Dasar Teori
Larutan adalah campuran homogen yang berada pada keadaan 1 fasa. Komponen dari
larutan adalah zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Pada umumnya pelarut yang digunakan
berada pada fasa cair meskipun beberapa larutan menggunakan pelarut padat atau gas. Berikut ini contoh
dari beberapa larutan :
Sebelum seorang analis melakukan analisis titrimetric, Langkah awal yang harus dilakukan adalah
membuat larutan yang dibutuhkan sebanyak kebutuhannya dengan konsentrasi tertentu. Keberhasilan
dalam membuat larutan dengan konsentrasi yang tepat berpengaruh signifikan terhadap hasil analisis
titrimetric yang akan dilaksanakan. Konsentrasi larutan sendiri didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut
(solute) dalam sejumlah tertentu pelarut. Adapun satuan konsentrasi dapat dinyatakan dalam molaritas,
normalitas, persen maupun PPM.
2. Membuat larutan 1. Hitung banyaknya HCl 37%, ρ = 1,19 kg/l yang dibutuhkan untuk membuat larutan
HCl 0,1 N HCl 0,1 N sebanyak 250 ml.
sebanyak 250 ml. 2. Ambil HCl 37% tersebut menggunakan pipet ukur dan bola hisap.
3. Tuang ke dalam beaker glass yang berisi air suling.
4. Pindah ke dalam labu ukur 250 ml.
5. Tambahkan air suling sampai tanda tera.
6. Homogenkan.
ALKALIMETRI
Tujuan : Penetapan kadar asam asetat dalam cuka makan berdasarkan titrasi
penetralan menggunakan larutan basa sebagai larutan standar/larutan kerja.
Dasar Teori
Prinsip dari titrasi penetralan adalah pembentukan elektrolit lemah seperti air, asam lemah
maupun basa lemah. Titrasi penetralan ini dapat diterapkan pada berbagai penetapan kadar suatu asam
atau basa.. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan suatu larutan standar yang konsentrasinya
diketahui. Larutan standar basa digunakan dalam penetapan-penetapan kadar suatu zat yang bersifat
asam, sedangkan larutan standar asam digunakan dalam penetapan-penetapan kadar suatu zat yang
bersifat basa.
Alkalimetri merupakan salah satu metoda dalam titrasi penetralan dimana menggunakan
larutan standar basa sebagai larutan kerja. Penetapan kadar asam asetat dalam suatu sampel merupakan
salah satu penerapan metoda alkalimetri, dimana digunakan larutan NaOH sebagai larutan kerjanya.
Untuk menunjukkan titik akhir titrasi diperlukan suatu indikator yang memberikan perubahan warna pada
titik akhir titrasi. Sesuai dengan persamaan reaksi antara asam asetat dan NaOH
Berdasarkan kurva titrasinya nya, titik ekivalen reaksi tersebut terjadi pada pH sekitar 8,7 oleh karena itu
dapat digunakan indikator-indikator asam-basa dimana jangkauan pH indikator tersebut
melingkupi/berada di daerah sekitar titik ekivalen. Penggunaan indikator phenolphatalein, dengan
jangkauan pHnya 8,0 – 10,0 (tak berwarna – pink) akan memberikan pewarnaan pink muda pada larutan
tak berwarna saat mencapai titik akhir titrasi.
Cara Kerja
ASIDIMETRI
Dasar teori
Prinsip dari titrasi penetralan adalah pembentukan elektrolit lemah seperti air, asam lemah
maupun basa lemah. Titrasi penetralan ini dapat diterapkan pada berbagai penetapan kadar suatu asam
atau basa.. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan suatu larutan standar yang konsentrasinya
diketahui. Larutan standar basa digunakan dalam penetapan-penetapan kadar suatu zat yang bersifat
asam, sedangkan larutan standar asam digunakan dalam penetapan-penetapan kadar suatu zat yang
bersifat basa.
Asidimetri merupakan salah satu metoda dalam titrasi penetralan dimana menggunakan
larutan standar asam sebagai larutan kerja. Penetapan kadar karbonat (CO 32–) dan bikarbonat (HCO3–)
dalam suatu sampel merupakan salah satu penerapan metoda asidimetri, dimana digunakan larutan HCl
sebagai larutan kerjanya.
Pada penetapan kadar karbonat (CO32–) dan bikarbonat (HCO3–) dengan menggunakan larutan HCl akan
terbentuk dua titik ekivelen, sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
a. Titik ekivalen I tercapai saat reaksi antara karbonat dan ion H+ berlangsung sempurna membentuk
bikarbonat
CO32– (aq) + H+ (aq) → HCO3– (aq)
Titik ekivalen reaksi tersebut terjadi pada pH sekitar 8,2 oleh karena itu dapat digunakan indikator-
indikator asam-basa dimana jangkauan pH indikator tersebut melingkupi/berada di daerah sekitar
titik ekivalen. Penggunaan indikator phenolphatalein, dengan jangkauan pH 8,0 – 10,0 (tak
berwarna – pink), pada titik akhir titrasi akan memberikan perubahan pada larutan berupa
hilangnya warna pink menjadi tak berwarna.
b. Titik ekivalen II terjadi saat reaksi antara semua bikarbonat (baik yang berasal dari karbonat
maupun sampel,) dan ion H+ berlangsung sempurna membentuk asam bikarbonat
HCO3– (aq) + H+ (aq) → H2CO3 (aq)
Titik ekivalen reaksi tersebut terjadi pada pH sekitar 3,7 oleh karena itu dapat digunakan indikator-
indikator asam-basa dimana jangkauan pH indikator tersebut melingkupi/berada di daerah sekitar
titik ekivalen. Penggunaan metil orange, dengan jangkauan pH 3,3 – 4,4 (merah – kuning jingga)
akan memberikan pewarnaaan merah pada larutan berwarna kuning jingga saat mencapai titik
akhir titrasi
Peralatan : 1. Burette 25 ml atau 50 ml. 1 buah
2. Labu ukur 100 ml 1 buah
3. Pipet volume 25 ml 1 buah
4. Pipet ukur 10 ml 1buah
5. Pipet tetes 3 buah
6. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
7. Batang pengaduk 15 cm 1 buah
8. Spatula stainless 1 buah
9. Corong gelas Ø 5 cm 1 buah
10. Gelas jam Ø 5 cm 1 buah
11. Beaker glass 250 ml 1 buah
12. Beaker glass 100 ml 1 buah
13. Statip dan klem buret 1 set
14. Bola hisap 1 buah
15. Neraca analitik 1 buah