Warna Warna
Warna Akhir
(C2H2O4.2H2O) (ml) Awal Proses
(gr)
0,1 35,2 bening Bening pink merah muda
Sumber : Laporan Sementara
𝑔𝑟𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 .2
Rumus :N larutan NaOH = 0,126 .𝑚𝑙𝑁𝑎𝑂𝐻
0,1 .2
= 0,126 .35,2

= 0,045 N
Tabel 1.4 Penentuan Kadar Na2CO3
V HCl Kadar
Warna Awal Warna Proses Warna Akhir
(ml) Na2CO3 (%)
Orange
33,5 93,1 orange merah muda
kemerahan
Sumber : Laporan Sementara
Rumus :
10 𝑚𝑙
a= 50 𝑚𝑙 x gram Na2CO3
10
= 50 x 0,75

= 0,15 gram

12
b = (V1.N1) Na2CO3 = (V2.N2) HCl
𝑔𝑟Na2CO3
V1. 𝐵𝑀Na2CO3.V1 = V HCl. N HCl
𝑉𝐻𝐶𝑙 .𝑁𝐻𝐶𝑙 .𝐵𝑀Na2CO3
gr Na2CO3 = 2
33,5 .10−3 .0,093 .106
= 2

= 0,165 gram
𝑎
Kadar Na2CO3= 𝑏 x 100%
0,15
= 0,165x 100%

= 90,9%
2. Pembahasan
Saat kita membuat suatu larutan, kita tidak dapat membuat larutan
dengan konsentrasi yang diinginkan. Untuk itu, perlu adanya standarisasi
dengan membuat suatu larutan standar. Larutan itu digunakan untuk
melalukan titrasi, yaitu cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan
yang dibutuhkan untuk bereaksi secara tepat dengan zat yang terdapat
dalam larutan lain. Dalam praktikum kali ini, kita akan melakukan titrasi
asam basa.
Sebelum melakukan titrasi, kita perlu memilih suatu indicator yang
tepat. Indicator asam basa merupakan zat yang dapat berbeda warna jika
berada dalam lingkunga asam atau basa. Ada berbagai macam jenis
indicator, seperti kertas lakmus, larutan indikator, dan kertas indikator.
Kali ini kita menggunakan larutan indikator.
Pada saat titrasi, tercapai suatu titik ekuivalen, yaitu kondisi pada
saat perbandingan jumlah mol asam dan jumlah mol basa sama dengan
perbandingan koefisien asam dan koefisien basa. Yang berarti larutan
asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Lalu jika larutan yang
distandarisasi mengalami perubahan warna, maka terjadi titik akhir titrasi.
Pada standarisasi 0,1 N HCl, kami menggunakan borax (Na2B4O7 .
10H2O). Warna awal dari larutan borax yang telah ditetesi MO adalah
kuning. Saat standarisasi sedang berlangsung, warnanya tetap menjadi

13
kuning. Barulah ketika tercapai titik akhir titrasi, warnanya menjadi orange
tua.Dibutuhkan 22,6 ml HCl untuk melakukan standarisasi tersebut.
Pada standarisasi 0,1 N NaOH, kami menggunakan asam oksalat
(C2H2O4.2H2O). Warna awal dari larutan asam oksalat yang telah ditetesi
Phenolptalein adalah bening. Saat standarisasi sedang berlangsung,
warnanya mulai berubah menjadi bening agak pink. Barulah ketika
tercapai titik akhir titrasi, warnanya menjadi pink / merah
muda.Dibutuhkan 35,2 ml NaOH untuk melakukan standarisasi tersebut.
Sedangkan pada saat menentukan kadar Na2CO3, juga dilakukan
standarisasi dengan larutan standar HCl.Warna awal dari larutan Na2CO3
yang telah ditetesi MO adalah orange. Saat standarisasi sedang
berlangsung, warnanya mulai berubah menjadi orange kemerahan. Barulah
ketika tercapai titik akhir titrasi, warnanya menjadi pink / merah
muda.Dibutuhkan 93,1 ml HCl untuk melakukan standarisasi tersebut.
Nilai kadar Na2CO3 seharusnya adalah 99%. Namun, setelah kami
melakukan eksperimen, hasilnya hanya 90,9%. Menurut pembahasan
yang telah kami lakukan, terdapat beberapa kesalahan yang tidak disengaja
pada waktu praktikum, diantaranya :
a. Labu Erlenmeyer ( sebagai tempat zat yang dititrasi ) belum digoyang
secara sempurna. Seharusnya agar reaksi yang terjadi sempurna, labu
Erlenmeyer harus digoyang-goyang terus menerus.
b. Titrasi seharusnya dilakukan minimal 3 kali percobaan, agar didapatkan
hasil titrasi yang akurat. Namun pada kenyataannya, titrasi yang
dilakukan hanya 1 kali saja.
c. Terdapat kesalahan paralaks, yaitu saat membaca hasil pengamatan
pengukuran larutan standar dalam buret, posisi mata tidak tegak lurus
dengan buret.
d. Indicator yang digunakan belum sesuai. Kemungkinan besar indicator
MO ( Methyl Orange ) dapat diganti dengan Methyl Red. Sebab jika
indikator yang dipakai tidak cocok dengan perubahan warna indicator,
akan mempengaruhi keakuratan eksperimen.

