Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS FARMASI
“SPEKTROFOTOMETER INFRA RED (IR)”

Dosen Pengampu;
Apt. Burhanudin Gasim Soka, S.Farm., M.Farm.

Diajukan untuk memenuhi penilaian


tugas pada mata kuliah Analisis Farmasi

Disusun oleh:
KELOMPOK 2

TUTUT SELAMET 2008060042


UGIK NENA KARELINA 2008060043
VINA APRIYANA 2008060044
WAWAN HASFI 2008060045
WINA PRATIWI 2008060046

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat karunia dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
penyusunan makalah pada mata kuliah Analisis Farmasi yang berjudul
“Spektrofotometri Infra Red (IR)” tepat waktu sesuai dengan yang kami
rencanakan. Tidak lupa pula kami panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan
Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliaulah kita bisa
menghirup cahaya islam sampai hari ini.
Penulisan makalah ini mungkin tidak akan bisa terselesaikan tepat waktu jika
tidak dibarengi dengan kerjasama tim antar kelompok, dan juga isi materi dalam
penulisan makalah ini kami sadari jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari seluruh elemen yang
terkait, baik dari mahasiswa secara khusus maupun masyarakat secara umum agar
supaya dapat menjadi bahan pembelajaran untuk lebih baik kedepannya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan acuan baik
dalam isi makalahnya maupun dalam aturan dan kesesuaian penulisan makalah.
Wabillahitaufik walhidayah, wassalamu’alaikum wr. wb.

Mataram, 12 April 2022

Penulis.

i
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1. Spektrofotometer FTIR ......................................................................... 3
2.2. Spektrofotometer IR.............................................................................. 5
2.3. Spektrum IR .......................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................... 8
BAB IV PENUTUP ............................................................................................ 15
4.1. Kesimpulan ........................................................................................... 15
4.2. Saran ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema IR ........................................................................................... 4


Gambar 2. Sistem Spektrofotometer IR .............................................................. 12
Gambar 3. Pemadat Cuplikan ............................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya
berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau
dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Dalam
catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana "cahaya
tampak" digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa kualitatif dan
kuantitatif. Dalam masa modern, definisi spektroskopi berkembang seiring
teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya
cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-
elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, fonon,
gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.
Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis
untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan
atau yang diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer.
Spektroskopi juga digunakan secara intensif dalam astronomi dan
penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai
spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan atribut fisik
lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek
astronomi berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis spektral. Salah satu
jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul.
Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 -
10 cm-1.
Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih
panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio.

1
Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah
merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi
inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan memiliki panjang gelombang
antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara tidak sengaja oleh Sir
William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang mengadakan
penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk
mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop.
Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode
yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada
pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan
Gelombang 13.000 – 10 cm-1. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama
kali oleh James Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis
merupakan gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan
vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian
dari spektrofotometer infra merah, penggunaannya manfaat, prinsip kerja, serta
kelebihan dan kekurangan dari spektrofotometer infra merah.

1.3. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Pengertian FTIR dan spektranya
2. Jenis-jenis spektroskopi inframerah
3. Alat yang digunakan
4. Cara penggunaannya
5. Manfaat dari spektroskopi inframerah
6. Kelebihan serta kekurangan dari spektroskopi inframerah tersebut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Spektrofotometer FTIR


Spektrofotometer FTIR 8300/8700 merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Analisis dilakukan dengan melihat bentuk
spektrumnya yaitu dengan melihat puncak-puncak spesifik yang menunjukan
jenis gugus fungsional yang dimiliki oleh senyawa tersebut. Sedangkan analisis
kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa standar yang dibuat
spektrumnya pada berbagai variasi konsentrasi.
Jumlah energi yang diperlukan untuk meregangkan suatu ikatan
tergantung pada tegangan ikatan dan massa atom yang terikat. Bilangan
gelombang suatu serapan dapat dihitung menggunakan persamaan yang
diturunkan dari Hukum Hooke.
Ikatan yang lebih kuat dan atom yang lebih ringan menghasilkan
frekuensi yang lebih tinggi. Semakin kuat suatu ikatan, makin besar energi
yang dibutuhkan untuk meregangkan ikatan tersebut. Frekuensi vibrasi
berbanding terbalik dengan massa atom sehingga vibrasi atom yang lebih
berat terjadi pada frekuensi yang lebih rendah (Bruice, 2001).
Pancaran infra merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum
elektromagnetik yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang
mikro. Sebagian besar kegunaannya terbatas di daerah antara 4000 cm-1 dan
666 cm-1 (2,5-15,0 µm). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada daerah infra
merah dekat, 14.290-4000 cm-1 (0,7-2,5 µm) dan daerah infra merah jauh,
700-200 cm-1 (14,3-50 µm) (Silverstain, 1967).

