Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

FARMAKOTERAPI LANJUT

VINA SHALSABINA

2350411033

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2023

Tugas : Mekanisme kerja obat dibawah ini, bentuk sediaan dan efek samping ?
1. Terapi sulih estrogen
2. Selective estrogen reseptor modulator (SERM)
3. Abaloparatide
4. Teriparatide
5. Kalsium
Penyelesaian :
1. Terapi sulih estrogen
Keterengan
Bentuk sediaan Estrogen dapat diberikan secara oral, transdermal,
secara intramuskular, intranasal, subkutan, atau secara lokal
(melalui vagina) dengan dosis dan waktu pemberian yang
disesuaikan dengan masing-masing pasien. Pemberian
transdermal lebih disukai dalam kasus intoleransi pengobatan
oral, perubahan fungsi hati, hipertrigliseridemia, diabetes mellitus,
Bentuk Sediaan dan dalam kasus risiko penyakit tromboemboli. Rute administrasi
ini melewati efek first-pass yang terlihat dengan rute pemberian
oral dan beban sel hati yang dihasilkan, memberikan
bioavailabilitas yang lebih baik, dan memfasilitasi keseimbangan
jangka panjang kadar estrogen dan rasio fisiologis kadar estradiol
dan estron. (Fait, 2019).

Endometriosis, trombosis vaskular retina, peningkatan HDL dan


trigliserida, penurunan LDL; peningkatan risiko penyakit kandung

Efek Samping empedu, Vasodilatasi, mual, kembung, sakit perut, edema


kelemahan nyeri (Mims,2023).

Kontraindikasi relatif Terapi Sulih Estrogen seperti hipertensi,


penyakit jantung iskemik, diabetes mellitus, migrain, penyakit
Kontraindikasi
payudara jinak, miomatosus uterus, dan endometriosis saat ini
telah ditinggalkan sebagai tidak dapat dibenarkan (Fait, 2019).
Mekanisme Kerja Reseptor estrogen α dan β berperan dalam apoptosis
osteoklas, sehingga terapi sulih hormon estrogen progestin dengan
tibolone efektif mencegah osteoporosis pada perempuan pasca-
menopause.
Reseptor estrogen ditemukan baik pada osteoblas normal
maupun pada populasi osteoblast-like osteosarcoma cell. Reseptor
pada sel-sel tersebut relatif dalam konsentrasi yang rendah bila
dibandingkan dengan reseptor pada sel target estrogen yang lain.
Pada penelitian in vitro, ternyata 17β-estradiol akan meningkatkan
mRNA pada sel osteoblas yang bertanggung jawab pada sintesis
rantai a1 prokolagen tipe I. Selain itu 17β-estradiol juga akan
meningkatkan mRNA insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan
PTH yang dirangsang oleh aktifitas adenilat siklase.
IL-1 dan TNF merupakan sitokin yang akan meningkatkan
stimulasi osteoblas untuk pertumbuhan dan pematangan osteoklas
dari prekursornya di sumsum tulang. Selain itu, kedua sitokin
tersebut juga akan meningkatkan pelepasan mediator-mediator
lain yang juga berperan untuk pematangan osteoklas, seperti IL-6,
M-CSF dan GM-CSF. Pada penelitian, dapat dibuktikan bahwa
estradiol dapat menghambat pelepasan TNF oleh monosit dan
wanita yang telah mengalami ooforektomi menunjukkan
peningkatan konsentrasi IL-1 sampai IL-6. Selain itu estrogen
juga akan menghambat produksi IL-6 baik oleh osteoklas maupun
sumsum tulang. Pada penelitian biopsi tulang, didapatkan bahwa
kadar mRNA yang mengkoding IL-1α, IL-1β, TNF-α dan IL-6
pada wanita yang menggunakan terapi sulih hormon ternyata
lebih rendah dibandingkan pada spesimen tanpa terapi sulih
hormon. Penelitian lain menunjukkan bahwa konsentrasi estrogen
yang normal akan menekan pelepasan IL-1 oleh monosit darah
perifer (Ariestine, Aprillia.2010).