14
E. Kesimpulan
Dari praktikum acara I, Pembuatan Larutan dan Standarisasinya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk melakukan standarisasi larutan HCl, diperlukan larutan yang
bersifat basa.
2. Salah satu larutan basa adalah borax ( Na2B4O7 . 10H2O ).
3. Pada saat standarisasi HCl, larutan borax yang telah ditetesi MO,
berwarna kuning.
4. Saat proses standarisasi, warna larutan borax tetap kuning.
5. Barulah ketika telah tercapai titik akhir titrasi, warna larutan borax
berubah menjadi orange tua.
6. Untuk melakukan standarisasi larutan NaOH, diperlukan larutan yang
bersifat asam.
7. Salah satu larutan asam adalah asam oksalat ( C2H2O4.2H2O ).
8. Pada saat standarisasi NaOH, larutan asam oksalat yang telah ditetesi
Phenolptalein, berwarna bening.
9. Saat proses standarisasi, warna larutan asam oksalat agak menjadi
bening pink.
10. Barulah ketika telah tercapai titik akhir titrasi, warna larutan asam
oksalat berubah menjadi pink / merah muda.
11. Saat larutan Na2CO3 ditetesi MO, berwarna orange.
12. Saat proses standarisasi, warna larutan Na2CO3 agak menjadi orange
kemerahan.
13. Barulah ketika telah tercapai titik akhir titrasi, warna larutan Na2CO3
berubah menjadi pink / merah muda.
14. Kadar Na2CO3 yang telah ditentukan dari standarisasi dengan larutan
HCl, adalah 90,9 %.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. Buret.http://id.wikipedia.org/wiki/Peralatan_laboratorium.


Diakses pada hari Rabu tanggal 6 Oktober 2010 pada pukul 18.30 WIB.
Anonim2. 2010. Larutan. http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan. Diakses pada
Rabu. 6. Oktober. 2010. Pada pukul 18.33 WIB.
Anonim3. 2010. Pengertian Larutan Kimia. http:// info. gexcess. com/images /
favicon.ico. Diakses pada hari Rabu tanggal 6 Oktober 2010 pada pukul 18.35
WIB.
Chan, Dina. 2010. Larutan. http:// kimia. upi. Edu /utama /bahanajar /kuliah_web
/2009 /0700009 /index.html. Diakses pada hari Rabu tanggal 6 Oktober 2010
pada pukul 19.06 WIB.
Day dan Underwood. 1996. Kimia Dasar. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.
Hastuti. 2001. Alchemy Jurnal Penelitian Kimia. Volume 6. No 2. Jurusan Kimia
FMIPA Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Haziran. 2010. Definisi Buret.http://www.artikata.com/arti-325028-buret.php.
Diakses pada hari Rabu tanggal 6 Oktober 2010 pada pukul 18.47 WIB.
Ralph. 1992. Kimia Analitik. Erlangga. Jakarta.
Ratnayani, dkk. 2008. Jurnal Kimia. Volume 2. No 2. Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.
Raymon. 2005. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.
Saroyo. 1982. Kimia Umum. Erlangga. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai