Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PENETAPAN KADAR RIBOFLAVIN


DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

Disusun Oleh :

Nama : Trianita Silaen

NIM : 228114038

Golongan / Meja : A2 / 1

Pendamping Meja : Felisita Hanna Yogestera

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2023
PRAKTIKUM KUANTITATIF II
PENETAPAN KADAR SERBUK VITAMIN B12 DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

A. Tujuan
Mampu Menetapkan kadar vitamin B12 dalam sampel serbuk dnegan metode
spektrofotometri visible.

B. Dasar Teori
Menurut ( Vitamin B12atay sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya
diproduksi oleh hewan dan tidak dapat ditemukan pada tanaman. Vitamin ini memiliki
banyak peran dalam metabolisme energi di dalam tubuh.
Spektrofotometer UV-VIS merupakan salah satu metode instrumen yang paling
sering diterapkan dalam analisis kimia karena dapat mendeteksi senyawa baik padat
maupun cair berdasarkan absorbansi foton yang didapatkan (Irawan, 2019). Dengan
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan, dan
sebagian lagi dipancarkan (Yanlinastuti dan Fatimah, 2016). Dengan menggunakan alat
spektrofotometer visibel, kadar senyawa sianokobalamin dapat diukur menggunakan
panjang gelombang maksimum 361 nm. Hal tersebut dikarenakan Vitamin B12 memiliki
sifat yang tidak stabil dengan udara dan cahaya. Sianokobalamin mempunyai dua panjang
gelombang maksimum yaitu pada 361 nm dan 550 nm. Panjang gelombang 361 nm
merupakan panjang gelombang mutlak untuk menentukan kadar sianokobalamin.
Sedangkan, panjang gelombang maksimum untuk sampel obat bisa menggunakan panjang
gelombang 361 nm dan 550 nm tergantung dari sifat obat yang dianalisis (Sari dan Billa,
2021).

C. Alat dan Bahan


Alat : Bahan :
1) Labu takar 100 mL 1) Baku Sianokobalamin
2) Labu takar 250 mL 2) Sampel simulasi sianokobalamin
3) Pipet Volume 3) Akuadest
4) Gelas beker 100 mL
5) Kertas saring
6) Timbangan analitik

7) Spektrofotometer vis

8) Kuvet Mikropipet

D. Prosedur Kerja

a. Pembuatan larutan stok sianokobalamin

Sejumlah zat sianokobalamin ditimbang, dilarutkan dan diencerkan dengan akuades hingga
kadar lebih kurang 30 µg per mL

Minimal penimbangan dan kepekaan dari timbangan diperhatikan.

b. Penetapan panjang gelombang maksimum

Larutan konsentrasi dibuat sebanyak 3 seri dari larutan stok dengan konsentrasi 5,10
dan 15 ppm

Serapan Panjang gelombang maksimum diukur dengan menggunakan 3 seri


Konsentrasi

c. Penetapan kadar sianokobalamin dalam sampel

Serapan Larutan uji diukur pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 361 nm dan air digunakan sebagai blangko


Persentase sianokobalamin dihitung, C63H88CoN14O14P, dalam zat yang
digunakan dengan rumus

(𝐴𝑈) … . .
(𝐴𝑆 𝑥 𝐶𝑈)
(AU adalah serapan Larutan uji; A
S adalah serapan jenis (E1%) sianokobalamin pada
361 nm dalam 100 mL.g-1. cm-1, (207); dan CU adalah kadar sianokobalamin dalam
Larutan uji dalam g per mL berdasarkan bobot yang ditimbang)


Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali

E. Hasil dan Pembahasan


1. Pembuatan larutaan seri konsentrasi 5, 10 dan 15 ppm
• Seri I (5 PPM)
C1 x V1 = C2 X V2
200 ppm x V1 = 5 ppm x 10 mL
V1 = 0,25 mL
• Seri II
C1 x V1 = C2 x V2
200 ppm x V1 = 10 ppm x 10 mL
V1 = 0,5 mL
• Seri III
C1 x V1 = C2 x V2
200 ppm x V1 = 15 ppm x 10 mL
V1 = 0,75 mL

2. Kadar Sianokobalamin dalam larutan sampel (Cu)


• Kadar teoritis sianokobalamin
= 25 µg/21300 µg
= 0,00117%
• Dalam praktikum 50 mg sianokobalamin diambil dan dimasukkan ke dalam
25 mL akuades
213 𝑚𝑔 50 𝑚𝑔
=
25 µ𝑔 𝑥

213x = 50 x 25
1250
x= 213

x = 5,86 µg -> dalam 25 mL


5,86 µg
= 0,2344 µ𝑔/𝑚𝐿
25 𝑚𝐿

Cu = g/mL
Cu = 0,000002344 g/mL

3. Tabel absorbansi larutan seri


Konsentrasi Panjang gelombang Absorbansi
Seri 1 (5 ppm) 361 nm 0,054
Seri 2 (10 ppm) 361 nm 0,062
Seri 3 (15 ppm) 361 nm 0,132

4. Tabel absorbansi larutan sampel


Sampel Panjang gelombang Absorbansi
Repitisi 1 361 nm 0,056
Repitisi 2 361 nm 0,061
Repitisi 3 361 nm 0,067

5. Penetapan kadar sianokobalamin dalam larutan sampel


• Repitisi 1
𝐴𝑈 0,056
= = 115, 414 ppm
𝐴𝑠×𝐶𝑢 207 × 0,000002344
• Repitisi 2
𝐴𝑈 0,061
= 207 × 0,000002344 = 125, 719 ppm
𝐴𝑠×𝐶𝑢
• Repitisi 3
𝐴𝑈 0,067
= 207 × 0,000002344 = 138, 085 ppm
𝐴𝑠×𝐶𝑢

115,414+125,719+138,085
Rata-rata = 3
= 126,406 ppm

2
∑ ( 𝑥−(𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎))
SD =√ 𝑛−1
257,694
=√ 2
= 11,35
11,25
CV = 126,406 x 100%
= 8,89

6. Perhitungan persentase kesalahan berdasarkan bobot sianokobalamin


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
• % kesalahan = × 100%
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
126,406 −0,00117
= × 100%
0,00117
= 1.080.383.162

F. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan panjang gelombang dari
larutan baku dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, dan 15 ppm menggunakan alat
spektrofotometer Visible dan didapatkan panjang gelombang sebesar 361 nm dan
absorbansi pada seri 1 5 ppm sebesar 0.054, seri 2 10 ppm sebesar 0.062, dan seri 3
15 ppm sebesar 0.132. Kemudian dilakukan pembacaan sampel sebanyak 3 repetisi
dengan panjang gelombang 361 nm didapatkan absorbansi sampel pada repetisi 1
sebesar 0,056, repetisi 2 sebesar 0,061, dan repetisi 3 sebesar 0,067.
Hasil persentase sianokobalamin pada repetisi 1 sebesar 115,414 ppm,
repetisi 2 sebesar 125,719 ppm, repetisi 3 sebesar 138,085 ppm. Didapatkan rata-rata
sebesar 126,406 ppm. Dari data diatas didapatkan persentase kesalahan sebesar
1.080.383.162 %, standar deviasi sebesar 11,35, dan CV sebesar 8,89. Persentase
kesalahan yang didapatkan pada praktikum kali ini sangat melebihi batas persen
kesalahan yang baik. Dimana menurut Suryani dkk (2021) apabila persentase
kesalahan lebih dari 55% maka termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini bisa
disebabkan karena kesalahan praktikan dalam pembuatan larutan sampel seperti
kesalahan ketika penimbangan atau saat melarutkan sianokobalamin dalam aquades
sehingga konsentrasi yang diukur tidak sesuai. Kesalahan juga disebabkan karena
senyawa sianokobalamin itu sendiri, dimana sianokobalamin sangat sensitif terhadap
cahaya sehingga berpotensi untuk terjadi degradasi pada Sianokobalamin yang
terpapar cahaya selama praktikum. Selain itu, dari data koefisien variansi didapatkan
hasil sebesar 8,89 sedangkan menurut literatur koefisien variansi yang baik yaitu
yang kurang dari 5% karena semakin kecil koefisien variansi maka data tersebut
semakin seragam, sedangkan semakin besar koefisien variansi maka data tersebut
semakin tidak seragam.
dan hasil data absorbansi dari sampel yang didapatkan masih belum masuk
dalam kategori yang baik menurut hukum Lambert-Beer yang mengatakan nilai
absorbansi yang baik yaitu lebih kurang sama dengan 0,2 hingga kurang dari 0,8.
Sedangkan absorbansi yang didapatkan pada sampel dibawah 0,2.

G. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan praktikan dapat menentukan kasar dari
Sianokobalamin menggunakan metode spektrometri visibel dengan panjang gelombang 361
nm. Data yang diperoleh pada percobaan masih menunjukkan hasil yang tidak sesuai, dimana
koefisien variansi dan persentase kesalahannya masih jauh dari kategori yang baik. Adanya
hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kesalahan penimbangan dan
kesalahan saat melarutkan Sianokobalamin dengan pelarut aquades. Hal inilah yang membuat
konsentrasi yang diukur dapat berbeda atau tidak sesuai. Hal-hal tersebut menjadi evaluasi
bagi praktikan pada praktikum selanjutnya sehingga praktikan dapat lebih teliti, berhati-hati
dan meningkatkan pemahaman terkait materi yang akan digunakan selama percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, A., 2019. Kalibrasi Spektrofotometer sebagai Penjaminan Mutu Hasil Pengukuran dalam
Kegiatan Penelitian dan Pengujian. Indonesian Journal of Laboratory, 1: 2.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1591

Salsabila, D.M., 2020. Defisiensi Vitamin B12 Dan Gangguan Neurologis. Jurnal Medika.
Sari, R., dan Billa, A.S., 2021. Penentuan Kadar Senyawa Aktif Cyanocobalamine
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-VIS. Reactor, 2: 33.

Sari, R., dan Billa, A.S., 2021. Penentuan Kadar Senyawa Aktif Cyanocobalamine Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. REACTOR Journal of Research on Chemistry and
Engineering, 2:33.

Satria, R., Hakim, A. R., & Darsono, P. V. (2022). Penetapan Kadar Flavonoid Total Dari Fraksi n-
Heksana Ekstrak Daun Gelinggang dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Journal of
Engineering, Technology, and Applied Science, 4:36.

Suryani, M., Jufri, L.H., dan Firdaus, 2021. Kesalahan Peserta DidikMenyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi MatriksBerdasarkan Kriteria Watson. Inovasi Matematika, 3: 130.

Yanlinastuti, dan Fatimah, S., 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut untuk Menentukan Kadar
Zirkonium dalam Paduan U-Zr dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.
Pengelolaan Instalasi Nuklir, 9: 23.

Anda mungkin juga menyukai