3
Gambar 1. Skema IR

Salah satu hasil kemajuan instrumentasi IR adalah pemrosesan data


seperti Fourier Transform Infra Red (FTIR). Teknik ini memberikan
informasi dalam hal kimia, seperti struktur dan konformasional pada polimer
dan polipaduan, perubahan induksi tekanan dan reaksi kimia. Dalam teknik
ini padatan diuji dengan cara merefleksikan sinar infra merah yang melalui
tempat kristal sehingga terjadi kontak dengan permukaan cuplikan.
Degradasi atau induksi oleh oksidasi, panas, maupun cahaya, dapat diikuti
dengan cepat melalui infra merah. Sensitivitas FTIR adalah 80-200 kali lebih
tinggi dari instrumentasi dispersi standar karena resolusinya lebih tinggi
(Kroschwitz, 1990).
Teknik pengoperasian FTIR berbeda dengan spektrofotometer infra
merah. Pada FTIR digunakan suatu interferometer Michelson sebagai
pengganti monokromator yang terletak di depan monokromator.
Interferometer ini akan memberikan sinyal ke detektor sesuai dengan
intensitas frekuensi vibrasi molekul yang berupa interferogram (Bassler,
1986).
Interferogram juga memberikan informasi yang berdasarkan pada
intensitas spektrum dari setiap frekuensi. Informasi yang keluar dari detektor
diubah secara digital dalam komputer dan ditransformasikan sebagai domain,
tiap-tiap satuan frekuensi dipilih dari interferogram yang lengkap (fourier

4
transform). Kemudian sinyal itu diubah menjadi spektrum IR sederhana.
Spektroskopi FTIR digunakan untuk:
1. Mendeteksi sinyal lemah
2. Menganalisis sampel dengan konsentrasi rendah
3. Analisis getaran (Silverstain, 1967).

2.2. Spektrofotometer IR
Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu
senyawa dapat memberikan gambaran dan struktur molekul senyawa tersebut.
Spektra IR dapat dihasilkan dengan mengukur absorbsi radiasi, refleksi atau
emisi di daerah IR. Daerah inframerah pada spektrum gelombang
elektromagnetik mencakup bilangan gelombang 14.000 cm-1 hingga 10 cm-
1
. Daerah inframerah sedang (4000-400 cm-1) berkaitan dengan transisi energi
vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-gugus
fungsi dalam molekul tersebut. Daerah inframerah jauh (400-10cm-1)
bermanfaat untuk menganalisis molekul yang mengandung atom-atom berat
seperti senyawa anorganik, namun membutuhkan teknik khusus yang lebih
baik. Daerah inframerah dekat (12.500-4000cm-1) yang peka terhadap vibrasi
overtone (Schechter,1997).
Pada alat spektrofotometri inframerah, satuan bilangan gelombang
merupakan satuan yang umum digunakan. Nilai bilangan gelombang
berbanding terbalik terhadap frekuensi atau energinya. Bilangan gelombang
dan panjang gelombang dapat dikonversi satu sama lain menggunakan
persamaan dibawah :

V(cm-1) = 1 / λ (µm) x 104

Informasi absorpsi inframerah pada umumnya diberikan dalam bentuk


spektrum dengan panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm-1)
sebagai absis x dan intensitas absorpsi atau persen transmitan sebagai ordinat
y. Intensitas pita dapat dinyatakan dengan transmitan (T) atau absorban (A).
Transmitan adalah perbandingan antara fraksi sinar yang diteruskan oleh
5
sampel (I) dan jumlah sinar yang diterima oleh sampel tersebut (Io). Absorban
adalah –log dari transmitan:

A - log(1/T) = -logT = -log I/Io

Spektrum yang dihasilkan biasanya relatif kompleks karena adanya


overtone kombinasi dan perbedaan serapan yang lemah. Overtone dihasilkan
akibat adanya eksitasi dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih
tinggi, yang merupakan kelipatan dari frekuensi fundamental (v). bila dua
frekuensi vibrasi (v1 dan v2) dalam molekul bergabung menghasilkan
vibrasi frekuensi baru dalam molekul, dan bila frekuensi tersebut aktif
inframerah, maka hal tersebut disebut serapan kombinasi (Harjono,1992).
Apabila vibrasi fundamental bergabung dengan serapan overtone atau serapan
kombinasi lainnya, maka vibrasi gabungan ini disebut resonansi Fermi yang
sering teramati dalam senyawa karbonil.
Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur
merupakan suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak
antar atom akan bertambah atau berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena
perubahan sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah atom
(silverstein et al, 1986).
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang, sinar inframerah
dibagi atas tiga daerah, yaitu:
1. Inframerah jarak dekat dengan panjang gelombang 0.75 – 1.5 µm
2. Inframerah jarak menengah dengan panjang gelombang 1.50 – 10 µm
3. Inframerah jarak jauh dengan panjang gelombang 10 – 100 µm

2.3. Spektrum IR
Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa
organik atau anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm). Dalam kimia
organik, fungsi utama dari spektrometri inframerah adalah mengenal
(elusidasi) struktur moelkul, khususnya gugus fungsional seperti OH, C =
O, C = C. daerah yang paling berguna untuk mengenal struktur
6
suatusenyawa adalah pada daerah 1-25 μm atau 10.000 – 400 cm-1. Dalam

praktek satuan yang lebih umum dipakai adalah satuan frekuensi (cm-1) dan
bukan saatuan panjang gelombang. Serapan setiap tipe ikatan (N - H, C - H ,
O - H, C - X, C = O, C - O, C – C, C = C, C = N, dan sebagainya) hanya
diperoleh dalam bagian-bagian kecil tertentu dari daerah vibrasi infra merah.
Kisaran serapan yang kecil dapat digunakan untuk menentukan setiap tipe
ikatan.
Dalam rangka memperoleh informasi struktur senyawa organik yang
dianalisis, kita harus terbiasa dengan frekuensi atau panjang gelombang
dimana berbagai gugus fungsional yang menyerap. Dalam tabel berikut
tersusun secara sistematik daerah serapan yang sesuai dengan ikatan yang
terdapat dalam suatu senyawa.

7
BAB III
PEMBAHASAN

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75-1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000-
10 cm-1. Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark
Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang
elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang
keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan.
Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik dengan
rentang panjang gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik merupakan
kumpulan spektrum dari berbagai panjang gelombang. Berdasarkan pembagian
daerah panjang gelombang, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:
1. Daerah Infra merah dekat.
2. Daerah Infra merah pertengahan.
3. Daerah infra merah jauh.
Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut diatas, daerah
panjang gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer infra merah adalah
pada daerah infra merah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5-50 µm
atau pada bilangan gelombang 4.000-200 cm-1. Satuan yang sering digunakan
dalam spektrofotometri infra merah adalah Bilangan Gelombang ( ϋ) atau disebut
juga sebagai Kaiser.
Cahaya yang bisa kita lihat itu terdiri dari gelombang elektromagnetik dengan
frekuensi yang berbeda-beda, setiap frekuensi tersebut bisa dilihat sebagai warna
yang berbeda. Radiasi Infra-merah juga merupakan gelombang dengan frekuensi
yang berkesinambungan, hanya saja mata kita tidak bisa melihat mereka. Jika anda
menyinari sebuah senyawa organik dengan sinar infra-merah yang mempunyai
frekuensi tertentu, anda akan mendapatkan bahwa beberapa frekuensi tersebut
diserap oleh senyawa tersebut.

8
Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain senyawa tersebut akan
menunjukkan bahwa beberapa frekuensi melewati senyawa tesebut tanpa diserap
sama sekali, tapi frekwensi lainnya banyak diserap. Berapa banyak frekuensi
tertentu yang melewati senyawa tersebut diukur sebagai 'persentasi transmitasi
(percentage transmittance).
Persentasi transmitasi dengan nilai 100 berarti semua frekuensi dapat
melewati senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. Pada kenyataannya, itu tidak
pernah terjadi, selalu akan ada penyerapan, walaupun kecil, mungkin transmitasi
sebesar 95% adalah yang terbaik yang bisa anda peroleh. Transmitasi sebesar 5%
mempunyai arti bahwa hampir semua frekuensi tersebut diserap oleh senyawa itu.
Tingginya penyerapan seperti ini akan membuat kita mengerti tentang ikatan-ikatan
yang ada dalam senyawa tersebut.
Spektrometer infra merah biasanya merupakan spektrometer berkas ganda
dan terdiri dari 4 bagian utama yaitu sumber radiasi, daerah cuplikan, kisi difraksi
(monokromator), dan detektor.

1. Sumber Radiasi
Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar.
Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi sekitar
1200°C, sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40 µm. Globar
merupakan sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst merupakan batang
cekung dari sirkonium dan yttrium oksida yang dipanasi sekitar 1500°C dengan
arus listrik. Sumber ini memancarkan radiasi antara 0,4-20 µm dan kurang stabil
jika dibandingkan dengan Globar.

2. Kisi Difraksi (Monokromator)


Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat
pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin untuk
memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk prisma
adalah natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium fluorida.
Prisma natrium klorida paling banyak digunakan untuk monokromator infra

9
merah, karena dispersinya tinggi untuk daerah antara 5,0-16 µm, tetapi
dispersinya kurang baik untuk daerah antara 1,0-5,0 µm.

3. Detektor
Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor
fotolistrik tidak dapat digunakan untuk menggunakan infra merah karena energi
foton infra merah tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari
permukaan katoda suatu tabung foton.
Detektor panas untuk mendeteksi infra merah yaitu termokopel,
bolometer, dan sel Golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan efek
pemanasan yang ditimbulkanoleh sinar infra merah.

4. Daerah Cuplikan
Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan yang
berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata dari bentuk
padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya menunjukkan
pengaruh dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran frekuensi. Oleh karena itu,
sangat penting untuk dicatat pada spektrum cara pengolahan cuplikan ynag
dilakukan.

5. Sistem Kerja
Sinar dari sumber dibagi dalam 2 berkas yang sama, satu berkas melalui
cuplikan dan satu berkas lainnya sebagai baku. Fungsi model berkas ganda
adalah mengukur perbedaan intensitas antara 2 berkas pada setiap panjang
gelombang. Kedua berkas itu dipantulkan pada ”chopper” yang berupa cermin
berputar. Hal ini menyebabkan berkas cuplikan dan berkas baku dipantulkan
secara bergantian ke kisi difraksi. Kisi difraksi berputar lambat, setiap frekuensi
dikirim ke detektor yang mengubah energi panas menjadi energi listrik.
Jika pada suatu frekuensi cuplikan menyerap sinar maka detektor akan
menerima intensitas berkas baku yang besar dan berkas cuplikan yang lemah
secara bergantian. Hal ini menimbulkan arus listrik bolak-balik dalam detektor
dan akan diperkuat oleh amplifier. Jika cuplikan tidak menyerap sinar, berarti
intensitas berkas cuplikan sama dengan intensitas berkas baku dan hal ini tidak
10
menimbulkan arus bolak-balik, tetapi arus searah. Amplifier dibuat hanya untuk
arus bolak-balik.
Arus bolak-balik yang terjadi ini digunakan untuk menjalankan suatu
motor yang dihubungkan dengan suatu alat penghalang berkas sinar yang disebut
baji optik. Baji optik ini oleh motor dapat digerakkan turun naik ke dalam berkas
baku sehingga akan mengurangi intensitasnya yang akan diteruskan ke detektor.
Baji optik ini digerakkan sedemikian jauh ke dalam berkas baku sehingga
intensitasnya dikurangi dengan jumlah yang sama banyaknya dengan jumlah
pengurangan intensitas berkas cuplikan, jika cuplikan melakukan penyerapan.
Gerakan baji ini dihubungkan secara mekanik dengan pena alat rekorder
sehingga gerakan baji ini merupakan pita serapan pada spektrum tersebut.
Secara singkat sistem kerjanya seperti ini sebuah cuplikan ynag
ditempatkan di dalam spektrofotometer infra merah dan dikenai radiasi infra
merah yang berubah panjang gelombangnya secara berkesinambungan
menyerap cahaya jika radiasi yang masuk bersesuaian dengan energi getaran
molekul tertentu. Spektrofotometer infra merah memayar daerah rentangan dan
lenturan molekul. Penyerapan radiasi dicatat dan menghasilkan sebuah spektrum
infra merah. Hadirnya sebuah puncak serapan dalam daerah gugus fungsi sebuah
spektrum infra merah hampir selalu merupakan petunjuk pasti bahwa beberapa
gugus fungsi tertentu terdapat dalam senyawa cuplikan. Demikian pula, tidak
adanya puncak dalam bagian tertentu dari daerah gugus fungsi sebuah spektrum
infra merah biasanya berarti bahwa gugus tersebut yang menyerap pada daerah
itu tidak ada.

