Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANALISIS FISIKOKIMIA

SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Mira Andam Dewi, M.Si

Kelompok 3 :
1. Baso Hernandi 2350411005
2. Windy Gusdilla 2360411008
3. Ruth Sri Agus Murniningsih 2360411004
4. Vina Shalsabina 2350411033
5. Wira Irawan 2360411005
6. Irene Caya Wulandari 2350411006
7. Julius Nusantara 2350411007
8. Sahrum Rambe 2360411011
9. Gumilar Pratama 2350411004
10. Yoky Elfadri 2360411012
11. Erviana Ekasari 2350411014

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2024
SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

1. Pendahuluan
Spektrofotometer merupakan instrumen penting dalam analisis
kimia. Instrumen ini digunakan untuk menguji sampel tertentu yang
berorientasi pada pengukuran kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu
instrumen ini penting digunakan pada sektor pendidikan, penelitian,
maupun industri. Pada sektor pendidikan alat ini sebagai media pendidikan
untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pengenalan alat dan
praktikum. Pada sektor penelitian berperan dalam menguji analisis
senyawa secara kuantitatif dan kualitatif pada sampel. Pada sektor industri
alat ini berperan untuk menentukan kadar bahan yang digunakan pada
industri pewarna makanan dan analisis kadar senyawa pada limbah yang
dihasilkan (Yohan,2018).
Gabungan antara prinsip spektrofotometri ultraviolet dan visible
disebut spektrofotometer Ultraviolet-Visible (UV-Vis). Prinsip kerja
spektrofotometer UV-Vis (Ultraviolet-Visible) berdasar pada serapan
cahaya, dimana atom dan molekul berinteraksi dengan cahaya. Sumber
UV dan visible adalah dua sumber sinar yang berbeda yang digunakan
pada instrumen ini. Spektrofotometri UV-Vis berdasar pada hukum
Lambert-Beer. Jika sinar monokromatik melewati suatu senyawa maka
sebagian sinar akan diabsorbsi, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi
akan dipancarkan. Cermin yang berputar pada bagian dalam
spektrofotometer akan membagi sinar dari sumber cahaya menjadi dua.
Panjang gelombang pada daerah ultraviolet adalah 180 nm−380 nm,
sedangkan pada daerah visible adalah 380 nm−780 nm (Ahriani,2021).
Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang ± 10 – 200
nm, sedangkan ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang ±
200-400 nm. Cahaya UV tidak bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa
hewan, termasuk burung, reptil dan serangga seperti lebah dapat melihat
sinar pada panjang gelombang UV (Suhartati,2017).
2. Definisi Spektrofotometri
Spektrofotometer adalah metode untuk mengukur berapa banyak
substansi kimia, ini diukur dengan mengukur banyaknya absorbsi dari
cahaya yang dilewatkan pada sampel larutan. Cahaya yang dilewatkan
disebut juga beam. Cahaya ini dilewatkan dengan panjang gelombang
(lamda) tertentu. Spektrofotometer terdiri dari dua alat yaitu spektrometer
dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer alat untuk mengukur intensitas cahaya
yang diabsobrsi (Mubarok,2021).
Spektrometer merupakan alat yang digunakan dalam pengukuran
spektroskopi yaitu untuk mengukur absorbansi sinar monokromatis oleh
suatu larutan dengan cara melewatkan cahaya pada panjang gelombang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi
dengan detektor fototube oleh suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut
kuvet dengan sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding
dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet (Suarsa,2015).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh
sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup
untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan
ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis
mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur
yang bisa didapatkan dari spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran
secara kuantitatif. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-
400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800
nm. Panjang gelombang (λ) adalah jarak antara satu lembah dan satu
puncak, sedangkan frekuensi adalah kecepatan cahaya dibagi dengan
panjang gelombang (λ). Bilangan gelombang adalah (v) adalah satu satuan
per panjang gelombang (Suarsa,2015).
3. Kegunaan Spektrofotometer UV-Vis
Pada sektor penelitian berperan dalam menguji analisis senyawa
secara kuantitatif dan kualitatif pada sampel. Pada sektor industri alat ini
berperan untuk menentukan kadar bahan yang digunakan pada industri
pewarna makanan dan analisis kadar senyawa pada limbah yang dihasilkan
(Yohan, 2018).
Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan untuk penentuan
terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya
sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih. Untuk sampel
yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang
dipakai antara lain :
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi
sinar yang dipakai oleh sampel)
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
4. Kemurniannya harus tinggi.
Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa
organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis
memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini
terjadi dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman
untuk digunakan dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang
komersial biasanya beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm.
Identifikasi kualitatif senyawa organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas
daripada dalam daerah inframerah. Ini karena pita serapan terlalu lebar dan
kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus fungsional tertentu seperti karbonil,
nitro dan sistem tergabung, benar-benar menunjukkan puncak yang
karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi yang berguna mengenai
ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul tersebut (Suarsa,2015).
Spektrofotometer UV-Vis pada umumnya digunakan untuk
(Suarsa,2015) :
 Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonyugasi dan
ausokrom dari suatu senyawa organik.
 Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang
gelombang maksimum suatu senyawa.
 Mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan
menggunakan hukum Lambert-Beer
4. Prinsip Kerja
Berdasarkan hukum Lambert-Beer yaitu bila cahaya monokromatik
maupun campuran jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar
masuk akan dipantulkan dan sebagian diserap dalam medium tersebut serta
sisanya akan diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
akan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan
konsentrasi sampel. Hukum Beer menyatakan absorbansi cahaya
berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan atau medium
(Kahar,2022).
Absorpsi radiasi gelombang elektromagnetik oleh bahan untuk
panjang gelombang sinar UV sampai dengan sinar tampak. Alat ini
digunakan pada metode analisis spektrofotometri UV yaitu metode analisis
yang dilakukan menggunakan sinar ultra violet dengan panjang gelombang
100-400nm atau 595-299 kj/mol (Kahar,2022).
Semakin banyak sinar diabsorbsi oleh sampel organik pada panjang
gelombang tertentu, semakin tinggi absorban, yang dinyatakan dalam
hukum Lambert-Beer (Suhartati,2017) :
A = log Io/I = a . b . c = ε . b . c
Keterangan:
A = absorban
a = absorptivitas ( g-1 cm-1)
b = lebar sel yang dilalui sinar (cm)
c = konsentrasi (mol/L)
ε = ekstinsi (absorptivitas) molar ( M-1cm-1)
Io = intensitas sinar sebelum melalui sampel
I = intensitas sinar setelah melalui sampel

5. Teori Singkat
5.1 Spektrum UV-Vis
Spektrum UV-Vis digambarkan dalam bentuk dua dimensi, dengan
absis merupakan panjang gelombang dan ordinat merupakan absorban
(serapan). Umumnya spektrum UV-Vis berbentuk pita lebar, pita melebar
dari spektrum UV-Vis disebabkan karena energi yang diabsorbsi selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula transisi rotasi elektron dan
vibrasi elektron ikatan dalam molekul. Perbedaan energi transisitransisi ini
kecil, dan transisi dapat terjadi dari keadaan dasar mana saja ke keadaan
transisi yang mana saja, akibatnya maka diperoleh pita yang lebar,
sedangkan pada spektrum IR, bentuk spektrumnya mempunyai bentuk pita
yang lebih tajam (Gambar 7), karena sinar IR hanya menyebabkan
perubahan vibrasi ikatanikatan dalam molekul (Suhartati, 2017).

5.2 Syarat pengukuran Spektrofotometri UV-Visible


Spektrofotometri UV-Visible dapat digunakan untuk penentuan
terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Pada umumnya
sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih. Untuk sampel
yang berupa larutan perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarut yang
dipakai antara lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya dan tidak berwarna (tidak boleh mengabsorpsi
sinar yang dipakai oleh sampel)
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
4. Kemurniannya harus tinggi.
Tabel 1. Absorpsi sinar UV pada maks. dari beberapa pelarut

Pelarut yang sering digunakan adalah air, etanol, metanol dan n-heksana
karena pelarut ini transparan pada daerah UV (Suhartati, 2017).

5.3 Tipe-tipe Spektrofotometer UV-Vis


Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu
single-beam dan double-beam. Single-beam instrument, dapat digunakan
untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang
tunggal. Single-beam instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu
sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan
keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam
instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang
gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi
adalah 800 sampai 1000 nm. Doublebeam dibuat untuk digunakan pada
panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-beam instrument
mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk
V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blanko dan
sinar kedua secara serentak melewati sampel. Sumber sinar polikromatis,
untuk sinar UV adalah lampu deuterium, sedangkan sinar Visibel atau
sinar tampak adalah lampu wolfram. Monokromator pada spektrometer
UV-Vis digunakaan lensa prisma dan filter optik. Sel sampel berupa kuvet
yang terbuat dari kuarsa atau gelas dengan lebar yang bervariasi. Detektor
berupa detektor foto atau detektor panas atau detektor dioda foto,
berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik (Suhartati, 2017).

5.4 Pergeseran panjang gelombang dan absorban (ε)


Pergeseran panjang gelombang dan absorban (ε) pada Spektrum
UV-Vis Efek batokromik atau pergeseran merah adalah terjadi perubahan
absorbsi panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar,
hal ini terjadi karena adanya substituen/auksokrom tertentu pada
kromofor, misalnya pengukuran dari benzena ke fenol, panjang gelombang
maksimum fenol akan lebih besar dibandingkan panjang gelombang
benzena; atau dapat juga terjadi karena ada perubahan pelarut. Efek
hipsokromik atau pergeseran biru adalah terjadinya perubahan absorbsi ke
panjang gelombang yang lebih pendek. Hal ini terjadi karena perubahan
pelarut atau tidak adanya substituen/auksokrom pada suatu kromofor. Efek
hiperkromik adalah terjadinya peningkatan intensitas absorbsi dan
hipokromik penurunan intensitas absorbsi, hal ini terjadi misalnya karena
perubahan pelarut.

Gambar 1. Beberapa istilah perubahan spektrum UV-Vis yang berkaitan


dengan panjang gelombang dan intensitas absorbsi Efek batokromik dan
hipsokromik dapat juga disebabkan karena perbedaan/perubahan pelarut
yang digunakan. Untuk senyawa yang dapat mengalami eksitasi   *,
misalnya pada senyawa 2- butanon-3-ena, akan terjadi efek batokromik
sebesar 10 – 20 nm bila senyawa mula-mula diukur dalam pelarut heksana
(non polar), setelah itu diukur lagi tetapi pelarut yang digunakan diganti
dengan etanol (polar) (Suhartati, 2017).

6. Cara Kerja Spektrofotometer UV-Vis


Adapun cara kerja alat ukur spektrofotometer UV-VIS adalah sebagai
berikut:
1. Penyerapan Cahaya
Alat ukur ini bekerja dengan cara penyerapan cahaya. Pertama-tama,
ketika cahaya dengan gelombang panjang atau cahaya polikromatis
terkena sebuah zat, maka cahaya tersebut akan terserap. Di dalamnya
ada sebuah molekul yang memiliki peran penting, yaitu elektron
valensi dari semua atom yang terdapat di dalam analisis hingga
akhirnya terbentuk sebuah materi. Kemudian, elektron di dalam
molekul mulai melakukan eksitasi atau berpindah, lalu berotasi dan
bergetar saat terkena energi lain.
2. Terjadi Perpindahan Elektron
Perpindahan yang terjadi di antara elektron tersebut bernama transisi
elektronik. Namun, apabila cahaya yang terserap merupakan cahaya
inframerah, maka elektron yang ada di dalam atom atau elektron ikatan
di molekul hanya bisa bergetar, sedangkan elektron yang berputar
hanya akan terjadi pada zat yang memiliki energi lebih rendah, seperti
gelombang radio.
3. Pengukuran Konsentrasi Sampel
Setelah perpindahan terjadi, maka proses selanjutnya adalah
pengukuran konsentrasi sampel. Anda bisa melihat adanya zat di
dalam sampel mendapat sinar dari cahaya dengan panjang gelombang
yang berbeda. Ketika cahaya mengenai sampel observasi, maka
sebagian dari cahaya tersebut akan terserap. Sedangkan sisa dari
sebagian tersebut akan terhambur, kemudian sebagian yang lain akan
diteruskan. Namun, saat melakukan pengukuran, spektrofotometer UV
VIS hanya akan berfokus pada cahaya yang datang dan cahaya yang
masuk serta cahaya yang terkena permukaan zat. Sedangkan cahaya
yang telah melewati zat, tidak akan bisa Anda ukur. Hal yang bisa
Anda ukur hanya perbandingan cahaya datang dan cahaya setelah
melewati materi atau sampel.
4. Hasil Penyerapan Cahaya
Hasil data yang telah Anda observasi melalui spektrometer UV VIS
akan berupa data keluar dengan bentuk spektrum. Bila ingin melihat
hasil tersebut, Anda akan memerlukan komputer. Spektrum tersebut
berbentuk pita lebar, sebab energi yang ia miliki menyebabkan transisi
elektronik, rotasi, dan getaran elektron yang juga terjadi di dalam
molekul.
7. Komponen Spektrofotometer
Secara sederhana instrumen spektrofotometri yang disebut
spektrofotometer terdiri dari sumber radiasi, monokromator, kuvet,
detektor dan rekorder (meter).

A. Sumber radiasi
Sumber radiasi atau lampu pada kenyataannya merupakan dua lampu
yang terpisah yang secara bersama-sama mampu menjangkau
keseluruhan daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak. Persyaratan
sumber yang digunakan dalam spektrofotometri adalah intensitas emisi
yang cukup tinggi di wilayah spektral tertentu, stabilitas jangka pendek
dan distribusi spasial dari emisi yang seragam (Skoog et al., 2007).
Berikut macam-macam sumber radiasi:
a) Lampu Deuterium Pemakaian lampu deuterium pada daerah
panjang gelombang 190 nm sampai 380 nm (daerah dekat
ultraviolet dekat). Pada rentang panjang gelombang tersebut
sumber radiasi deuterium akan memberikan spektrum energi
radiasi yang lurus. Umur sumber radiasi deuterium sekitar 500 jam
pemakaian Vis (Mulja dan Suharman, 1995; Ganjar dan Rohman
2012).
b) Lampu Tungsten Lampu tungsten sebagai campuran dari filamen
tungsten dan gas iodin (halogen) sehingga disebut sebagai sumber
radiasi “tungsten-iodine”. Lampu ini dipakai pada daerah
pengukuran 350-2000 nm karena pada daerah tersebut sumber
radiasi “tungsten-iodine” memberikan energi radiasi sebagai garis
lengkung dan cocok untuk kolorimetri. Umur pemakaian sekitar
1000 jam pemakaian (Mulja dan Suharman, 1995; Ganjar dan
Rohman 2012).
c) Lampu Xenon Penggunaan lampu xenon pada daerah panjang
gelombang 200 sampai 1000 nm. Lampu ini pada dasarnya
mempunyai kepekaan optimum pada daerah 500 nm.

B. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromatis
dari sumber radiasi dengan memancarkan radiasi polikromatis. Radiasi
dari sumber difokuskan ke celah masuk kemudian dikumpulkan oleh
sebuah lensa sehingga sinar paralel jatuh pada unsur dispersi yang
merupakan sebuah prisma. Dengan pemutaran prisma, bermacam
bagian spektrum yang dihasilkan oleh unsur dispersi difokuskan ke
celah keluar menuju ke sel blanko (Mulja dan Suharman, 1995).
Monokromator terdiri dari:
a) Filter Optik
Filter ini berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya tampak yang diteruskan merupakan cahaya berwarna sesuai
dengan warna filter optik yang digunakan. Filter optik yang baik
berdasarkan pada interferensi cahaya yang saling menguatkan
(interferensi konstruktif) dan interferensi cahaya yang saling
meniadakan (interferensi destruktif) (Mulja dan Suharman, 1995).
b) Prisma
Prisma merupakan suatu lempeng kuarsa yang membiaskan sinar
yang melaluinya. Banyaknya pembiasan tergantung dengan
panjang gelombang sinar, dengan demikian sinar putih dapat
terpecah ke dalam warna penyusunnya (Gandjar dan Rohman,
2012).
c) Kisi Difraksi
Kisi difraksi merupakan kepingan kecil gelas bercermin dan
didalamnya terdapat sejumlah garis berarah sama yang terpotong-
potong yang digunakan untuk memberikan struktur nampak seperti
sisir kecil (Ganjar and Rohman 2012).
C. Kuvet
Kuvet atau sel merupakan wadah dari suatu sampel yang akan
dianalisis. Ditinjau dari bahan yang dipakai terdapat dua macam kuvet
yaitu kuvet leburan silika dan kuvet dari gelas. Kuvet leburan silika
dapat dipakai pada daerah pengukuran 190- 1100 nm. Sedangkan
kuvet dari gelas dipakai pada daerah pengukuran 380-1100 nm karena
bahan dari gelas dapat mengabsorbsi radiasi UV (Mulja dan Suharman,
1995).
D. Detektor
Detektor merupakan salah satu bagian dari spektrofotometer UV-Vis
yang penting. Fungsi detektor di dalam spektrofotometer adalah untuk
mengubah sinyal radiasi yang diterima menjadi suatu sinyal elektronik.
Terdapat beberapa macam detektor yaitu detektor fotosel, detektor
tabung foton hampa, detektor tabung penggandaan foton dan detektor
PDA (photo diode-array) yang merupakan detektor dengan teknologi
modern (Mulya, 1994).
Detektor PDA (photo diode-array) memiliki jumlah elemen dari 128-
1024 buahm dan PDA yang lebih baru telah dibuat dengan dioda
berdekatan 25.6 mm dan spasi 25 mm pada pusatnya sehingga detektor
tersebut mampu mendeteksi dan mengukur serapan tidak hanya pada
panjang gelombang maksimum tetapi juga pada berbagai panjang
gelombang dengan akurasi yang kurang lebih sama. Photodiode
mengkonversi cahaya menjadi sinyal elektrik dalam waktu berkisar 0,1
detik dan kemudian menyimpanya. Ada beberapa persyaratan untuk
detektor:
a) Harus mampu menangkap dan merespons terhadap energisinar kecil
b) Mempunyai kepekaan yang tinggi dengan noise yang kecil sehingga
mampu mendeteksi intensitas yang rendah
c) Waktu respons pendek
d) Stabil dalam jangka waktu yang lama
e) Memberikan isyarat elektronik yang dapat diperkuat dengan mudah
f) Isyarat yang dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas sinar
yang mengenainya

Detektor UV-Vis (uv-sinar tampak) termasuk kedalam detektor


universal yang merupakan detektor yang palaing banyak digunakan
diantara detektor spektrometer massa, detektor spektrometer infra
merah dan detektor indeks bias, karena sensitivitasnya baik, mudah
menggunakanya, tidak merusak senyawa yang dianalisis, dan
memungkinkan untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang
pada panjang gelombang trtap, yaitu pada panjang gelombang 254 nm,
dan ada juga yang panjang gelombangnya dapat dipilih sesuai yang
diinginkan, antara 190-600 nm. Detektor dengan panjang gelombang
bervariabel ini ada yang dilengkapi alatr untuk memilih panjang
gelombang secara otomatis dan dapat menol-kan sendiri (auto zero).
Detektor jenis ini juga ada yang menggunakan droder arrays (sebagai
pengganti photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan absroban
yang kontinyu pada berbagai macam panajng gelombang (Rohman et
al, 2007).
E. Rekorder
Fungsi rekorder adalah untuk mengubah panjang gelombang hasil
deteksi dari detektor yang diperkuat oleh amplifier menjadi radiasi
yang ditangkap detektor kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik
dalam bentuk spektrum. Spektrum tersebut selanjutnya dibawa ke
monitor sehingga dapat dibaca dalam bentuk transmitan maupun
absorbansi.

