Anda di halaman 1dari 7

Praktikum Oseanografi Kimia

Nama : Alfianu Adhi Riztiawan


NPM : 230210210071
Kelas :B
Judul Praktikum : Larutan Standar Uji Amonia
Tujuan Praktikum :
1. Praktikan memahami definisi dan kegunaan dari larutan standar amonia.
2. Praktikan mengetahui prosedur pembuatan larutan standar amonia.

Materi Larutan Standar Uji Amonia


Larutan standar merupakan larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara pasti yang
dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan kemurniannya yaitu larutan standar primer dan larutan
standar sekunder (Padmaningrum, 2006). Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna terdiri
dari satu unsur nitrogen (N) dan tiga unsur hydrogen (H3) dengan titik didih -33.5 °C cairannya
mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 kJ/g pada titik didihnya (Irfannudin &
Swanny., 2017). Amonia di perairan terdapat dalam bentuk ammonia (NH3) dan ammonium
(NH4+) yang bersama-sama disebut sebagai total ammonia nitrogen (TAN) (Wahyuningsih &
Gitarama., 2020). Pada konsentrasi tinggi, ammonia bersifat toksik, menyebabkan penurunan
pasokan oksigen dalam jumlah besar dan perubahan yang tidak diinginkan dalam ekosistem
perairan (Jang et al., 2004). Menurut Kepmen LH No.51/MENLH/2004, kandungan amonia untuk
wisata bahari dan biota laut adalah sebesar 0.3 mg/L. Apabila konsentrasi amonia di perairan telah
melebihi baku mutu, maka dipastikan akan mengakibatkan menurunnya kualitas perairan dan akan
berdampak negatif bagi biota laut yang ada di perairan tersebut (Hamuna et al., 2018).
Manfaat dan kegunaan ammonia umumnya digunakan sebagai bahan pembuat obat-obatan,
campuran pembuatan pupuk, serta amonia yang dilarutkan dalam air dapat digunakan untuk
membersihkan berbagai perkakas rumah tangga (Hamzah et al., n.d). Amonia dapat berasal dari
siklus nitrogen di laut yang berasal dari proses amonifikasi, sumber lain amonia di laut secara
alami berasal dari hasil metabolisme organisme hidup dan proses dekomposisi organisme yang
terlah mati serta sisa-sisa makanan (Susana, 2004). Amonia merupakan salah satu zat hara
menunjang kesuburan perairan yang juga salah satu faktor yang menunjang dalam penentuan
kualitas suatu perairan (Santoso, 2011). Dampak positif dari amonia adanya peningkatan produksi
fitoplankton dan total produksi ikan (Jones-Lee & Lee., 2005; Gypens et al., 2009), sedangkan
dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan, penurunan
biodiversitas dan terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton
berbahaya yang umumnya dikenal dengan Harmful Alga Blooms atau HABs (Risamasu &
Prayitno., 2012).

Alat dan Bahan


Alat:
1. Neraca analitik, digunakan untuk menimbang sampel NH4Cl.
2. Pipet ukur, digunakan untuk mengambil larutan.
3. Mikropipet, digunakan untuk pengambilan larutan dengan ketelitian tinggi.
4. Labu ukur 25 mL dan 50 mL, digunakan untuk menghomogenkan larutan.
5. Botol winkler, digunakan untuk menyimpan larutan pengenceran.
6. Kuvet, digunakan untuk mengukur konsentrasi reagen yang dibaca pada spektofotometer.
7. Cawan petri, untuk media menimbang sampel.
8. Spektofotometer, digunakan untuk mengukur absorbansi larutan yang telah dibuat.
9. Komputer, digunakan untuk menganalisis hasil dari spektofotometer.
Bahan:
1. NH4Cl, sebagai sampel yang akan digunakan.
2. Reagen Siegnette, sebagai bahan pereagen.
3. Reagen Nessler, sebagai bahan pereagen.
4. Akuades, sebagai pelarut, cairan untuk mensterilkan, dan untuk mengkalibrasi sampel.

Prosedur Praktikum
1. Pengenceran Larutan Standar Amonia I

Padatan NH4Cl
Ditimbang NH4Cl sebanyak 0.1091 gr menggunakan neraca analitik

Dimasukan NH4Cl ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan akuades 50 mL

Dihomogenkan dan dituang ke botol winkler


Larutan NH4Cl 1000 ppm

2. Pengenceran Larutan Standar Amonia II

Larutan NH4Cl 1000 ppm


Diambil 0,5 mL larutan NH4Cl 1000 ppm dari botol winkler

Dimasukan ke labu ukur berisi 50 mL akuades

Dihomogenkan

Larutan NH4Cl 10 ppm

3. Pengenceran Larutan Standar Amonia III

Larutan NH4Cl 10 ppm


Diambil larutan NH4Cl sebanyak volume yang diperlukan untuk kosentrasi 0.2 ppm;
0.4 ppm; 0.6 ppm; 0.8 ppm; dan 1 ppm (gunakan rumus V1M1 = V2M2)

Dimasukan ke labu ukur berisi 25 mL akuades

Dihomogenkan

Larutan NH4Cl konsentrasi x ppm

4. Analisis Absorbansi

Larutan NH4Cl konsentrasi x ppm


Dimasukan reagen Siegnette 2 tetes

Dimasukan reagen Nessler 1 mL

Dihomogenkan dan didiamkan selama 10 menit

Diambil kuvet dan dimasukan larutan minimal sebanyak ¾ dari volume kuvet

Dikalibrasi spektofotometer dan dimasukan kuvet ke dalam spektofotometer


Dianalisis menggunakan komputer dengan panjang gelombang 425 nm

Absorbansi didapatkan

Hasil Praktikum
Praktikum pembuatan larutan standar uji amonia dilakukan secara berkelompok, dan
didapatkan hasil dari delapan kelompok kelas B adalah sebagai berikut :
Kel. Konsentrasi Absorbansi Kel. Konsentrasi Absorbansi
8,519 0,2964
1 8,518 0,4 0,2976
1B 5B
8,519 0,2980
Mean 8,519 Mean 0,2973
0,4739 0,321
0,8 0,4743 0,4 0,3208
2B 6B
0,4729 0,322
Mean 0,4737 Mean 0,3213
0,5058 0,4543
0,6 0,5128 0,2 0,4550
3B 7B
0,5135 0,4555
Mean 0,5107 Mean 0,4549
0,3911 0,1276
0,2
0,6 0,3913 0,1275
4B 8B
0,3915 0,1283
Mean 0,3913 Mean 0,1278
Tabel 1 Hasil Pembuatan Larutan Standar Uji Amonia

Setelah diketahui hasil Tabel 1, yang merupakan hasil dari pengukuran larutan standar uji
amonia menggunakan spektofotometer, selanjutnya dibuat grafik kurva dengan tujuan untuk
mengetahui nilai ketidakpastian.
Kurva Absorbansi
10

6
Absorbansi

y = 7,1671x - 2,3757 Absorbansi


R² = 0,4895
4 Konsentrasi
Linear (Konsentrasi)
2 Linear (Absorbansi)

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

-2
Konsentrasi

Kurva 1 Kurva Absorbansi

Chin (1998) menyebutkan bahwa nilai R-square dikategorikan kuat jika lebih dari 0,67,
dikategorikan moderat jika lebih dari 0,33 tetapi lebih rendah dari 0,67, dan lemah jika lebih dari
0,19 tetapi lebih rendah dari 0,33. Dari hasil praktikum dapat diliat bahwa, nilai y = 7,4335x +
2,5724 dan nilai R2 = 0,4895, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai R-square dikategorikan
moderat. Hukum Lamber Beer menyatakan bahwa hubungan linear antara absorbansi dengan
konsentrasi larutan sampel. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan
mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan Hukum Lamber Beer.
Dari hasil Kurva 1, pembuatan larutan standar amonia berwarna kuning, hal tersebut sesuai dengan
hukum Lamber Beer dan prinsip dari metode Nessler berdasarkan pada pereaksi Nessler (K2HgI4)
bila bereaksi dengan amonia akan membentuk dispersi koloid yang berwarna kuning yang mana
intensitas dan warnanya berbanding lurus dengan konsentrasi amonia (Eva, 2019). Pada Kurva 1,
absorbansi rata-rata pada praktikum ini menghasilkan nilai yang hampir linear, hanya terdapat satu
kesalahan yang menyebabkan perhitungan menajdi tidak linear, yaitu pada konsentrasi 1 ppm
dengan rata-rata absorbansinya 8,519. Hal tersebut dapat diakibatkan karena beberapa faktor,
diantaranya: adanya interaksi molekul dan reaksi antara analit dengan pelarut berupa ionisasi
ataupun hidrolisis oleh karena itu harus dilakukan pengenceran dengan benar, terdapat kotoran
ataupun zat lain dalam larutan yang menyebabkan larutan tidak jernih, berkas sinar cahaya yang
bersifat monokromatis namun polikromatis yang dapat menyebabkan absorbansi negatif atau
penyerapan fraksi yang tidak sama, ataupun karena kuvet yang digunakan terdapat kotoran dan
tidak bersih.

Referensi
Chin, W. W. (1998). The Partial Least Squares Aproach to Structural Equation Modeling. Modern
Methods for Business Research, 295, 336.
Eva, F. (2019). Pemeriksaan Senyawa Amonia Air Limbah Dengan Pereaksi Nessler
Menggunakan Alat Spektrofotometer Ultra Violet - Visibel. In Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
Gypens, N., Borges, A. V., & Lancelot, C. (2009). Effect of eutrophication on air-sea CO2 fluxes
in the coastal Southern North Sea: a model study of the past 50 years. Global Change
Biology, 15(4), 1040-1056.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., Suwito, S., & Maury, H. K. (2018). Konsentrasi amoniak, nitrat dan
fosfat di perairan distrik depapre, kabupaten jayapura. EnviroScienteae, 14(1), 8-15.
Hamzah, A., Sefiani, A., & Waruwu, E. S. (n.d). Pengukuran Kadar NH3 di Kamar Mandi Pria
Dengan Metode Indofenol Menggunakan Spektrofotometer Measurements Levels NH3. In
The Man Bathroom With The Method Indofenol Using.
Irfannuddin, I., & Swanny, S. (2017). Paparan Gas Amonia Karet Terhadap Perubahan Kadar
Serum MDA (Malondialdehyde). Biomedical Journal of Indonesia, 3(3), 113-119.
Jang, J.D., Barford, J.P., Lindawati., & Renneberg, R. (2004). Application of Biochemical Oxygen
Demand (BOD) Biosensor for Optimization of Biological Carbon and Nitrogen Removal
from Synthetic Wastewater in a Sequencing Batch Reactor System. Biosensors and
Bioelectronics, 19, 805–812.
Jones-Lee, A., & Lee, F. G. (2005). Eutrophication (Excessive Fertilization), water encyclopedia:
surface and agricultural wate
MenLH RI. (2004). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut.
Padmaningrum, R. T. (2006). Titrasi asidimetri. Jurnal Pendidikan Kimia, 1-9.
Risamasu, F. J., & Prayitno, H. B. (2012). Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di
Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. ILMU KELAUTAN: Indonesian
Journal of Marine Sciences, 16(3), 135-142.
Santoso, A. D. (2011). Kualitas Nutrien Perairan Teluk Hurun, Lampung. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 7(2), 140-144.
Susana, T. (2004). Sumber Polutan Nitrogen Dalam Air Laut. Oseana, 29(3), 25-33.
Wahyuningsih, S., & Gitarama, A. M. (2020). Amonia pada sistem budidaya ikan. Syntax Literate;
Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(2), 112-125.

Anda mungkin juga menyukai