Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh VHB (Virus Hepatitis B) yang dapat menyebabkan penyakit akut maupun kronis (WHO, 2015). HBsAg merupakan komponen antigenik VHB, tetapi tidak infeksius dan tersusun atas protein, karbohidrat dan dua lapis lipid. Selubung (envelope) protein tersusun atas tiga macam protein dimana masing-masing protein dapat merangsang terjadinya antibodi spesifik (Surya, dkk, 2016). Prevalensi hepatitis B yang tertinggi di Wilayah Pasifik Barat dan Wilayah Afrika, di mana masing-masing 6,2% dan 6,1% dari populasi orang dewasa terinfeksi. Sedangkan wilayah Mediterania Timur, wilayah Asia Tenggara dan wilayah Eropa, masing-masing diperkirakan 3,3%, 2,0%, dan 1,6% dari populasi umum terinfeksi, dan di wilayah Amerika, 0,7% dari populasi terinfeksi (WHO, 2019). Penduduk Indonesia yang telah terinfeksi Hepatitis B sekitar 23 juta orang (Kemenkes, 2012). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, prevalensi hepatitis di Indonesia tahun 2013 adalah 1,2%, dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (Kemenkes, 2013). Cara utama penularan VHB adalah melalui parenteral dan menembus membran mukosa, terutama berhubungan seksual (Price & Wilson, 2012). Penanda HBsAg telah diidentifikasi pada hampir setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi yaitu saliva, air mata, cairan seminal, cairan serebrospinal, asites, dan air susu ibu. Beberapa cairan tubuh ini (terutama semen dan saliva) telah diketahui infeksius (Thedja, 2012). Jalur penularan infeksi VHB di Indonesia yang terbanyak adalah secara parenteral yaitu secara vertikal (transmisi) maternal-neonatal atau horizontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual, iatrogenik, penggunaan jarum suntik bersama). VHB dapat dideteksi pada semua sekret dan cairan tubuh manusia, dengan konsentrasi tertinggi pada serum (Juffrie et al, 2010). contohnya adalah dengan menggunakan jarum non steril atau berbagi jarum suntik pada tato, injeksi obat dan akupunktur, kontak seksual dengan orang yang terinfeksi, dan paparan perinatal dari ibu yang terinfeksi (Yogarajah, 2013). Risiko infeksi VHB menjadi penyakit kronis berbanding terbalik dengan usia. Infeksi VHB kronis ditemukan pada sekitar 90% dari bayi yang terinfeksi pada saat lahir, 25-50% anak-anak terinfeksi pada 1-5 tahun, dan sekitar 1-5% dari orang yang terinfeksi merupakan anak-anak yang lebih dari 5 tahun dan orang dewasa. Infeksi VHB kronis juga sering terjadi pada orang dengan imunodefisiensi (WHO, 2015). Deteksi VHB dapat dilakukan dengan beberapa metode pemeriksaan, yaitu serologi dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Uji serologi antara lain menggunakan metode Enzyme Immunoassay (EIA), Enzyme Linked Immunoassay (ELISA), Enzyme Linked Flouroscent Assay (ELFA), Immunochromatography Test (ICT) atau rapid test, Radio Immunoassay (RIA), dan Chemiluminescent microparticle Immunoassay (CMIA). Sedangkan untuk mendeteksi DNA virus dapat digunakan PCR (Lin et al., 2008). Semua orang di Indonesia mempunyai kemungkinan untuk tertular VHB, namun dilakukan vaksinasi untuk pencegahan sehingga dapat menurunkan tingginya prevalensi VHB di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.2.1 Apakah yang dimaksud HBsAg? 1.2.2 Bagaimana patogenesis HBsAg? 1.2.3 Bagaimana metode HBsAg? 1.2.4 Bagaimana cara kerja pemeriksaan HBsAg?
1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian HBsAg 1.3.2 Untuk mengetahui patogenesis HBsAg 1.3.3 Untuk mengetahui metode HBsAg 1.3.4 Untuk mengetahui cara kerja pemeriksaan HBsAg
1. World Health Organization (2019). Hepatitis B.
2. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2012. 3. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2013. 4. Surya, 2016. Kehamilan dengan Hepatitis B. Sagung Seto : Jakarta. 5. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC: Jakarta. 6. WHO, 2015, Hepatitis B, 7. Thedja MD. 2012. Genetic Diversity of Hepatitis B Virus in Indonesia: Epidemiological and Clinical Significance. Jakarta: DIC creative. 8. Juffrie, M., et al, 2010. Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi Jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI 9. Yogarajah, H., Lestari, A. W., & Yasa, I. S. (2013). Laboratory Diagnosis of Hepatitis B. 1-11. 10. Lin Y, Wang Y, Loua A, Day G, Qiu Y, Nadala EC, et al.. 2008. Evaluation of a New Hepatitis B Virus Surface Antigen Rapid Test with Improved Sensitivity. Journal of Clinical Microbiology. 46(10):3319-24.