1 Estrogen
2 Progesteron
3 Siklus Menstruasi
4 Kontrasepsi Hormonal
5 Androgen
ESTROGEN
Sebagai kontrasepsi, sebagai ERT atau HRT (hormone replacement therapy) pada
wanita pascamanopause.
Tidak semua wanita pascamenopause membutuhkan ERT/HRT.
Berkurangnya sekresi estrogen dari ovarium berlangsung lambat dan
berdegradasi yang berlangsung kontinu sampai beberapa tahun setelah haid
berhenti.
Menopause menyebabkan gejala dini antara lain rasa panas dimuka, insomnia
bahkan mungkin gelisah.
INDIKASI
Bila gejala ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, dapat diberi ERT.
Penggunaan ERTd dari awal menopause memang dapat mencegah gejala yang
lebih serius antara lain gangguan klasifikasi tulang, osteoporosis yang beresiko
terjadinya fraktur meski hanya dengan trauma ringan.
Tetapi penggunaa estrogen saja jangka lama (>5 tahun) berisiko timbulnya
proliferase endometrium.
Karenanya diberikan bersama progesterone atau progestin untuk mencegah
proliferasi berlebihan pada mereka yang masih mempunyai uterus. Perlu
diingat penggunaan ERT + progestin jangka panjang lebih dari 4-5 tahun dapat
berisiko timbulnya kanker mammae.
SEDIAAN DAN DOSIS
generasi-1
Ada 2 (Tamoksifen dan Toremifen)
generasi
SERM generasi-2
(Rolaksifen)
TAMOKSIFEN
Raloksifen merupakan hormon nonsteroid, bekerja pada ER-α dan ER-β, sebagai
agonis dan antagonis.Variasi efek ini diduga karena adanya variasi reseptor estrogen
dan jumlahnya berbeda di jaringan yang berbeda.
Bersifat antagonis estrogen di jaringan uterus dan kelenjar mammae karena adanya
rantai samping.
Raloksifen mengurangi kecepatan kerapuhan tulang dan dapat meningkatkan massa
tulang pada tempat-tempat tertentu.
Raloksifen meningkatkan densitas mineral tulang lumbar sebesar lebih dari 2% dan
mengurangi kecepatan patah tulang vertebral sebesar 30-50%, tetapi tidak mengurangi
patah tulang nonvertebral secara signofikan.
Obat ini memiliki kerja pada meabolisme lipoprotein, menurunkan kolesterol total
dan LDL, HDL meningkat.
Efek merugikan mencakup ruam panas, thrombosis vena dalam dank ram kaki.
PROGESTERON
BIOSINTESIS DAN SEKRESI
Satu gen tunggal mengkode dua isoform PR, yaitu PRA dan PRB, oleh
1 penggunaan dua promter bergantung esterogen yang berbeda rasio masing-
masing isoform bervariasi pada jaringan reproduktif.
Fase menstruasi
TERDIRI DARI
Fase folikular
FASE
Fase luteal
Lepasnya lapisan fungsional endometrium,
yang disebut menstruasi atau haid.
Meskipun hal ini sebenarnya merupakan
fase akhir siklus menstruasi, namun awitan FASE MENSTRUASI
menstruasi lebih mudah ditentukan
i
sehingga digunakan sebagai titik permulaan.
Menstruasi berlangsung sekitar 2-8 hari
dengan rata rata 3-6 hari. Pada saat ini
sekresi FSH meningkat dan beberapa folikel
ovarium mulai tumbuh.
FSH merangsang pertumbuhan folikel ovarium
FASE FOLIKULER dan mensekresi estrogen oleh sel folikel, sekresi
LH juga meningkat, namun lebih lambat. FSH
dan estrogen memicu pertumbuhan dan
kematangan ovum, dan estrogen merangsang
pertumbuhan pembuluh darah pada
endometrium untuk regenerasi lapisan
fungsional. Fase ini berakhir dengan ovulasi,
ketika peningkatan LH yang tajam menyebabkan
rupture folikel ovarium matang.
Dibawah pengaruh LH, folikel yang ruptur
FASE LUTEAL
tersebut menjadi korpus luteum dan mulai
mensekresi progesteron. Progesteron
merangsang lebih lanjut pertumbuhan
pembuluh darah pada lapisan fungsional
endometrium dan memicu penyimpanan zat
makanan, seperti glikogen.
FASE LUTEAL
Saat sekresi progesteron meningkat, sekresi LH akan menurun, dan bila ovum
tidak dibuahi, sekresi progesteron juga mulai menurun. Tanpa progesteron,
endometrium tidak dapat dipertahankan dan mulai meluruh dalam menstruasi.
Sekresi FSH mulai meningkat (saat estrogen dan progesteron menurun ) dan
siklus dimulai lagi.
Siklus 28 hari merupakan gambaran rata rata. Wanita dapat mengalami siklus
yang berbeda, selama 23-35 hari. Wanita yang melakukan latihan berat selama
periode yang cukup lama dapat mengalami amenore, yaitu haid terhenti.
Keadaan ini diperkirakan berhubungan dengan penurunan lemak tubuh.
KONTRASEPSI HORMONAL
Gangguan haid,
Mual mungkin timbul pada awal penggunaan,
Peningkatan tekanan darah,
Rasa sakit di kelenjar mamae,
Gangguan toleransi glukosa pada diabetes,
Tromboemboli.
Komponen progestin dapat menyebabkan sakit kepala.
Gangguan kardiovaskular umunya lebih sering terjadi pada wanita usia
lebih dari 35 tahun ,perokok atau mempunyai faktor resiko
obesitas,diabetes yang terapinya kurang baik atau hipertensi.
ANDROGEN
testosterone juga dapat mempunyai efek langsung pada tulang melalui AR. Pemberian
estradiol pada pria dengan defesiensi CYP19 meningkatkan libidonya, yang
menunjukkan bahwa efek testosteron pada libido pria dapat diperantarai oleh
perubahan menjadi estradiol.
Gambar. Efek langsung testosterone dan efek tidak langsung diperantarai oleh
dihidrotestosteron atau estradiol
SEDIAAN ANDROGEN TERAPEUTIK
1. Ester Testosteron
2. Androgen Teralkilasi
Antagonis androgen reseptor yang relatif kuat ini memiliki efikasi terbatas
ketika digunakan tunggal karena kenaikan sekresi LH meningkatkan konsentrasi
testosteron serum. Obat-obat ini digunakan terutama dalam kombinasi dengan
analog GnRH pada pengobatan kanker prostat metastatik karena obat-obat ini
memblok kerja androgen adrenal yang tidak dihambat oleh analog GnRH
ANTIANDROGEN
Contoh obat yang termasuk ke dalam golongan ini adalah flutamida (EULEXIN),
bikalutamida (CASODEX) dan nilutamida (CASODEX). Bikalutamida
menggantikan flutamida untuk tujuan ini karena memiliki hepatotoksisitas yang
lebih kecil dan diberikan sekali sehari. Nilutamida memiliki efek samping yang
lebih buruk daripada flutamida dan bikalutamida. Obat yang termasuk antagonis
reseptor androgen lemah dan inhibitor lemah pada sintesis testosteron yaitu
spironolakton yang bekerja dengan cara menghambat CYP17.
ANTIANDROGEN
Inhibitor 5α-Reduktase
Finasterid (PROSCAR)
merupakan inhibitor 5α-
Reduktase terutama isoenzim
tipe II, dutasterid (AVODART)
merupakan inhibitor ganda
tipe I dan II. Kedua obat
tersebut memblok perubahan
testosteron menjadi
dihidrotestosteron, terutama
pada genitalia eksternal pria
TERIMA KASIH