8. Metode Kualitatif dan Kuantitatif Spektrofotometri UV-Vis


A. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dengan metode spektroskopi baik molekuler
maupun atomik didasarkan pada hukum Lambert-Beer. Ketika suatu
berkas radiasi (lo) dikenakan pada larutan sampel yang mampu
menyerap sinar UV-Vis maka intensitas sinar radiasi yang diteruskan
akan turun (karena sebagian sinar diserap oleh molekul yang mampu
menyerap sinar UV-Vis) dengan intensitas I. Radiasi yang diserap oleh
sampel ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang
diteruskan (L) dengan intensitas sinar mula-mula (fo). Jika tidak ada
spesies penyerap dalam sampel (misalkan dalam blanko) maka sinar
yang diteruskan atau yang ditransmisikan setelah mengenai blanko
akan sama dengan intensitas mula-mula (dengan catatan tidak ada
peristiwa lain selain peristiwa absorbsi).

Menurut hukum Lambert-Beer, terdapat hubungan yang linier


(proporsional) antara absorbansi dengan konsentrasi spesies yang
menyerap sinar radiasi pada kisaran tertentu, dan secara matematis
dapat dinyatakan dengan persamaan :
A = abc atau A = ebc
yang mana A adalah absorbansi; a adalah absorptivitas spesifik, jika c
(konsentrasi) dinyatakan dalam molar maka nilai a ini disebut dengan
absorptivitas molar dan disimbolkan dengan e; b merupakan tebal
kuvet (cm): dan c adalah konsentrasi. Persamaan dikenal dengan
hukum Lambert-Beer. Kuantitas spektroskopi yang diukur biasanya
adalah transmitans (T) dan absorbansi (A). Transmitans dinyatakan
dengan persamaan:
l
T¿
lo
Transmitans sering kali dinyatakan dengan persen transmitans
sehingga persamaan (1.6) dapat dinyatakan sebagaimana:
%T = T × 100
Ada hubungan antara absorbansi dan transmitans sebagaimana dalam
persamaan (1.8). Instrumen spektrofotometer dilengkapi dengan suatu
perangkat yang dapat dengan mudah mengubah mode absorbansi ke
mode transmitans, atau sebaliknya.
1
A =-logT atau A = log
T
Berdasarkan pada hukum Lambert-Beer dapat dikatakan bahwa
absorbansi adalah parameter yang meningkat secara linier dengan
konsentrasi dan merupakan parameter yang penting dalam analisis
kuantitatif. Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak
tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet, dan intensitas radiasi yang
mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut,
struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan
oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka
absorptivitas disebut dengan absorptivitas molar dan disimbolkan
dengan e dengan satuan M'cm'' atau liter.mol'cm'. Jika c dinyatakan
dengan persen berat/volume (g/100 ml) maka absorptivitas dapat
ditulis dengan E11 %cm. Hubungan antara nilai E11 %cm dengan absortivitas
molar (€) adalah sebagaimana dalam persamaan.
BM
a= E11 %cm x
10
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan
oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal kuvet dan
dengan konsentrasi larutan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada
beberapa pembatasan, yaitu:
(1) sinar yang digunakan dianggap monokromatis;
(2) penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang luas yang sama;
(3) senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung
terhadap yang lain dalam larutan tersebut;
(4) tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi; dan
(5) indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

