Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh VHB (Virus
Hepatitis B) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO,
2015). HBsAg merupakan komponen antigenik VHB, tetapi tidak infeksius
dan tersusun atas protein, karbohidrat dan dua lapis lipid. Selubung
(envelope) protein tersusun atas tiga macam protein dimana masing-masing
protein dapat merangsang terjadinya antibodi spesifik (Surya, dkk, 2016).
Prevalensi hepatitis B yang tertinggi di Wilayah Pasifik Barat dan Wilayah
Afrika, di mana masing-masing 6,2% dan 6,1% dari populasi orang dewasa
terinfeksi. Sedangkan wilayah Mediterania Timur, wilayah Asia Tenggara
dan wilayah Eropa, masing-masing diperkirakan 3,3%, 2,0%, dan 1,6% dari
populasi umum terinfeksi, dan di wilayah Amerika, 0,7% dari populasi
terinfeksi (WHO, 2019). Penduduk Indonesia yang telah terinfeksi Hepatitis
B sekitar 23 juta orang (Kemenkes, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar, prevalensi hepatitis di Indonesia tahun 2013 adalah 1,2%, dua kali
lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (Kemenkes, 2013).
Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan menembus
membran mukosa, terutama berhubungan seksual (Price & Wilson, 2012).
Penanda HBsAg telah diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari
orang yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal, cairan
serebrospinal, asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh ini (terutama
semen dan saliva) telah diketahui infeksius (Thedja, 2012). Jalur penularan
infeksi VHB di Indonesia yang terbanyak adalah secara parenteral yaitu
secara vertikal (transmisi) maternal-neonatal atau horizontal (kontak antar
individu yang sangat erat dan lama, seksual, iatrogenik, penggunaan jarum
suntik bersama). VHB dapat dideteksi pada semua sekret dan cairan tubuh
manusia, dengan konsentrasi tertinggi pada serum (Juffrie et al, 2010).
contohnya adalah dengan menggunakan jarum non steril atau berbagi jarum
suntik pada tato, injeksi obat dan akupunktur, kontak seksual dengan orang
yang terinfeksi, dan paparan perinatal dari ibu yang terinfeksi (Yogarajah,
2013).
Risiko infeksi VHB menjadi penyakit kronis berbanding terbalik
dengan usia. Infeksi VHB kronis ditemukan pada sekitar 90% dari bayi yang
terinfeksi pada saat lahir, 25-50% anak-anak terinfeksi pada 1-5 tahun, dan
sekitar 1-5% dari orang yang terinfeksi merupakan anak-anak yang lebih dari
5 tahun dan orang dewasa. Infeksi VHB kronis juga sering terjadi pada orang
dengan imunodefisiensi (WHO, 2015).
Deteksi VHB dapat dilakukan dengan beberapa metode pemeriksaan,
yaitu serologi dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji serologi antara lain
menggunakan metode Enzyme Immunoassay (EIA), Enzyme Linked
Immunoassay (ELISA), Enzyme Linked Flouroscent Assay (ELFA),
Immunochromatography Test (ICT) atau rapid test, Radio Immunoassay
(RIA), dan Chemiluminescent microparticle Immunoassay (CMIA).
Sedangkan untuk mendeteksi DNA virus dapat digunakan PCR (Lin et al.,
2008).
Semua orang di Indonesia mempunyai kemungkinan untuk tertular
VHB, namun dilakukan vaksinasi untuk pencegahan sehingga dapat
menurunkan tingginya prevalensi VHB di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud HBsAg?
1.2.2 Bagaimana patogenesis HBsAg?
1.2.3 Bagaimana metode HBsAg?
1.2.4 Bagaimana cara kerja pemeriksaan HBsAg?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian HBsAg
1.3.2 Untuk mengetahui patogenesis HBsAg
1.3.3 Untuk mengetahui metode HBsAg
1.3.4 Untuk mengetahui cara kerja pemeriksaan HBsAg

1. World Health Organization (2019). Hepatitis B.


2. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
4. Surya, 2016. Kehamilan dengan Hepatitis B. Sagung Seto : Jakarta.
5. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta.
6. WHO, 2015, Hepatitis B,
7. Thedja MD. 2012. Genetic Diversity of Hepatitis B Virus in Indonesia:
Epidemiological and Clinical Significance. Jakarta: DIC creative.
8. Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI
9. Yogarajah, H., Lestari, A. W., & Yasa, I. S. (2013). Laboratory Diagnosis of
Hepatitis B. 1-11.
10. Lin Y, Wang Y, Loua A, Day G, Qiu Y, Nadala EC, et al.. 2008. Evaluation
of a New Hepatitis B Virus Surface Antigen Rapid Test with Improved
Sensitivity. Journal of Clinical Microbiology. 46(10):3319-24.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai