Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung

Nama Mata Kuliah : Farmakokinetika


Nama Dosen Pengampu: apt.Ginayanti Hadisoebroto, M.Si
Tanggal Praktikum: 12 Januari 2023
Judul Modul: Asisten :
Profil Farmakokinetika Suspensi Oral 1. Syumilah Saepudin, M.Si
Papaverin HCl pada Tikus 2. Ugas setiajati

Disusun Oleh : Ayu Wandira Kelompok : 4


1. Aprina Yolanda NIM: D1A210057
NIM: D1A210168 2. Ayu Wandira NIM: D1A210168
3. Diqa Qaulia NIM: D1A210083
4. Maharani Anawula NIM: D1A210104
5. Yolan Puspa Sari NIM: D1A210029
6. NIM:
7. NIM:

Laporan Praktikum
1. TUJUAN
1.1 Mempelajari cara menentukan profil farmakokinetka suspense orang papaverine HCL pada
tikus.
1.2 Mempelajari pengaruh dosis pemeberian terhadap profil farmakokinetika suspense oral
papaverin HCL pada tikus

2. PRINSIP
Untuk kuantitatif mengenai proses penyerapan, distribusi, metabolisme, dan eksresi obat dan
metabolitnya dan efek tubuh terhadap obat atau nasib obat dalam tubuh, proses yang dapat merubah
farmakokinetika obat.

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
Timbangan analitik, Spektrofotometri UV-Vis, pH meter, alat difusi franz, alat-alat gelas
3.2 Bahan
Asam salisilat, etanol, vaselin album, membrane kulit tikus, aquadest, buffer fosfat pH 7,6
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
4. PROSEDUR
4.1. Pembuatan Papaverin HCL
Papaverin HCl : 50 mg
PGA : 1000 mg
Aquadest : ad 50 mL

Pembuatan suspense
• Masukan PGA kedalam mortar masukan air untuk pga gerus ad homogen
• Tambahkan air korpus gerus ad homogen
• Masukan Papaverin HCl gerus ada homogen
• Masukan sisa aquades gerus ad homogen

4.2. Pembuatan Kurva Baku


Larutan stok papaverine HCl dibuat dnegan cara melarutkan 10 mg papaverine HCl
denganHCl 0,1 N ad 100 ml. kemudian dibuat seri kadar seperti table berikut :

Stok Papaverin HCl : 100 ppm

4.3. Pemberian Obat Pada Tikus


Tikus galur wistar putih jantan dipilih sebagai sebjek percobaan. 5 jam sebelum
perlakuan, tikus dipuasakan dari makanan dan hanya diberi minum untuk meminimalisirkn
pengaruh makanan terhadap proses farmakokinetiknya yang akan diamati

Bobot tikus A : 122,61 gram


Dosis papaveri manusia : 100 mg
Faktor konversi tikus (200 g) : 56
100
Dosis tikus (200 g) : 56 = 1,78 𝑚𝑔
122,61
Dosis tikus A : 𝑥 1,78 𝑚𝑔 = 1 𝑚𝑔
200

4.4. Pengambilan Sampel Darah dan Pengelolahan Sampel


• Sampel darah dari bagian ekor tikus dengan cara memotong ekor tikus setinggi 1 cm
dari ujung ekor tikus
• Darah diambil kurang lebih 0,25 ml pada setiap titik sampling yaitu ke 15, 30, 45, 60,
90, 120 menit.
• Tiap sampel dimasukan kedalam eppapendorf kemudian disentrifugasipada kecepatan
4000 rpm selama 15 menit
• 0,2 ml supernatant diambil lalu ditambahkan 0,2 ml campuran methanol dan asam
asetat 1% (4:1)
• Disentrifugasi kembali pada kecepatan 4000 rpm Selama 15 menit
• 25 mikro supernatant daimbi, dicampur dengan 2ml etanol
• Kadar papaverine HCl ditetapkan dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vi
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
5. HASIL

5.1 Hasil Pengamatan

Pembuatan kurva baku papaverine HCl


Stok Papaverin HCl : 100 ppm

Kadar (ppm) Stok (μL) + HCl 0,1 N ad Absorbansi


0 0 10 mL 0,000
1 100 10 mL 0,191
2 200 10 mL 0,366
3 300 10 mL 0,547
4 400 10 mL 1,106
5 500 10 mL 0,841

Lamdamax : 340 nm
a : 0,081
b : 0,168
r : 0,996
Persamaan Regresi Linier: 𝑦 = 0,168𝑥 + 0,018

Regersi Kurva Baku Papeverin HCL


0.9
0.8 y = 0.168x - 0.018
R² = 0.996
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 1 2 3 4 5 6
Konsentrasi (ppm)

Pengambilan sampel darah dan pengolahan sampel

Tabel pengamatan dan pengolahan sampel darah mencit


Waktu (jam) Absorbansi Fp Cp Ln Cp
0,25 0,750 80 x 348 5,85
0,5 0,112 40 x 21 3,04
0,75 0,150 40 x 31,4 3,44
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
1 0,138 40 x 28,5 3,34
1,5 0,220 40 x 48 3,87
2 0,224 40 x 49 3,89

Grafik Pengamatan Papaverin HCl secara Oral


7

4
Lon Cp

0
0 1 2 3 4 5 6 7

5.2 Perhitungan

Perhitungan Konsentrasi (Cp):


𝑦 = 0,168𝑥 + 0,018
1) Menit 15 (0,25 jam)
y = 0,168 x + 0,018
0,750 = 0,168 x + 0,018
0,168 x = 0,750 - 0,018
0,168 x = 0,732
x = 4,35 μL

2) Menit 30 (0,5 jam)


y = 0,168 x + 0,018
0,112 = 0,168 x + 0,018
0,168 x = 0,112 - 0,018
0,168 x = 0,094
x = 0,525 μL

3) Menit 45 (0,75 jam)


y = 0,168 x + 0,018
0,150 = 0,168 x + 0,018
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
0,168 x = 0,150 - 0,018
0,168 x = 0,132
x = 0,785 μL

4) Menit 60 (1 jam)
y = 0,168 x + 0,018
0,138 = 0,168 x + 0,018
0,168 x = 0,138 - 0,018
0,168 x = 0,12
x = 0,714 μL

5) Menit 90 (1,5 jam)


y = 0,168 x + 0,018
0,220 = 0,168 x + 0,018
0,168 x = 0,220 - 0,018
0,168 x = 0,202
x = 1,202 μL

6) Menit 100 (2 jam)


y = 0,168 x + 0,018
0,224 = 0,168 x + 0,018
0,168 x = 0,224 - 0,018
0,168 x = 0,206
x = 1,226 μL

Perhitungan Parameter Farmakokinetika

Grafik Eliminasi Papaverin oral


7

4
Lon Cp

3 y = -1.222x + 6.72
R² = 0.7798
2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Waktu (jam)
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung

k = 1,22

Cp0 = E6,72
= 828,81 μg/mL
= 0,828 mg/L

Cp = 𝐹𝑥𝐾𝑎𝑥𝐷0
(e-k.t x e-ka.t)
𝑉𝑑(𝑘𝑎𝑥𝑘)
28,5 = 828,81 (e-1,22.1 x e-ka.1)
0,034 = 0,295 x e-ka
e-ka = 0,115
-ka = ln 0,115
ka = 1,25

1) Volume Distribusi (Vd)


Vd = D0
Cp0
= 1 mg
0,828 mg/L
= 1,20 L

2) t1/2

t1/2 = 0,693
k
= 0,693
1,22
= 0,56 Jam

3) tmax

Tm = ln(𝑘𝑎/𝑘)
ax ka − k

= ln(1,25/1,22)
1,25 − 1,22
= ln(1.02)
0,03
= 0,019
0,88
= 0,022 Jam
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung

4) Cmax
Cmax = 𝐹𝑥𝐾𝑎𝑥𝐷0
(e-k.t x e-ka.t)
𝑉𝑑(𝑘𝑎𝑥𝑘)

= 828,8 (e-1,22x0,022 x e-.1,25x0,022)


= 828,8 (e-0,026 x e-0,027)
= 828,8 (1,026 x1,027)
= 828,8 (1,05)
= 873,308 μg/mL

