Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FTIR (FOURIER TRANSFORM INFRARED SPECTROSCOPY)

DOSEN PEMBIMBING

Dra. Yenni Darvina, M.Si

DISUSUN OLEH :

Abdul Azizi ( 01 )

Indri Saputri Pertama ( 03 )

Kiki Yuliza Noerman ( 04 )

Sri Angraini ( 25 )

Ulfa Haldiani Putri ( 26 )

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah FTIR
(Fourier Transform Infrared spectroscopy) dapat diselesaikan dengan baik. Tidak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yakni untuk mengenalkan dan
membahas tentang FTIR (Fourier Transform Infrared spectroscopy). Dengan
makalah ini diharapkan baik penulis sendiri maupun pembaca dapat memilki
pengetahuan yang lebih luas mengenai FTIR (Fourier Transform Infrared
spectroscopy).
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca
umumnya dan kami sendiri khususnya.

Padang, 14 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
BAB 2......................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
2.1 Spektrum infra merah (IR) atau FTIR (Fourier Transform Infrared spectroscopy)3
2.2 Komponen Alat Spektrofotometri IR.........................................................................4
2.3 Interpretasi Spektrum Infra Merah............................................................................6
BAB 3......................................................................................................................................9
PEMBAHASAN.....................................................................................................................9
3.1 Data Pengamatan..........................................................................................................9
3.2 Analisis.......................................................................................................................10
KESIMPULAN.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

2.1. Latar Belakang

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya,
suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara
cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu
dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa
kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi spektroskopi berkembang seiring
teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak,
tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-elektromagnetik
seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, fonon, gelombang suara, sinar x
dan lain sebagainya.

Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap.
Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga digunakan secara
intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop
besar mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan
atribut fisik lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek
astronomi berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis spektral. Salah satu jenis
spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR) atau FTIR (Fourier Transform
Infrared spectroscopy) . Spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul.
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul
dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 -
1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1.

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang dari
cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti
"bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya
tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga
"order" dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah
ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris
ketika ia sedang mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan
digunakan untuk mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop

1
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1. Radiasi
elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan
arah rambatan.

2.2. Tujuan

1. Mampu memahami prinsip kerja spectrometer FTIR .


2. Mengetahui tujuan kalibrasi alat spectrometer FTIR sebagai dasar menjamin
keakuratan pembacaan frekuensi / panjang gelombang yang diukur atau
dihasilkan.

2.3. Alat dan Bahan


• Spektrofotometer FTIR 1 set
• Sampel 50 ml
• Botol sampeL

2.4. Cara Kerja

1. Menyiapkan sampel yang akan diuji


2. Mengambil ± 5 ml sampel dengan menggunakan pipet tetes
3. Meletakkan sampel pada sampel holder dan menempatkannya pada lintasan sinar alat
FTIR.
4. Melakukan pengukuran dengan alat FTIR dan mengamati grafik yang terbentuk
5. Menyimpan data yang dihasilkan dan melakukan pembahasan terhadap puncak-
puncak yang terbentuk dan membandingkan dengan gelombang

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrum infra merah (IR) atau FTIR (Fourier Transform Infrared spectroscopy)

Prinsip kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang lainnya
yakni adanya interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik. FTIR digunakan untuk analisa
kualitatif yaitu untuk mengetahui ikatan kimia yang dapat ditentukan dari spectra vibrasi yang
dihasilkan oleh suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu.

Spektroskopi inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000
cm-1, di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang merupakan ukuran
unit untuk frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah, radiasi yang mengandung
semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul
sebagai penurunan sinyal yang terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi.

Spektroskopi inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa
organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat dengan puncak
struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu, masing-masing kelompok
fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh, sebuah gugus
karbonil, C = O, selalu menyerap sinar inframerah pada 1670-1780 cm-1, yang menyebabkan
ikatan karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002).

Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi (bergetar). Ikatan kimia
yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua bola yang dihubungkan oleh suatu
pegas.
Bila radiasi inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan
maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi di
antara tingkat vibrasi dasar dan tingkat tereksitasi. Contoh suatu ikatan C-H yang bervibrasi 90
triliun kali dalam satu detik harus menyerap radiasi inframerah pada frekuensi tersebut untuk
pindah ketingkat vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian energi pada frekuensi dapat
dideteksi oleh spektrofotometer infra merah yang memplot jumlah radiasi infra merah yang akan
memberikan informasi enting tentang tentang gugus fungsional suatu molekul (Blanchard, A
Arthur, 1986).

Spestroskopi inframerah merupakan salah satu teknik spektroskopi yang didasarkan pada
penyerapan inframerah oleh senyawa. Karena spectrum IR memiliki panjang gelombang yang
lebih panjang dari panjang gelombang yang lain maka energi yang dihasilkan oleh spectrum ini
lebih kecil dan hanya mampu menyebabkan vibrasi atom-atom pda senyawa yang menyerapnya.

3
Daerah radisai sinar inframerah terbagi menjadi 3 antara lain:

4
1. Daerah IR dekat (13000-4000 cm-1)
2. Daerah IR tengah (4000-200 cm-1)
3. Daerah IR jauh (200-10 cm-1)

Kebanyakan analisis kimia berada pada daerah IR tengah. IR jauh digunakan untuk menganalisis
mzat organik,anorganik dan organologam yang memiliki atom berat (massa atom diatas 19).
Sedangkan IR dekat menganalisis kuantitatif denagn kecepatan tinggi. Karena panjang
gelombang IR lebih pendek dari apnjang gelombang sinar tampak ataupun sinar UV maka energi
IR tidak mampu mentransisikan elektron ,melainkan hanya menyebabkan molekul hanya
bergetar.Setiap molekul memiliki harga energi tertentu. Bila suatu senyawa menyerap energi dari
sinar IR maka tingkatrn energi didalam molekul itu akan tereksitasi ketingkatan energi yang
lebih tinggi. Sesuai dengan energi yang diserap maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah
perubahan energi vibrasi yang diikuti dengan perubahan energi rotasi. Interksi ini terjadi dengan
syarat adnya perubahan momen dipol sebagai akibat dari vibrasi. Radiasi medan listrik berubah –
ubah akan berinteraksi dengan molekul dan akan menyebabkan perubahan amplitudo salah satu
gerakan molekul. Selain itu energi yang dihasilkan oleh sianr IR harus sesuai dengan energi yang
dibutuhkan oleh atom untuk bervibrasi. Senyawa seperti O2 dan N2 tidak memiliki perubahn
mimen dipol dalam vibrasinya sehingga tidak dapt mengadsropsi sinar IR (Earnshaw A, 1997).
2.2 Komponen Alat Spektrofotometri IR

Gambar. 1 (Prinsip Kerja FTIR)

5
a) Sumber Energi: Sumbernya dapat berupa Nernest atau lampu Glower, yang dibuat dari
oksida-oksida zirconium dan yttrium, berupa batang berongga dengan diameter 2mm dan
panjang 30mm. Batang ini dipanaskan sampai 1500-20000 oC dan akan memberikan
radiasi di atas 7000 cm-1. Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst Glower,
Globar, dan Kawat Nikhrom.

b) Monokromator: digunakan untuk menghilangkan sinar yang tidak diinginkan, sehingga


diperoleh sinar yang monokromatis, terdiri dari sistem celah (masukkeluar) tempat sinar
dari sumber radiasi masuk ke dalam sistem monokromator. Alat pendispersi berupa
prisma/kisi difraksi akan menguraikan sinar menjadi komponen panjang gelombang.

c) Wadah sampel: berfungsi untuk menaruh/meletakkan/melekatkan sampel yang akan


dianalisis. Wadah sampel yang digunakan disesuaikan pada bentuk fisik sampel yang
akan dianalisis. Wadah sampel untuk sampel berbentuk cairan umumnya mempunyai
panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm biasanya dibuat lapisan tipis (film) di antara dua
keping senyawa yang transparan terhadap radiasi inframerah. Dapat pula dibuat larutan
yang kemudian dimasukkan ke dalam sel larutan.

