Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS SEDIAAN OBAT

“IDENTIFIKASI FORMALIN DALAM MAKANAN”

Dosen Pengampu: 1. Dr. apt. Bina Lohita Sari, M.Pd., M.Farm.

2. Dr. apt. Euis Nining, M.Si

3. apt. Nhadira nhestricia, M.KM.

4. Zaldy Rusli, M.Farm

5. Sara Nurmala, M.Farm

Asisten Dosen: Moch. Faris Miftachul Akbar

Disusun Oleh:

Suci Indah Nur Fitriani


066120159
Farmasi 4E

LABORATORIUM FARMASI

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
• Mampu mengidentifikasi kandungan formalin dalam bahan makanan
• Mampu menentukan kadar formalin dalam sampel
1.2 Dasar Teori
Kemajuan teknologi pangan khususnya dalam produksi makanan kemasan
dan hidangan cepat saji biasanya mengandalkan berbagai zat aditif makanan untuk
meningkatkan cita rasa dan kualitas tampilan menjadi lebih awet. Zat aditif
makanan tersebut salah satunya yaitu formalin. Peredaran formalin di pasaran
sekarang ini sudah jarang ditemukan dan dilarang, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa zat-zat tersebut masih tetap digunakan oleh orang-orang
tidak bertanggung jawab untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Padahal
penggunaan zat-zat ini sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia ditambah
lagi jika penambahan pada makanan melebihi ambang batas keamanan.
(Trisnawati, A., & Setiawan, M. A., 2019)
Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah
satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang
sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan
sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah
semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding
pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan lainnya. (Astuti & Tebai,
2018)
Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara
umum ambang batas aman didalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Bila
formalin masuk ke tubuh melebihi ambang batas tersebut, maka dapat
mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia. Akibat yang
ditimbulkan tersebut dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek, dan
dalam jangka panjang, baik melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan.
(Faradila, et al, 2014).
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Beaker Glass
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Gelas Ukur
5. Kertas Saring
6. Labu Ukur
7. Lumpang dan Alu
8. Pipet Tetes
9. Spektrofotometer
10. Statif
11. Tabung Reaksi
12. Timbangan Analitik
2.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Pereaksi Schiff
3. Sampel Bakso
4. Sampel Mie Basah
5. Sampel Tahu
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Cara Kerja Sampel Analisis Kualitatif
1. Ditimbang x gram sampel
2. Digerus sampel
3. Ditambahkan 100 mL aquadest
4. Disaring larutan sampel
5. Ditambahkan 5 mL pereaksi schiff
6. Dilihat perubahan warna yang terjadi
2.2.2 Cara Kerja Blanko
1. Ditambahkan 5 mL air kedalam tabung reaksi
2. Ditambahkan 5 mL pereaksi schiff kedalam tabung reaksi
kemudian diukur dengan spektrofotometer
2.2.3 Cara Kerja Larutan Standar
1. Dipipet sampel kemudian dibuat larutan standar dengan masing-
masing 0,1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm.
2. Dipipet 5 mL dan 5 mL pereaksi schiff ke masing-masing larutan
standar
3. Diukur dengan spektrofotometer
2.2.4 Cara Kerja Analisis Kuantitatif
1. Ditimbang x gram sampel
2. Digerus sampel
3. Dilarutkan dan disaring sampel yang telah dibuat
4. Ditambahkan 100 mL aquadest kedalam filtrat
5. Dipipet larutan filtrat sebanyak 10 mL
6. Di add 100 mL dengan aquadest
7. Dipipet 5 mL dari larutan sebelumnya
8. Ditambahkan 5 mL pereaksi schiff
9. Diukur menggunakan spektrofotometer
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 Analisis Kualitatif
Sampel Hasil Keterangan
Tahu Ungu Pudar +
Bakso Ungu Pekat +
Mie Basah Ungu Pekat +

3.1.2 Analisis Kuantitatif


➢ Standar
Abs
0,1 2 4 6 8 10 Intercept Slope R2
Blanko
0.0131 0.1095 0.2358 0.3325 0.4701 0.5844 -0,000411006 0,058069 0,9983 0,000

➢ Sampel

Abs sampel Konsentrasi terukur sampel (ppm)


Mie
Tahu Bakso Tahu Bakso Mie Basah
Basah

0.1352 0.2753 0.2537 2,335357056 4,748019076 4,376045488

Bobot terukur sampel (mg) % Kadar (b/b)

Tahu Bakso Mie Basah Tahu Bakso Mie Basah

4,670714111 9,496038151 8,752090976 0,464840178 0,944879418 0,873026531


3.2 Reaksi

3.3 Perhitungan
• 37% (v/v) Formaldehid memiliki bobot jenis 1,08 g/mL
𝑚
ρ = 𝑣
m =ρxv
= 1,08 g/mL x 37 mL
= 39,96 g/100mL
• 37% (v/v) setara dengan 39,96 g/100mL
399,6 𝑔𝑟𝑎𝑚 399600 𝑚𝑔
39,96 g/100mL ➔ ➔ ➔ 399600 ppm
1000 𝑚𝐿 𝐿

• Dibuat larutan stok 399.600 ppm


V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 399600 = 1000 x 100

1000 𝑚𝐿 ×100
V1 = = 0,25025025 mL
399600

• Dibuat larutan induk 100 ppm (1L)


V1 x N1 = V2 x N2
• Dibuat larutan standar kedalam 100 mL
V1 x N1 = V2 x N2
▪ Pengenceran 0,1 ppm
V1 x 100 ppm = 100 mL x 0,1
100 𝑚𝐿 ×0,1 𝑝𝑝𝑚
V1 = = 0,1 mL
100 𝑝𝑝𝑚
▪ Pengenceran 2 ppm
V1 x 100 ppm = 100 mL x 2
100 𝑚𝐿 ×2 𝑝𝑝𝑚
V1 = = 2 mL
100 𝑝𝑝𝑚

▪ Pengenceran 4 ppm
V1 x 100 ppm = 100 mL x 4
100 𝑚𝐿 ×4 𝑝𝑝𝑚
V1 = = 4 mL
100 𝑝𝑝𝑚

▪ Pengenceran 6 ppm
V1 x 100 ppm = 100 mL x 6
100 𝑚𝐿 ×6 𝑝𝑝𝑚
V1 = = 6 mL
100 𝑝𝑝𝑚

▪ Pengenceran 8 ppm
V1 x 100 ppm = 100 mL x 8
100 𝑚𝐿 ×8 𝑝𝑝𝑚
V1 = = 8 mL
100 𝑝𝑝𝑚

▪ Pengenceran 10 ppm
V1 x 100 ppm = 100 mL x 10
100 𝑚𝐿 ×10 𝑝𝑝𝑚
V1 = = 10 mL
100 𝑝𝑝𝑚

• Konsentrasi sampel (ppm)


𝑦(𝑎𝑏𝑠) − 𝑎(𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑡)
𝑥=
𝑏(𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒)
▪ Tahu
0,1352 𝑔−(−0,000411006)
x=
0,058069

x = 2,335357056
▪ Bakso
0,2753𝑔−(−0,000411006)
x=
0,058069

x = 4,748019076
▪ Mie basah
0,2537𝑔−(−0,000411006)
x=
0,058069

x = 4,376045488
• Bobot terukur (mg)
𝑝𝑝𝑚 𝑥 𝐹𝑝 𝑋 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑚𝑔 =
1000
▪ Tahu
2,335357056×20×100
mg =
1000

mg = 4,670714111
▪ Bakso
4,748019076×20×100
mg =
1000

mg = 9,496038151
▪ Mie basah
4,376045488×20×100
mg =
1000

mg = 8,752090976
• %Kadar Formalin pada sampel
Bobot terukur
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛 (𝑏⁄𝑏) = × 100%
Bobot sampel
▪ Tahu
4,670714111
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛 (𝑏⁄𝑏) = 1000 × 100%
1,0048
= 0,464840178 %
▪ Bakso
9,496038151
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛 (𝑏⁄𝑏) = 1000 × 100%
1,0048
= 0,944879418 %
▪ Mie basah
8,752090976
%𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐹𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛 (𝑏⁄𝑏) = 1000 × 100%
1,0048
= 0,873026531 %
3.4 Grafik