1. Absorbansi Sederhana 1 Analit


Hukum Beer-Lambert memiliki beberapa keterbatasan, dan yang
paling utama adalah hanya dapat mendeteksi analit dengan
konsentrasi yang rendah. Secara umum hubungan perhitungan dari
konsentrasi C terhadap nilai serapan (A) sesuai panjang
gelombang, sesuai rumus:
C= f(A)
Untuk konsentrasi yang lebih tinggi, faktor koreksi harus
diperhitungkan. Contohnya variasi indeks refraksi berhubungan
terhadap konsentrasi analit. Untuk mengkoreksi efek tersebut
menggunakan subtitusi nilai ελ dari persamaan Beer-Lambert
dengan ελ(n2 + 2)2, dimana n merupakan nilai indek refraksi.
Biasanya, koreksi tersebut tidak terlalu tinggi untuk konsentrasi
dibawah 0.01 M. Efek lain yang dapat mengganggu linieritas
hukum Lambert-Beer adalah penggunaan radiasi polikromatik.
Masalah ini, dapat diatasi dengan instrument menggunakan filter
(fotometer), kewajiban penggunaan instrumen menyebabkan
rentang panjang gelombang lebih sempit melalui monokromator
(spektrofotometer).
Pada analisis kuantitatif, kalibrasi kurva diperoleh
dengan penggunaan standard. Terkadang matriks standar sedikit
berbeda dengan sampel yang dianalisis. Hal tersebut memberikan
kesalahan determinasi yang besar (sebagai contoh, formasi
kompleks binary dan ternary terhadap kehadiran ligan di dalam
matriks). Apabila muncul gambaran nilai absorban dibandingkan
dengan konsentrasi, ekstrapolasi terhadap zaero absorban dapat
diterapkan terhadap penghitungan konsentrasi analit
2. Dua Analit
Metode Dua Panjang Gelombang spektrum yang beririsan pada
campuran sampel merupakan limitasi yang terpenting terhadap
metode spektrofotometri dimana salah satu komponen terpisah
pada jangkauan UV-Visible. Saat dua analit harus dideterminasi
dalam larutan yang sama, dua panjang gelombang yang berbeda
harus dipilih agar satu analit tidak mengganggu perhitungan yang
lainnya. Hubungan umum antara dua konsentrasi yang harus
dideterminasi dan nilai absorban yang terukur menggunakan:
C1, C2 = f (A1 A2)
Apabila 2 jenis memberikan spektrum yang beririsan, maka
persamaan dapat berupa:

Dimana λi super indices menunjukkan dua panjang gelombang i


yang dianalisis (1 dan 2), dan subindices menandakan kandungan 1
dan 2. METODE PANJANG GELOMBANG N resolusi
spektrofotometri dari campuran 2 komponen sebagai dasar
perpanjangan hukum Beer Lambert bergantung pada pengukuran
absorbansi pada dua perbedaan panjang gelombang dan
pemenuhan hukum aditivitas absorbansi.
Metodologi ini memiliki beberapa kekurangan, seperti hanya dua
data eksperimen saja yang diperoleh pada dua panjang gelombang
yang berbeda. Metode ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk
menyelesaikan N komponen dengan membuat pengukuran pada
banyak panjang gelombang, metode tersebut belum diterapkan
lebih dari dua komponen karena akurasinya menurun tajam seiring
dengan meningkatnya jumlah determinan yang terlibat. Ketepatan
metode yang disebutkan di atas dalam resolusi campuran
multikomponen dapat meningkat dengan melakukan pengukuran
pada panjang gelombang yang lebih banyak. Untuk panjang
gelombang tertentu λi,

3. Metode Derivatif
Metode analisis kuantitatif yang berbeda dapat menggunakan
spektrum derivatif.
a. Nilai derivative dapat digunakan pada setiap panjang
gelombang (kecuali pada panjang gelombang dimana nilai
turunannya adalah nol) dan khususnya dimana turunan
kedua bersifat minimum (sesuai dengan nilai maksimum
spektrum normal).
b. metode puncak-lembah, perbedaan antara dua nilai
minimum maksimum digunakan, metode ini lebih sensitif
daripada metodenilai derivatif.
c. Dalam metode tangen, dua garis ditarik di antara dua garis
maxima atau minima yang berurutan, dan jarak antara garis
singgung, maksimum menengah atau minimum dihitung;
metode ini memungkinkan setiap variasi dapat dikoreksi
dari garis dasar karena efek matriks.
B. Analisis Kualitatif
1. Transformasi Spektrum Tunggal
Sebelum mempertimbangkan tes kualitatif yang lebih kompleks,
seperti berdasarkan penggunaan sinyal derivative ada kalanya
mengetahui transformasi sederhana dalam ‘visualisasi’ terhadap respon
UV.
a. Spektrum Warna
Tes paling sederhana didasarkan pada eksploitasi spektrum UV
pada tiga panjang gelombang yang dipilih karena signifikansinya.
210 nm menandakan keberadaan nitrat, 240 nm menandakan
adanya pemisahan matriks organic terlarut dan padatan tersuspensi,
320 nm menandakan hanya ada kandungan padatan tersuspensi.
Berdasarkan nilai absorban, kode nilai, dan warna dapat
memberikan klasifikasi sederhana dan estimasi dari parameter
utama.

b. Spektrum Derivatif

Spektrum derivative tidak meningkatkan informasi dari spektrum


normal, namun dapat melakukan analisis lebih lanjut dari sudut
pandang yang menarik. Studi terhadap derivative memberikan
informasi mengenai slope dari spektrum dan meningkatkan titik
pada kurva sehingga memberikan informasi mengenai struktur
dengan bentuk yang lebih baik. Hal ini memungkinkan
karakterisasi senyawa yang lebih baik atau menunjukkan deformasi
karena adanya senyawa asing. Penggunaan spektrum derivative
menyingkirkan pengaruh yang tidak diinginkan dari media keruh.

Gambar dibawah menunjukkan derivative spektrum UV dari asam


urat. Turunan pertama menunjukkan slope dari spektrum normal,
dengan puncak menunjukkan peningkatan absorban dan panjang
gelombang, dan titik bawah muncul setelah titik puncak dari
spektrum normal. Sementara itu, gelombang yang melewati nilai 0,
berpengaruh terhadap titik puncak dari spektrum normal. Spektrum
turunan kedua berhubungan dengan slope dari spektrum turunan
pertama. Dalam contoh, terdapat beberapa titik dimana gelombang
memiliki nilai 0 dan titik bawah berhubungan dengan titik puncak
sebagai spektrum langsung. Spektrum turunan ketiga tidak
memberikan informasi tambahan yang relevan
2. Perbandingan Dua Spektrum
Spektrum Diferensial
Penggunaan metode ini sangat sederhana dan banyak digunakan, dapat
dilakukan di hampir seluruh laboratorium spektrofotometer. Dengan
mensubtrasi spektrum dari hal lain (contoh: perbedaan nilai absorban
terhadap masing-masing panjang gelombang), dapat diperoleh hasil
yang relevan

3. Evolusi Study dari Kumpulan Spektrum


Metode paling sederhana dari evolusi kumpulIan spektrum adalah
menggunakan penggambaran spektrum dengan grafik tunggal.

Titik Isosbestik (TI)


Jika semua spektrum atau setidaknya beberapa spektrum terdapat
dalam 1 kumpulan, Bersama-sama melintasi 1 poin, poin tersebut
disebut titik isobestik (TI). Satu contoh klasik dari TI adalah
sekumpulan spektrum terhadap satu komponen dalam larutan, pada
berbagai macam nilai pH, yang menunjukkan kesetimbangan antara
bentuk asam dan bentuk dasarnya, proporsi bergantung pada nilai pH.

9. Review Jurnal
a. Analisis Sildenafil Sitrat dalam Jamu Kuat menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis
Prosedur kerja :
1. Pembuatan Filtrat Sampel
Ditimbang 25 mg sampel jamu A, B, C, D, E, dan Kontrol masing
– masing dilarutkan dengan methanol kocok beberapa saat, lalu
disaring, cukupkan dengan methanol ad 10 ml.
2. Penenetuan Panjang Gelombang Sampel, Kontrol, dan Baku
Sildenafil Sitrat
Di pipet masing – masing 1 ml filtrat jamu A, B, C, D, dan E,
kontrol negative, kontrol positif, dan baku sildenafil sitrat
tambahkan aquadest ad 10 ml kocok ad homogen. dimasukkan
kedalam kuvet, atur panjang gelombang pada alat spektrofotometer
UV – Vis antara 200 – 400 nm, tentukan panjang gelombang
maksimalnya
3. Pembuatan Kurva Baku Sildenafil Sitrat
Dibuat 5 konsentrasi sildenafil sitrat sebesar 5, 10, 15, 20, 25, dan
30 ppm dari larutan induk 1000 ppm. Masing – masing konsentrasi
ditentukan nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV
– Vis.
4. Penentuan Nilai Abs Sampel Jamu
Dipipet masing – masing 1 ml filtrat jamu A, B, dan E, tambahkan
aquadest ad 10 ml kocok ad homogen. Masukkan larutan kedalam
kuvet, tentukan pada panjang gelombang maksimum masing –
masing filtrat.
Hasil dan Pembahasan :
Analisis kualiatif dilakukan untuk menentukan apakah sampel jamu
yang diteliti mengandung Sildenafil. Analisis dilakukan dengan
metode Spektrofotometri Uv-VIS dengan membandingkan panjang
gelombang sampel jamu, apakah sama atau mendekati dengan panjang
gelombang baku Sildenafil Sitrat.

Gambar 1. Kurva Panjang gelombang baku Sildenafil Sitrat


Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum
Analisis kuantitatif dilakukan terhadap sampel yang mengandung
sildenafil sitrat, untuk mengetahui berapa kadar sildenafil sitrat dalam
sampel jamu. Prosedur analisis kuantitatif yang dilakukan dengan
langsung menentukan kurva kalibrasi dari sildenafil sitrat, hal ini
dilakukan karena penentuaan panjang gelombang sildenafil sudah
dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya sildenafil sitrat dalam
sampel jamu.
Penentuan panjang gelombang ditentukan dengan tujuan agar dapat
memberikan kepekaan sampel yang mengandung sildenafil sitrat
dengan maksimal, bentuk kurva absorbansi linear dan menghasilkan
hasil yang cukup konstan jika dilakukan pengukuran berulang.
Penggunaan spektrofotometer UV karena senyawa yang ingin
ditetapkan berada pada panjang gelombang sinar UV (190 – 380 nm).
Sildenafil sitrat berada pada panjang gelombang maksimum 292,0 nm.
Panjang gelombang maksimum yang didapatkan terdapat sedikit
perbedaan dengan literatur yaitu 291,60 nm. Hal ini disebut sebagai
pergeseran panjang gelombang yang dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kondisi alat dan perbedaan alat yang digunakan.
Kesesuaian panjang gelombang yang terukur dengan literatur
menunjukan sildenafil sitrat yang digunakan memenuhi syarat
penggunaannya untuk analisis.
Berdasarkan data hasil analisis diantara 5 matriks jamu terdapat 3
matriks jamu yang memiliki rentang panjang gelombang yang sama
dengan sildenafil sitrat yaitu matriksjamu A memiliki panjang
gelombang 291,60 nm, matriks jamu B memiliki panjang gelombang
291,60 nm, dan matriks jamu E memiliki panjang gelombang 291,00
nm.
Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah metode
spektofotometri UVVis. .Prinsip metode spektrofotometri UV-Vis
untuk menetapkan kadar suatu senyawa adalah berkas radiasi
dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi
yang diteruskan diukur besarnya
Tabel 2. Absorbansi Kurva Kalibrasi Sildenafit Sitrat

