SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE
Dosen Pengampu :
Dr. apt. Mira Andam Dewi, M.Si
Kelompok 3 :
1. Baso Hernandi 2350411005
2. Windy Gusdilla 2360411008
3. Ruth Sri Agus Murniningsih 2360411004
4. Vina Shalsabina 2350411033
5. Wira Irawan 2360411005
6. Irene Caya Wulandari 2350411006
7. Julius Nusantara 2350411007
8. Sahrum Rambe 2360411011
9. Gumilar Pratama 2350411004
10. Yoky Elfadri 2360411012
11. Erviana Ekasari 2350411014
1. Pendahuluan
Spektrofotometer merupakan instrumen penting dalam analisis
kimia. Instrumen ini digunakan untuk menguji sampel tertentu yang
berorientasi pada pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu
instrumen ini penting digunakan pada sektor pendidikan, penelitian,
maupun industri. Pada sektor pendidikan alat ini sebagai media pendidikan
untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pengenalan alat dan
praktikum. Pada sektor penelitian berperan dalam menguji analisis
senyawa secara kuantitatif dan kualitatif pada sampel. Pada sektor industri
alat ini berperan untuk menentukan kadar bahan yang digunakan pada
industri pewarna makanan dan analisis kadar senyawa pada limbah yang
dihasilkan (Yohan,2018).
Gabungan antara prinsip spektrofotometri ultraviolet dan visible
disebut spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis). Prinsip kerja
spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet-Visible) berdasar pada serapan
cahaya, dimana atom dan molekul berinteraksi dengan cahaya. Sumber
UV dan visible adalah dua sumber sinar yang berbeda yang digunakan
pada instrumen ini. Spektrofotometri UV-Vis berdasar pada hukum
Lambert-Beer. Jika sinar monokromatik melewati suatu senyawa maka
sebagian sinar akan diabsorbsi, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi
akan dipancarkan. Cermin yang berputar pada bagian dalam
spektrofotometer akan membagi sinar dari sumber cahaya menjadi dua.
Panjang gelombang pada daerah ultraviolet adalah 180 nm−380 nm,
sedangkan pada daerah visible adalah 380 nm−780 nm (Ahriani,2021).
Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang ± 10 – 200
nm, sedangkan ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang ±
200-400 nm. Cahaya UV tidak bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa
hewan, termasuk burung, reptil dan serangga seperti lebah dapat melihat
sinar pada panjang gelombang UV (Suhartati,2017).
2. Definisi Spektrofotometri
Spektrofotometer adalah metode untuk mengukur berapa banyak
substansi kimia, ini diukur dengan mengukur banyaknya absorbsi dari
cahaya yang dilewatkan pada sampel larutan. Cahaya yang dilewatkan
disebut juga beam. Cahaya ini dilewatkan dengan panjang gelombang
(lamda) tertentu. Spektrofotometer terdiri dari dua alat yaitu spektrometer
dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer alat untuk mengukur intensitas cahaya
yang diabsobrsi (Mubarok,2021).
Spektrometer merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran
spektroskopi yaitu untuk mengukur absorbansi sinar monokromatis oleh
suatu larutan dengan cara melewatkan cahaya pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube oleh suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut
kuvet dengan sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding
dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet (Suarsa,2015).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup
untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan
ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur
yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-
400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800
nm. Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu
puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan
panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan
per panjang gelombang (Suarsa,2015).
3. Kegunaan Spektrofotometer UV-Vis
Pada sektor penelitian berperan dalam menguji analisis senyawa
secara kuantitatif dan kualitatif pada sampel. Pada sektor industri alat ini
berperan untuk menentukan kadar bahan yang digunakan pada industri
pewarna makanan dan analisis kadar senyawa pada limbah yang dihasilkan
(Yohan, 2018).
Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan untuk penentuan
terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya
sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih. Untuk sampel
yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang
dipakai antara lain :
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi
sinar yang dipakai oleh sampel)
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
4. Kemurniannya harus tinggi.
Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa
organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis
memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini
terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman
untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang
komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm.
Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas
daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan
kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil,
nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang
karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai
ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut (Suarsa,2015).
Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk
(Suarsa,2015) :
Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan
ausokrom dari suatu senyawa organik.
Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang
gelombang maksimum suatu senyawa.
Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer
4. Prinsip Kerja
Berdasarkan hukum Lambert-Beer yaitu bila cahaya monokromatik
maupun campuran jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan dan sebagian diserap dalam medium tersebut serta
sisanya akan diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
akan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan
konsentrasi sampel. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium
(Kahar,2022).
Absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik oleh bahan untuk
panjang gelombang sinar UV sampai dengan sinar tampak. Alat ini
digunakan pada metode analisis spektrofotometri UV yaitu metode analisis
yang dilakukan menggunakan sinar ultra violet dengan panjang gelombang
100-400nm atau 595-299 kj/mol (Kahar,2022).
Semakin banyak sinar diabsorbsi oleh sampel organik pada panjang
gelombang tertentu, semakin tinggi absorban, yang dinyatakan dalam
hukum Lambert-Beer (Suhartati,2017) :
A = log Io/I = a . b . c = ε . b . c
Keterangan:
A = absorban
a = absorptivitas ( g-1 cm-1)
b = lebar sel yang dilalui sinar (cm)
c = konsentrasi (mol/L)
ε = ekstinsi (absorptivitas) molar ( M-1cm-1)
Io = intensitas sinar sebelum melalui sampel
I = intensitas sinar setelah melalui sampel
5. Teori Singkat
5.1 Spektrum UV-Vis
Spektrum UV-Vis digambarkan dalam bentuk dua dimensi, dengan
absis merupakan panjang gelombang dan ordinat merupakan absorban
(serapan). Umumnya spektrum UV-Vis berbentuk pita lebar, pita melebar
dari spektrum UV-Vis disebabkan karena energi yang diabsorbsi selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula transisi rotasi elektron dan
vibrasi elektron ikatan dalam molekul. Perbedaan energi transisitransisi ini
kecil, dan transisi dapat terjadi dari keadaan dasar mana saja ke keadaan
transisi yang mana saja, akibatnya maka diperoleh pita yang lebar,
sedangkan pada spektrum IR, bentuk spektrumnya mempunyai bentuk pita
yang lebih tajam (Gambar 7), karena sinar IR hanya menyebabkan
perubahan vibrasi ikatanikatan dalam molekul (Suhartati, 2017).
Pelarut yang sering digunakan adalah air, etanol, metanol dan n-heksana
karena pelarut ini transparan pada daerah UV (Suhartati, 2017).
A. Sumber radiasi
Sumber radiasi atau lampu pada kenyataannya merupakan dua lampu
yang terpisah yang secara bersama-sama mampu menjangkau
keseluruhan daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak. Persyaratan
sumber yang digunakan dalam spektrofotometri adalah intensitas emisi
yang cukup tinggi di wilayah spektral tertentu, stabilitas jangka pendek
dan distribusi spasial dari emisi yang seragam (Skoog et al., 2007).
Berikut macam-macam sumber radiasi:
a) Lampu Deuterium Pemakaian lampu deuterium pada daerah
panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm (daerah dekat
ultraviolet dekat). Pada rentang panjang gelombang tersebut
sumber radiasi deuterium akan memberikan spektrum energi
radiasi yang lurus. Umur sumber radiasi deuterium sekitar 500 jam
pemakaian Vis (Mulja dan Suharman, 1995; Ganjar dan Rohman
2012).
b) Lampu Tungsten Lampu tungsten sebagai campuran dari filamen
tungsten dan gas iodin (halogen) sehingga disebut sebagai sumber
radiasi “tungsten-iodine”. Lampu ini dipakai pada daerah
pengukuran 350-2000 nm karena pada daerah tersebut sumber
radiasi “tungsten-iodine” memberikan energi radiasi sebagai garis
lengkung dan cocok untuk kolorimetri. Umur pemakaian sekitar
1000 jam pemakaian (Mulja dan Suharman, 1995; Ganjar dan
Rohman 2012).
c) Lampu Xenon Penggunaan lampu xenon pada daerah panjang
gelombang 200 sampai 1000 nm. Lampu ini pada dasarnya
mempunyai kepekaan optimum pada daerah 500 nm.
B. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis
dari sumber radiasi dengan memancarkan radiasi polikromatis. Radiasi
dari sumber difokuskan ke celah masuk kemudian dikumpulkan oleh
sebuah lensa sehingga sinar paralel jatuh pada unsur dispersi yang
merupakan sebuah prisma. Dengan pemutaran prisma, bermacam
bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersi difokuskan ke
celah keluar menuju ke sel blanko (Mulja dan Suharman, 1995).