d) Detektor: alat pengukur energi radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda dengan detector
lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra merah lebih sulit karena intensitas
radiasi rendah dan energi foton infra merah juga rendah. Akibatnya signal dari detektor
infra merah kecil sehingga dalam pengukurannya harus diperbesar dengan menggunaan
amplifier. Terdapat dua macam detector yaitu thermocouple dan bolometer.

e) Rekorder: alat perekam untuk mempermudah dan mempercepat pengolahan data dari
detector. Tidak ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR, maka cuplikan
dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya diletakkan di tempat sel
spektrofotometer infrared dengan lubang mengarah ke sumber radiasi (Hendayana, 1994)

6
2.3 Interpretasi Spektrum Infra Merah
.

Gambar. 2 (Tabel daerah gugus fungsi pada IR)

7
Senyawa karbonil
Salah satu puncak absopsi dalam spektrum infra merah yang paling terbedakan
ialah puncak yang disebabkan oleh vibrasi uluran karbonil. Puncak absorpsi ini
merupakan puncak yang kuat yang dijumpai dalam daerah 1640-1840 cm-1.
Gugus karbonil merupakan bagiandari sejumlah gugus fungsional. Posisi eksak dari
absorpsi karbonil, posisi pita-pita absorpsi lain dalam spektrum infra merah, dan teknik
teknik spektral lain (terutama NMR) mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi gugus
fungsional itu. Posisi absorpsi C=O untuk aldehida, keton, asam karboksilat dan ester
dicantumkan dalam Tabel.
Asam karboksilat mempunyai gugus karboksil yang paling mudah dideteksi
karena adanya C=O uluran serta menunjukkan absorpsi lebar dari O-H uluran yang
sangat terbedakan (distinctive), yang mulai pada sekitar 3300 cm-1 dan miring ke dalam
pita absorpsi CH alifatik. Mengapa OH karboksil mempunyai spektrum melebar yang
berbeda dari spektrum OH alkohol ialah karena asam karboksilat membentuk dimer
berdasarkan ikatan hidrogen. Selain itu spektrum asam karboksilat mempunyai dua pita
absorpsi dari C-O uluran dan O-H tekuk yang muncul berturut-turut dekat 1320-1210 cm -
1
dan 1440- 1395 cm-1. Salah satu karakteristik dari vibrasi O-H tekuk dalam asam
karboksilat dengan struktur dimer terjadi pada frekuensi dekat 920 cm-1.
Ester mempunyai pita absorpsi kuat dar vibrasi C=O uluran dan C-O uluran. Pita
absorpsi C=O terjadi pada frekuensi dekat 1740 cm -1, sedangkan pita absorpsi C-O
dijumpai dalam daerah sidikjari 1300-1110 cm-1. Pita ini kadang-kadang sukar untuk
ditandai. Namun pita C-O ini kuat dan dalam beberapa hal, dapat digunakan untuk
membedakan antara ester dan keton.
Aldehida biasanya dapat dibedakan dari keton oleh pita absorpsi C-H uluran.
Aldehida menunjukkan dua pita uluran karakteristik untuk C-H aldehida (tepat di sebelah
kanan pita CH alifatik) pada 2900-2800 cm-1 serta 2800-2700 cm-1. Kedua pita ini
runcing, tetapi lemah, dan pita pada 2900 cm-1 dapat tersembunyi oleh absorpsi yang
tumpang- tindih dari ikatan CH alifatik. Sedangkan vibrasi C=O terjadi dekat 1740-1720
cm-1.
Anhidrida asam karboksilat menunjukkan dua pita absorpsi yang berasal dari
vibrasi asimetrik dan simetri C=O uluran pada frekuensi 1810 dan 1760 cm-1. Pemecahan
pita terjadi karena ikatan rangkap pada ikatan karbonil-oksigen mengalami resonansi.
Dalam hal ini pita frekuensi yang tinggi adalah C=O simetri.
Keton mempunyai spektra senyawa karbonil yang tersederhana. Keton alifatk
jenuh mempunyai frekuensi pada 1715 cm-1. Metil keton memberikan absorpsi
karakteristik yang sangat kuat pada frekuensi dekat 1400 cm-1.
Amida menunjukkan pita absorpsi karbonil yang dikenal dengan pita amida I.
Letak frekuensi absorpsi dipengaruhi oleh keadaan senyawa berupa padat atau cair
(ikatan hidrogen). Amida primer mempunyai dua pita N-H uluran yang berasal dari
simetri dan asimetri N-H uluran. Amida sekunder hanya mempunyai satu pita N-H
uluran.
8
Senyawa Alkohol dan Eter
Spektrum infra merah alkohol pada konsentrasi rendah menunjukkan sebuah pita
absorpsi tajam pada 3650 cm-1 disamping adanya pita tambahan yang lebar pada 3350 cm-
1
. Pita tajam ini merupakan absorpsi O-H uluran dari molekul alkohol bebas, sedangkan
pita lebar berasal dari O-H uluran pada molekul-molekul alkohol yang berikatan
hidrogen. Alkohol dalam keadaan pekat mempunyai ikatan hidrogen yang kuat biasanya
dalam bentuk dimer, trimer, dan tetramer yang semuanya memberikan pita absorpsi yang
melebar.
Eter mempunyai satu pita karakteristik C-O uluran. Pita ini mudah diidentifikasi
yaitu pada frekuensi 1300-1000 cm-1. Dalam hal ini bila gugus O-H tidak ada, sebab
gugus O-H juga akan memberikan pita absorpsi yang kuat pada daerah frekuensi tersebut.
Senyawa Nitro
Ikatan hidrogen dalam amina mengakibatkan perubahan pita N-H uluran simetri
dan asimetri. Dalam larutan yang encer vibrasi N-H uluran terlihat pada frekuensi dekat
3500 cm-1. Pada spektrum infra merah toluidin menunjukkan pita absorpsi karakteristik
yaitu N-H tekuk pada 1620 cm-1 dan C-N uluran pada 1280 cm-1.
Nitril mempunyai pita absorpsi karakteristik yang kuat dari vibrasi C=N uluran
pada 2250 cm-1. Spektrum infra merah benzonitril menunjukkan C=N uluran yang jelas
pada frekuensi tersebut.