11
Gambar 2. Sistem Spektrofotometer IR

Spektrofotometer canggih selalu dilengkapi recorder untuk merekam hasil


percobaan. Alat perekam ini mempermudah dan mempercepat pengolahan data.
Data absorbsi mulai dari panjang gelombang 2,5 mikron (υ 4000 cm-1) hingga
25 mikron (υ 400 cm-1) direkam secara otomatis. Bahkan spektrofotometer bisa
dilengkapi sistem komputer dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
Spektrofotometer inframerah mempunyai sistem optik yang serupa dengan
ultraviolet atau sinar tampak. Perbedaan utama terletak pada sumber energi dan
sel. Sumber radiasi pada spektrofotometri laser. Oleh karena itu sinar
inframerah mempunyai energi yang lebih rendah dari sinar ultraviolet atau sinar
tampak, maka tebal sel yang dipakai pada spektrofotometer lebih tipis
daripada untuk spektrofotometer lainnya (0,002 mm). Sehingga tidak ada
pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar inframerah, maka cuplikan
dapat diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat digerus
dalam mortir kecil bersama kristal KBr kering dalam jumlah sedikit sekali (0,5-
2 mg cuplikan + 100 mg KBr kering). Campuran tersebut dipres diantara dua
skrup memakai kunci, kemudian kedua skrupnya dibuka dan band yang berisi
tablet cuplikan tipis diletakkan di tempat sel spektrofotometer inframerah
dengan lubang mengarah ke sumber radiasi.

12
Gambar 3. Pemadatan Cuplikan

Spektrum infra merah mengandung banyak serapan yang berhubungan


dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dalam suatu molekul memberikan pita-pita
serapan yang berkarakteristik dalam spektrumnya. Corak pita ini disebut sebagai
daerah sidik jari.

1. Alkana
Pita utama yang nampak dalam spektra IR alkana disebabkan oleh
stretching C – H di daerah 2850-3000 cm-1, scissoring CH2 dan CH3 di daerah
1450-1470 cm-1, rocking CH3 pada kurang lebih 1370-1380 cm-1. Dan pita
rocking, pada 720-7725 cm-1. Pita- pita ini tidak dapat dijadikan patokan
karena kebanyakan alkana mengandung gugus-gugus ini.

2. Alkena
Vibrasi stretching C – H alkena terjadi pada panjang gelombang yang
lebih pendek daripada C – H alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen
alkena mempunyai sifat lebih kuat daripada ikatan karbon-hidrogen alkana.
Makin kuat ikatan, makin sukar bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih
tinggi. Jadi alkena yang mempunyai paling sedikit satu hidrogen menempel
pada ikatan rangkap dua biasanya mengabsorpsi di daerah 3050-3150 cm-1.
Bentuk stretching C=C alkena terjadi sidaerah 1645-1670 cm-1. pita
ini sangat jelas bila hanya satu gugus alkil menempel pada ikatan rangkap
dua. Semakin banyak gugus alkil yang menempel, intensitas absorpsi
berkurang karena vibrasi terjadi dengan perubahan momen dipol yang lebih
kecil. Untuk alkena-alkena trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C sering mempunyai
intensitas yang rendah atau tidak teramati.

13
3. Alkuna dan Nitrit
Alkuna ujung memperlihatkan pita stretching C – H yang tajam pada
3300-3320 cm-1 dan bentuk bending C – H yang jelas pada 600-700 cm-1.
Stretching C = N pada alkuna ujung nampak pada 2100-2140 cm-1 dengan
intensitas sedang untuk stretching C = C alkuna dalam berupa pita lemah yang
terjadi pada 2200-2260 cm-1.

4. Alkil halida
Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching C –
X. posisi untuk pita-pita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C – F, 750-850 cm-1
untuk C – Cl, 500-680 cm-1 untuk C – Br, dan 200-500 cm-1 untuk C – I.
Absorpsi-absorpsi ini tidak berguna untuk diagnosisi.

5. Alkohol dan Eter


Alkohol dan eter mempunyai ciri absorpsi infra merah karena stretching
C – O didaerah 1050-1200 cm-1. oleh karena pita-pita ini terjadi di daerah
spektrum dimana biasanya terdapat banyak pita lain, maka pita-pita tersebut
tidak bermanfaat untuk diagnosis. Akan tetapi stretching O-H alkohol, yang
terjadi di daerah 3200-3600 cm-1, lebih berguna.
T-butil alkohol dilarutkan dalam karbon tetraklorida (karbon tetraklorida
banyak digunakan sebagai pelarut di dalam studi infra merah karenanya relatif
stabil dan “transparan” terhadap cahaya infra merah pada kebanyakan daerah
spektra yang berguna).

6. Aldehid dan Keton


Ciri absorpsi infra merah aldehid dan keton adalah vibrasi stretching
C=O. oleh karena gugus karbonil polar sekali, strerching ikatan ini
menghasilkan perubahan momen dipol yang cukup besar. Akibatnya stretching
karbonil merupakan spektra yang intensitasnya tinggi. Oleh karena terjadi di
daerah spektrum yang umumnya tidak ada absorpsi lain, maka stretching
karbonil merupakan metode yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis adanya
gugus fungsional di dalam suatu senyawa.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Spektrum infra merah berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi
dalam senyawa organik. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan infra
merah jauh. Sedangkan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan infra
merah dekat. Monokromator terdiri dari celah masuk dan celah keluar yang
berupa kisi difraksi atau prisma 4. Detektor panas digunakan untuk mendeteksi
sinar infra merah. Spektrum infra merah mengandung banyak serapan yang
berhubungan dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dalam suatu molekul
memberikan pita-pita serapan yang berkarakteristik dalam spektrumnya. Corak
pita ini disebut sebagai daerah sidik jari.

4.2. Saran
Instrumen dengan Spektrofotometer IR merupakan instrumen yang
paling banyak digunakan dalam metode analisis kuantitatif karena metodenya
yang cukup sederhana Untuk pengembangan lebih lanjut pada makalah ini,
terdapat beberapa saran yang sesuai dengan informasi mengenai
Spektrofotometer IR, yaitu seperti pembuatan standar untuk kalibrasi dan
penentuan panjang frekuensi haruslah tepat, kalibrasi alat harus diupayakan
rutin agar mengurangi kesalahan yang terjadi ketika analisa.
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
memaafkan dan memakluminya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bassler. 1986, Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik, edisi keempat,


Erlangga, Jakarta
Gunawan, Budi dan Citra Dewi A,. 2005. Karakterisasi Spektrofotometri IR
Dan Scanning Electron Microscopy (S E M) Sensor Gas Dari Bahan
Polimer Poly Ethelyn Glycol (P E G). ISSN 1979-6870
Khopkar SM. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Kristianingrum, Susila..200. Handout Spektroskopi Infra Merah. Jogjakarta

16

Anda mungkin juga menyukai