Gambar 2. Kurva kalibrasi Baku Sildenafil Sitrat


Hasil kurva kalibrasi menunjukkan kesesuaian dengan persyaratan
yang ditentukan dimana nilai koefisien korelasinya (r) mendekati 1
dengan nilai 0,9977 artinya antara kadar dan serapan sudah linier,
bahwa kenaikan serapan berbanding lurus dengan kenaikan
konsentrasinya
Tabel 3. Kadar Sildenafit Sitrat pada Sampel
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kandungan Asam Salisilat pada
Sediaan Kosmetika Semi Padat yang Beredar di Pasar Beringharjo,
Yogyakarta

Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode


spektrofotometri UV-Vis. Penentuan Panjang gelombang dilakukan
pada daerah sinar visible 400 - 700 nm, dengan hasil λ maksimum
530,0 nm dengan absorbansi (A) 0,741. Sebanyak 5 kepekatan larutan
asam salisilat baku dibuat untuk memperoleh kurva kalibrasi. Kurva
kalibrasi larutan baku asam salisilat, yaitu y = 0.0114x + 0.0911
dengan koefisien korelasi (R2 ) = 0.9926 dan R hitung = 0,9963. Nilai
R hitung > R tabel = 0,8783 (derajat bebas 3; p < 0,05), sehingga
persamaan regresi linear dapat digunakan untuk menghitung kadar
asam salisilat. Kadar asam salisilat di dalam sediaan sampel A berkisar
1,24 % (b/b).
Gambar 1. Kurva Baku Asam Salisilat
Tabel 1. Penetapan kadar asam salisilat dalam sampel

10. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ahriani dkk, (2021) : Analisis Nilai Absorbansi Untuk Menentukan Kadar
Flavonoid Daun Jarak Merah (Jatropha gossypifolia L. ) Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Jurnal Fisika dan Terapannya, Vol. 8 (2) : 56-
64.
Kahar, F., (2022) : Buku Ajar Instrumen Dasar. Jawa Tengah : Eureka media
Aksara.
Suhartati T., (2017) : Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrofotometri
massa untuk penentuan struktur senyawa organik. Bandar Lampung:
AURA CV. Anugrah Utama Raharja.
Yohan., Astuti, F., dan Wicaksana, A. (2018) : Pembuatan Spektrofotometer
Edukasi Untuk Analisis Senyawa Pewarna Makanan. Chimica et natura
acta, Vol. 6 (3), 111-113.
https://lsi.fleischhacker-asia.biz/spektrofotometer-uv-vis/
(Disadur tanggal 15 April 2024 jam 01:15)
Mulya, M. Suharman. 1994. Analisis Instrrumental. Perpustakaan Departemen
Kimia FMIPA UI. Depok.
Mulja, H. M., dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University
Press. Surabaya.
Ganjar, I. G., dan A. Rohman. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Rohman, A., dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Gajah Mada University
Press.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PEKI4314-M1.pdf
(Disadur tanggal 15 April 2024 jam 02:03)
Cerdà, V., Phansi, P., & Ferreira, S. (2022). From mono- to multicomponent methods in UV-VIS
spectrophotometric and fluorimetric quantitative analysis – A review. In TrAC - Trends in
Analytical Chemistry (Vol. 157). Elsevier B.V. https://doi.org/10.1016/j.trac.2022.116772

Elsan, R., & Minarsih, T. (2022). Analisis Sildenafil Sitrat dalam Jamu Kuat
menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis.

Fatmawati, A. (2023). ANALISIS KUALITATIF & KUANTITATIF KANDUNGAN


ASAM SALISILAT PADA SEDIAAN KOSMETIKA SEMI PADAT YANG
BEREDAR DI PASAR BERINGHARJO, YOGYAKARTA. INPHARNMED
Journal (Indonesian Pharmacy and Natural Medicine Journal), 6(2), 47.
https://doi.org/10.21927/inpharnmed.v6i2.1935

Anda mungkin juga menyukai