Chart Title
0,7
0,6 y = 0,0581x - 0,0004
R² = 0,9983
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 2 4 6 8 10 12

3.5 Pembahasan
Penggunaan pengawet non pangan pada bahan makanan saat ini sedang
banyak dibicarakan. Berbagai tayangan televisi selalu menayangkan berbagai
macam bentuk kecurangan yang dilakukan oleh pedagang makanan. Menurut Dr.
Sri Durjati Boedihardjo bahan pengawet non pangan yang sering dipakai dan
dijadikan bahan perbincangan saat ini adalah formalin.
Formaldehida yang juga dikenal dengan formalin merupakan zat kimia
yang berbahaya bagi tubuh manusia dan dilarang keras digunakan sebagai bahan
baku makanan, namun masih banyak produsen makanan seperti mie basah, tahu,
bakso dll. Tujuan penggunaan bahan ini adalah agar makanan yang dijual dapat
disimpan dalam jangka waktu yang lama dan tidak mudah rusak.
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tahun 2012 No 033 menyatakan
bahwa formalin dilarang sebagai bahan tambahan pangan.(10) Alasan produsen
/industri makanan melakukan hal yang curang dan merugikan itu dikarenakan
demi meraih keuntungan yang lebih besar dengan menambahkan zat-zat
berbahaya kedalam makanan yang mereka jual.
Menurut IPCS (International Program for Chemical Safety), secara umum
ambang batas aman bagi manusia adalah 1 mg/L. Ketika formalin masuk ke dalam
tubuh di atas ambang batas ini, dapat menyebabkan gangguan pada organ dan
sistem tubuh. Efek ini dapat terjadi dalam jangka pendek atau pendek dan dalam
jangka panjang, melalui inhalasi, paparan langsung, atau konsumsi.
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai identifikasi
formalin dalam bahan makanan menggunakan uji kualitatif pereaksi schiff. Uji
kualitatif dalam percobaan ini menggunakan pereaksi Schiff untuk mengetahui
adanya formalin dalam sampel. Pereaksi Schiff digunakan untuk menunjukkan
adanya gugus aldehida. Pereaksi Schiff digunakan untuk mengikat formalin untuk
memisahkannya dari sampel, dan formalin juga bereaksi dengan pereaksi Schiff
untuk menghasilkan senyawa kompleks dengan warna ungu. Semakin intensif
warna yang terlihat, semakin banyak formalin dalam sampel.
Pembuatan pereaksi schiff yaitu ditimbang 500 mg fuchsin asam pro
analisis, kemudian dilarutkan dalam 120 ml air panas dan biarkan dingin.
Ditambahkan larutan 5 gram natrium sulfit anhidrat pro analisis dalam 20 mL air,
kemudian ditambahkan 5 mL asam klorida pro analisis. Ditambahkan aquades
sampai volume 500 mL. Dibiarkan semalaman sebelum digunakan dan disimpan
ditempat yang terlindung dari cahaya (Harningsih and Susilowati, 2015).
Sampel yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu tahu, bakso dan mie
basah. Percobaan pertama yaitu analisis kualitatif terhadap masing-masing
sampel, ada atau tidaknya kandungan formalin pada masing-masing sampel dapat
diketahui dengan penambahan pereaksi schiff. Pertama pada sampel tahu
menunjukkan warna ungu pudar, hal ini menandakan mengandung sedikit bahan
formalin. Sedangkan pada bakso dan mie basah menunjukkan warna ungu pekat
yang menandakan bahwa dalam kedua sampel tersebut mengandung formalin
yang cukup banyak.
Percobaan selanjutnya yaitu analisis secara kuantitatif dengan
menggunakan spektrofotometer. Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu
dibuat larutan blanko, tujuannya untuk membuat titik nol konsentrasi pada
spektrofotometer sehingga panjang gelombang suatu sampel dapat ditentukan.
Setelah sampel siap dianalisis kemudian dilakukan percobaan hasilnya
menunjukkan bahwa absorbansi sampel tahu sebesar 0,1352, bakso sebesar
0,2753 dan mie basah sebesar 0,2537. Hasil perhitungan konsentrasi terukur
sampel (ppm) menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi yaitu terdapat pada
sampel bakso yaitu 4,7480.
Dari hasil perhitungan %kadar pada sampel tahu didapat konsentrasi
sebesar 0,4644%, pada sampel bakso didapat sebesar 0,9448%, dan pada mie
basah didapat konsentrasi sebesar 0,8730%. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
bakso mengandung kadar yang paling tinggi yaitu sebesar 0,9448%, sedangkan
hasil seharusnya batasan kadar formalin hanya 1%. Dari hasil yang didapat, semua
sampel yang telah di analisis, menunjukan terjadi perubahan warna menjadi ungu
yang menandakan indikator adanya gugus aldehid. Hal ini dapat dilihat dari
perubahan warna yang terjadi yaitu berwarna ungu. Walaupun hasil yang didapat
kurang dari batas yang telah ditetapkan, formalin tetap berbahaya untuk
dikonsumsi.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini dengan judul “Identifikasi Formalin dalam Makanan”,
maka dapat disimpulkan bahwa:

• Pereaksi Schiff digunakan untuk mengikat formalin untuk memisahkannya dari


sampel
• Masih banyak para penjual makanan yang menggunakan formalin untuk
mendapatkan keuntungan pribadi walaupun hanya menggunakan sedikit.
• Pada percobaan kualitatif menggunakan pereaksi schiff ketiga sampel yang
digunakan mengalami perubahan warna menjadi berwarna ungu hal ini
menandakan bahwa ketiga sampel tersebut positif mengandung formalin.
• Pada sampel bakso dan mie basah hasil warna yang ditunjukka warna ungu pekat.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin pekat warna ungu pada sampel makanan
menunjukkan bahwa semakin banyak pula konsentrasi formalin yang terdapat pada
sampel.
• Pada percobaan kuantitatif absorbansi sampel terbesar terdapat pada sampel bakso
yaitu sebesar 0,2753.
• Hasil perhitungan konsentrasi terukur sampel (ppm) menunjukkan bahwa
konsentrasi tertinggi yaitu terdapat pada sampel bakso yaitu 4,7480.
• Hal ini menunjukkan bahwa sampel bakso mengandung kadar yang paling tinggi
yaitu sebesar 0,9448%.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, I., & Tebai, P. 2018. Analisis Formalin Ikan Teri (Stolephorus sp) Asin di Pasar
Tradisional Kabupaten Gorontalo. Gorontalo Fisheries Journal, 1(1), 43-50.

Faradila, F., Alioes, Y., & Syamsir, E. 2014. Identifikasi Formalin pada Bakso yang
Dijual pada Beberapa Tempat di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(2).

Harningsih, T. and Susilowati, I. T. 2015. Metode Reduksi Tahu Berformalin Air Garam
Yang Ditambahkan Dengan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.). Jurnal
KesMaDaSka, pp. 89–95.

Permenkes RI, Tentang Bahan Tambahan Pangan, Permenkes RI No.033 tahun 2012

Trisnawati, A., & Setiawan, M. A. 2019. Pelatihan Identifikasi Boraks dan Formalin Pada
Makanan di Desa Bareng, Babadan, Ponorogo. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat : Widya Laksana, 8(1), 69-78.

Yuliarti N. 2007. Awasi Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta : Penerbit


ANDI.
LAMPIRAN

➢ Bukti kehadiran

Anda mungkin juga menyukai