2. Selective estrogen reseptor modulator (SERM)


Contoh : Raloxifene
Keterengan
SERM yang paling banyak digunakan, diberikan secara oral dan
pemberian oral jangka panjang telah dikaitkan dengan toksisitas
Bentuk Sediaan
dan efek samping yang merugikan (Oceguera-Basurto et al.,
2023)
Dosis 60 mg x 1 hari
Efek Samping Kram lengan, flu, syndrome peripheral edema, arthral
Kontraindikasi Perempuan pra-menopause
SERM menurunkan fraktur vertebra pada perempuan osteoporosis
dengan meningkatkan massa tulang trabecular pada skeleton
Mekanisme Kerja aksial, tetapi secara statistik tidak bermakna dalam menurunkan
risiko fraktur non-vertebra atau tulang panggul dibandingkan
plasebo.
3. Abaloparatide
Keterengan
Bentuk Sediaan Injeksi Pen Subkutan
800 mcg, dapat disuntikkan sekali dalam sehari.
Dosis
Pasien yang mengonsumsi abaloparatide mengalami mual,
pusing, kelelahan, vertigo, sakit kepala, jantung berdebar,
dan hiperkalsiuria. Abaloparatide memiliki peringatan kotak
hitam peningkatan resiko osteosarkoma. Dalam studi hewan
Efek Samping
selama dua tahun, pemberian abaloparatide menunjukkan
peningkatan kejadian osteosarkoma dan
osteoblastoma. Abaloparatide memiliki US Boxed Warning yang
menunjukkan resiko osteosarkoma.
Tidak diindikasikan pada wanita reproduktif, pada pasien dengan
Kontraindikasi
gangguan ginjal penggunaan abaloparatide harus hati-hati.
Mekanisme Kerja Abaloparatide, protein terkait hormon paratiroid manusia
(PTHrP), adalah agonis reseptor tipe 1hormon paratiroid selektif
(PTH1R). Ini memiliki aktivitas anabolik pada PTH1R pada
osteoblast untuk merangsang jalur cAMP yang dimediasi Gs-
protein, yang mengaktifkan fosfolipase C(PLC) dan fosfokinase
A (PKA) untuk meningkatkan aktivitas osteoblas. Abaloparatide
menggeser keseimbangan remodelling tulang untuk mendukung
pembentukan tulang oleh osteoblas dengan peningkatan minimal
resorpsi tulang osteoklas. Ini meningkatkan pembentukan
tulang pada permukaan periosteal, trabecular, dan
endocortical. Studi terbaru menunjukkan bahwa hormon
paratiroid atau analog PTHrP dapat membedakan
antarakonformasi R0 dan RG dari PTHR1. Mengikat konformasi
R0 PTHR1 menginduksi respons pensinyalan yang lebih tahan
lama yangsecara bertahap meningkatkan cAMP. Hal ini
menyebabkan peningkatan risiko hiperkalsemia karena aktivitas
osteoklas meningkat, seperti yang terlihat dengan teriparatide.
Kapasitas pengikatan abaloparatide pada dua konformasi
PTHR1 berafinitas tinggi dinilai menggunakan metode
kompetisi radioligand. Abaloparatide menunjukkan selektivitas
yang lebihbesar untuk konformasi RG, dengan pengikatan yang
lemah ke R0. Efek anabolik abaloparatidedapat dijelaskan oleh
afinitasnya yang lebih besar terhadap RG, yang mengarah
pada peningkatan pensinyalan cAMP yang cepat dan cepat sambil
mempertahankan resorpsi osteoklas yang rendah.
Ini menjelaskan mengapa pasien yang memakai abaloparatide
lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami hiperkalsemia
dibandingkan mereka yang memakai teriparatide. Dalam
sebuah penelitian yang menentukan kemanjuran dan
keamanan abaloparatide dalam meningkatkan kepadatan
mineral tulang (BMD) pada pasien Jepang dengan osteoporosis
dengan risiko patah tulang tinggi, peningkatan yang
signifikan pada penanda serum pembentukan tulang
[procollagen tipe 1 N-terminal propeptide (P1NP)] dan tulang
resorpsi [C-terminal cross-linkingtelopeptide of type 1 collagen
(CTX)] diamati setelah pengobatan dengan abaloparatide
subkutan (80 µg sekali sehari) dibandingkan dengan plasebo.
Abaloparatide memiliki efek off-label dengan mengaktifkan
mekanisme Gq dan β-arrestin-1pada sel target seperti testis dan
epididimis untuk mengurangi gejala epididimitis dan orkitis.

4. Teriparatide
Keterengan
Teriparatide diberikan secara injeksi subkutan.
Bentuk Sediaan
Dosis 20 mcg/hari.
Efek Samping Hiperkalsemia, kram kaki, rhinitis, nyeri, mual, arthalgia,
Obat ini mengaktivasi osteoblas dengan mengikat reseptor PTH/
PTHrP tipe 1, sehingga secara langsung menstimulasi
pembentukan tulang pada lokasi remodelling aktif dan permukaan
Mekanisme Kerja tulang yang tidak aktif sebelumnya, serta menginisiasi lokasi
remodelling baru.

5. Kalsium
Contoh : CaCO3 (Bersama makanan)
Keterengan
Kalsium tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul yang dapat di
Bentuk Sediaan
berikan secara oral
Dosis 1-1,2 g / Tab
Efek Samping Hiperkalsemia, gangguan lambung, mual dan muntah
Sebagai kofaktor enzim dan mempengaruhi aktivitas sekresi
Mekanisme Kerja kelenjar endokrin dan eksokrin (Dipiro et al.2008)

DAFTAR PUSTAKA

Di Piro, J.T., Tailbert,R.L., Yee, G.C., Matzke,G.R., Wells,B.G., pOSEY, L.M. 2008.
Pharmacotherapy A Patophysuologic Approach . 6 Th ed Vol 5 ( pg 1645-1661)
USA ;Mc Graw Hill. P1205407
Kristiningrum,.Esther,.2020. Farmakoterapi untuk Osteoporosis. Departemen Medical
PT.Kalbe Farma Tbk. Jakarta, Indonesia.Vol 47. 41- 48.
Merlotti D, Falchetti A, Chiodini I, Gennari L. Efficacy and safety of abaloparatide for the
treatment of post-menopausal osteoporosis. Expert Opin Pharmacother. 2019
May;20(7):805-811
Ariestine,. Aprillia,. 2010. Terapi Sulih Hormon Pada Osteoporosis
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28375
Fait, T. (2019). Menopause hormone therapy: Latest developments and clinical practice.
Drugs in Context, 8, 1–9. https://doi.org/10.7573/dic.212551
Oceguera-Basurto, P. E., Figueroa-Ochoa, E. B., Anguiano-Sevilla, L. A., Sánchez-
Ramírez, D. R., Quintero-Ramos, A., del Toro-Arreola, A., López-Roa, R. I., Taboada,
P., Topete, A., & Daneri-Navarro, A. (2023). Evaluation of a polymeric topical
formulation of Endoxifen in an estrogen receptor positive breast cancer murine model.
International Journal of Pharmaceutics, 642(July), 1–5.
https://doi.org/10.1016/j.ijpharm.2023.123175

Anda mungkin juga menyukai