Monokromator terdiri dari:
a) Filter Optik
Filter ini berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya tampak yang diteruskan merupakan cahaya berwarna sesuai
dengan warna filter optik yang digunakan. Filter optik yang baik
berdasarkan pada interferensi cahaya yang saling menguatkan
(interferensi konstruktif) dan interferensi cahaya yang saling
meniadakan (interferensi destruktif) (Mulja dan Suharman, 1995).
b) Prisma
Prisma merupakan suatu lempeng kuarsa yang membiaskan sinar
yang melaluinya. Banyaknya pembiasan tergantung dengan
panjang gelombang sinar, dengan demikian sinar putih dapat
terpecah ke dalam warna penyusunnya (Gandjar dan Rohman,
2012).
c) Kisi Difraksi
Kisi difraksi merupakan kepingan kecil gelas bercermin dan
didalamnya terdapat sejumlah garis berarah sama yang terpotong-
potong yang digunakan untuk memberikan struktur nampak seperti
sisir kecil (Ganjar and Rohman 2012).
C. Kuvet
Kuvet atau sel merupakan wadah dari suatu sampel yang akan
dianalisis. Ditinjau dari bahan yang dipakai terdapat dua macam kuvet
yaitu kuvet leburan silika dan kuvet dari gelas. Kuvet leburan silika
dapat dipakai pada daerah pengukuran 190- 1100 nm. Sedangkan
kuvet dari gelas dipakai pada daerah pengukuran 380-1100 nm karena
bahan dari gelas dapat mengabsorbsi radiasi UV (Mulja dan Suharman,
1995).
D. Detektor
Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer UV-Vis
yang penting. Fungsi detektor di dalam spektrofotometer adalah untuk
mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi suatu sinyal elektronik.
Terdapat beberapa macam detektor yaitu detektor fotosel, detektor
tabung foton hampa, detektor tabung penggandaan foton dan detektor
PDA (photo diode-array) yang merupakan detektor dengan teknologi
modern (Mulya, 1994).
Detektor PDA (photo diode-array) memiliki jumlah elemen dari 128-
1024 buahm dan PDA yang lebih baru telah dibuat dengan dioda
berdekatan 25.6 mm dan spasi 25 mm pada pusatnya sehingga detektor
tersebut mampu mendeteksi dan mengukur serapan tidak hanya pada
panjang gelombang maksimum tetapi juga pada berbagai panjang
gelombang dengan akurasi yang kurang lebih sama. Photodiode
mengkonversi cahaya menjadi sinyal elektrik dalam waktu berkisar 0,1
detik dan kemudian menyimpanya. Ada beberapa persyaratan untuk
detektor:
a) Harus mampu menangkap dan merespons terhadap energisinar kecil
b) Mempunyai kepekaan yang tinggi dengan noise yang kecil sehingga
mampu mendeteksi intensitas yang rendah
c) Waktu respons pendek
d) Stabil dalam jangka waktu yang lama
e) Memberikan isyarat elektronik yang dapat diperkuat dengan mudah
f) Isyarat yang dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas sinar
yang mengenainya
3. Metode Derivatif
Metode analisis kuantitatif yang berbeda dapat menggunakan
spektrum derivatif.
a. Nilai derivative dapat digunakan pada setiap panjang
gelombang (kecuali pada panjang gelombang dimana nilai
turunannya adalah nol) dan khususnya dimana turunan
kedua bersifat minimum (sesuai dengan nilai maksimum
spektrum normal).
b. metode puncak-lembah, perbedaan antara dua nilai
minimum maksimum digunakan, metode ini lebih sensitif
daripada metodenilai derivatif.
c. Dalam metode tangen, dua garis ditarik di antara dua garis
maxima atau minima yang berurutan, dan jarak antara garis
singgung, maksimum menengah atau minimum dihitung;
metode ini memungkinkan setiap variasi dapat dikoreksi
dari garis dasar karena efek matriks.