5) AUC
⦋𝑨𝑼𝑪⦌0-t = ((Cp0+Cpt) x (tt-t0)) / 2
⦋𝐴𝑈𝐶⦌0-15 = ((0+348) x (0,25-0)) / 2
= (348 x 0,25) / 2
= 43,5 μg/mL

⦋𝐴𝑈𝐶⦌15-30 = ((348+21 x (0,5-0,25)) / 2


= (369 x 0,25) / 2
= 46,1 μg/mL

⦋𝐴𝑈𝐶⦌30-45 = ((21+31,4) x (0,5-0,25)) / 2


= (52,4 x 0,25) / 2
= 6,55 μg/mL

⦋𝐴𝑈𝐶⦌45-60 = ((31,4+28,5) x (1-0,75)) / 2


= (59,9 x 0,25) / 2
= 7,48 μg/mL

⦋𝐴𝑈𝐶⦌60-90 = ((28,5+48) x (1,5-1)) / 2


= (76,5 x 0,5) / 2
= 19,1 μg/mL

⦋𝐴𝑈𝐶⦌90-120 = ((48+49) x (2-1,5)) / 2


= (97 x 0,5) / 2
= 24,25 μg/mL

⦋𝐴𝑈𝐶⦌120-˜ = 𝐶𝑝120
𝑘
= 49
1,22
= 40,1 μg/mL
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
⦋𝑨𝑼𝑪⦌0- = ⦋𝑨𝑼𝑪⦌0-t + 𝑪𝒕
𝒌
˜
= (43,5 + 46,1 + 6,55 + 7,48 + 19,1 + 24,25) + (40,1)
= 146,98 + 40,1
= 187,08 μg/mL

6. PEMBAHASAN SINGKAT
Pada praktikum ini dengan judul pada modul 1 yaitu mengenai profil farmakokinetika
suspensi oral papaverine HCl pada tikus. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami prinsip-prinsip secara metode yang digunakan untuk menentukan profil pemberian
suspensi oral pada tikus. Percobaan ini dilakukan pembuatan sedian suspensi papaveri HCl
terlebih dahulu yaitu dengan kelarutan kurang lebih 40 bagian air (menurut F1 III hal.647). Yang
mana prinsip sesuai dengan pengertian suspensi secara oral yaitu suatu sedian cair yang
mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan yang sesuai
untuk pemberian oral. Suspensi Papaerin HC1 Buat 50 ml sediaan suspensi papaverin HCL 50
mg/ml dengan pensuspensi PGA 2%. Tujuan Penggunaan PGA yaitu sebagai peningkat
viskositas dan sebagai suspending agent, agar terlarut dalam air, tidak berwarna atau
kekuningan, kental dan lengket.
Setelah itu pembuatan larutan kurva baku pada sediaan papaverine HCl yaitu dengan
menggunakan larutan stok papaverin HCl 100 ppm yang dilarutkan dengan HCl 0,1 ad 100
ml,lalu dibuat seri kadar pp yaitu 1,2,3,4,dan 5 ppm. Dengan nilai absorban yang diperoleh
dalam kurva spektrofotometri yaitu 340 nm dengan persamaan garis linear yang diperoleh
yaitu y = 0,168x + 0,018 dimana dari persamaan tersebut di peroleh nilai a= 0,081 untuk nilai
b = 0,168 dan nilai r = 0,996.
Pada uji pemberian obat pada tikus putih jantan sebagai objeknya dan sebelum itu telah
diberikanperlakukan puasa tanpa makan dan hanya diberi minum saja untuk meminimalisir
pengaruhmakanan terhadap obat yang akan diberikan atau terhadap proses farmakokinetik yang
akan diamati. Adapun berat tikus yang dipakai yaitu 122,61 gram dengan dosis yang diberikan
yaitu 100 mg untuk perhitungan konversi tikus ke manusia adalah 56 maka dosis suspensi oral
yang diberikan yaitu 1 mg/ml. Untuk hasil perhitungan selanjutnya yaitu setelah dilakukan uji
perlakuan yang dilakukan yaitu pemotongan atau penyanyatan pada uji ekor tikus dengan rentan
waktu pengambilan sampel darah dari menit ke 15,30,45,60,90 dan 120.
Sampel yang sudah diambil ditampung di wadah ependorf lalu disentrifugasi dengan
kecepatan 400 rpm selama 15 menit setelah ditambhakan 0,2 ml campuran metanol: asam
salisilat 1% dengan perbandingan (4:1). Setelah itu diambil 25 μl supernatan di bagian atasnya
lalu di campur 2 ml etanol, lalu di lihat kadar papaverin HCl dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis untuk melihat absorbansinya. Adapun hasil yang di peroleh yaitu pada
menit ke 15 absnya 0,750 dan nilai Cp 348 mg/ml, menit ke-30 abs 0,112 dan Cp 21 mg/ml,
menit ke- 45 abs 0,150 dan Cp 31,4 mg/ml, menit ke-60 abs 0,138 dan Cp 28,5 mg/ml, menit
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
ke-90 abs 0,220 dan Cp 48 mg/ml dan menit ke 120 absorbansinya yaitu 0,224 dan nilai Cp nya
49 mg/ml.
Pada sediaan oral (suspensi papaverin HCl) yang kami berikan pada tikus terjadi proses
farmakokinetik meliputi absorbsi,distribusi,metabolisme,dan eliminasi, yang dimaksud absorpsi
atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul molekul obat ke dalam tubuh atau menuju
ke predaran darah tubuh setelah melewati sawar biologi. Penyerapan ini hanya dapat terjadi bila
molekul zat aktif dalam bentuk terlarut, papaverin HCl dibuat dalam bentuk suspensi agar
mudah diabsorbsi oleh tubuh, Kemudian pada proses distribusi tahap ini zat aktif akan
disebarkan ke seluruh tubuh dan kemudian disalurkan ke seluruh bagian tubuh dan tempat
kerjanya, proses metabolisme ini proses perubahan senyawa obat sehingga lebih mudah larut
dalam air dan biasa terjadi di dalam hati sehingga obat menjadi aktif dan dapat di ekskresikan
melalui saluran eksresi. Eksresi suatu obat dan metabolit menyebabkan penurunan konsentrasi
bahan berkhasiat dalam tubuh yaitu papaverin HCl.

7. KESIMPULAN
Kesimpulan pada praktikum modul 1 ini yang mana memiliki tujuan sebagai pengenal profil
farmakokinetik suspensi oral dari sedian papaverin HCl yang diberikan pada tikus serta untk
mengetahui dan memahami tentang prinsip-prinsip metode yang digunakan untuk menentukan
profil pemberian suspensi oral pada tikus. Dari hasil pengukuran absorbansi darah tikus yang diberi
papaverin dengan dosis 1000 μg/mL dan pengamatan selama 2 jam, diperoleh hasil parameter
farmakokinetik sebagai berikut:
a. Volume distribusi (Vd) sebesar 1,20 L,
b. T1/2 dicapai pada 0,56 jam,
c. Tmax pada 0,022 jam,
d. Kadar obat tertinggi dalam plasma (Cmax) sebesar 873,308 μg/mL, dan
e. AUC selama 2 jam sebesar 146,98 μg/mL, sedangkan perkiraan AUC total sekitar 187,08
μg/mL.

8. PUSTAKA
Katzung,B.G.(2004).Farmakologi dasar dan Klinik buku 3 edisi 8.
Penerjemah dan editor: Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Medika, Surabaya.
Shargel L and ABC Yu. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, edisi kedua,
Airlangga University Press. Surabaya
Wardati Yulia,. Et.al. Modul Praktikum Farmakokinetik.universitas al ghifari:2021.8.2
LABORATORIUM FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS AL-GHIFARI
Jalan Cisaranten Kulon No 140 Bandung
9. LAMPIRAN

Penimbangan tikus Tikus dimasukksn kedalam alat


huntermoon

Pemberian minum pada mencit Pengambilan darah pada mencit


dengan di gunting sedikit ekor tikus

Pemijitan ekor secara berlahan Hasil darah yang keluar dari tikus

Anda mungkin juga menyukai