Senyawa hidrokarbon
Kebanyakan senyawa aromatik menunjukkan tiga dari empat kemungkinan pita
C=C uluran yaitu pada frekuensi 1450 cm-1 dan dua pita pada frekuensi dekat 1600 cm-1.
Vibrasi C-H uluran aromatik dan alkena pada frekuensi di atas 3000 cm -1 sedangkan C-H
uluran alkana pada frekuensi di bawah 3000 cm-1.
Alkuna mudah dideteksi karena ada pita absorpsi C=C uluran yang lemah pada
frekuensi dekat 2200 cm-1 terdapat bersama C-H uluran yang kuat pada frekuensi dekat
3300 cm-1. Alkana sederhana menunjukkan empat pita absorpsi C-H uluran yaitu asimetri
CH3 dan CH2 di mana masing-masing mempunyai sepasang pita pada frekuensi yang
lebih rendah.
Trans alkena dapat dibedakan dari isomer cis. Trans alkena menunjukkan pita
absorpi pada frekuensi 970 cm-1 sedangkan isomer cis pada frekuensi sekitar 700 cm-1.

9
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Gambar. 3 (Data Hasil Pengamatan)

10
3.2 Analisis

Berdasarkan data hasil pengamatan spektrum tersebut, terdapat 20 peak yang muncul.
20 peak tersebut memiliki bilangan gelombang masing-masing yaitu :

1. 3041.72 11.
1409.19
2. 2930.47 12. 1288.27
3. 2630.81 13. 1231.87
4. 2557.61 14. 1052.23
5. 2681.09 15. 1013.73
6. 2151.81 16. 928.53
7. 1757.20 17. 899.64
8. 1704.67 18. 603.99
9. 1517.08 19. 626.86
10. 1380.83 20. 478.85

Dari 20 peak tersebut terdapat 4 peak yang paling menonjol. Berikut 4 peak tersebut
beserta keterangan gugus fungsinya:

No. Frekuensi (cm-1) Daerah Frekuensi Intensitas Gugus Fungsi Tipe Senyawa
1. 1231.87 1050 - 1300 Kuat C-O Asam
Karboksilat
2. 1704.67 1690 - 1760 Kuat C=O Asam
Karboksilat
3. 3041.72 3010 - 3100 Sedang C-H Cincin
Aromatik
4. 2681.09 2500 – 3300 Melebar O-H Asam
Karboksilat

Disini terlihat adanya beberapa jenis ikatan seperti:

• Gugus karbonil
Ikatan pada gugus karbonil, C=O, memberikan serapan yang berpengaruh pada daerah
1690 - 1760 cm-1
• Ikatan tunggal karbon-oksigen
Ikatan tunggal karbon-oksigen C-O mempunyai serapan pada daerah sidik jari yang
bervariasi antara bilangan gelombang 1050 - 1300 cm-1
11
• Ikatan oksigen-hidrogen
Ikatan O-H diidentifikasi sebagai asam karena menghasilkan sinyal yang lebar pada
daerah 2500 - 3300 cm-1 .
• Ikatan karbon-hidrogen,
Ikatan C-H (dengan hidrogen melekat pada karbon) menyerap pada daerah antara 3010
- 3100 cm-1 .
• Ikatan tunggal karbon-karbon
Ikatan karbon-karbon C-C mempunyai serapan pada range bilangan gelombang yang
besar pada daerah sidik jari sehingga sangat sukar untuk melakukan interpretasi
ikatan karbon-karbon dari spectrum inframerah

Dari jenis ikatan gugus fungsi yang di dapat, yaitu antara lain C-C, C-O, C-H, C=O, dan
O-H dengan rata – rata tipe senyawa yang di dapatkan merupakan senyawa asam
karboksilat. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat yang paling sederhana,
selain itu asam asetat juga dapat membentuk senyawa aromatik.

12
KESIMPULAN

Dari makalah yang kami buat dapat diambil kesimpulan bahwa Spektroskopi
inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75 – 1.000 µm.
Spektroskopi inframerah sebuah metode analisis instrumentasi pada senyawa kimia yang
menggunakan radiasi sinar infra merah. Spektroskopi inframerah berguna untuk
mengetahui gugus fungsi yang terdapat pada senyawa organik. Bila suatu senyawa
diradiasi menggunakan sinar infra merah, maka sebagian sinar akan diserap oleh
senyawa, sedangkan yang lainnya akan diteruskan. Serapan ini diakibatkan karena
molekul senyawa organik mempunyai ikatan yang dapat bervibrasi. Dan dari data hasil
pengamatan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa gugus fungsi yang merupakan
penyusun dari suatu senyawa asam asetat (CH3COOH).

• Gugus Fungsi C-O terdapat pada peak 1231.87 cm-1


• Gugus Fungsi C=O terdapat pada peak 1704.67 cm-1
• Gugus Fungsi C-H terdapat pada peak 3041.72 cm-1
• Gugus Fungsi O-H terdapat pada peak 2500 cm-1 - 3300 cm-1
• Ikatan gugus fungsi C-O, C=O, C-H, dan O-H, yang muncul dalam spektrum merupakan
ikatan gugus fungsi yang terdapat dalam struktur asam asetat (CH3COOH).

• Zat atau larutan uji merupakan senyawa asam asetat (CH3COOH).

13
DAFTAR PUSTAKA

• Principle of Instrumental Analysis, Skoog, Holler, Nieman, 1998.


• Modul Praktikum Karakterisasi Material Kualitatif Departemen Teknik Metalurgi dan
Material. 2018. Universitas Indonesia, Depok.
• Powerpoint Kimia Polimer Ibu Sari Katili. 2018. Universitas Indonesia, Depok.
• Erlangga,Januar. 2014.Makalah Spektro IR FTIR fix.Tangerang Selatan [TersediaOnline]
https://www.academia.edu/11872357/MAKALAH_SPEKTRO_IR_FIX./Diakses tanggal
17 November 2017

14

Anda mungkin juga menyukai