B. Analisis Kualitatif
1. Transformasi Spektrum Tunggal
Sebelum mempertimbangkan tes kualitatif yang lebih kompleks,
seperti berdasarkan penggunaan sinyal derivative ada kalanya
mengetahui transformasi sederhana dalam ‘visualisasi’ terhadap respon
UV.
a. Spektrum Warna
Tes paling sederhana didasarkan pada eksploitasi spektrum UV
pada tiga panjang gelombang yang dipilih karena signifikansinya.
210 nm menandakan keberadaan nitrat, 240 nm menandakan
adanya pemisahan matriks organic terlarut dan padatan tersuspensi,
320 nm menandakan hanya ada kandungan padatan tersuspensi.
Berdasarkan nilai absorban, kode nilai, dan warna dapat
memberikan klasifikasi sederhana dan estimasi dari parameter
utama.
b. Spektrum Derivatif
9. Review Jurnal
a. Analisis Sildenafil Sitrat dalam Jamu Kuat menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis
Prosedur kerja :
1. Pembuatan Filtrat Sampel
Ditimbang 25 mg sampel jamu A, B, C, D, E, dan Kontrol masing
– masing dilarutkan dengan methanol kocok beberapa saat, lalu
disaring, cukupkan dengan methanol ad 10 ml.
2. Penenetuan Panjang Gelombang Sampel, Kontrol, dan Baku
Sildenafil Sitrat
Di pipet masing – masing 1 ml filtrat jamu A, B, C, D, dan E,
kontrol negative, kontrol positif, dan baku sildenafil sitrat
tambahkan aquadest ad 10 ml kocok ad homogen. dimasukkan
kedalam kuvet, atur panjang gelombang pada alat spektrofotometer
UV – Vis antara 200 – 400 nm, tentukan panjang gelombang
maksimalnya
3. Pembuatan Kurva Baku Sildenafil Sitrat
Dibuat 5 konsentrasi sildenafil sitrat sebesar 5, 10, 15, 20, 25, dan
30 ppm dari larutan induk 1000 ppm. Masing – masing konsentrasi
ditentukan nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV
– Vis.
4. Penentuan Nilai Abs Sampel Jamu
Dipipet masing – masing 1 ml filtrat jamu A, B, dan E, tambahkan
aquadest ad 10 ml kocok ad homogen. Masukkan larutan kedalam
kuvet, tentukan pada panjang gelombang maksimum masing –
masing filtrat.
Hasil dan Pembahasan :
Analisis kualiatif dilakukan untuk menentukan apakah sampel jamu
yang diteliti mengandung Sildenafil. Analisis dilakukan dengan
metode Spektrofotometri Uv-VIS dengan membandingkan panjang
gelombang sampel jamu, apakah sama atau mendekati dengan panjang
gelombang baku Sildenafil Sitrat.
10. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ahriani dkk, (2021) : Analisis Nilai Absorbansi Untuk Menentukan Kadar
Flavonoid Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L. ) Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal Fisika dan Terapannya, Vol. 8 (2) : 56-
64.
Kahar, F., (2022) : Buku Ajar Instrumen Dasar. Jawa Tengah : Eureka media
Aksara.
Suhartati T., (2017) : Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri
massa untuk penentuan struktur senyawa organik. Bandar Lampung:
AURA CV. Anugrah Utama Raharja.
Yohan., Astuti, F., dan Wicaksana, A. (2018) : Pembuatan Spektrofotometer
Edukasi Untuk Analisis Senyawa Pewarna Makanan. Chimica et natura
acta, Vol. 6 (3), 111-113.
https://lsi.fleischhacker-asia.biz/spektrofotometer-uv-vis/
(Disadur tanggal 15 April 2024 jam 01:15)
Mulya, M. Suharman. 1994. Analisis Instrrumental. Perpustakaan Departemen
Kimia FMIPA UI. Depok.
Mulja, H. M., dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University
Press. Surabaya.
Ganjar, I. G., dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rohman, A., dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Gajah Mada University
Press.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEKI4314-M1.pdf
(Disadur tanggal 15 April 2024 jam 02:03)
Cerdà, V., Phansi, P., & Ferreira, S. (2022). From mono- to multicomponent methods in UV-VIS
spectrophotometric and fluorimetric quantitative analysis – A review. In TrAC - Trends in
Analytical Chemistry (Vol. 157). Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/j.trac.2022.116772
Elsan, R., & Minarsih, T. (2022). Analisis Sildenafil Sitrat dalam Jamu Kuat
menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis.