Anda di halaman 1dari 31

Teknologi Farmasi Bahan Alam

“Analisa Jurnal Bahan Alam Bentuk Cair”

DOSEN PENGAMPU :
NOFRIYANTI, M.FARM., APT

Oleh Kelompok 6:

 Ela Mulia Mahesa (1601)


 Nabila Nada Islami (1601)
 Rani Septiana Putri (1601)
 Robi Firmansyah (1601)
 Monica Sari (1801130)
 Tengku Desvita Dwipa Putri (1901122)

SI-VIIA
Antibacterial Composition
Having Xanthorrizol

Jae-Kwan Hwang, Februari 24, 2004


Latar Belakang

Karies dan penyakit periodontal adalah penyakit gigi menular yang


terutama disebabkan oleh patogen gigi seperti Streptococcus mutans,
Streptococcus sorbrinus, Actinomyces viscosus dan Porphyromonas
gingivalis

Untuk mencegah dan mengobati karies dan penyakit periodontal ini,


antibiotik seperti Spiramycin, Vancomycin dan chlorohexidine, telah
digunakan secara konvensional dalam bidang ini.
NEXT..

Namun, antibiotik konvensional terbukti kurang memuaskan karena


dapat menyebabkan efek buruk seperti resistensi obat, diare dan
emesis.

Karena alasan tersebut, perlu untuk mengeksplorasi dan


mengembangkan zat yang memiliki aktivitas antibakteri yang
tinggi tanpa efek samping dari produk alami seperti tanaman obat
NEXT..

Para penemu ini telah melakukan upaya untuk


mengembangkan zat dari sumber alami yang
secara efisien dapat menghambat infeksi gigi dan
penyakit kulit, dan akhirnya menemukan bahwa:
Xanthorrizol dibuat dari Curcuma xanthorriza
Roxb. memiliki spektrum aktivitas antibakteri
yang luas
NEXT..

Penggunaan Xanthorrizol sebagai bahan aktif zat antibakteri


diformulasi dalam bentuk sediaan :

Pasta Gigi Permen karet

Pembersih mulut
Sabun
(Obat Kumur)

Kosmetik
Bahan
A
Formulasi sediaan obat kumur menggunakan ekstrak Curcuma
xanthorrhiza Roxb

B
Formulasi sediaan obat kumur menggunakan Xanthorrizol

Sediaan obat kumur dibuat


dalam 4 formulasi
Formulasi Sediaan Obat Kumur Mengandung
Ekstrak Curcuma xanthorrhiza Roxb

A
Formulasi Sediaan Obat Kumur Mengandung Xanthorrhizol

B
Fungsi dari masing-masing Bahan

No Bahan Fungsi
1 Ekstrak Kasar / Xanthorrizol Zat Aktif
2 Sodium Fluoride (Natrium Flourida) Pengawet
3 Etanol Pelarut
4 Gliserin Wetting Agent
5 Menthol Flavors
6 Sodium Saccharin (Natrium Sakarin) Pemanis
7 Asam Sitrat Astringents
8 Pigment Pewarna
9 Peppermint Flavors
10 Spearmint Flavors
Pembuatan Ekstrak

100 g Curcuma xanthorriza Roxb diekstraksi dengan 400 ml 75%


(v / v) metanol pada suhu kamar selama dua hari.

Ekstrak disaring melalui kertas saring Whatman (No. 2)

Ekstrak kasar dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator

Ekstrak
Metanol
Isolasi Ekstrak kasar dari Curcuna xanthorriza Roxb.

Difraksinasi dengan etilasetat dan butanol

Fraksi etil asetat Fraksi butanol

Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi,


pemurnian lebih lanjut dari senyawa tunggal dari fraksi etil asetat
dilakukan
Persiapan Sediaan Obat Kumur yang Mengandung Ekstrak
Curcuma xanthorrhiza Roxb

1
Ekstrak kasar pertama-tama dicampur dengan air dalam
konsentrasi 1,0, 0,1, 0,01 dan 0,001%

2
Larutan sitrat dan mentol dilarutkan dalam etanol.

3
Natrium sakarin dan natrium fluorida dilarutkan dalam air, dan
ditambahkan ke campuran tersebut bersama dengan pigment,
peppermint dan spearmint.

4
Ditambahkan air untuk memberikan campuran homogen dengan
jumlah yang sama
Evaluasi Sediaan

1
Pengamatan Organoleptis

Pengamatan Organoleptis Pengamatan sediaan obat kumur


dilakukan dengan mengamati dari penampilan dan aroma dari
sediaan uji.
2
Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH


meter. pH yang muncul dilayar dan stabil lalu dicatat.
Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing sediaan uji.

Kalibrasi alat pH menggunakan larutan standar (dapar fosfat)


pH 4 dan pH 7. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest
dan dikeringkan dengan kertas tisuue. Pengukuran pH sediaan
dilakukan dengan mencelupkan elektroda ke dalam sediaan lalu
dibiarkan beberapa saat sampai nilai yang menunjukkan pH
pada posisi konstan
3
Uji Stabilitas

Uji stabilitas dilakukan dengan metode uji sentrifugasi. Sediaan


obat kumur 2 mL dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi ke
dalam tabung sentrifugasi, kemudian dilakukan sentrifugasi
pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Hasil sentrifugasi
dapat diamati dengan adanya pemisahan atau tidak.
4
Pengukuran Viskositas

Viskositas sampel obat kumur diukur dengan menggunakan


viscometer.

Penetuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Ostwald


 Viskometer dibersikan dan dikeringkan
 Cairan yang akan ditentukan kekentalanya di masukan
melalui pipa a sampai ruang r penuh terisi
 Cairan dihisap melalui pipa b sampai naik melewati garis m
 Cairan dibiarkan turun sampai garis n
 Catat waktu yang dibutukan cairan untuk mengalir dari
garis m ke n
 Lakukan 3 kali pengulangan data
Penetuan Kekentalan Cairan Dengan Viskometer Brookfield
 Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Viskometer Brookfield, spindle
no. 64 dengan kecepatan 50 putaran per menit (rpm).
 Sedangkan penentuan tipe aliran emulsi dilakukan dengan mengukur
viskositas sediaan pada berbagai kecepatan yaitu 2, 5, 10, 20, 30, 50 dan
100 rpm.
 Kemudian dari data tersebut dihitung kecepatan geser dan tekanan geser.
Kecepatan geser dan tekanan geser diplotkan membentuk rheogram untuk
mengetahui tipe aliran yang terbentuk
5
Pemeriksaan Bobot Jenis

Pemeriksaan bobot jenis dengan menggunakan


piknometer.

Penetuan Bobot Jenis Larutan :


• Timbang piknometer bobot kosong (W0)
• Isikan piknometer dengan aquadest sampai penuh dan
ditimbang kembali (W1)
• Timbang berat piknometer yang telah diisi sediaan obat
kumur (W2)
• Kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh massa
jenis

Rumus Perhitungan Bobot Jenis :

W2 − W0
𝐵𝐽 =
W1 − W0
6
Pemeriksaan Stabilitas Fisik

a. Suhu Dingin (0° - 4 °C)


Sediaan diukur sebanyak 20 ml, dimasukkan kedalam
wadah, kemudian diletakkan dalam lemari pendingin dengan
suhu 0° - 4 °C selama 24 jam, kemudian dibiarkan pada suhu
kamar selama 24 jam. Setelah itu diamati apakah terjadi
pemisahan atau tidak. Sediaan obat kumur yang stabil tidak
menunjukkan pemisahan.

b. Suhu Kamar
Sediaan diukur sebanyak 20 ml kemudian dibiarkan
pada suhu kamar selama 8 minggu. Setelah itu diamati apakah
terjadi pemisahan atau tidak. Sediaan obat kumur yang tidak
menunjukkan pemisahan dinilai sebagai sediaan yang stabil.
7
Uji Kesukaan

Uji kesukaan dilakukan oleh 10 panelis mengenai rasa, aroma


dan sensasi dimulut.

Uji Kesukaan dilakukan dengan menggunakan skala 0 - 4 yaitu :


0 = Tidak Suka
1 = Agak Tidak Suka
2 = Biasa
3 = Agak Suka
4 = Suka
8
Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan terhadap tiga konsentrasi dan kontrol


negatif tanpa minyak atsiri. Uji SMS (Slug Mucosal Irritation) dapat
digunakan sebagai uji alternatif untuk memprediksi mukosa dan
toleransi okulat pada pengembangan obat-obat baru.

Pengujian iritasi pada siput dilakukan dengan menimbang


berat siput terlebih dahulu. Kemudian sediaan obat kumur
ditimbang sebanyak 1 gram . Siput diletakkan diatas sampel, tunggu
interaksi siput dengan sediaan selama 60 menit. Angkat siput dan
timbang berat sediaan dan mukus yang dikeluarkan oleh siput
tersebut.

% Mukus dihitung dengan Rumus :

Berat Mukus
% Mukus = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑖𝑝𝑢𝑡
9
Uji Aktivitas Antibakteri

 4 ml dari setiap pembersih mulut yang mengandung ekstrak


kasar atau xanthorrizol dengan konsentrasi yang berbeda
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
 dicampur dengan 1 ml biakan patogen gigi
 diinkubasi
 aktivitas antibakteri diukur setelah 24 jam dengan
menghitung jumlah sel
Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Pembersih Mulut yang
Mengandung Ekstrak Curcuma xanthorrhiza Roxb.

A
Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri Pembersih Mulut yang
Mengandung Xanthorrizol

B
Pembersih oral yang mengandung ekstrak
kasar Curcuma xanthorrhiza Roxb dan
Xantorrizol terbukti memiliki aktivitas
antibakteri yang lebih tinggi terhadap
patogen gigi yang menyebabkan karies,
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
10
Uji Perhitungan kecepatan sedimentasi dan volume
sedimentasi, serta pengujian redispersibilitas

Suspensi disimpan dalam gelas ukur dengan keadaan tidak


terganggu. Suspensi tersebut diukur meliputi tinggi suspensi, tinggi
sedimentasi, volume suspensi, serta volume akhir sedimentasi dari
hari pertama sampai hari ke tujuh.

Data yang didapat, digunakan untuk menghitung kecepatan dan


volume sedimentasi. Kecepatan sedimentasi dihitung
menggunakan rumus umum kecepatan yaitu persamaan satu (1)
sedangkan untuk mengukur rasio volume akhir endapan terhadap
volume awal dari suspensi (volume sedimentasi) digunakan
persamaan dua (2).
V = ∆s/∆t ................Persamaan 1
F = Vu/Vo ...............Persamaan 2

Pengujian redispersibilitas dilakukan secara manual dengan


menggojok silinder setelah terjadi sedimentasi. Satu kali inversi
menyatakan bahwa suspensi 100 % mudah teredisperi. Setiap
penambahan inversi mengurangi persen kemudahan redispersi
sebanyak 5% seluruh sediaan.
11
Uji Tipe Emulsi

Metode pengenceran yang dilakukan dengan cara menambahkan


beberapa tetes emulsi ke dalam tabung yang berisi air. Apabila
campuran dapat homogen atau terencerkan oleh air maka emulsi
bertipe o/w. Demikian juga sebaliknya maka tipe emulsi adalah
w/o.
Metode pewarnaan dengan cara melarutkan pewarna dalam
emulsi. Emulsi tipe o/w akan terwarnai oleh zat warna yang larut
dalam air demikian juga sebaliknya.

Konduktibilitas elektrik dengan cara mengalirkan listrik pada emulsi.


Bila emulsi dapat menghantar listrik maka emulsi tersebut bertipe
o/w

Anda mungkin juga menyukai